BOOM Esports lolos ke Dota Summit 11 Southeast Asia Qualifier. Mereka merupakan salah satu dari 10 tim yang bertanding di MDL Chengdu Major SEA Closed Qualifier. Sepuluh tim yang bertanding dibagi ke dalam dua grup dan BOOM masuk ke grup A. Pada group stage, format yang digunakan adalah round robin, mengharuskan BOOM bertanding dengan empat tim lain yang ada di grup yang sama, yaitu Fnatic, Team Adroit, Team Jinesbrus, dan SG Dragons. Dalam group stage, BOOM harus puas dengan dua hasil imbang dan dua kekalahan. Dengan dua poin, BOOM memiliki poin yang sama dengan SG Dragons. Karena itu, keduanya harus bertanding dalam tiebraker. BOOM berhasil menang dari SG Dragons dengan skor 1-0.
Sementara itu, di grup B, Reality Rift dan Alpha x Hashtag juga mendapatkan dua poin dengan dua kekalahan dan dua hasil imbang. Keduanya juga harus saling bertanding dalam tiebraker. Reality Rift berhasil menang dengan nilai 1-0. BOOM lalu harus melawan Reality Rift, memperebutkan spot untuk masuk ke Dota Summit 11 Southeast Asia Qualifier. Pada awal pertandingan pertama, BOOM sempat unggul meski pada akhirnya, mereka harus rela menelan kekalahan. BOOM berhasil membuat keadaan menjadi imbang dengan memenangkan pertandingan kedua. Pada babak ketiga, Reality Rift sempat menguasai permainan. Untungnya, BOOM berhasil menemukan momentum dan membalikkan keadaan. Setelah bertanding selama 41 menit, BOOM memenangkan pertandingan, menurut situs resmi BOOM.
Di grup A, Fnatic dan Team Adroid duduk di posisi pertama dan kedua, membuka jalan mereka ke babak playoff. Sementara itu, di grup B, posisi pertama dan kedua dipegang oleh TNC Predator dan Cignal Ultra. Dalam babak playoff, Fnatic berhasil mengalahkan Cignal Ultra dengan skor 2-0. Melawan Team Adroit, TNC Predator juga meraih kemenangan dengan skor 2-1. Untuk menentukan posisi ketiga, Cignal Ultra harus melawan Team Adroit. Team Adroit keluar sebagai pemenang dengan skor 2-0. Dengan begitu, Fnatic dan TNC Predator sebagai juara pertama dan kedua lolos ke Chengdu Major. Begitu juga dengan Team Adroit yang menduduki posisi ketiga. Sementara Cignal Ultra masih harus bertanding di Dota Summit 11 Southeast Asia Qualifier.
Selain BOOM, tiga tim lain yang lolos ke DOTA Summit 11 Southeast Asia Qualifier antara lain Cignal Ultra, Team Jinesbrus, dan Geek Fam. Summit 11 akan menggunakan format double elimination. Setiap pertandingan akan menggunakan sistem Best of Three. Dua tim yang keluar sebagai pemenang akan bisa bertanding di Chengdu Major. Sementara dua tim yang tereliminasi akan mendapatkan 20 poin Dota Pro Circuit.
BOOM didirikan pada 2016 dengan nama BOOM.ID. Pada September 2019, mereka mengganti namanya menjadi BOOM Esports. Saat ini, BOOM merupakan tim Dota 2 terbaik di Indonesia. Mereka berhasil mempertahankan gelar itu setelah menang dari EVOS Esports pada babak final ESL Indonesia Championship Season 2 dan membawa gelar juara. Setelah sukses di Indonesia, semoga BOOM juga akan dapat menorehkan prestasi di tingkat regional atau bahkan internasional.
Nama Syed “SumaiL” Sumail Hassan pertama kali dikenal ketika dia memenangkan The International bersama dengan Evil Geniuses pada 2015. Saat itu, dia masih berumur 16 tahun. Dengan total hadiah sebesar lebih dari US$18,4 juta, The International 2015 merupakan turnamen esports dengan hadiah terbesar kelima sepanjang masa, menurut Esports Earnings. Sebagai juara satu, Evil Geniuses mendapatkan US6,6 juta. Itu artinya, setiap pemain mendapatkan US1,32 juta. Ini menjadikan Sumail sebagai pemain termuda yang berhasil memenangkan US$1 juta melalui turnamen esports. Pada 2016, dia dinobatkan sebagai salah satu remaja yang paling berpengaruh versi TIME.
Selama lima tahun, Sumail setia bermain di Evil Geniuses. Namun, setelah The International 2019, dia memutuskan untuk keluar dari tim esports asal Amerika Serikat itu. Sejak saat itu, para fans bertanya-tanya apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Muncul kabar angin yang menyebutkan bahwa dia akan bermain bersama sang kakak, Yawar “YawaR” Hassan dalam tim baru. Rumor bahwa Sumail ingin bermain di tim yang sama bersama kakaknya memang selalu muncul pada awal musim sejak TI5. Namun, selama ini, rumor itu tidak pernah terbukti. Kali ini, rumor yang menyebutkan bahwa Sumail akan bermain bersama Yawar terbukti benar.
Sumail dan Yawar akan bergabung dalam tim baru bernama Quincy Crew. Dalam tim baru tersebut, Sumail akan bermain sebagai Position 1 Carry, meski selama ini dia dikenal sebagai midlaner. Sementara posisi midlaner akan diisi oleh Quinn “CCnC” Callahan. Yawar akan bermain di offlane. Itu berarti, kakak beradik Hassan akan memiliki posisi yang berbeda dari posisi yang mereka mainkan selama ini. Namun, keduanya cukup berbakat untuk dapat menyesuaikan diri dengan peran baru mereka. Dua anggota lain dari Quincy Crew adalah Arif “MSS” Anwar dan Avery “SVG” Silverman. Pada Maret, SVG sempat mengatakan bahwa dia mengundurkan diri sebagai pemain profesional dengan alasan karena dia ingin melakukan hal-hal lain dalam hidupnya. Kini, dia kembali ke scene Dota 2.
quincy crew assembled @SumaaaaiL@ccncdota2@YawaR_YS@MSSDota@SVGDota , ready to begin this year’s DPC journey with qualifiers looming. expecting org situation to be fully settled soon!
Jack “KBBQ” Chen akan menjadi manager dari tim Quincy Crew. Saat ini, tim tersebut tidak bermain di bawah organisasi esports apapun. Namun, melalui Twitter, KBBQ mengaatkan bahwa situasi ini “akan diselesaikan dalam waktu dekat”. Kemungkinan, itu berarti, anggota tim Quincy Crew tak lama lagi akan menandatangani kontrak setelah mereka menentukan terms and conditions. Ada beberapa organisasi esports besar yang masih belum memiliki tim Dota 2, seperti Team Liquid dan Alliance. Masih belum diketahui di kawasan mana tim Quincy Crew akan berlaga. Mengingat selama ini para anggotanya menjadi bagian dari tim yang bertanding di Amerika Utara, kemungkinan mereka juga akan kembali bertanding di kawasan tersebut.
Dota 2 adalah nama yang sangat dihormati di dunia esports. Selain sebagai salah satu kompetisi esports dengan jumlah hadiah terbanyak (38 juta dolar di tahun 2017), Dota 2 termasuk pelopor yang membuat popularitas esports melejit di awal era 2010an. Saat ini ekosistem esports Dota 2 sudah merangkul tim profesional dari seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.
Valve, selaku penerbit Dota 2, sangat getol memfasilitasi perkembangan esports di sekitar game tersebut. Pada tahun 2011, mereka menggemparkan dunia dengan menggelar turnamen Dota 2 The International pertama berhadiah jutaan dolar. Kemudian sejak 2015, supaya iklim kompetitif Dota 2 di seluruh dunia semakin sinergis, Valve membuat sistem kompetisi musiman yang disebut Dota 2 Major Championships.
Tahun 2017 merupakan babak baru di ekosistem esports Dota 2. Setelah sukses dengan Major, Valve menciptakan sistem kompetisi baru yang disebut Dota Pro Circuit (DPC). Sistem ini menghadirkan jumlah kompetisi yang lebih banyak, juga meningkatkan prestise dari turnamen yang diselenggarakan pihak ketiga.
Berikut ini adalah penjelasan detail tentang Dota Pro Circuit, asal-muasal, jadwal, serta pengaruh Dota Pro Circuit terhadap iklim esports Dota 2 keseluruhan.
Kebutuhan akan musim kompetisi yang teratur
Sebelum Valve meluncurkan kompetisi Dota 2 Major Championships, tak banyak turnamen yang diakui langsung oleh Valve. Kompetisi-kompetisi besar bergengsi memang ada, misalnya StarLadder i-League, WESG (World Electronic Sports Games), atau DreamLeague. Tapi meskipun selalu dihadiri oleh tim-tim ternama, semua kompetisi itu tetaplah kompetisi lepas yang diadakan oleh pihak ketiga.
Hanya ada dua kompetisi Dota 2 yang berada di bawah naungan Valve saat itu, yaitu The International dan Dota Asia Championship. Artinya kemenangan tim profesional di ajang kompetisi lain tidak punya pengaruh langsung terhadap kedudukan mereka di The International.
Sistem peringkat yang pasti pun tak ada, jadi tidak ada dasar yang kuat bagi Valve untuk memilih tim apa saja yang diundang ke turnamen. Saat The International 2016, misalnya, tim Natus Vincere masuk dalam daftar undangan. Padahal di The International 2015 mereka menduduki peringkat buncit. Sementara Team Secret yang masuk 8 besar di tahun sebelumnya justru harus melalui babak kualifikasi dahulu.
Kedudukan tim yang tak jelas ini semakin diperparah oleh tidak adanya sistem transfer pemain yang jelas. Bila ada tim yang melakukan pergantian pemain tepat sebelum The International diadakan, apakah peringkat tim tersebut tetap sama? Mungkin saja tidak. Tim itu bisa jadi lebih kuat atau lebih lemah, tapi belum ada cara pasti untuk mengukurnya.
Valve juga menaruh perhatian pada sustainability dunia esports secara keseluruhan. Bila hanya ada satu turnamen besar setiap tahun, maka tim-tim partisipan yang gagal meraih peringkat The International tentu akan lebih sulit mendapat penghasilan dari kompetisi.
Untuk menjawab semua tantangan ini, Valve akhirnya mengumumkan pembukaan sistem kompetisi Dota 2 Major Championships pada tanggal 24 April 2015. Selama satu tahun, Valve tak lagi hanya mensponsori satu, tetapi empat kompetisi besar yaitu Frankfurt Major, Shanghai Major, Manila Major, dan akhirnya The International 2016. Setiap kompetisi Major menawarkan hadiah senilai US$3.000.000.
Dota Pro Circuit, sistem baru yang lebih fleksibel
Sistem Dota 2 Major Championships bertahan selama dua tahun. Musim kompetisi di tahun 2016 masih menggunakan format serupa, meski ada perubahan di sisi jumlah turnamen. Valve tak lagi mengadakan tiga turnamen Major, melainkan hanya dua yaitu Boston Major dan Kiev Major.
Tapi pada tahun 2017, Valve kembali melakukan perubahan drastis. Turnamen Dota 2 Major bukan lagi turnamen khusus yang digelar oleh Valve. Justru Valve bekerja sama dengan penyelenggara turnamen besar yang sudah ada untuk menjadikan turnamen-mereka mereka bagian dari turnamen Major.
Setiap turnamen yang ditunjuk menjadi Major harus menawarkan total hadiah minimal US$1.000.000, dengan Valve turut mensponsori 50% dari jumlah ini. Ditambah lagi, Valve juga menunjuk beberapa turnamen berskala lebih kecil sebagai turnamen Dota 2 Minor. Turnamen Minor ini harus menawarkan hadiah sebesar minimal US$300.000, 50% darinya juga disponsori oleh Valve.
Seluruh turnamen Major dan Minor yang telah ditetapkan ini menjadi bagian dari kesatuan ekosistem kompetisi Dota 2 di bawah naungan Valve, dengan nama Dota Pro Circuit (DPC). Setiap pemain yang berpartisipasi dalam Dota Pro Circuit berpeluang memperoleh Qualifying Point. Nantinya, akumulasi Qualifying Point para pemain dalam suatu tim akan menentukan peringkat tim tersebut, juga menentukan kans undangan mereka ke The International.
Sistem Dota Pro Circuit ini pada akhirnya jadi sedikit membingungkan, terutama di mata orang awam, karena seolah-olah jadi ada turnamen yang memiliki dua nama. Sebagai contoh, Dota 2 Asia Championships (DAC) dulunya merupakan turnamen yang berdiri sendiri, tapi sekarang menjadi bagian dari Dota 2 Major.
DAC 2018 bukan satu-satunya turnamen Major di Cina, karena juga ada turnamen China Dota 2 Supermajor. Keduanya sama-sama dilaksanakan di kota Shanghai, dan terlepas dari namanya, China Dota 2 Supermajor kedudukannya tidak lebih tinggi dari turnamen Major lainnya.
Selain urusan nama, jumlah turnamen pada musim kompetisi 2017 – 2018 juga sedikit berlebihan. Terdapat 9 turnamen Dota 2 Major dan 13 turnamen Dota 2 Minor dalam satu tahun tersebut. Keuntungannya, sistem ini membuat jumlah uang hadiah di dunia Dota 2 semakin meningkat. Kesempatan meraih prestasi juga lebih luas. Meski suatu tim kalah di turnamen, dalam waktu singkat sudah ada turnamen besar lainnya.
Kekurangannya, tim yang mengikuti banyak turnamen harus lebih banyak menguras stamina. Bursa transfer pemain juga menjadi sedikit “panas” karena Qualifying Point terikat ke individu pemain, bukan ke tim. Dota Pro Circuit adalah ide yang bagus, namun masih perlu dibenahi.
Dota Pro Circuit 2018 – 2019, menuju kedewasaan
The International 2018 telah berakhir, dan sekali lagi sistem kompetisi Dota 2 mengalami perubahan besar. Dota Pro Circuit kali ini masih menggunakan sistem Major dan Minor, namun dengan format yang jauh lebih simpel. Selain itu, turnamen Major dan Minor memiliki keterkaitan menarik.
Secara singkat, sistem Dota Pro Circuit 2018 – 2019 dapat dijelaskan dengan poin-poin penting berikut:
Dalam setahun hanya ada 10 turnamen, 5 Dota 2 Major dan 5 Dota 2 Minor.
Turnamen Dota 2 Minor akan diadakan setelah kualifikasi Dota 2 Major, namun sebelum babak utama (sebelum group stage).
Turnamen Dota 2 Minor hanya boleh diikuti oleh tim yang gagal di kualifikasi Dota 2 Major.
Juara Dota 2 Minor berhak maju ke babak utama Dota 2 Major terkait.
Sistem poin baru (DPC Point) kini terikat ke tim, bukan ke individu.
Tim boleh melakukan pergantian pemain di tengah musim, namun akan mendapat pengurangan DPC Point.
12 tim dengan total DPC Point tertinggi di akhir musim akan menerima undangan langsung ke The International 2019.
Sistem DPC baru ini sangat menarik. Ibarat sepak bola, bila Dota 2 Major adalah UEFA Champions League, maka Dota 2 Minor adalah Europa League. Inilah tempat tim-tim “papan tengah” berebut gelar, sekaligus mencuri kesempatan maju ke turnamen papan atas. Jumlah uang hadiah Dota 2 Minor tidak bertambah, tapi pertaruhan di dalamnya menjadi lebih signifikan.
DPC Point yang terikat pada tim juga membuat kesetiaan pemain lebih penting. Bisa saja ada tim kecil yang mengeluarkan banyak uang untuk merekrut pemain hebat, tapi itu berarti si pemain harus merangkak dari bawah untuk mengumpulkan DPC Point lagi. Transfer bisa terjadi kapan saja, tapi pertimbangannya menjadi semakin berat.
Bagi tim sendiri, sistem poin baru juga menguntungkan. Bila mereka sudah meraih banyak prestasi dan yakin masuk ke 12 besar, mereka bisa memilih untuk melewatkan turnamen Major. Toh pada akhirnya mereka tetap akan diundang ke The International berikutnya. Waktu kosong itu bisa mereka gunakan untuk istirahat, liburan, atau bereksperimen dengan meta baru di luar turnamen.
Jadwal Dota Pro Circuit 2018 – 2019
Seperti musim sebelumnya, Valve juga bekerja sama dengan event organizer pihak ketiga dalam Dota Pro Circuit 2018 – 2019. Namun masih belum jelas apakah nama turnamennya akan diseragamkan kembali atau tidak. Saya sendiri berharap bisa diseragamkan, karena itu akan membuat penggemar lebih mudah memantau. Lagi pula, “Juara Kuala Lumpur Major 2018” terdengar lebih prestisius daripada “Juara DreamLeague Season 9”, bukan?
Di bawah ini adalah jadwal lengkap Dota Pro Circuit untuk musim kompetisi 2018 – 2019.
Anda dapat menyaksikan pertandingan secara langsung lewat client Dota 2, atau secara streaming. Misalnya di channel YouTube Ligagame eSports TV dan situs GosuGamers. Jangan lupa untuk turut meramaikan dan menunjukkan dukungan pada tim Dota 2 kesayangan Anda.