Tag Archives: DreamHUB

Kemitraan pengelola gedung kantor dan perusahaan "coworking space" menjadi kunci bisnis yang berkelanjutan

Membangun Bisnis “Coworking Space” yang Berkelanjutan

Kegagalan WeWork menempatkan dirinya ke bursa saham pada beberapa waktu lalu menjadi bukti, selain masalah good governance, adalah sulitnya mendapatkan keuntungan bersih di bisnis coworking space. Hal ini merupakan dampak kesalahan model bisnis yang digunakan.

WeWork berkembang terlalu cepat sehingga model bisnisnya menjadi tidak berkelanjutan dan hanya mengandalkan suntikan dana investor. Pertumbuhan yang terlalu cepat akan membunuh industri coworking space karena ada grace period yang perlu diperhitungkan.

Bisnis coworking space yang berkelanjutan sebaiknya mampu menemukan klien terlebih dahulu yang menginginkan sebuah area tertentu sebelum membuka tempat baru agar pendapatan sebuah lokasi dapat diprediksi dan menjadi acuan dalam mengembangkan bisnis ke depannya.

Kesalahan yang seringkali dilakukan pemain coworking space adalah menyewa sebuah tempat untuk kembali disewakan sehingga menambah beban finansial setiap bulannya. Oleh karena itu, konsep joint venture atau sharing revenue dengan landlord merupakan sebuah cara alternatif dalam membuka sebuah lokasi coworking space baru.

Saat ini, banyak pelaku coworking space yang telah kehilangan nilai dan fungsinya. Dari penyedia tempat kerja menjadi fokus ke bisnis properti dan melupakan esensi utamanya sebagai wadah utama dalam mendukung perkembangan ekosistem startup.

Idealnya coworking space harus mampu menjadi lebih dari sekedar penyedia ruang kerja, yaitu sebagai one stop solution platform bagi startup untuk berkembang dan sukses. Hal ini yang belum banyak dilakukan oleh pemain coworking space, padahal faktor ini merupakan salah satu daya tarik yang membedakan dengan perkantoran.

Saat ini banyak perkantoran yang mengadopsi suasana “segar” serupa dengan coworking space untuk mendukung produktivitas dan menghilangkan kejenuhan dalam bekerja. Namun hal tersebut tidak dapat menyamai coworking space karena tidak mempunyai elemen networking.

Nilai dan daya tarik coworking space juga terletak pada hubungan antar komunitas yang ada di dalam ekosistemnya dan dapat membuka berbagai peluang berkolaborasi untuk menciptakan sebuah karya. Hal tersebut merupakan nilai yang tidak didapatkan pada ruang perkantoran biasa.

Salah satu keunikan lain yang dapat ditawarkan oleh coworking space adalah koneksi internet yang cepat dan stabil. Meskipun terdengar sepele, banyak orang yang lebih memilih coworking space daripada menyewa ruang perkantoran biasa dengan kualitas koneksi internet yang berbeda jauh di bawah kualitasnya.

Pertimbangan harga juga menjadi salah satu kekuatan coworking space. Karena tergolong lebih murah dibandingkan menyewa ruang perkantoran, mayoritas publik lebih menyukai menyewa per bulan maupun minggu. Berbeda dengan perkantoran yang mengharuskan menyewa lebih dari satu tahun.

Fleksibilitas, networking, tempat yang strategis, dan kenyamanan merupakan faktor utama yang membuat industri coworking space akan bertahan dan tetap diminati di Indonesia. Hanya saja pelaku usaha coworking space harus berhati-hati dalam mengembangkan usahanya dan tidak terlalu ekspansionis agar mempunyai bisnis model yang berkelanjutan.

Yang perlu kita pahami adalah karakteristik startup yang tidak ingin repot memikirkan tempat. Bagi mereka yang penting adalah fokus menjalankan bisnis agar dapat bertahan, namun tetap ingin memiliki kantor di area pusat bisnis untuk menunjang produktivitas maupun membangun kredibilitas.

Industri coworking space di Indonesia akan terus berkembang dan masih mempunyai potensi yang besar. Menurut Asosiasi Coworking Indonesia, sejak 2017 hingga 2019 pertumbuhannya tercatat sekitar 70 persen. Hal tersebut juga didukung pergeseran tren yang dilakukan banyak perusahaan untuk berpindah ke coworking space dan karakteristik generasi milenial yang lebih suka bekerja di lingkungan yang dinamis dan nyaman.

Ke depannya akan banyak pengelola gedung perkantoran yang berkolaborasi dengan coworking space untuk mengikuti permintaan pasar ataupun mengubah model bisnisnya menjadi coworking space. Berdasarkan data Leads Property, hal tersebut juga sudah mulai terjadi saat ini ketika sebagian besar area perkantoran di Jakarta sudah dikelola pelaku coworking space.


Disclosure: Artikel tamu ini ditulis oleh Chief Marketing Officer Dreamhub Duan Akelyaman. Dreamhub adalah layanan coworking space yang menyediakan one-solution untuk membantu perusahaan membangun bisnis.

Menjamurnya startup di Indonesia disebut sebagai salah satu faktor yang membentuk titik jenuh

Menyiasati Titik Jenuh Beberapa Sektor Startup Indonesia

Pertumbuhan ekonomi digital Indonesia kini telah mencapai $40 milliar dan diproyeksikan akan terus bertambah seiring pertumbuhan jumlah pengguna internet. Bisnis e-commerce disebut-sebut sebagai penyumbang terbesar, namun di balik kesuksesan beberapa nama di sektor ini, tidak sedikit startup yang tumbang meskipun memiliki dukungan sumber daya dan dana yang cukup.

Isu ini menjadi salah satu yang dibahas dalam acara peresmian lokasi kedua co-working space DreamHub yang bertempat di Atrium Mulia, Jakarta Selatan. Indonesia disebut sedang mengalami titik jenuh, di beberapa sektor, terutama e-commerce.

Deputi Infrastruktur Bekraf Hari Sungkari menyampaikan, “Satu hal terpenting, startup yang dapat survive adalah startup yang memberi solusi atas suatu permasalahan dan fokus pada profit.”

Dalam mewujudkan hal ini, pelaku industri harus didukung iklim yang kondusif untuk bisa mewadahi pemikiran-pemikiran kreatif mereka agar tidak terbengkalai di masyarakat.

Kolaborasi untuk mencapai solusi

Saat ini, kehadiran para pemain e-commerce telah memberikan solusi bagi masyarakat dalam efisiensi berbelanja, yaitu secara online. Namun, seiring dengan terciptanya animo masyarakat untuk berbelanja online, muncul permasalahan-permasalahan baru yang mungkin tidak bisa diselesaikan oleh sektor e-commerce sendiri, misalnya sisi pembayaran dan logistik. Hal ini menciptakan peluang bagi pelaku industri untuk melahirkan inovasi baru atau berkolaborasi demi menyelesaikan permasalahan tersebut.

Menurut Gondang Prabowo, Head of Growth The Fit Company Group, semakin banyaknya startup yg hadir sebenarnya bukan malah menimbulkan titik jenuh, melainkan mendorong kompetisi yang semakin ketat. Pihaknya sendiri mengaku sedang menggalakkan kolaborasi demi mencapai solusi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi.

“Kita juga harus kritis dalam melihat produk kita sendiri. Banyak startup yang merasa produknya sudah bisa diterima pasar lalu semata-mata puas dan tidak mencoba kritis,” tambahnya.

Mencari celah di industri

Dari sisi investor, perusahaan modal ventura yang fokus pada pendanaan startup tahap awal, Venturra Discovery, melihat sudah terlalu banyak bisnis e-commerce yang menggarap pasar horizontal. Saat ini, pihaknya mengaku sedang fokus mendukung bisnis e-commerce vertikal tertentu, seperti Sociolla (kosmetik) dan Fabelio (furnitur).

Selain itu, masih ada potensi bisnis yang masih bisa digarap. Hari menyebutkan, beberapa sektor yang masih memiliki banyak ruang untuk diisi, contohnya agrikultur, perikanan, dan edukasi.

“Karena untuk membangun industri, kita butuh skill bukan cuma knowledge. Kita sedang dalam tahap darurat talenta. Sementara tingkat kepercayaan pengguna semakin tinggi, pendanaan mulai masuk, infrastruktur juga sudah terbangun, salah satu yang penting dan belum terpenuhi adalah talenta.” tuturnya.

DreamHUB terletak di Equity Tower, menargetkan 25% okupansi hingga November 2018

DreamHUB Hadirkan Coworking Space Premium di Kawasan SCBD

Terletak di kawasan SCBD Jakarta Selatan, coworking space DreamHUB resmi beroperasi. Menargetkan startup dan enterprise, coworking space DreamHUB menyediakan fasilitas kerja dengan harga premium untuk entrepreneur di ibukota. Serupa dengan coworking space lainnya, DreamHUB juga mengedepankan kolaborasi antar startup hingga komunitas, dilengkapi dengan ruangan privat, virtual office dan ruangan kerja bersama di Equity Tower Jakarta.

“Kami bisa menyebutkan bahwa dengan fasilitas dan lokasi strategis di SCBD jakarta, DreamHUB memiliki harga yang cukup terjangkau. Dengan demikian bisa menampung startup dan perusahaan yang ingin menyewa lokasi,” kata CEO DreamHUB Yan Prasetya.

Saat ini DreamHUB memiliki sekitar tiga startup yang bergabung, salah satunya perusahaan asal Vietnam. Hingga bulan November 2018 mendatang, DreamHUB menargetkan bisa mencapai hingga 25% okupansi. Tidak menargetkan startup dari kategori tertentu, DreamHUB terbuka untuk semua startup dan komunitas yang ingin bergabung dalam jaringan coworking space DreamHUB.

Tren coworking space di Indonesia

Dalam kesempatan tersebut President Coworking Indonesia Faye Alund menyebutkan, di tahun 2018 ini tercatat terdapat sekitar 220 coworking space yang tersebar di Indonesia. Jumlah ini, menurut Faye, mengalami kenaikan yang cukup pesat dibandingkan tahun 2015 lalu yang hanya berjumlah sekitar 35 coworking space di Indonesia. Di tahun 2016 jumlah coworking space mencapai 65 dan tahun 2017 berjumlah sekitar 180 coworking space di Indonesia.

“Kebanyakan kita melihat coworking space masih banyak tersedia di pulau Jawa, namun saat ini coworking space mulai menyebar di luar pulau Jawa hingga sampai ke Sumatera,” kata Faye.

Hadirnya coworking space asing ditanggapi Faye bukanlah masalah bagi pemilik coworking space lokal.

Tren dan kebiasaan target pasar yang masih memilih cafe atau coffee shop untuk bekerja, dibandingkan coworking space, justru dianggap menjadi kompetitor yang lebih sengit

“Untuk itu diperlukan kreativitas dan inovasi yang wajib untuk dihadirkan oleh pemilik coworking space di Indonesia. Pemilik harus memiliki visi dan kemampuan untuk bisa menjadikan coworking space mereka menarik dan dilirik oleh target pengguna,” kata Faye.