Tag Archives: DRivals

Sepak Terjang DRivals dan Team Scrypt Selama 2019

Tanpa terasa penghujung tahun 2019 sudah di depan mata. Banyak hal terjadi pada dunia esports. Tahun 2019 juga jadi tahun yang dinamik bagi Hybrid.co.id. Sejak lepas dari status ‘beta’ pada Februari 2019 lalu, Wiku Baskoro co-founder Hybrid.co.id sudah mengemukakan alasan atas hadirnya Hyrid di ekosistem esports.

Sejak awal, Hybrid tak hanya sekadar ingin menjadi media yang mewartakan perkembangan esports dan gaming, tetapi Hybrid juga ingin agar kehadirannya bisa memberi dampak berarti kepada ekosistem esports dan gaming lokal. Mendukung dan membantu tim, yang merupakan bagian ekosistem esports, ke arah lebih baik menjadi salah satu dari banyak cara Hybrid untuk mewujudkan visi tersebut.

Pada tahun ini, Hybrid mendukung dua tim esports di dua cabang game berbeda. Pertama ada DRivals, yang punya jajaran petarung Tekken 7 papan atas di skena Jakarta dan sekitarnya. Kedua ada Team Scrypt, tim berisikan sekelompok anak muda penuh ambisi mengejar prestasi di skena internasonal Rainbow Six: Siege.

Dalam artikel ini, kami akan sedikit melakukan kilas balik atas perjalan, prestasi dan pencapaian kedua tim tersebut sepanjang tahun 2019 ini.

Renjana berbuah prestasi

Passion, satu kata yang bisa dibilang sebagai bibit perkembangan dunia esports sampai jadi sebesar ini. Walau pada nyatanya passion saja tidak cukup membuat Anda bertahan di esports, namun perasaan mencintai hal yang dilakukan tetap menjadi bahan bakar yang membuat orang tetap punya alasan untuk terus melakukan apa yang ia lakukan.

Begitu juga dengan DRivals dan Team Scrypt. Saya bisa bilang bahwa kedua tim tersebut adalah tim yang sangat ambisius dan punya passion kuat dalam mengarungi kerasnya dunia esports. Banyak pemain mungkin sudah menyerah bertarung dalam dunia kompetisi game seperti Tekken 7 atau Rainbow Six: Siege. Selain kompetisinya yang keras, keuntungan material pada skena dua game tersebut juga bisa dibilang tidak sebesar skena mobile game yang memang belakangan sedang booming di Indonesia.

“Gue cukup yakin bahwa tim Indonesia itu pantas untuk menghadapi dan bisa menang lawan tim-tim hebat tingkat internasional. Karena hal itu gue jadi terus semangat untuk mengejar cita-cita gue, yaitu menjadi tim dan juga pemain Rainbow Six: Siege terbaik di dunia.” ujar Ilham Surya (Sunan), kapten tim Scrypt kepada saya dalam sesi Hybrid Talk yang kami lakukan November 2019 lalu.

Sumber: Facebook pribadi Jovian Cobus
Sumber: Facebook pribadi Jovian Cobus

Jovian (Cobus) kapten tim DRivals juga menceritakan bagaimana passion menjadi bahan bakar utamanya dalam mencapai mimpi jadi juara di skena Tekken. Dalam postingan pribadinya, ia mengatakan, “Sejak awal gue main Tekken pada zaman sekolah, kalah berkali-kali, gue gak pernah menyerah. Sampai akhirnya di tahun ini, gue yakin usaha keras memang tidak akan mengkhianati hasil. Karena pada akhirnya gue berhasil mendapatkan prestasi yang memuaskan setelah perjuangan keras tersebut.”

Tak heran jika ada banyak hal terjadi pada tahun 2019 ini. Mulai dari prestasi, sampai tantangan yang memberi pelajaran positif bagi kedua tim. DRivals mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berawal dari hanya memenangkan kompetisi tingkat grassroot saja, mereka mendapatkan puncak prestasinya saat Anthony (TJ), menjadi runner-up di gelaran IENC Road to SEA Games 2019. Jovian juga mengatakan bahwa kompetisi itu masih jadi salah satu pertandingan Tekken 7 terberat yang mereka jalani. Kompetisi tersebut juga menjadi turning point bagi DRivals yang membuat mereka jadi lebih terorganisir seperti sekarang.

Tahun 2019 dari kacamata kedua tim

Menjadi tahun kebangkitan bagi skena Tekken 7 di Indonesia, 2019 juga berarti banyak bagi DRivals. Pada awalnya tim ini hanyalah satu geng pertemanan di dalam komunitas Tekken. Dimulai dari dua bersaudara Aldo (JackBoostin) dan Aldi (NoDrop), DRivals ternyata menemukan teman-teman sepemikiran di sepanjang perjalanannya, yang membuatnya kini jadi berisikan 21 orang.

Momen IENC Road to SEA Games 2019 menjadi momen yang mendorong mereka untuk lebih serius mengembangkan tim. Ketika itu DRivals mendapat momentum dengan menempatkan dua anggotanya di top 3 kompetisi tingkat nasional. Selain TJ di posisi 2, adik Jovian yaitu Javier (Ayase), juga berhasil mendapatkan peringkat ketiga.

Dari momen tersebut, mereka mulai berusaha mengembangkan sayapnya, memperkenalkan DRivals kepada khalayak lebih banyak. Sejak Agustus, mereka mulai membuat konten streaming dengan berbagai program seperti DRivals Gopay Challenge, DRivals Cup, dan DRivals Team War.

Selain itu, mereka juga giat membuat konten video seputar Tekken. Hybrid turut membantu hal ini dengan menyediakan fasilitas berupa studio bagi DRivals dalam membuat konten talkshow, tutorial, bedah match, dan lain sebagainya.

Jovian bercerita, buah dari usahanya mengenalkan DRivals dan Tekken ke khalayak ramai ternyata berhasil menarik perhatian yang cukup positif. Saat ini, channel Youtube DRivals on Air sudah punya 600 subscribers. Bukan angka yang besar kalau dibanding JessNoLimit, tapi itu adalah jumlah yang cukup besar bagi channel Youtube dengan konten Tekken 7 berbahasa Indonesia.

Dokumentasi Hybrid - Ajie Zata
Dokumentasi Hybrid – Ajie Zata

Usaha mereka memperkenalkan DRivals ke komunitas juga terbukti berhasil menarik perhatian. Jumlah anggota mereka bertambah dengan cukup signifikan. Apalagi kehadiran Hybrid Dojo sebagai ajang temu komunitas Tekken 7, juga mempermudah DRivals untuk bertemu kawan baru dan petarung potensial untuk direkrut ke dalam tim.

Berkat itu, DRivals yang awalnya hanya beranggotakan 9 orang saja, kini berkembang jadi punya 2 sub-divisi. Kini mereka punya sub-divisi bernama DRivals X, berisikan 9 orang pemain berusia muda yang punya penuh potensi. Sub-divisi kedua mereka adalah wadah bagi pecinta Tekken perempuan untuk berkomunitas dan berlatih tanding yang bernama DRivals Girls. Saat ini, sub-divisi perempuan DRivals baru memiliki 3 orang anggota saja.

Setelah cukup menguasai skena kompetisi di sekitar Jabodetabek, tahun 2019 juga jadi momentum DRivals menjajal kemampuannya pada pertandingan yang ada di luar Indonesia. Sampai saat ini, ada dua pemain DRivals yang sudah berangkat ke luar negeri, yaitu TJ yang bertanding pada REV Major 2019, dan Retardo yang mengikuti Last Chance Qualifier TWT 2019.

Bukan hanya bagi DRivals, tahun 2019 juga jadi tahun yang penting untuk Team Scrypt. Ajie Zata (WildLotus) manajer Team Scrypt mengatakan bahwa tahun 2019 adalah tahun kompetitif kedua bagi mereka. Walau mungkin tidak diwarnai prestasi-prestasi gemilang, namun mereka menghadapi momen naik turun yang memberi banyak pelajaran bagi proses perkembangan tim. Tantangan pertama yang harus mereka terima adalah menghadapi 2019 dengan tanpa dukungan organisasi esports. Momen ini terjadi tepatnya pada akhir 2018 lalu, ketika Aerowolf akhirnya melepas Sunan dan kawan-kawan, dan memaksa mereka berjalan sendiri dengan nama Team Scrypt.

Belum lagi di awal 2019 mereka juga harus menghadapi bongkar pasang roster, seperti Lads dan Kenody yang keluar karena beberapa urusan dan Array yang memutuskan untuk tetap bermain bersama Aerowolf. Akhirnya untuk Pro League 9, mereka bertnding dengan roster berisikan Sunan, Kicked, Evou, Quervo, dan SpeakEasy.

Badai pergantian roster tidak berhenti sampai situ saja. Setelah first-half Pro league 9, SpeakEasy juga keluar, memutuskan untuk gabung dengan Aerowolf. Rixx datang sebagai pengganti. Namun demikian, semangat Team Scrypt untuk menembus skena Internasional tetap tak terhentikan.

Sumber: dokumentasi - Team Scrypt
Sumber: dokumentasi – Team Scrypt

Mereka berusaha mengikuti qualifier kompetisi besar seperti Raleigh Major, ataupun menembus tingkat yang lebih tinggi lewat Pro League. Berkali-kali hampir lolos, namun usaha mereka sepertinya masih belum bisa membuahkan hasil yang manis. Namun demikian, disela itu mereka juga mendapat buah prestasi di kancah lokal lewat gelaran ESL Indonesia Community Cup.

Namun demikian, mereka kembali harus menghadapi tantangan. Ini mungkin adalah tantangan terbesar yang harus dihadapi oleh Team Scrypt pada tahun 2019. Pada R6 Pro League Season 10, mereka harus menerima satu kejadian yang cukup membuat terpukul. Kejadian tersebut adalah ketika mereka harus berjibaku dengan masalah internal, yang membuat Team Scrypt terdepak dari Pro League dan dipaksa mendaki dari awal lewat Challenger League Season 10.

Sumber: dokumentasi - Team Scrypt
Sumber: dokumentasi – Team Scrypt

Namun, tantangan datang dengan berkah, Array setuju untuk kembali bergabung dengan Team Scrypt. Tolji, pemain muda andalan Team Scrypt akhirnya cukup umur untuk mengikuti kompetisi Pro League. Kedatangan pemain tersebut, Ajie akhirnya memutuskan turun dari dunia kompetitif dan fokus menjadi manajer tim.

Setelah jatuh bangun di Challenger League Season 10, kembali menghadapi bongkar pasang roster, mereka akhirnya berhasil memenangkan kompetisi tersebut yang memberi Team Scrypt hak atas slot ProLeague Season 11 yang dimulai pada Januari 2020 nanti. Selain dari itu, jelang akhir tahun ini Team Scrypt juga mendapat buah prestasi lokal berupa juara pertama di gelaran R6S Road to Hybrid Cup #1.

Tantangan untuk menjadi lebih baik

Terlepas dari semua tantangan yang dihadapi DRivals dan Team Scrypt, tahun 2019 tetap menjadi tahun yang penting dengan berbagai prestasi yang mereka kumpulkan sepanjang tahun ini. Berikut pencapaian DRivals dan Team Scrypt sepanjang tahun 2019.

Deretan Pencapaian Drivals tahun 2019

  • Januari 2019 – MyRepublic FightFest
    • DRivals | TJ – 2nd place
  • Februari 2019 – ExtraXpo CIMB Niaga
    • DRivals | TJ – 2nd place
  • Maret 2019 – ESL Indonesia
    • DRivals | Ayase – 2nd place
  • Mei 2019 – MSI Invitation Gaming Competition
    • DRivals | TJ – 1st place
  • Juli 2019 – IENC Road to SEA Games 2019
    • DRivals | TJ  – 2nd place
    • DRivals | Ayase  – 3rd place
  • Agustus 2019 – Gelar Jepang UI Tekken Competition
    • DRivals | Cobus – 2nd place
  • September 2019 – Hybrid Cup Tekken 7
    • DRivals | TJ – 2nd place
    • DRivals | Pricefield – 3rd place
  • Oktober 2019 – Indonesia Comic Con 2019 Tekken 7 Competition
    • DRivals | Cobus – 2nd place
  • Oktober 2019 – Creator SuperFest 2019 Tekken 7 Competition
    • DRivals | RTM
Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Hybrid Cup Series Play on PC Tekken 7 Team Fight. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono
  • November 2019 – Hybrid Cup Series Play on PC Tekken 7 Team Fight
    • (DRivals On Air) TJ, Cobus, Ayase – 1st place
    • (DRivals NightCook) RTM, PriceField, Zwei – 2nd place
    • (DRivals | Retard Brothers) Jackbosstin, NoDrop, Retardo – 3rd Place
  • Desember 2019 – Asus ROG Tekken 7 Competition
    • DRivals | Cobus – 1st place
    • DRivals | RTM – 3rd place
  • Desember 2019 – Lenovo Legion Tekken 7 competition
    • DRivals | Cobus – 1st place
    • DRivals | TJ – 3rd place
  • Desember 2019 – ExgCon Tekken 7 Tournament by Advanced Guard
    • DRivals | Cobus – 1st place
  • Desember 2019 – Lenovo Legion Legacy Tekken 7 Competition
    • DRivals | Cobus – 2nd place
    • DRivals | NoDrop – 3rd place

Deretan Pencapaian Team Scrypt tahun 2019

  • April 2019 – ESL Pro League Season 9 SEA – 3rd place
  • Agustus 2019 – Raleigh Major Qualifier – 3rd place
  • Agustus 2019 – ESL Indonesia Community Cup – 1st place
  • November 2019 – ESL Challengger League Season 10 SEA – 2nd Place (Qualified to ESL Pro League Season 11)
  • November 2019 – Six Invitational Open Qualifier SEA – 1st place
  • November 2019 – Six Invitational Closed Qualifier SEA – 2nd place

Team Scrypt dan juga DRivals, keduanya siap menyongsong tahun baru 2020 dengan semangat dan pencapaian-pencapaian baru yang ingin dicapai. Ajie bercerita, untuk Team Scrypt, mimpi besar mencapai panggung Six Invitational masih jadi yang utama. Lalu untuk mencapai itu, Ajie melengkapinya dengan mimpi-mimpi yang lebih kecil seperti lolos ke dalam gelaran Major, dan juga mencapai APAC Finals di Pro League season 11.

Sambil mencapai hal tersebut, Team Scrypt juga terus berusaha mempublikasikan R6S ke komunitas dan juga khalayak umum. Selain dengan bantuan Hybrid sebagai rekan media, mereka juga memiliki beberapa channel pribadi milik beberapa pemain. Seperti Kicked dengan channel Youtube miliknya, serta Quervo dan Array dengan channel Twitch miliknya masing-masing.

Sementara bagi DRivals, tujuan mereka di tahun 2020 adalah semakin mengembangkan sayap mereka di skena lokal dan internasional. “Kami ingin bisa menjaring lebih banyak bakat baru di Tekken Indonesia. Selain itu, kami juga ingin bisa lebih memberi pengaruh kepada ekosistem, agar masyarakat bisa lebih mengenal Tekken.” ucap Jovian kepada Hybrid.

Setelah cerita panjang naik turun kedua tim di tahun 2019, mari kita bersiap dan berdoa, agar 2020 nanti juga menjadi tahun yang baik bagi kedua tim dan juga Hybrid. Kami dengan visi untuk memberi dampak kepada ekosistem esports Indonesia, akan tetap mendukung kedua tim tersebut agar mereka bisa menggapai mimpi-mimpinya di tahun 2020 nanti.

Header Image by Hybrid – Ajie Zata

Pengalaman Komunitas Tekken Indonesia Mengikuti Last Chance Qualifiers TWT Finals 2019

Tekken World Tour 2019 Finals (TWT Finals 2019) telah usai digelar. Kini, semua perjuangan dan pertarungan hanya tinggal cerita saja. Selain dari cerita manis kemenangan Chikurin dan Jepang di kompetisi Tekken 7 paling bergengsi ini, ada juga cerita lain yang datang dari komunitas Tekken Indonesia.

Berhubung lokasi acara Tekken World Tour 2019 Finals di Thailand, alhasil beberapa pemain komunitas Tekken Indonesia memutuskan untuk bertandang untuk menghadiri, juga menjajal kemampuan di Last Chance Qualifier TWT Finals 2019. Total ada 15 orang yang turut hadir dan meramaikan gelaran TWT Finals 2019. Sebanyak 11 pemain mengikuti Last Chance Qualifier, sementara 4 sisanya hadir untuk menyaksikan keseruan pertarungan jago Tekken dari berbagai belahan dunia, berikut daftarnya:

Pemain Indonesia Peserta LCQ:

  • Alter Ego | R-tech
  • MYTH | Jinrei aka MrV
  • DRivals | Retardo
  • UwU | Clice
  • UwU | Arfear
  • UwU | nafilo
  • Advance Guard | buramu
  • M45T4Z
  • ManggaDuaPlayer
  • Rakun Ratrickz
  • Sableng-sama

Komunitas Tekken Indonesia yang turut hadir di TWT Finals 2019

  • Abuget Gaming | Kontoru
  • Arcade Stick Indonesia | Wazwuz
  • Lee_yo
  • Sbyrazor

Last Chance Qualifier (LCQ), seperti namanya, adalah kesempatan terakhir bagi jago Tekken berbagai belahan dunia untuk dapat bertarung di panggung utama TWT Finals 2019. Berhubung ini adalah kesempatan terakhir, tentu saja fase ini diikuti oleh pemain-pemain berpengalaman tinggi. Diikuti oleh 256 pemain, hanya ada satu pemain saja yang bisa lolos ke TWT Finals 2019. Kalau bisa dibilang, pertarungan LCQ TWT Finals 2019 mungkin lebih terasa seperti Battle Royale dibanding dengan PUBG itu sendiri. Semua pemain hanya akan bergantung pada dirinya sendiri. Setiap lawan adalah lawan yang mengerikan.

Sumber: Instagram UWU Gaming
Sumber: Facebook Advanced Guard

Banyak nama besar juga bertanding dari fase ini. Pemain-pemain Korea seperti Jeondding dan EyeMusician contohnya, pemain Jepang seperti Pekos dan Kagemaru, bahkan juga diikuti oleh kontingen SEA Games dari Filipina dan Thailand, yaitu AK, Doujin, dan Book. Tak lupa, para pemain Pakistan seperti Atiff Butt dan Bilal juga turut berpartisipasi. Segitu banyak peserta yang mengikuti kualifikasi dibagi jadi dua gelombang pertandingan, dengan masing-masing gelombang berisikan 128 pemain yang dibagi menjadi 8 grup.

Pemain-pemain Indonesia, secara realistis sebenarnya cukup sulit untuk mengejar ini, bahkan untuk setidaknya mendapat 8 besar saja. Maka dari itu, gelaran LCQ ini dijadikan sebagai ajang jajal kemampuan sambil mencari pengalaman.

Tak lengkap rasanya jika bicara fighting game tanpa menyertakan pengalaman personal dari sosok “sepuh” di komunitas FGC Indonesia, yaitu Bramanto Arman. Mengikuti kompetisi dengan menggunakan nama AdvanceGuard.Buramu, ia mengakui bahwa memang ada jurang perbedaan kemampuan yang jauh antara dirinya dengan lawan yang dihadapi.

“Saya ketika itu melawan dua pemain Jepang, yaitu Gen dan SHUDY. Ketika itu saya merasa memang ada perbedaan kemampuan yang cukup jauh, terutama saat lawan Gen. Kalau lawan SHUDY, saya masih bisa memberi sedikit perlawanan, walau akhirnya kalah juga.” Bram menceritakan pengalamannya kepada saya.

“Soal perbedaan kemampuan atau skill gap, saya merasa permainan yang dilakukan Gen memang sangat solid. Maksudnya solid adalah dari pressure yang dilakukan hampir tidak pernah terlalu sembrono. Dia juga bisa whiff punish atau membalas gerakan yang tidak kena dengan tepat sasaran. Gambaran awamnya mungkin begini, dia sudah bisa menebak apa yang akan saya lakukan dan selalu punya jawaban atas gerakan saya yang berisiko. Sementara di sisi saya, saya kehabisan akal atas apa yang dilakukan Shaheen dari Gen.” ujar Bram.

Sorotan cerita yang tak kalah menarik dalam kisah percobaan Indonesia di LCQ TWT Finals 2019 ini adalah keberanian para newcomers dari tim UWU menjajal kemampuan senior-senior kelas dunia. Penasaran dengan pengalamannya, saya menanyakan salah satu pemain UWU, Olifan Okto “Nafilo” Pradana .

Sumber: Instagram UWU Gaming
Sumber: Instagram @UWU.Gaming

“Jujur gue sih dapat banyak sekali pelajaran selama perjalanan gue bertanding di sana.” jawab Olifan membuka pembahasan. Dalam ceritanya dia menyoroti soal dua hal, yang pertama soal kemampuan jago-jago Tekken Pakistan. Belakangan pemain-pemain Tekken asal Pakistan sedang menjadi sorotan setelah beberapa kali memberi perlawan berarti kepada jago Tekken Korea Selatan, bahkan sempat memenangkan beberapa kompetisi.

Walau komunitas menganggap ini sebagai kebenaran, namun tak lengkap sepertinya jika tidak menjajal sendiri kemampuan para pemain Paksitan. “Gue sempat mengikuti sesi latih tanding pada H-1 LCQ dan melawan pemain Pakistan. Ketika melawan mereka, kesan pertamanya adalah mereka main seperti robot! Whiff punish selalu tepat sasaran, block punish atau serangan balasan setelah bertahan juga selalu tepat sasaran. Jadi, permainan mereka itu betul-betul next level sih, setidaknya buat gue.” ujar Olifan.

Cerita berikutnya adalah soal perjalanannya selama LCQ. Ketika itu ia sempat menghadapi peman asal Jepang, Jyotaro, yang dikenal jago memainkan Noctis. “Kesan pertama gue adalah, gue langsung merasa bahwa ada yang salah dengan metode bermain gue selama ini.” Jawabnya.

“Misal, waktu akan melakukan whiff punish, gue biasanya memilih melakukan gerakan lebih berisiko demi damage besar ketimbang memberi sedikit damage dengan gerakan yang sudah pasti kena. Pelajaran itu berasa banget buat gue. Walau cuma main selama sekitar 6 menit, tapi gue dapat pengalaman berharga yang bisa mengubah cara pandang gue terhadap cara main Tekken.” Olifan menjelaskan lebih lanjut.

Pengalaman bermain mungkin hanya satu dari banyak pengalaman berharga yang dinikmati oleh komunitas Tekken Indonesia selama gelaran TWT Finals 2019 di Thailand kemarin. Tak lupa, momen foto-foto, meet and greet dengan Katsuhiro Harada sang kreator Tekken, ajang kumpul dengan para jago Tekken dari berbagai belahan dunia jadi pengalaman lain yang tak kalah berharga.

Semoga segala pengalaman tersebut bisa menambah kemampuan para pemain dari komunitas Tekken Indonesia. Semoga juga, pengalaman ini bisa membawa Indonesia menunjukkan taringnya di peta kekuatan pertarungan Tekken internasional masa depan!

DRivals

Dari Komunitas ke Profesional – Perjalanan DRivals Membina Tekken di Indonesia

Fighting game merupakan salah satu genre esports tertua di dunia, bahkan mungkin yang tertua. Semenjak Street Fighter II: The World Warrior muncul pada tahun 1991, para pemain fighting game sudah lazim mengadakan kompetisi di pusat-pusat arcade meskipun skalanya tentu tidak begitu besar. Ajang fighting game terbesar dunia, Evolution Champion Series (EVO), awalnya pun hanya kompetisi kecil-kecilan antar komunitas. Tapi lihat sekarang, EVO telah menjadi sebuah festival akbar yang melibatkan sponsor-sponsor besar industri game.

Tradisi grassroot di dunia fighting game selalu menciptakan kisah-kisah menarik dalam perjalanannya. Begitu pula di Indonesia. Contohnya perjalanan tim DRivals yang saat ini dikenal memiliki pemain-pemain Tekken yang hebat, bahkan salah satunya menjadi pemain timnas untuk SEA Games 2019. Hybrid berbincang-bincang dengan leader DRivals, Jovian Yoe Cobus alias Cobus, untuk mengenal lebih jauh bagaimana tim ini dibentuk hingga menjadi seperti sekarang. Simak pemaparannya di bawah.

Tim muda yang punya karya

Sebetulnya DRivals adalah tim yang usianya masih tergolong muda. Bermula sebagai komunitas biasa, DRivals didirikan pada tahun 2018 oleh dua pemain yaitu saudara kembar Aldi (NoDrop) dan Aldo (Jackbosstin). “Nama DRivals awalnya dari PSN ID mereka saja, terus temen-temen pada ikutin pake tag pas turnamen,” kata Jovian. Di dunia fighting game memang lazim ditemui penambahan nama tim di depan nama pemain untuk menunjukkan keanggotaan. Contohnya pemain bernama Jackbosstin dari tim DRivals, dalam turnamen akan ditulis sebagai DRivals | Jackbosstin.

Jovian bercerita, “Mungkin DRivals itu kayak pelopor tim Tekken di Indonesia sih. Sebelumnya ga ada yang pakai tim paling, tapi sejak DRivals pakai nick tag team di turnamen jadi banyak muncul-muncul tim/dojo/klan lah ya sebutnya di turnamen Tekken. Contoh kayak tim UWU, WIF, Chaos, Myth, dan lain-lain.”

DRivals - Technofest
DRivals di ajang Technofest 2018 | Sumber: Dokumentasi DRivals

Reputasi DRivals di kancah Tekken Indonesia semakin meningkat ketika kedatangan tiga orang yang menamakan diri mereka tim Palem Rangers. Mereka adalah Javier (Ayase), Anthony (TJ), serta Jovian (Cobus) yang semuanya lebih berpengalaman dalam bermain Tekken dibanding anggota-anggota awal DRivals.

Tim Palem Rangers sendiri sebetulnya memiliki anggota-anggota lain, namun sayangnya di era Tekken 7 kebanyakan sudah tidak aktif. Jadi peleburan dua tim ini memberi banyak manfaat bagi DRivals karena mereka bisa meningkatkan skill dengan bantuan anggota yang lebih senior.

Terbukti, sejak bergabung dengan Tim Palem Rangers, reputasi DRivals semakin menanjak karena nama mereka sering muncul sebagai juara. Reputasi ini tidak hanya didapat oleh pemain-pemain seniornya. Pemain-pemain lainnya pun terus berlatih dan meningkatkan skill sehingga banyak meraih prestasi.

Deretan pencapaian tim DRivals antara lain:

Tumbuh bersama ekosistem Tekken lokal

Franchise Tekken di Indonesia sudah terkenal bahkan sejak zaman Tekken 2 di PS1 dulu. Namun begitu Tekken 7 dirilis untuk console dan PC pada pertengahan 2017 lalu, popularitas Tekken di negara kita ini mendadak mengalami ledakan hebat. Tekken 7 sekarang menjadi judul fighting game yang paling ramai peminat, bukan hanya di ranah kasual tapi juga di dunia kompetitifnya di berbagai penjuru Nusantara.

DRivals - ESL Indonesia Championship
DRivals di ESL Indonesia Championship | Sumber: Dokumentasi DRivals

“Kalau menurut saya sih sekarang lagi berkembang banget ya. Emang ga bisa dipungkiri Tekken massanya paling banyak dibanding FGC (fighting game community) lain, seperti Pak Bram dari Advance Guard juga bilang gitu,” ujar Jovian, “Kalau Tekken pesertanya 100, mungkin game lain hanya 20 udah susah kumpulnya.”

DRivals pun demikian, mengalami peningkatan yang sangat pesat dalam waktu kurang dari setahun saja. Sebelumnya DRivals sama sekali bukan tim unggulan di turnamen karena notabene anggotanya adalah newcomer. Tapi dengan banyak melakukan gathering, latihan, hingga streaming, tim ini bisa menunjukkan performa yang terus membaik.

Saat ini kegiatan DRivals yang paling utama adalah streaming sekaligus latihan. Mereka membuat jadwal streaming tiap hari Selasa untuk Tekken 7 versi Steam, dan Kamis untuk PS4. Selain itu mereka kerap berkumpul untuk berlatih bersama di rumah NoDrop dan Jackbosstin saat akhir pekan, ditambah berkumpul di Hybrid Dojo baik untuk gathering ataupun turnamen kasual. DRivals juga aktif menciptakan konten di channel YouTube DRivals on Air, baik itu berupa streaming, challenge, analisis pertandingan, talk show, dan lain-lain.

Selama kurang lebih satu tahun perjalanannya, DRivals pun sudah mengalami datang dan perginya anggota tim. Kini DRivals memiliki anggota sebanyak 9 pemain, yaitu:

  1. DRivals | TJ
  2. DRivals | Ayase
  3. DRivals | Cobus
  4. DRivals | NoDrop
  5. DRivals | Jackbosstin
  6. DRivals | Kids
  7. DRivals | RTM
  8. DRivals | Adnairoon
  9. DRivals | Retardo

Dari komunitas ke profesional

Tokopedia IENC 2019 menjadi titik awal baru bagi DRivals yang saat ini tengah berevolusi dari tim biasa menjadi tim profesional. Jovian berkata, “Setelah momen juara TJ dan Ayase di IENC 2019 dan mewakilkan Indonesia ke SEA Games maka kami memutuskan untuk lebih serius di dalam scene Tekken 7, dan memutuskan untuk menjadi tim profesional dengan mencari sponsor dengan tujuan untuk lebih bisa mengharumkan nama Indonesia terutama di luar negeri.”

Menariknya, TJ dan Ayase sempat mendapat tawaran untuk bergabung dengan tim esports lain. Namun mereka lebih ingin tetap membawa bendera DRivals, dan justru ingin mencari sponsor untuk seluruh tim (bukan perorangan) supaya tim ini bisa berdiri sendiri sebagai tim esports profesional. “Sekarang kami sudah menjalin kerja sama dengan beberapa pihak, salah satunya yaitu Hybrid.co.id sebagai media partner kami,” kata Jovian.

DRivals - Tokopedia IENC
Top 3 Tokopedia IENC diisi 2 pemain DRivals | Sumber: Dokumentasi DRivals

Dengan begitu banyak pencapaian yang telah diraih, patut diakui bahwa TJ adalah pemain terkuat DRivals saat ini. Tapi uniknya TJ justru mengaku termasuk jarang berlatih, dalam artian jam bermainnya relatif rendah dibandingkan anggota-anggota lainnya. TJ lebih banyak menghabiskan waktu untuk menganalisis pertandingan-pertandingan di luar negeri dan cara bermain para pro player.

“Dia lebih banyak belajar di sana sih, dan emang mental turnamen dia sudah bagus karena sering juara,” papar Jovian. “Dia juga sempat ngalahin Meat satu kali di Winners Bracket (Tokopedia IENC 2019), yang di mana itu adalah kekalahan 1 set pertama Meat selama di turnamen Indonesia, yang bikin Meat harus ke Losers Bracket berjuang dari sana dan akhirnya ketemu TJ lagi Grand Final dia menang dan juara 1.”

Sebagai bagian dari pelatnas SEA Games 2019, Meat dan TJ sempat dijadwalkan bertandang ke Malaysia untuk mengikuti turnamen Tekken World Tour (TWT) di FV Cup 2019. Namun sayangnya TJ batal berangkat karena satu dan lain hal. Sementara Meat sempat meraih kemenangan di sana namun terhenti sebelum maju ke babak Top 32. Nantinya mereka juga direncanakan berpartisipasi di TWT Rev Major (Filipina) pada bulan September, TWT Tokyo Masters (Jepang) di bulan Oktober, hingga puncaknya di bulan November – Desember yaitu SEA Games 2019.

Jovian sebagai leader tim DRivals ingin SEA Games ini bisa menjadi momen yang mendongkrak popularitas fighting game agar bisa menyaingi cabang-cabang esports lain, seperti Mobile Legends atau PUBG. Ia percaya bahwa potensi esports di Indonesia sangat besar—baik di fighting game atau di genre lainnya. Langkah pemerintah untuk mendukung esports di SEA Games memang sudah bagus, tapi tentunya masih ada hal-hal yang dapat diperbaiki.

“Harapan saya sih untuk DRivals yah terus berlatih sih ya, sama berkembang karena ekosistem kompetitif di Tekken 7 ini sangat ketat. Lawan juga tambah kuat dari waktu ke waktu. Dan kalau bisa semua nyusul skill TJ supaya bisa ganti-gantian wakilin Indonesia baik individu maupun bawa bendera negara di luar negeri. Dan berharap juga ada sponsor yang bisa mendukung kita untuk go internasional,” tutur Jovian.

Tahun 2019 ini merupakan tahun yang sangat mengasyikkan bagi dunia fighting game berkat banyaknya judul berkualitas dan ekosistem esports yang masih terus tumbuh. Bagi DRivals, momen ini adalah langkah awal untuk menjadi tim profesional sejati dengan pemain-pemain bertalenta yang mampu mengharumkan nama bangsa. Dibandingkan waktu pertama berdiri memang tim ini sudah banyak berkembang, tapi masih banyak ruang untuk berkembang lebih jauh lagi.

Bila Anda ingin memantau perkembangan tim dan komunitas DRivals lebih jauh, Anda bisa follow kanal-kanal media sosial DRivals di Facebook, Instagram, dan YouTube. Jangan lupa tonton siaran streaming DRivals on Air setiap Selasa dan Kamis untuk konten-konten menarik seputar Tekken, khususnya di Indonesia.

Disclosure: Hybrid adalah media partner DRivals.