Tag Archives: drone

Terra Drone Corporation, startup pengembang teknologi drone, mengumumkan akuisisi terhadap Avirtech, startup drone untuk industri pertanian

Startup Pengembang Drone Pertanian Avirtech Diakuisisi Perusahaan Serupa Asal Jepang

Terra Drone Corporation, startup pengembang teknologi drone dan Urban Air Mobility (UAM) asal Jepang, mengumumkan akuisisi terhadap Avirtech, startup sejenis yang berfokus untuk keperluan pertanian di Asia Tenggara yang berbasis di Singapura.

Dalam tindak lanjut aksi korporasi ini, Terra Drone membentuk anak usaha Terra Drone Agri di Malaysia dan Indonesia dengan merek Terra Agri. Baik Terra Drone dan Avirtech memiliki cakupan bisnis di Asia Tenggara. Avirtech beroperasi di Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Berdasarkan keterangan resmi yang disampaikan perusahaan pada hari ini (21/9), semua pemangku kepentingan mengakui manfaat teknologi drone karena semakin banyak petani di seluruh dunia yang mengakuinya. Lantaran drone dapat meningkatkan keberlanjutan dengan penyemprotan pestisida yang efisien dan mengurangi jejak karbon.

Mengutip dari hasil riset yang diungkap oleh Drone Industry Insights, Terra Drone diakui sebagai salah satu penyedia layanan drone terkemuka di dunia. Terdapat lebih dari 3.000 proyek survei dan inspeksi yang berhasil diselesaikan di 10 negara. Anak usaha Terra Drone, Unifly, telah menciptakan solusi Unmanned Traffic Management (UTM) yang paling banyak digunakan di Amerika Utara, Eropa, dan Timur Tengah.

Selain Avirtech, di Indonesia sebenarnya ada sejumlah startup dengan solusi serupa, salah satunya ARIA.

Kembangkan drone penyemprot pestisida

Avirtech itu sendiri menyediakan sistem kecerdasan tanaman dan kontrol perkebunan untuk memantau kondisi situs melalui informasi udara dan darat, seperti topografi, kesehatan tanaman, kualitas tanah, curah hujan, aktivitas operasi pertanian, serta proses lain yang diperlukan untuk siklus produksi.

Melalui pertanian presisi dan wawasan berbasis data, Avirtech mempercepat digitalisasi perkebunan untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja dan meningkatkan keberlanjutan jangka panjang. Solusi yang mereka berikan dinilai sangat membantu petani kelapa sawit dan perusahaan perkebunan dalam mengurangi kegagalan panen, serta menghemat biaya operasional hingga 30%.

Avirtech mengembangkan drone penyemprotan pestisida dengan teknologi gimbal yang diklaim pertama di dunia. Drone buatan Avirtech disebutkan mampu terbang hingga 4.000 kali dalam sehari. Perusahaan tersebut juga turut berkontribusi dalam pengembangan budidaya tanaman secara ilmiah untuk lebih dari 200 ribu hektar lahan yang tersebar di Indonesia dan Malaysia.

Kedua negara ini merupakan dua produsen terbesar untuk minyak kelapa sawit yang menguasai 80% dari produksi global. Meski begitu, masih terdapat serangkaian masalah serius yang dihadapi, misalnya deforestasi, dampak lingkungan, kesenjangan tenaga kerja, kelangkaan tenaga kerja, dan berbagai tantangan dalam bidang lingkungan.

“Lonjakan harga minyak kelapa sawit yang disebabkan oleh keterbatasan pasokan juga menjadi salah satu hambatan utama,” ujar manajemen Terra Drone.

Melalui lini bisnis Terra Drone, Avirtech berupaya mengatasi masalah keterbatasan tenaga kerja, meningkatkan keselamatan kerja, dan produktivitas di industri kelapa sawit. Avirtech juga berkomitmen untuk mendukung produksi minyak kelapa sawit yang berkelanjutan, serta memberikan nilai tambah sebagai investasi dalam ESG (Environmental, Social, and Governance).

“Dengan menggabungkan kepakaran Terra Drone sebagai pemimpin global dalam Unmanned Aerial Vehicle (UAV) dengan teknologi drone Avirtech dalam pertanian presisi, Terra Agri optimis mengalami pertumbuhan pesat di pasar Indonesia dan Malaysia,” pungkas manajemen.

ARIA Agritech’s Strategy to Produce New Generation of Indonesian Farmers

One of the biggest obstacles in the agriculture industry is the lack of interest among young generation of becoming farmers. The large amount of land to be cultivated using conventional methods also makes it difficult for most farmers to optimize their performance.

In fact, when there is a pest attack, farmers should have anticipated quickly and it usually requires a large number of workers to carry out the process. As a result, many farmers experienced crop failures and large losses because it was too late to overcome the issue.

Through this problem, ARIA, as an agritech startup, comes with a solution to increase productivity using drones and IoT, while providing prevention and predictive agricultural solutions to large-scale farmers and plantations. In addition, the idea for developing this product is to help farmers and plantation owners get good agricultural products, while at the same time attracting more young farmers to enter the agricultural sector.

ARIA’s Co-Founder & CEO, William Sjaichudin revealed to DailySocial, starting with drone technology, they wanted to be an agritech platform that could help farmers get quality agricultural products with the right planting process, while minimizing labor work in the field.

“Most agritech platforms in Indonesia are currently focused on the supply chain. However, many of them are complaining about the low quality of farmers’ harvests. With the technology and services we have, we want to overcome these problems and focus on quality control,” William said.

Focus on B2B segment

ARIA’s drone spray technology

ARIAwas co-founded by Arden Lim (CPO) and Yosa Rosario (COO). Currently, they operate two business verticals, B2B companies such as plantations and forestry. Especially for B2B clients, ARIA provides SaaS technology that helps them to carry out the planting process using directly connected data, so they can carry out accurate spraying activities.

Meanwhile, for both individual and farmers who own plantations, they expect to apply the best practices that previously been applied to large companies such as Sampoerna, Sahabat Agro Group, Sinarmas, Triputra Group, and as ARIA’s current clients.

“Our target this year is to be able to serve 60 to 70 percent of B2B clients and 30 percent to farmers. We hope that ARIA can also help through programs owned by local governments and available vacant land,” William added.

Starting from technology, ARIA is quite confident to create jobs that attract the new potential farmers in Indonesia. Therefore, the regeneration of farmers can run well, replacing the farmers who are currently fewer in number and most of them have aged.

From the responses of farmers in various regions who welcome their mapping technology and drone spray, ARIA sees the potential to be able to produce new young farmers and drone pilots in the future.

“For the drone pilots, we currently have around 16 people and targeting to grow 40 more by the end of the month. Our drone pilots come from each region, adjusting the demand from the units ordered,” William said

ARIA adopts a business model as a service company. As buying and selling drones is difficult, their way of running a business is to provide drones at a low cost,  service per hectare. Thus, it can be more affordable for farmers. In order to integrated services, ARIA also collaborates with Bayer in the supply of chemicals for agriculture.

“In the future, we want to be able to make our own drones. What distinguishes us from other platforms is our direct approach by providing solutions. We are an end-to-end software and hardware platform for farmers,” William said.

Early stage fundraising plan

Currently, ARIA has secured pre-seed funding, which was organized and led by GK-Plug and Play Indonesia, East Ventures and market leaders in agriculture and logistics such as Triputra Group, Waresix, and Sahabat Group who participated in this series.

ARIA will use this funding to develop its infrastructure network and quickly establish distribution points in 17 branches spread across Indonesia to reach 40 billion hectares of ARIA’s potential market. This development was also accompanied by the purchase of a large drone fleet, as well as the development of a key IoT asset in the form of tracking technology to provide value and impact of change for ARIA customers.

“It is very important for ARIA to deal with the regeneration of young Indonesian farmers, who are constrained by limited land and suffer from working in low-income professions throughout Indonesia. Farmers in Indonesia are slowly dying. ARIA’s vision is to grow a new generation of young millennial farmers who are tech-savvy and able to compete and develop at a global level,” William said.

In order to get a strategic partner who can help ARIA open up more opportunities, in the near future ARIA will also complete an early stage fundraising. It’s in the finalizing stage, according to the plan, ARIA will get the fresh funds at the end of March.

“The biggest advantage in Indonesia as an agriculture country is being a farmer. However, as they are still using the conventional methods, the opportunities and benefits that can be obtained by farmers stay limited. Through ARIA, we want to make the farming profession more profitable,” William concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

ARIA Drone Agritech

Ambisi Startup Agritech ARIA Lahirkan Generasi Baru Petani di Indonesia

Salah satu kendala yang saat ini masih menjadi tantangan bagi pertanian adalah kurangnya minat petani muda untuk terjun ke bidang pertanian. Besarnya lahan yang harus digarap menggunakan cara dan metode lama juga menyulitkan sebagian besar petani untuk mengoptimalkan kinerja mereka.

Belum lagi jika ternyata ada serangan hama yang harus diantisipasi cepat, biasanya membutuhkan jumlah pekerja yang cukup besar untuk melakukan proses tersebut. Hasilnya banyak dari petani yang mengalami gagal panen dan kerugian yang cukup besar karena terlambat untuk diatasi.

Melihat masalah tersebut, ARIA yang merupakan startup agritech hadir dengan solusi untuk meningkatkan efisiensi produktivitas melalui penggunaan drone dan IoT, sekaligus menyediakan pencegahan dan prediksi solusi agrikultur kepada para petani dan perkebunan skala besar. Selain itu, motivasi pengembangan produk ini adalah untuk membantu petani dan pemilik perkebunan bisa mendapatkan hasil pertanian yang baik, sekaligus memancing lebih banyak petani muda untuk masuk ke sektor pertanian.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO ARIA William Sjaichudin mengungkapkan, berawal dari teknologi drone, mereka ingin menjadi platform agritech yang bisa membantu petani mendapatkan hasil pertanian yang berkualitas dengan proses penanaman yang tepat, sekaligus meminimalisir penggunaan tenaga kerja di lapangan.

“Kebanyakan saat ini platform agritech di Indonesia lebih fokus kepada rantai pasok. Namun banyak juga di antara mereka yang mengeluhkan masih rendahnya kualitas panen petani. Dengan teknologi dan layanan yang kami miliki, kami ingin mengatasi masalah tersebut dan fokus kepada quality control,” kata William.

Fokus di segmen B2B

Teknologi drone spray milik ARIA

Aria turut didirikan oleh Arden Lim (CPO) dan Yosa Rosario (COO). Saat ini ada dua vertikal bisnis yang disasar oleh ARIA, yaitu perusahaan B2B seperti perkebunan dan kehutanan. Khusus untuk klien B2B, ARIA memberikan teknologi SaaS yang membantu mereka untuk melakukan proses penanaman memanfaatkan data yang terhubung langsung, sehingga bisa melakukan aktivitas penyemprotan yang akurat.

Sementara untuk petani baik itu yang individu hingga petani yang memiliki perkebunan, harapannya bisa menerapkan best practice yang telah diterapkan kepada perusahaan besar seperti Sampoerna, Sahabat Agro Group, Sinarmas, Triputra Group, dan lainnya yang merupakan klien dari ARIA saat ini kepada mereka.

“Target kami tahun ini bisa melayani klien B2B sebanyak 60 hingga 70% dan ke petani sebanyak 30%. Kita harapkan melalui program yang dimiliki oleh pemerintah daerah dan lahan kosong yang ada bisa membantu ARIA,” kata William.

Berangkat dari teknologi, ARIA cukup yakin bisa menciptakan lahan pekerjaan yang menarik perhatian calon petani baru di Indonesia. Sehingga regenerasi petani bisa berjalan dengan baik, menggantikan para petani yang saat ini makin sedikit jumlahnya dan kebanyakan sudah masuk dalam usia tua.

Dilihat dari respons para petani di berbagai daerah yang menyambut baik teknologi pemetaan dan drone spray yang mereka miliki, ARIA melihat ada potensi untuk bisa melahirkan petani muda baru dan drone pilot ke depannya.

“Untuk drone pilot sendiri saat ini kami sudah memiliki sekitar 16 orang dan targetnya bisa bertambah hingga 40 lebih hingga akhir bulan nanti. Drone pilot kita berasal dari masing-masing daerah, menyesuaikan demand dari unit yang dipesan,” kata William

Model bisnis yang diterapkan oleh ARIA adalah sebagai service company. Karena jual beli drone terbilang sulit, cara mereka menjalankan bisnis adalah menghadirkan drone dengan biaya murah yaitu service per hektar. Dengan demikian bisa lebih terjangkau untuk petani. Untuk memberikan layanan yang terpadu, ARIA juga menjalin kolaborasi dengan Bayer dalam hal penyediaan bahan kimia untuk pertanian.

“Ke depan kita maunya bisa bikin drone sendiri. Yang membedakan kami dengan platform lainnya adalah pendekatan langsung dengan memberikan solusi. Kita merupakan end-to-end software dan hardware platform untuk petani,” kata William.

Rencana penggalangan dana tahapan awal

Saat ini ARIA telah mendapatkan pendanaan tahapan pre-seed yang diselenggarakan dan dipimpin oleh GK-Plug and Play Indonesia, East Ventures serta pemimpin pasar di bidang agrikultur dan logistik seperti Triputra Group, Waresix, dan Sahabat Group yang turut berpartisipasi dalam seri ini.

ARIA akan menggunakan pendanaan  ini untuk mengembangkan jaringan infrastruktur dan secara cepat membentuk titik distribusi pada 17 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia untuk menjangkau 40 miliar hektar pasar potensial ARIA. Pengembangan ini juga diiringi dengan pembelian armada drone dalam jumlah besar, serta pengembangan aset kunci IoT berupa teknologi pelacakan untuk memberikan nilai dan dampak perubahan besar untuk pelanggan ARIA.

“Sangat penting untuk ARIA untuk menghadapi regenerasi petani muda Indonesia, yang terkendala dengan keterbatasan lahan dan menderita karena menjalani profesi dengan penghasilan rendah di seluruh Indonesia. Petani di Indonesia perlahan mati. Visi ARIA adalah untuk menumbuhkan generasi petani muda milenial baru yang tech-savvy dan mampu berkompetisi serta berkembang di tingkat global,” kata William.

Untuk mendapatkan mitra strategis yang dapat membantu ARIA membuka peluang lebih banyak lagi, dalam waktu dekat ARIA juga akan merampungkan penggalangan dana tahapan seed. Masih dalam proses finalisasi jika sesuai rencana dana segar tersebut akan diperoleh ARIA akhir bulan Maret ini.

“Keuntungan paling besar di Indonesia sebagai negara agriculture adalah menjadi petani. Namun karena saat ini masih menggunakan metode dan cara-cara yang lama menjadi kecil peluang dan manfaat yang bisa didapatkan oleh petani. Melalui ARIA kita ingin menjadikan profesi petani lebih profitable,” kata William.

Drone DJI Terbaru Mavic 3 Hadir di Indonesia, Harga Mulai Rp33.750.000

Pada tanggal 5 November lalu, DJI memperkenalkan drone terbaru mereka secara global, Mavic 3. Rangkaian upgrade pun dibawanya, diantaranya sistem dual-camera dengan kamera utama menggunakan Hasselblad L2D-20c dengan teknologi Natural Color Solution (HNCS).

Sensornya berukuran Four Thirds 20 MP, bersama lensa wide 24 mm dengan aperture variabel F2.8-11. Untuk foto, ia dapat menangkap file Raw 12-bit.

Kamera sekundernya menggunakan sensor CMOS tipe 1/2 inci 12 MP dengan lensa telephoto 162 mm dan aperture F4.4. Kombinasi keduanya membuat Mavic 3 dapat melakukan hybrid zoom sebanyak 28x.

Fitur unggulan lainnya termasuk sensor penghalang segala arah APAS 5.0 dengan jangkauan maksimum 200 meter. Berkat itu, fitur ActiveTrack 5.0 dan Advanced Return To Home menjadi lebih pintar. Baterainya juga dirancang ulang yang memberikan waktu terbang hingga 46 menit dan dapat diisi ulang saat menghubungkan drone ke laptop.

Untuk perekaman videonya, Mavic 3 dapat menghasilkan footage 5.1K dengan frame rate 50 fps dan mendukung perekaman 10-bit D-Log. Serta, 4K DCI atau UHD dengan frame rate 120 fps dan 1080p dengan frame rate hingga 200 fps (bitrate 200 Mbps dengan H.264 dan 140 Mbps dengan H.265).

Pre-order DJI Mavic 3 di Indonesia

Tak perlu menunggu lama-lama, Erajaya Active Lifestyle dan DJI telah membuka pre-order DJI Mavic 3. Periode pre-ordernya berlangsung dari tanggal 5 hingga 30 November 2021 secara offline di 12 jaringan outlet Urban Republic, Authorized Retail Store DJI di Grand Indonesia, serta di outlet Erafone dan iBox Store tertentu.

Pre-order juga dapat dilakukan secara online melalui platform e-commerce eraspace.com, DJI official store di marketplace Tokopedia, Shopee, Blibli, JD.ID, Lazada, dan Bukalapak. Pengambilan dan pengiriman unit pre-order DJI Mavic 3 akan dimulai pada tanggal 1 Desember 2021.

Seri Mavic dari DJI telah dikenal sebagai drone dengan kemampuan luar biasa, dan kini hadir dengan model terbaru dengan peningkatan yang paling komprehensif dalam tiga tahun kebelakang. Melalui performanya, drone seri ini membuka kesempatan untuk mengeksplorasi lebih jauh kemampuan penggunaan flight experience, photography, cinematic videography dan berbagai personal experience lainnya sebagai pengguna drone professional. Kami yakin model ini akan melanjutkan kesuksesan seri sebelumnya,” ungkap Djohan Sutanto, CEO Erajaya Active Lifestyle.

DJI Mavic 3 versi standard dibanderol dengan harga Rp33.750.000. Harga tersebut sudah termasuk 1 unit drone Mavic 3, 1 unit intelligent flight battery, 1 unit pengendali jarak jauh RC-N1, 3 unit kabel RC-N1, 1 unit battery charger, 1 unit storage cover, 3 pasang baling-baling dan aksesoris penting lainnya.

Untuk tipe DJI Mavic Fly More Combo dibanderol seharga Rp42.990.000, dan sudah termasuk 1 unit drone Mavic 3, 3 unit intelligent flight battery, 1 unit pengendali jarak jauh RC-N1, 3 unit kabel RC-N1, 1 unit battery charger, 1 unit storage cover, 6 pasang baling-baling, ND Filters Set (ND4\8\6\32), 1 unit convertible carrying bag dan aksesoris penting lainnya.

Menciptakan Mavic 3 adalah perjalanan yang sulit bagi para teknisi kami dalam mengatasi masalah teknis yang kompleks untuk melayani sasaran target pengguna yang selalu dicapai seri Mavic, yakni membangun teknologi pencitraan dan penerbangan berkualitas profesional serta menjadi drone konsumen yang ringkas. Hasilnya luar biasa. Mavic 3 memungkinkan pengguna membidik tangkapan gambar yang epik dengan mudah. Performa yang menakjubkan, keamanan penerbangan yang meluas, dan kualitas gambar yang mempesona, membuat kami yakin bahwa drone ini akan memukau penggemar fotografi dan videografi, serta rumah produksi profesional dan pekerja media di seluruh dunia,” ujar Ferdinand Wolf, Creative Director, DJI Europe.

Sedangkan DJI Mavic 3 Cine Premium Combo memiliki built-in 1TB SSD serta didukung dengan perekaman video Apple ProRes 422 HQ dan dibanderol seharga Rp79.950.000. Combo ini hadir dengan aksesoris bawaan yang lebih lengkap, diantaranya: 1 unit Mavic 3 Cine drone, 3 unit intelligent flight battery, 1 unit DJI RC Pro, 1 unit battery charger, 1 Hub Pengisian Baterai, 1 unit penutup penyimpanan, 6 pasang baling baling, 1 set Filter ND (ND64\\128\\256\\512), convertible carrying bag, DJI 10Gbps lightspeed data cable dan aksesoris penting lainnya.

Selama periode pre-order, pelanggan berkesempatan untuk mendapatkan cashback senilai Rp 1.500.000 dan cicilan 0% hingga 24 bulan dengan menggunakan Kartu Kredit Bank BCA, CIMB Niaga, Citibank, digibank by DBS, dan Bank Mandiri.

Qualcomm Umumkan Platform 5G dan AI Khusus Drone

5G, jangan bosan mendengar kata ini terus disebut-sebut sampai beberapa tahun ke depan. Bukan cuma di ranah smartphone saja, melainkan juga di sejumlah kategori lain, tidak terkecuali drone.

Indikasinya adalah platform 5G khusus drone yang Qualcomm umumkan belum lama ini. Dinamai Qualcomm Flight RB5, platform ini dirancang untuk mempercepat pengembangan drone di ranah komersial, industrial, dan enterprise lewat sederet kapabilitas 5G dan AI.

Keberadaan 5G pastinya memungkinkan drone untuk mentransmisikan data dalam jumlah besar secara cepat, dan ini sangat esensial untuk keperluan-keperluan seperti inspeksi lapangan, pemetaan, maupun respon darurat. Berkat 5G, data yang direkam drone bisa langsung diolah secara real-time, tidak perlu menunggu drone-nya pulang terlebih dulu.

Di sisi lain, keberadaan AI dimaksudkan supaya drone dapat menentukan sendiri data-data apa saja yang paling berharga dan perlu ditransfer saat itu juga, mengurangi kepadatan traffic jaringan sekaligus memudahkan pekerjaan operator (tidak perlu menyortir data-datanya, memisahkan mana yang penting dan mana yang tidak).

Keuntungan lainnya adalah perkara jangkauan, sebab 5G memungkinkan drone untuk tetap sepenuhnya di bawah kendali operator meski posisinya sudah berada di luar jarak pandang. 4G saja sudah bisa merealisasikan hal ini, apalagi 5G.

Secara teknis, platform ini mengemas CPU 8-core, GPU, neural processing engine, dan image signal processor (ISP) yang siap mewujudkan perekaman dalam resolusi 8K maupun 4K 120 fps. Sebanyak 7 unit kamera sekaligus mampu ditanganinya, dan itu berarti fitur seperti object detection beserta collision avoidance pun juga dapat diwujudkan.

Qualcomm tidak lupa menyiapkan development kit yang dapat dijadikan sebagai referensi drone lengkap oleh para produsen. Meski sejauh ini baru ditujukan untuk segmen komersial, kita tidak perlu terkejut seandainya platform 5G dan AI ini juga akan merambah segmen consumer drone ke depannya.

Sumber: DPReview.

DJI Mini SE Adalah Drone Lawas dalam Kemasan Baru

Dengan banderol 7 jutaan rupiah, DJI Mini 2 merupakan drone yang tepat bagi konsumen yang baru mulai mendalami hobi ini. Namun tidak bisa dipungkiri harga tersebut masih tergolong mahal buat sebagian orang, dan itu pada akhirnya mendorong DJI untuk meluncurkan drone yang berharga lebih terjangkau lagi, yakni Mini SE.

Meski mengusung status produk baru, DJI Mini SE sebenarnya adalah Mavic Mini yang telah diproduksi ulang. Spesifikasi keduanya sama persis dari ujung ke ujung. Bedanya, Mini SE menggunakan rangka bodi milik Mini 2 yang memiliki ketahanan terhadap tiupan angin yang lebih tinggi (sampai 38 km/jam). Namun kalau bicara bentuk, wujud Mini SE betul-betul mirip seperti Mavic Mini, bahkan bobotnya pun sama-sama cuma 249 gram.

Berhubung spesifikasinya identik dengan Mavic Mini, Mini SE juga mengandalkan kamera dengan sensor CMOS 1/2,3 inci beresolusi 12 megapixel yang menggantung pada gimbal 3-axis. Kamera ini bisa dipakai untuk merekam video dengan resolusi maksimum 2,7K 30 fps atau 1080p 60 fps. Jadi kalau perekaman dalam resolusi 4K merupakan suatu keharusan, DJI Mini 2 adalah pilihan yang lebih pas buat Anda daripada Mini SE.

Kesamaan antara Mini SE dan Mavic Mini terus berlanjut sampai ke remote control yang mendampinginya. Cukup disayangkan remote yang disertakan bukanlah versi baru yang lebih superior seperti milik Mini 2. Namun setidaknya ini berarti Mini SE masih bisa dioperasikan dari jarak sampai sejauh 4 kilometer, dan waktu mengudaranya sendiri berada di kisaran 30 menit sebelum baterainya perlu diisi ulang.

Tidak seperti biasanya, DJI meluncurkan Mini SE secara diam-diam. Alasannya, selain karena ia pada dasarnya merupakan produk lawas yang dijual kembali, pemasarannya juga tidak berlangsung di semua negara. Di Malaysia, drone ini sudah dijual dengan harga 1.349 ringgit, atau kurang lebih sekitar 4,7 jutaan rupiah.

Seandainya bakal tersedia di Indonesia, Mini SE bakal menjadi alternatif yang menarik terhadap Mini 2, sekali lagi dengan catatan konsumen tidak membutuhkan perekaman video 4K.

Sumber: GizmoChina.

Parrot Anafi Ai Unggulkan Konektivitas 4G Agar Dapat Dioperasikan dari Jarak Sejauh Apapun

Produsen drone asal Perancis, Parrot, kembali meluncurkan drone anyar di pertengahan tahun 2021 ini. Dijuluki Parrot Anafi Ai, drone ini punya satu keunikan yang jarang sekali bisa kita temukan pada drone lain, yakni konektivitas 4G.

Dalam kondisi normal, Anafi Ai berkomunikasi dengan remote control-nya via sambungan Wi-Fi seperti biasa. Namun setiap 100 milidetik, sebuah microprocessor yang tertanam di dalam Anafi Ai akan menganalisis kualitas koneksi wireless-nya. Kalau koneksinya jelek, drone otomatis akan berganti ke jaringan 4G yang terenkripsi.

Modul 4G-nya sendiri diklaim mendukung 28 pita frekuensi yang berbeda, atau dengan kata lain, kompatibel dengan 98 persen dari semua frekuensi yang digunakan di seluruh dunia. Berkat konektivitas 4G, Anafi Ai pada dasarnya bisa dioperasikan dari jarak sejauh apapun. Satu-satunya hal yang bisa menghambat hanyalah regulasi tiap-tiap negara — oh, dan tentu saja kekuatan sinyal 4G itu sendiri.

Untuk spesifikasi kameranya, Anafi Ai mengemas sensor 1/2 inci beresolusi 48 megapixel dan lensa f/2.0 dengan sudut pandang seluas 73°. Resolusi video maksimum yang dapat direkam adalah 4K 60 fps, sedangkan yang diteruskan ke pilot adalah video 1080p 30 fps. Kamera ini menggantung pada gimbal 6-axis (3-axis mechanical, 3-axis electronic) yang bisa mendongak atau menunduk hingga 90°.

Kalau mau diklasifikasikan, Anafi Ai merupakan drone enterprise yang dioptimalkan untuk keperluan autonomous photogrammetry, di mana drone akan menjepret sejumlah foto dari suatu lokasi untuk kemudian digabungkan menjadi satu model 3D. Dalam menjalankan tugasnya, Anafi Ai mengandalkan sepasang kamera stereoscopic yang diposisikan di depan dan belakang untuk mendeteksi sekaligus menghindari rintangan secara otomatis.

Dari segi fisik, Anafi Ai tampak cukup berbeda dari Anafi orisinal yang dirilis tiga tahun silam, dengan wujud yang banyak terinspirasi oleh seekor serangga. Dalam posisi terlipat, Anafi Ai tercatat memiliki dimensi 304 x 130 x 118 mm, sedangkan bobotnya berada di kisaran 898 gram. Sertifikasi IPX3 berarti fisik Anafi Ai bisa tahan terhadap cipratan air.

Anafi Ai mampu melesat dalam kecepatan maksimum 57 km/jam, sedangkan baterainya punya daya yang cukup untuk waktu mengudara selama 32 menit dalam sekali pengisian. Parrot sejauh ini belum punya jadwal rilis yang pasti untuk Anafi Ai selain “babak kedua 2021”. Banderol harganya juga belum diinformasikan, tapi semestinya jauh dari kata murah jika melihat posisinya sebagai produk enterprise.

Sumber: DPReview dan Parrot.

Airpeak S1, Drone Pertama Bikinan Sony, Resmi Diluncurkan dengan Banderol $9.000

Setelah dinanti-nanti, Sony akhirnya secara resmi meluncurkan drone bikinannya yang pertama, Airpeak S1. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, target pasar yang dituju Airpeak S1 adalah kalangan profesional. Jadi jangan kaget melihat harganya dipatok di angka $9.000.

Nyaris semua komponen Airpeak S1 dikembangkan dan diproduksi oleh Sony sendiri di Jepang, mulai dari brushless motor, baling-baling, sampai sistem kontrolnya. Semua itu bersinergi menjadi satu sistem yang terintegrasi, dan Sony percaya ini merupakan rahasia di balik kemampuan mengudara Airpeak S1 yang begitu advanced.

Kalau bicara soal angka, Airpeak S1 mampu melesat dengan kecepatan maksimum 90 km/jam. Laju rotasi maksimumnya tercatat di angka 180° per detik, dan ia dapat bergerak dengan sudut kemiringan maksimum 55°. Seperti yang sudah didemonstrasikan sebelumnya, Airpeak S1 sanggup terbang dengan stabil meski angin tengah bertiup sekencang 72 km/jam.

Sony tidak lupa menyematkan kamera stereo dengan sensor gambar bikinannya di lima titik pada bodi drone: depan, belakang, kiri, kanan, dan bawah. Data yang direkam oleh kamera-kamera tersebut kemudian diproses oleh sebuah Vision Sensing Processor, sehingga pada akhirnya drone mampu mengestimasikan posisi sekaligus orientasinya secara real-time.

Menurut Sony, hal ini sangat krusial demi mewujudkan kemampuan terbang yang stabil di area-area yang tidak ter-cover sinyal GPS, semisal di dalam ruangan atau di bawah jembatan. Lebih lanjut, Airpeak S1 turut dilengkapi sistem obstacle detection, sehingga ia mampu mendeteksi keberadaan rintangan di jalur terbangnya.

Sony cukup bangga dengan fakta bahwa Airpeak S1 adalah drone terkecil yang mampu mengudara selagi membawa kamera mirrorless Sony Alpha. Model-model kamera yang kompatibel di antaranya adalah seri A7R, A7S, A9, A1, maupun FX3, dan semua itu bisa dengan mudah dipasangkan ke gimbal 3-axis milik Airpeak S1. Menariknya, gimbal tersebut adalah satu-satunya komponen tidak diproduksi oleh Sony sendiri.

Gimbal yang dimaksud adalah versi custom dari Gremsy T3. Gimbal ini rupanya harus ditebus secara terpisah dan tidak termasuk dalam banderol $9.000 tadi. Harga pastinya belum dirincikan, tapi kalau butuh gambaran, Gremsy sendiri menjual gimbal tersebut seharga $1.749. Semoga saja modifikasi yang dilakukan Sony bisa menekan harganya secara signifikan.

Untuk mengoperasikan Airpeak S1, pengguna perlu aplikasi bernama Airpeak Flight, yang hanya tersedia di iOS dan iPadOS, setidaknya di awal peluncurannya. Alternatifnya, Airpeak S1 juga mendukung mode dual operation, yang berarti satu orang bisa mengoperasikan drone menggunakan controller, lalu satu orang lain mengoperasikan gimbal dan kameranya via iPhone atau iPad.

Sony juga akan menghadirkan Airpeak Base, sebuah web app yang dirancang untuk keperluan manajemen perlengkapan maupun perencanaan rute mengudara. Andai diperlukan, drone bisa diprogram untuk melintasi jalur yang sama, dan bahkan mengambil foto atau video di titik dan orientasi yang sama secara berulang-ulang,

Rencananya, Airpeak S1 bakal mulai dijual pada musim semi 2021. Paket penjualan seharga $9.000 tadi mencakup dua pasang baling-baling, remote control, dua baterai, dan charger. Seperti yang sudah disinggung, gimbal-nya harus dibeli secara terpisah. Sony juga akan menawarkan layanan garansi ekstra bernama Airpeak Protect Plan, tapi sejauh ini belum ada informasi soal tarifnya.

Sumber: PetaPixel dan Sony.

Sony Demonstrasikan Kestabilan Drone-nya Ketika Terbang di Tengah Tiupan Angin Kencang

Sony memperkenalkan drone pertamanya pada bulan Januari lalu. Ketimbang menyasar segmen consumer drone yang mungkin sudah terlalu didominasi oleh DJI, drone bernama Airpeak itu justru ditujukan untuk kalangan profesional yang perlu melakukan sesi pengambilan gambar dari udara menggunakan kamera mirrorless.

Airpeak masih belum benar-benar final. Sony rupanya masih terus menyempurnakan sejumlah aspek darinya, utamanya sistem propulsinya. Lewat sebuah video, Sony mendemonstrasikan bagaimana Airpeak bisa terbang dengan sangat stabil di tengah tiupan angin yang begitu kencang.

Pengujian tersebut dilakukan di fasilitas milik Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) dan melibatkan terowongan angin (wind tunnel) yang berukuran masif. Tujuannya tidak lain dari melihat bagaimana drone dapat terpengaruh oleh tiupan angin yang kencang, dan sampai seberapa jauh drone bisa bertahan di situasi seperti itu.

Usai melihat video di atas, kita bisa mendapat gambaran betapa impresifnya sistem propulsi milik Airpeak. Bahkan di saat angin bertiup sekencang 19,5 meter per detik, atau kurang lebih setara 70 km/jam, Airpeak masih bisa mempertahankan posisinya di udara dengan sangat stabil. Bukan cuma itu, hasil rekaman kamera mirrorless yang dibopongnya pun juga sama sekali tidak terguncang-guncang.

Sony tidak lupa menegaskan bahwa kondisi di lapangan pasti bakal berbeda dibanding di lingkungan yang terkontrol seperti ini. Di lapangan, arah tiupan angin bakal terus berubah secara konstan, dan Sony percaya sebatas meningkatkan kecepatan berputar baling-baling bukanlah solusi yang tepat.

Kuncinya kalau menurut Sony adalah merancang sistem propulsi yang sangat responsif terhadap lingkungan di sekitarnya, sekaligus yang sanggup mempertahankan kontrol di dalam kondisi apapun. Sony pun akan terus menguji teknologi propulsi rancangan mereka ini di berbagai skenario menantang lainnya demi mewujudkan kapabilitas mengudara yang benar-benar stabil untuk Airpeak.

Sayangnya Sony hingga kini masih belum menyingkap jadwal rilis Airpeak secara resmi, tapi kalau berdasarkan pernyataan mereka di bulan Januari kemarin, Airpeak semestinya bakal diluncurkan di musim semi 2021. Ini artinya Sony masih punya waktu buat memfinalisasi Airpeak sampai Juni – Agustus.

Sumber: DPReview dan Sony.

DJI Air 2S Resmi Diperkenalkan, Langsung Tersedia di Indonesia

DJI sedang di atas angin. Sebulan setelah peluncuran DJI FPV, sekarang giliran penerus seri Mavic Air yang diperkenalkan. Meski tak lagi menggunakan branding “Mavic”, drone bernama DJI Air 2S ini sebenarnya merupakan suksesor langsung dari DJI Mavic Air 2 yang dirilis tahun lalu.

Yang sangat menarik, rupanya tidak butuh waktu lama bagi drone ini untuk mendarat di tanah air. DJI melalui Erajaya Group selaku authorized distributor-nya di Indonesia baru saja memperkenalkan Air 2S secara resmi. Drone bertubuh ringkas ini dijual seharga Rp15.999.000 untuk paket Basic-nya, atau Rp20.999.000 untuk paket Combo-nya.

Dalam presentasinya, Robert Kurniawan selaku Head of Merchandising & Planning Erajaya memaparkan sejumlah keunggulan yang dibawa Air 2S jika dibandingkan dengan pendahulunya. Sepintas desainnya memang kelihatan mirip, akan tetapi sudah ada pembaruan signifikan yang diterapkan pada kameranya.

Yang paling utama, ukuran sensor kameranya telah membesar dua kali lipat menjadi 1 inci. Sebagai referensi, 1 inci adalah ukuran sensor yang sama seperti milik seri kamera Sony RX100, yang pastinya sudah tidak perlu diragukan lagi kualitas gambarnya. Dijelaskan juga bahwa ukuran pixel individual sebesar 2,4 µm pada sensor kamera Air 2S memungkinkannya untuk menangkap lebih banyak cahaya, sehingga kualitas gambar yang dihasilkan di kondisi low-light pun juga pasti lebih bagus daripada sebelumnya.

Kamera ini mampu merekam video dalam resolusi 5,4K 30 fps atau 4K 60 fps dengan bitrate setinggi 150 Mbps. Perekaman dalam profil D-Log (10-bit) juga didukung demi memudahkan color grading selama proses penyuntingan. Untuk foto, Air 2S siap menangkapnya dalam resolusi 20 megapixel. Lalu ketika menjepret dalam format RAW, DJI menjanjikan dynamic range sampai seluas 12,6 stop.

Sensor tersebut didampingi lensa f/2.8 dengan sudut pandang seluas 88°. Seperti biasa, modul kameranya menggantung pada gimbal 3-axis, akan tetapi sistem penstabil gambarnya juga kian disempurnakan lagi dengan bantuan sistem electronic image stabilization RockSteady (yang pertama kali diperkenalkan lewat action cam DJI Osmo Action).

Bundel pembelian DJI Air 2S versi Basic / DJI
Bundel pembelian DJI Air 2S versi Basic / DJI

Selain jauh lebih cekatan soal pengambilan video dan foto, DJI Air 2S juga menghadirkan sejumlah penyempurnaan pada sejumlah aspek lainnya. Pada aspek transmisi gambar misalnya, Air 2S menggunakan O3, iterasi ketiga teknologi OcuSync yang memungkinkan transmisi kontrol dan output video 1080p dari jarak sejauh 12 km.

Sistem autopilot yang tersematkan di Air 2S diklaim sebagai yang tercanggih dari semua drone DJI sejauh ini, sanggup mendeteksi rintangan dalam sudut pandang yang lebih luas daripada sebelumnya. DJI turut menanamkan sensor ekstra di sisi atas Air 2S yang berguna untuk membantu mendeteksi rintangan selagi drone melesat dalam kecepatan tinggi (yang otomatis menempatkan drone dalam posisi kepalanya agak menghadap ke bawah).

Lalu untuk semakin memudahkan pengguna dalam menciptakan konten berkualitas profesional, DJI turut menyertakan fitur bernama MasterShots, yang akan merencanakan rute penerbangan dan perekaman secara otomatis, lalu menyatukan hasil rekamannya menjadi satu video yang siap dikonsumsi publik. Dalam sekali pengisian, baterainya diyakini mampu bertahan sampai 31 menit waktu mengudara.

Bundel pembelian DJI Air 2S versi Combo / DJI
Bundel pembelian DJI Air 2S versi Combo / DJI

Seperti yang saya bilang di awal, DJI Air 2S saat ini sudah bisa dibeli secara resmi di Indonesia melalui jaringan toko offline maupun online Erajaya Group, termasuk halnya DJI Official Store di Tokopedia. Harga jualnya tadi tidak jauh berbeda dari harganya untuk pasar Amerika Serikat ($999 untuk paket Basic, $1.299 untuk paket Combo, naik cukup lumayan kalau dibandingkan harga Mavic Air 2 saat pertama dirilis).

Untuk paket Basic, konsumen bakal mendapatkan unit drone, remote control, satu modul baterai, tiga pasang baling-baling, dan semua kabel yang diperlukan. Paket Combo-nya di sisi lain mencakup dua modul baterai ekstra (total tiga modul), tiga pasang baling-baling tambahan (total enam pasang), ND filter, charging hub, dan sebuah tas selempang.

Erajaya Group juga menggelar program promosi cashback hingga 400 ribu rupiah untuk pembelian pada periode 15 – 25 April 2021, plus program cicilan 0% hingga 18 bulan menggunakan kartu kredit BCA atau Mandiri. Buat 100 pembeli pertama di tanggal 15 – 18 April, juga ada bonus kartu microSD SanDisk Extreme berkapasitas 128 GB.