Tahun baru 2020 menjadi momentum bagi Hybrid untuk melebarkan sayap. Dari awal Januari, kami sudah mulai terus mencoba melebarkan sayap lewat gelaran Hybrid Cup. Beberapa di antaranya adalah bekerja sama dengan Batavia Gamers untuk menyelenggarakan turnamen Smash pertama di Hybrid Dojo yang bertajuk Batavia Brawl: Pre Season. Lalu ada Hybrid Cup Rainbow Six Siege sebagai bentuk persembahan kami terhadap komunitas R6 IDN. Dan yang terbaru, ada Hybrid Cup Series – Play on PC: Fighting Game Tournament yang mempertandingkan Tekken 7 Rookie, Street Fighter V, dan Soul Calibur VI.
Tak hanya menghadirkan cabang game baru, Hybrid Cup juga kini mencoba untuk menjangkau komunitas fighting game di luar Jabodetabek lewat gelaran Hybrid Cup x Drop the Cap yang akan diadakan di Surabaya! Tak hanya itu, Hybrid Cup x Drop the Cap juga menghadirkan satu cabang yang belum pernah ada di Hybrid Cup sebelumnya, yaitu Samurai Showdown.
Drop the Cap sendiri merupakan komunitas fighting game yang berdiri sejak 2017 di Surabaya. Nama komunitas ini terinspirasi dari game Fatal Fury, yang mengacu kepada pose kemenangan Terry Bogard saat ia melempar topinya setelah memenangkan pertarungan.
“Komunitas ini bermula sebagai grup pecinta card gameForce of Will yang cuma berisikan 5 orang saja. Setelah melihat EVO 2015-2016, saya akhirnya mulai mencoba fighting game dan membawanya ke dalam grup tersebut. Karena kami punya ketertarikan yang sama, akhirnya kami memulai komunitas ini di tahun 2017, dan mulai aktif mengadakan berbagai acara di tahun 2018-2019.” cerita Dwiky Armand Sucahyo, founder pertama Drop the Cap.
Walau diadakan di luar kota, antusiasme komunitas terhadap Hybrid Cup x DTC ini ternyata cukup tinggi. “Sejauh ini sudah ada 23 pemain terdaftar untuk Tekken 7, sementara untuk Samurai Showdown sudah ada 14 pemain.” Ucap Anthony Febrianto Yusran selaku ketua penyelenggara Hybrid Cup x Drop the Cap.
“Kehadiran event ini disambut dengan sangat baik oleh komunitas di Surabaya. Pemain besar seperti MishimaBoy serta M45T4Z ikut turun di dalam turnamen. Selain itu, kompetisi ini banyak didatangi oleh pemain baru, bahkan pemain dari Jember juga turut mengikutinya. Ada satu peserta lagi, namanya mas Unggul (USH), dia bahkan datang jauh-jauh dari Bandung untuk mengikuti turnamen ini.” Anthony menceritakan antusiasime komunitas di Surabaya.
“Kerja sama dengan DTC adalah salah satu bentuk dukungan Hybrid ke komunitas FG. Ini sesuai dengan rencana Hybrid yang ingin ikut serta dalam perkembangan Tekken dan game fighthing yang kini sedang naik daun. Harapannya, hal ini bisa menjadi katalis untuk komunitas FG di berbagai kota lain agar menjadi aktif juga. Semoga saja nanti kalau ada kejuaraan yang berskala nasional, peserta luar jabodetabek bisa semakin banyak turut hadir.” Wiku Baskoro Co-Founder Hybrid.co.id memberikan komentarnya.
“Harapan kerja sama ini bisa mempererat hubungan kami (DTC) dengan Hybrid. Kami sangat senang bisa bekerja sama dengan Hybrid karena merangkul pemain Tekken di Surabaya. Komunitas sendiri merespon positif dengan kehadiran Hybrid Cup ini. Harapan jangka panjang untuk DTC ataupun Hybrid, semoga di masa depan kita bisa menayangkan berbagai fighting game lain dan mendorong perkembangan FGC di Indonesia.” tutup Anthony dari Drop the Cap.
Bagi Anda petarung yang ada di Surabaya, jangan lupa daftar dan unjukkan kemampuan terbaik Anda di Hybrid Cup x Drop the Cup Surabaya!
Ada hiburan menarik untuk para penggemar video game kompetitif di wilayah Surabaya sepanjang bulan Oktober ini. Akademi Esports Indonesia AEGIS telah bekerja sama dengan Level 99 IT Store Marvell City Mall Surabaya untuk mengadakan sederet lomba dengan hadiah puluhan juta rupiah. Rangkaian event yang disebut sebagai Indonesia Super Gaming League (ISGL) 2019 ini digelar setiap hari Minggu, mulai tanggal 6 Oktober.
Menu utama ISGL 2019 adalah liga Dota 2 antar universitas yang mempertemukan 8 tim terbaik dari kampus-kampus di Surabaya. Menawarkan prize pool senilai Rp25.000.000, kompetisi ini menjadi ajang seru untuk mengadu keahlian tim-tim Dota 2 amatir. Selain itu juga menjadi kesempatan untuk mencicipi fasilitas “esports arena” yang baru diluncurkan oleh Level 99 IT Store pada bulan Juli kemarin.
AEGIS dan Level 99 juga menggandeng komunitas fighting game Surabaya, Drop The Cap, untuk mengadakan turnamen sampingan (side tournament). Anda mungkin sudah mengenal nama Drop The Cap sebelumnya sebagai penyelenggara turnamen Tekken 7 di acara Creators Super Fest 2019 Surabaya.
Sejalan dengan acara IGSL 2019 itu yang berjalan setiap minggu, Drop The Cap pun membuka beberapa turnamen berbeda. Pertama yaitu turnamen DIVIDE! yang mengusung game Under Night In-Birth Exe: Late[st] (UNIST). Drop The Cap bekerja sama dengan komunitas Cross Gathering dalam pelaksanaannya. Menurut mereka, DIVIDE! merupakan turnamen UNIST pertama di Surabaya.
Turnamen DIVIDE! akan dilaksanakan pada hari Minggu, 20 Oktober 2019 pukul 12.00 WIB. Anda dapat melakukan pendaftaran melalui tautan berikut. Sementara untuk biaya pendaftarannya sebesar Rp20.000 dan dapat dibayarkan on the spot.
Turnamen kedua yang digelar Drop The Cap dan Cross Gathering adalah turnamen LET’S ROCK! dengan mengusung game Guilty Gear Xrd REV 2. Sama seperti DIVIDE!, turnamen ini juga memungut biaya pendaftaran sebesar Rp20.000, namun diadakan di hari berbeda yaitu pada tanggal 17 November 2019. Baik DIVIDE! maupun LET’S ROCK! sama-sama terbatas untuk 32 peserta. Anda dapat melakukan pendaftaran untuk turnamen Guilty Gear ini lewat tautan berikut.
Pembukaan fasilitas esports arena di Level 99 IT Store ini merupakan sebuah bentuk dukungan mereka terhadap tim-tim di Surabaya dan sekitarnya untuk memperoleh prestasi baik di tingkat nasional maupun internasional. Geliat penggemar esports di Surabaya memang tak kalah dari keaktifan di ibukota, salah satu buktinya bisa dilihat dari antusiasme penonton yang begitu membludak ketika final MPL Season 2 digelar pada akhir tahun lalu.
Di dunia fighting game pun, Surabaya dan Malang bersama-sama telah menunjukkan gairah yang besar untuk terlibat dalam esports. Ketika ada komunitas Surabaya yang menggelar turnamen, para anggota komunitas Malang kerap turut berpartisipasi, begitu pula sebaliknya. Keseruan ekosistem wilayah ini bisa Anda lihat dari digelarnya turnamen Tekken World Tour Dojo di akhir September kemarin.
Bila Anda penggemar esports yang berdomisili di sekitar Surabaya, khususnya penggemar Dota 2 dan genre “anime fighters”, jangan sampai melewatkan kompetisi Indonesia Super Gaming League 2019 ini.
Creators Super Fest (CSF) adalah sebuah event yang memfasilitasi para kreator dan komunitas lokal Indonesia untuk berkumpul, menikmati hiburan, serta memamerkan dan menjual karya-karya mereka ke khalayak ramai. Ditambah lagi dengan adanya kreator-kreator luar negeri sebagai tamu undangan, acara yang merupakan “adik” dari Anime Festival Asia (AFA) ini memiliki nuansa yang khas, meriah namun sangat kental dengan atmosfer grassroot.
Tahun 2019 ini, untuk pertama kalinya Creators Super Fest tidak hanya diadakan di Jakarta, tapi juga di Surabaya. Berlangsung dua hari pada tanggal 31 Agustus – 1 September kemarin, acara ini juga jadi tempat berlangsungnya turnamen Tekken 7 yang digelar oleh komunitas Drop The Cap bekerja sama dengan pihak Creators Super Fest AFA. Seperti apa keseruan kompetisi tersebut, simak liputan langsung Hybrid di bawah ini.
Keceriaan yang tersusun rapi
Sebetulnya ketika melihat pengumuman turnamen Tekken 7 CSF 2019, saya berpikir bahwa turnamen ini akan dibagi ke dalam dua hari. Hari pertama untuk babak grup, dan hari kedua untuk pertadingan-pertandingan final. Tapi ternyata tidak. Ketika sudah sampai di venue dan melakukan pendaftaran ulang—saya juga hadir sebagai peserta—ternyata turnamen ini berlangsung selama satu hari saja dari awal sampai selesai.
Keputusan menempatkan seluruh pertandingan di satu hari pada akhirnya merupakan keputusan tepat, karena peserta turnamen ini juga banyak yang datang dari luar kota. Dengan demikian, mereka tidak perlu menginap untuk menunggu pertandingan esok harinya atau menghabiskan ongkos pulang pergi dua kali. Kedatangan komunitas luar kota ini juga menghadirkan keseruan tersendiri yang akan kita bahas nanti.
Turnamen Tekken 7 CSF 2019 diikuti oleh kurang lebih 40 peserta terdaftar. Di hari-H ada beberapa peserta yang tidak hadir, akan tetapi jumlah pesertanya sudah cukup banyak untuk membuat sebuah kompetisi yang seru. Para pengunjung acara pun cukup antusias menonton, membuat lokasi turnamen yang berada di samping booth Drop The Cap ini selalu terlihat ramai.
Saya cukup salut dengan Drop The Cap yang menjadi organizer dari turnamen ini, karena mereka berhasil menjalankan seluruh acara dengan begitu rapi. Dengan empat setup PS4 untuk bermain (sesuai jumlah grup di bracket), serta satu kru penanggung jawab di setiap grup, turnamen dapat berjalan dengan efektif dan lancar sesuai jadwal. Pihak panitia juga sangat baik dalam menyampaikan hal-hal seperti aturan bermain, siapa lawan berikutnya, menyediakan controller, hingga membantu peserta dalam mengoperasikan setup yang digunakan.
Mungkin satu kekurangan minor adalah jumlah monitor besar yang hanya ada dua, padahal setup permainan ada empat. Sehingga tidak semua pertandingan bisa ditonton dengan leluasa. Monitor besar hanya menampilkan pertandingan untuk setup Grup B dan Grup C, padahal di Grup A dan Grup D juga banyak terjadi pertarungan seru. Namun kekurangan ini tidak mengganggu keseruan turnamen keseluruhan.
Meski skala turnamennya tidak begitu besar, cukup banyak pemain yang menarik perhatian dalam kompetisi kali ini. Di antaranya Bigetron | M45T4Z yang menunjukkan permainan Law yang rapi. Hadir juga Mishima Boy, yang sempat tidak saya kenali karena ia menggunakan nickname berbeda ketika mendaftar. Jaka, KenKen, dan Shomus juga termasuk beberapa peserta yang menarik perhatian dan berhasil membuat para penonton berdecak kagum.
Sekilas tentang Drop The Cap
Di sela-sela kesibukan berjalannya turnamen, saya sempat mencuri waktu untuk berbincang singkat dengan Jason Nuryadin, ketua panitia Tekken 7 CSF 2019 sekaligus Community Manager dari Drop The Cap. Jason menceritakan sekilas tentang apa itu Drop The Cap, kegiatannya, juga kondisi komunitas fighting game di wilayah Surabaya.
Drop The Cap didirikan pada tanggal 24 Januari 2017, dengan pendiri yang bernama Dwiky dan saat ini diketuai oleh Yusuf. Pada dasarnya Drop The Cap atau DTC merupakan komunitas yang didirikan untuk mewadahi penggemar segala jenis fighting game di Surabaya. “Kita itu fighting game-nya general ya, jadi kita menerima 2D anime fighter, habis gitu 2D klasik kayak Street Fighter, Mortal Kombat, Samurai Shodown. Habis gitu 3D game seperti Tekken, juga Soulcalibur, sama Virtua Fighter, DOA, itu kita nerima,” kata Jason.
Ketika ditanya tentang makna Drop The Cap, Jason bercerita bahwa nama ini memiliki dua makna. Pertama, secara harfiah istilah Drop The Cap yang berarti “menjatuhkan topi” itu diambil dari pose kemenangan khas karakter Terry Bogard dalam seri Fatal Fury/The King of Fighters. Kemudian kedua adalah istilah “cap” yang bisa diartikan sebagai koin, maka “drop the cap” merupakan gambaran seseorang yang memasukkan koin ke mesin arcade untuk bermain game.
Bila dibandingkan dengan beberapa komunitas fighting game lain, Jason mengaku bahwa Drop The Cap cenderung lebih kasual ketimbang fokus pada esports tetapi tetap memiliki semangat bersaing dan berkembang. Menurutnya, di Surabaya terdapat dua komunitas fighting game yang cukup besar saat ini, yaitu Drop The Cap dan STC (Surabaya Tekken Community). Namun STC memang khusus hanya untuk Tekken, dan lebih kompetitif.
“Kita juga kompetitif tapi tidak sampai segitunya. Kita pinginnya itu open arcade. Maksudnya gini, setiap orang itu bisa masuk keluar sambil main. Yang penting mereka bermain, kita senang, gitu. Kita cuma pinginnya anak-anak kumpul, kalau bisa bawa setup terima kasih, kalau nggak ya kita yang penting butuh orang. Karena fighting game itu kan permainan dua orang atau lebih. Kita pinginnya mereka bisa main bareng, seneng-seneng bareng,” demikian Jason bercerita.
Kegiatan utama yang rutin diadakan oleh Drop The Cap memang adalah gathering untuk bermain bersama. Mereka biasa melakukan gathering setiap hari Jumat di BOBER Cafe, Jemursari, Surabaya, dari jam 7 malam sampai jam 1 pagi. Sementara untuk kompetisi, Tekken 7 CSF 2019 ini baru turnamen kedua yang mereka adakan. Yang pertama adalah turnamen Samurai Shodown di bulan Juli lalu, disusul oleh turnamen mini BlazBlue Cross Tag Battle pada tanggal 15 September nanti.
Karena merupakan komunitas yang berarahan kasual, anggota Drop The Cap pun punya karakter yang cukup bervariasi. Mulai dari anggota muda yang masih SMA, hingga anggota yang sudah dewasa dan memiliki keluarga sendiri, semuanya ada. Drop The Cap berharap lebih banyak penggemar fighting game yang bisa bergabung sebagai bagian dari komunitas ini, saling bertukar kegemaran, dan yang terpenting merasa nyaman. “Pengennya kita itu bikin family dulu, bukan esports-nya dulu,” ujar Jason.
Rivalitas antarkota di babak final
Turnamen Tekken 7 CSF 2019 Surabaya dimulai pada pukul 13.00 WIB, dengan babak Grand Final yang diletakkan di penghujung acara, pukul 19.30 WIB. Penempatan waktu seperti ini memiliki satu kelemahan, yaitu banyaknya pengunjung yang sudah pulang sehingga massa menjadi agak sepi.
Sebagai gantinya, para pengunjung yang tersisa semuanya benar-benar penggemar fighting game yang ingin menonton pertandingan Tekken di babak puncak. Meski jumlahnya tak sebanyak massa di siang hari, suasananya tetap heboh dan meriah. Apalagi Grand Final ditayangkan di layar besar panggung utama CSF 2019 Surabaya, membuat suasana malam itu terasa seperti sebuah “mini EVO” saja.
Dua pemain yang lolos ke Grand Final adalah Mishima Boy (alias Myboy) dan Jaka. Nama Mishima Boy mungkin sudah tak asing di telinga Anda yang mengikuti dunia esports fighting game Indonesia. Pria bernama asli Tommy ini merupakan juara di turnamen Fight Fest 2019/Indonesia Esports Games (IEG) 2018, juga tercatat sebagai salah satu pemain Rank AA di Advance Guard Ranking. Dengan karakter Jin andalannya, ia melenggang ke Grand Final lewat jalur Winners’ Bracket.
Sebaliknya, Jaka yang jauh-jauh datang dari Malang harus berusaha mendaki Losers’ Bracket setelah kalah dari Mishima Boy di semifinal. Pada awalnya bukan favorit juara, permainan Jaka yang sangat agresif dengan Akuma benar-benar mematahkan ekspektasi semua orang. Ia mengeliminasi Shomus dan M45T4Z, juga memaksa KenKen untuk harus puas menempati peringkat 3.
Grand Final Tekken 7 CSF 2019 Surabaya menjadi panggung rivalitas komunitas fighting game dari dua kota, Surabaya vs. Malang. Begitu pertandingan dimulai, Jaka langsung menunjukkan aksi meledak-ledak seperti sedang kerasukan Awais Honey saja. Dengan taktik vortex yang cantik, serta keahliannya memanfaatkan dinding untuk damage maksimal, Jaka berhasil melakukan bracket reset dengan skor gemilang 0-3.
Akan tetapi Mishima Boy tidak menyerah. Berganti karakter dari Jin ke Heihachi, Mishima Boy beradaptasi terhadap taktik Jaka kemudian memukul balik setiap ada kesempatan. Pergantian stage ke arena yang tidak memiliki dinding juga kurang menguntungkan bagi Akuma. Berulang kali Jaka menjatuhkan combo, mungkin karena tekanan mental, apalagi Akuma memang membutuhkan keahlian eksekusi yang sangat tinggi.
Kedua pemain kejar-mengejar angka, dan setelah pertarungan yang sengit, akhirnya Jaka harus mengakui keunggulan lawannya dengan skor 3-2. Mishima Boy pun keluar sebagai juara, dan berhak membawa pulang hadiah berupa tabungan senilai Rp1.000.000 dari bank CIMB Niaga. Jaka yang menjadi juara 2 menerima hadiah tabungan senilai Rp700.000, sedangkan KenKen di posisi peringkat 3 berhak atas tabungan senilai Rp300.000.
“Kesan saya selama masa turnamen sangat menyenangkan, bisa bertemu dengan pemain di luar Surabaya. Salah satunya pemain Tekken dari Malang namanya Jaka, Hendra, termasuk juga Yusi, mereka jauh-jauh dari Malang. Saya pemain Tekken bernama Tommy dari Surabaya mengucapkan terima kasih banyak atas partisipasi mengikuti turnamen Tekken 7 di Surabaya,” demikian komentar Mishima Boy seusai pertandingan.
Meski disebut-sebut sebagai rivalitas, dan pada praktiknya memang melibatkan adu bogem virtual, kompetisi fighting game sejatinya merupakan tempat untuk menjalin persahabatan. Di sini para pemain diajarkan untuk saling menghormati, terus mengembangkan diri, dan bertemu dengan orang-orang baru yang memiliki kecintaan terhadap hobi yang sama. Kompetisi seperti CSF 2019 Surabaya ini pun pasti akan lebih mempererat persaudaraan antara komunitas Tekken di Surabaya dengan komunitas Tekken di Malang.
Bila Anda tertarik untuk bergabung, atau ingin mengikuti kabar terbaru seputar komunitas Drop The Cap, Anda bisa mengunjungi jalur media sosial mereka di Facebook dan Instagram. Jangan lupa juga untuk terus memantau Hybrid.co.id untuk berita terbaru seputar fighting game di Indonesia. Salam esports!