Pendanaan sangat dibutuhkan sekali ketika akan merintis sebuah perusahaan, termasuk dalam membangun sebuah bisnis startup. Pendanaan menjadi bahan bakar agar bisnis bisa dimulai, berjalan, dan memperluas bisnis hingga tercapainya tujuan dari startup itu sendiri. Karena semakin besar dana yang dimiliki, semakin banyak juga peluang yang bisa dilakukan untuk menumbuhkembangkan sebuah startup.
Maka dari itu, penting bagi seorang founder startup pemula atau khalayak aktivis dinamika ekosistem startup di Indonesia memahami mulai dari apa itu pendanaan startup? Apa saja jenis pendanaan startup? Sampai bagaimana pendanaan startup di tahun 2021?
Pengertian Pendanaan Startup
Pendanaan startup adalah cara sebuah startup memperoleh dana yang diperlukan untuk kebutuhan berjalannya bisnis startup, baik pendanaan utama maupun dana tambahan yang akan dialokasikan untuk pengerjaan proyek, program, dan lain sebagainya.
Ada dua sumber pendanaan, yakni ekuitas (saham) dan utang. Jika pendanaan ekuitas, perusahaan menerima investasi dari pemilik yang membuat saham. Sedangkan pendanaan utang, perusahaan menjadi pihak peminjam dana yang bisa didapati mulai dari pinjaman bank, obligasi korporasi, medium term notes atau commercial papers. Dengan itu, pihak peminjam dana utang bisa memiliki beragam nama seperti kreditur, investor surat utang, pemegang obligasi, dan lain-lain.
Sementara itu, pendanaan bagi startup memiliki beberapa manfaat diantaranya sebagai pemenuhan berbagai kebutuhan operasional seperti menggaji para karyawan, menyewa tempat, mengatur cash flow perusahaan, sebagai dana darurat, perawatan peralatan atau perlengkapan hingga bermanfaat sebagai dana untuk membeli berbagai macam inventaris.
Jenis Pendanaan Startup
Secara umum, jenis pendanaan startup di antaranya sebagai berikut:
Pre-Seed
Pre-seed merupakan tahapan pendanaan awal. Biasanya, sumber dana berasal dari tabungan pribadi. Angka pendanaan masih kecil yakni di bawah US$ 0,25 juta. Sumber utama pendanaan pre-seed biasanya dari keluarga atau teman, tetapi business angel dan accelerator juga termasuk di dalamnya.
Seed
Seed adalah tahapan lanjutan pendanaan startup jika sebuah startup ingin tumbuh lebih besar lagi. Angka pendanaan seed rata-rata mencapai US$ 1,7 juta. Sumber pendanaan seed dapat berasal dari micro venture capital atau modal dalam bentuk uang dari berbagai investor dan crowdfunding atau praktik penggalangan dana. Biasanya, dana ini dimanfaatkan untuk proses rekrutmen, peluncuran produk, pengembangan pasar, dan kebutuhan marketing lainnya.
Seri A
Pendanaan seri A dimulai ketika startup mengalami pertumbuhan revenue yang signifikan. Pendanaan seri A rata-rata di angka US$ 10,5 juta. Pendanaan ini dimanfaatkan untuk menjaga agar pertumbuhan revenue terus berlanjut. Biasanya, pendanaan Seri A ini berasal dari beberapa investor sekaligus.
Seri B
Pendanaan seri B diberikan kepada startup yang sudah mengalami peningkatan market share dan scaling, yang mampu bertahan di antara pesaingnya dan memiliki tim yang berkualitas. Rata-rata pendanaan ini berada di angka US$ 24, 9 juta. Pendanaan seri B ini dimanfaatkan untuk mengembangkan produk dan layanan untuk menjangkau segmen pasar yang lebih luas dari sebelumnya.
Seri C
Pendanaan seri C diperoleh startup yang telah menunjukan pertumbuhan ekspansi yang luar biasa, bahkan memiliki potensi merambah segmentasi pasar internasional. Rerata pendanaan seri C mencapai US$ 50 juta. Investor pada pendanaan ini terdiri dari venture capital tingkat lanjut, perusahaan swasta, hingga bank. Untuk itu, startup biasanya mulai melibatkan institusi finansial untuk berinvestasi.
IPO (Initial Public Offering)
Initial Public Offering atau IPO adalah jenis tahapan pendanaan puncak dari sebuah startup. Di pendanaan ini, startup siang go public bahkan go international yang siap memperjual belikan sahamnya di pasar. Butuh waktu yang cukup lama sekitar 5-10 tahun bagi sebuah startup untuk mencapai titik ini.
Pendanaan Startup 2021
Pada tahun 2021, pendanaan atau penyuntikan modal oleh investor kepada startup menjadi lebih selektif akibat pandemi Covid-19. Pandemi Corona mengubah cara mayoritas investor dalam memilih startup yang akan disuntikkan modal, termasuk di Indonesia. Meskipun modal tersedia, beberapa modal ventura menilai penanaman modal semakin selektif dalam pendanaan, salah satunya dalam berinvestasi.
Sebenarnya minat investor untuk berinvestasi di startup tetap tinggi meski ada pandemi Covid-19. Namun kebanyakan investor mencari sektor startup yang relatif tangguh, baik dalam situasi seperti saat ini maupun tidak. Selain itu, investor juga mulai berfokus menanamkan modal pada startup yang memiliki track record jelas untuk meraih keuntungan.
Ada dua kategori startup yang menjadi pilihan penanam modal di situasi pandemi, yakni startup dengan label later stage dan less risky. Later stage merupakan putaran pendanaan tingkat lanjutan seperti seri B ke atas. Maka dari itu, investor beralih ke startup later stage karena lebih stabil dan biasanya sudah diterima oleh pasar. Sedangkan less risky, karena startup sudah teruji atau minim resiko dari hal-hal negatif, seperti kerugian bahkan kegagalan.
Semakin besar pendanaan startup, maka semakin tinggi juga peluang mencapai keberhasilan dan kemampuan dalam menghasilkan keuntungan juga akan meningkat. Namun untuk mencapai di titik itu, butuh usaha yang besar dan waktu yang tidak sedikit. Maka dari itu, dibutuhkan seorang founder startup yang memiliki tekad yang besar, visi & misi yang jelas, skill set yang mumpuni, dan anggota tim yang berkualitas dan dapat diandalkan.
***
Disclosure : Artikel ini ditulis olen Muhamad Dika Wahyudi