Tag Archives: dslp

DSLaunchpad 3.0 x AWS, Akselerasikan Ide dan Startup-mu Sekarang!

DSLaunchpad 3.0 x AWS, Akselerasikan Ide dan Startup-mu Sekarang!

Tahapan early-stage bagi startup bisa dibilang merupakan tahap yang krusial. Pada fase ini umumnya startup dapat berkembang atau pun justru mengalami kegagalan. Melihat pentingnya fase ini, bagi early-stage startup, mengambil langkah strategis menjadi hal yang esensial. Banyak cara dalam menggagas pertumbuhan yang diinginkan, salah satunya dengan berpartisipasi dalam program akselerasi startup. Buat Anda yang tengah berada di fase ini, DSLaunchpad 3.0 x AWS (DSLP 3.0 x AWS) bisa jadi pilihan yang tepat untuk mengakselerasi skala bisnis startup Anda. Seperti apa?

Pada dasarnya, DSLP 3.0 x AWS memboyong sejumlah program akselerasi bagi startup pemula maupun para “startup enthusiast” yang memiliki ide untuk membangun startup impian dengan fondasi bisnis yang kokoh. Program yang dimaksud dalam berbagai bentuk, di antaranya adalah soal mengidentifikasi produk dan pasar, menggali potensi yang dimiliki, hingga kiat terpadu untuk kebutuhan menggalang dana (fundraise).

Berbagai stimulasi tersebut dirancang berdasarkan permasalahan yang umum dijumpai bagi startup pemula. Seperti yang dipaparkan oleh Genome Report, 70% startup mengalami kegagalan akibat persiapan dan roadmap bisnis yang belum matang, oleh karena itu, program yang digagas oleh Amazon Web Services (AWS) Indonesia dan DailySocial.id ini dirancang untuk meminimalisir risiko tersebut secara optimal.

Dengan program inkubasi intensif selama kurun waktu 4 minggu, DSLP 3.0 x AWS bakal menyuplai materi-materi yang dapat diakses secara daring, dalam berbagai format seperti video, artikel, dan juga modul yang dapat diunduh dan dibagikan secara gratis. Untuk mendukung program pembelajaran tadi, program ini juga menyiapkan sejumlah program mentoring dari pakar terbaik di industri teknologi tanah air.

Dalam program DSLP 3.0 x AWS terdapat 5 program utama yang akan dijalani oleh peserta inkubasi, salah satunya adalah program inkubasi online yang akan berlangsung selama 4 minggu ini akan dibimbing oleh 6 mentor ahli dalam masing-masing bidang. Dalam program inkubasi online ini setiap minggunya DailySocial.id akan membagikan materi berupa video dan dokumen yang harus dipelajari oleh setiap peserta sebanyak 2-3/minggu.

Sesuai dengan misi DSLaunchpad dan AWS Indonesia dalam berpartisipasi memajukan ekonomi digital Indonesia, DSLP 3.0 x AWS terbuka bagi siapa pun yang ingin mengakselerasi pertumbuhan bisnis startup secara optimal. Tak ada kriteria startup secara spesifik yang dapat mengikuti program ini, baik masih dalam startup ideation phase, startup dengan founder perempuan, startup yang mengadopsi teknologi AI/ML, hingga Underrepresented startup (wilayah Indonesia tier 2 dan 3), dan startup di bidang apa pun dapat bergabung di DSLP 3.0 x AWS.

Di akhir program, peserta DSLP 3.0 x AWS juga berkesempatan untuk dapat memperoleh reward menarik seperti;  AWS credit sebesar $500K kepada 100 peserta, hingga uang tunai dengan total Rp 130.000.000 bagi 5 startup terpilih.

Tertarik untuk bergabung? Pendaftaran DSLP 3.0 x AWS akan resmi dibuka pada 27 September hingga 21 Oktober 2021. Untuk informasi lebih lanjut pantau laman resminya di sini.

validasi ide

Validasi Ide: Sebuah Awal Penting bagi Startup

Melakukan validasi ide merupakan kegiatan fundamental yang penting untuk dilakukan para pelaku startup. Bahkan, dapat dikatakan fase ini merupakan fase krusial dimana founder dapat melihat apakah ide startup yang dimiliki dapat diterima oleh pasar dengan baik atau tidak.

Setiap orang bisa membuat ide bisnis. Akan tetapi, tanpa divalidasi dengan baik ide tersebut belum dapat dibuktikan skalabilitasnya. Hal ini juga yang menjadi topik pertama dalam rangkaian mentoring program akselerasi DSLaunchpad 2.0 bersama Amazon Web Services (AWS). Pada sesi mentoring yang dilakukan sebanyak dua sesi ini, DSLaunchpad 2.0 menghadirkan Pandu Sjahrir (Managing Partner of Indies Capital Partners) dan Willson Cuaca (Co-Founder of East Ventures) sebagai mentor untuk berbagi pengalaman dan pengetahuannya terkait idea validation kepada para peserta.

Dimulai dengan Memastikan Problem Statement

Salah satu unsur penting yang harus diperhatikan oleh para founder ketika melakukan validasi ide adalah memastikan problem yang ingin diselesaikan oleh ide tersebut. Setelah menentukan problemnya, founders harus dapat mem-breakdown apa yang harus diketahui dan dilakukan untuk merealisasi ide bisnis tersebut. “Pertama (untuk melakukan idea validation) kita tau dulu apa yang mau kita address, isunya apa, dari situ berapa besar marketnya, dan apa yang membuat orang pakai barang kita.” ujar Pandu Sjahrir.

Proses menentukan problem statement dalam validasi ini juga berguna untuk membantu Anda melihat beberapa hal seperti:

  • Apakah ide ini nantinya akan berguna di masyarakat,
  • Apakah ide ini dapat meningkatkan efisiensi pada suatu sistem,
  • Melakukan pembentukan formula produk di awal untuk menemukan perbedaan dengan para kompetitor; serta
  • Sebagai bahan untuk meyakinkan investor terhadap scalability.

At the end of the day, kecuali punya dana sendiri, itu pasti (penting untuk melakukan) validasi dulu karena Anda ingin menggunakan dana pihak ketiga. Dia (pihak ketiga) akan meminta apa yang membuat Anda convince dengan hipotesis (bisnis) Anda, di luar presentasi yang bagus.” tambah Pandu Sjahrir.

Interaksi dengan Konsumen untuk Dapatkan Feedback selama Validasi

Untuk melakukan validasi, tentunya sebagai founder Anda perlu berinteraksi dengan para konsumen maupun calon konsumen. Feedback dari konsumen dalam fase ini dapat menjadi acuan untuk iterasi berikutnya hingga ide tersebut benar-benar dapat menyelesaikan problem yang dimiliki oleh konsumen. Terkait hal ini, Willson Cuaca mengatakan, “Tentukan problemnya, bangun produknya, kemudian coba cocokkan apakah problem itu bisa diselesaikan, ngomong ke banyak orang, dapatkan feedback, cocokkan lagi, bener gak problemnya selesai, jadi banyak trial and error. Tapi problem statement itu harus very clear.

Di satu sisi, selain menyelesaikan masalah yang ada, bertanya ke konsumen juga merupakan hal yang krusial untuk mengetahui apakah produk yang dibuat dapat diterima atau tidak oleh pasar. “Tanya ke user apakah problem yang dimiliki bisa diselesaikan dengan baik. Itu baru ide dan validasi pertama: product-market fit, kita belum bicara tentang monetisasi dan lain-lain.” tambah Willson

Berinteraksi untuk mendapatkan feedback langsung dari pengguna juga dapat menghindarkan Anda dari founder bias, dimana para founder merasa bahwa idenya adalah ide yang terhebat, terbaik, terbaru, dan tidak ada founder lain yang dapat meniru idenya. Untuk itu, dalam proses ini sebaiknya founder juga turut mendengarkan hal-hal buruk terkait idenya, sehingga dapat melakukan iterasi dengan lebih baik. Pandu Sjahrir juga menegaskan bahwa hal ini merupakan kesalahan yang banyak dilakukan oleh para founder. “Kesalahan terbesar banyak founders adalah tidak mau mendengarkan orang dan tidak mau mendengarkan customer.” tegasnya.

Eksekusi sebagai Bagian dari Langkah Awal Memvalidasi Ide

Namun, proses validasi ide tidak berhenti sampai disitu saja. Justru hal yang paling penting dilakukan oleh para founder dalam proses ini adalah mengeksekusi ide tersebut. Dalam pembuatan ide, bisa saja seorang founder memiliki ide yang sama dengan founder lainnya. Namun yang akan membedakan ide tersebut adalah bagaimana ide tersebut dieksekusi dan siapa yang mengeksekusinya.

Menurut Willson Cuaca, langkah pertama dalam proses validasi ini adalah melakukan eksekusi. “Jadi langkah pertama dari semua itu adalah eksekusi ide kamu, jangan merasa ide itu adalah ide terbaik, (lalu) coba validasi.” Hal senada juga diutarakan oleh Pandu Sjahrir, Ia berujar bahwa pada akhirnya percuma memiliki ide yang banyak bila tidak bisa dieksekusi. “At the end of the day, bisa punya ide banyak tapi kalau gak bisa eksekusi kan what for.” ucapnya.

Kekhawatiran yang mungkin muncul ketika melakukan eksekusi adalah hasil yang kurang memuaskan atau tidak sesuai ekspektasi. Akan tetapi, dari kekurangan atau kegagalan tersebut masing-masing founder dapat melihat apa yang perlu diperbaiki dan diiterasi dari ide startupnya. “Tidak ada namanya eksekusi 100% baik, tapi yang ada itu adalah eksekusi yang efisien, yang tepat sasaran, pada waktu yang tepat, tempat yang tepat, problem yang tepat, dan mendapat feedback yang baik dari user. Feedback itu digunakan untuk (selanjutnya) melakukan eksekusi yang baik lagi.” ujar Willson terkait eksekusi kepada para peserta webinar.

Eksekusi adalah hal krusial sebagai bagian dari proses melakukan validasi ide, Willson juga berkata bahwa semakin cepat melakukan eksekusi ide, para founder bisa belajar lebih cepat untuk perbaikan di masa mendatang. “Semakin menunggu, semakin kamu telat dibanding yang lain, dengan semakin cepat mengerjakannya, bukan artinya kamu mendapat first mover advantage saja, tapi kamu bisa belajar dengan lebih cepat dari orang yang mungkin mengeksekusinya besok.” tegasnya.

Dengan melakukan validasi ide, para founder dapat segera mengidentifikasi problem sekaligus menemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan problem tersebut. Selain itu, founder juga harus tetap terus memikirkan misi dan mimpi apa yang ingin mereka capai melalui ide bisnis tersebut. Akan tetapi, hal tersebut juga harus dilakukan dengan mengeksekusi ide tersebut. Dengan begitu, para founder dapat terus melakukan iterasi sampai menemukan formula yang tepat dalam penyusunan ide bisnisnya.