Dua tahun terakhir ini Canon sibuk mengejar ketertinggalannya di segmen mirrorless. Yang belum kesampaian selama ini adalah opsi perekaman video 4K, namun akhirnya mereka bisa mewujudkannya lewat Canon EOS M50 yang baru saja dirilis.
M50 masih menggunakan sensor APS-C 24 megapixel, lengkap dengan sistem autofocus Dual Pixel seperti sejumlah model lain di seri EOS M. Yang baru adalah, M50 dapat merekam video 4K, meski hanya terbatas pada kecepatan 24 fps saja.
Ini dimungkinkan berkat penggunaan prosesor baru DIGIC 8, yang turut berjasa memberi M50 kemampuan untuk merekam video 1080p 120 fps (untuk dijadikan video slow-motion). Performanya secara keseluruhan juga cukup lumayan, dengan kemampuan menjepret tanpa henti secepat 10 fps, atau 7,4 fps dengan continuous autofocus.
Secara desain, M50 banyak mewarisi penampilan EOS M5. Hand grip-nya sama-sama cukup besar, tapi sayang kenop-kenop di panel atasnya tidak selengkap M5. Beruntung M50 juga mewarisi viewfinder elektronik, yang mengandalkan panel OLED beresolusi 2,36 juta dot.
Yang lebih superior justru adalah layar sentuhnya di belakang. Kalau di M5, layarnya hanya bisa dimiringkan ke atas atau bawah. Di M50, layar ini bisa dibuka ke samping dan diputar 360 derajat. Desain semacam ini pastinya akan sangat bermanfaat ketika kamera digunakan untuk merekam video, dan ini sejalan dengan peningkatan di sektor video yang dibawa M50.
Selebihnya, ada fitur-fitur pemanis seperti Bluetooth (di samping Wi-Fi dan NFC), yang memungkinkan fitur transfer gambar secara otomatis ke perangkat mobile. Kemudian ada juga format gambar RAW baru berlabel CR3, yang diyakini masih bisa menawarkan kualitas tinggi dalam ukuran file separuh lebih kecil.
Canon berencana memasarkan EOS M50 mulai bulan April mendatang seharga $780 (body only). Bundel bersama lensa juga tersedia: $900 dengan lensa 15-45mm f/3.5-6.3 IS STM, atau $1.250 dengan lensa yang sama plus 55-200mm f/4.5-6.3 IS STM (dua lensa sekaligus).
Saat Google meluncurkan Pixel 2 dan Pixel 2 XL kemarin, banyak yang terkejut melihat kedua smartphone flagship itu hanya punya satu kamera belakang saja. Di saat smartphone kelas menengah pun mulai mengadopsi kamera ganda, Google tetap percaya diri kamera tunggal Pixel 2 mampu menghasilkan foto dengan efek blur yang dramatis.
Rahasianya terletak pada perpaduan software dan teknologi Dual Pixel. Tidak hanya untuk menghasilkan efek bokeh yang bagus, Dual Pixel juga berguna untuk meningkatkan kecepatan autofocus, seperti yang kita jumpai pada sejumlah DSLR maupun kamera mirrorless buatan Canon.
Samsung sebagai salah satu produsen sensor kamera smartphone baru saja mengumumkan sensor ISOCELL baru yang mengusung teknologi Dual Pixel. Sensor bernama ISOCELL Fast 2L9 ini dirancang untuk menghasilkan foto dengan efek bokeh yang apik melalui konfigurasi kamera tunggal, seperti kasusnya pada duo Pixel 2 itu tadi.
Secara teknis, ISOCELL Fast 2L9 mengemas resolusi 12 megapixel, dengan ukuran pixel masing-masing sebesar 1,28 µm. Kelebihan lain dari sensor ini adalah dimensinya yang sangat ramping, sehingga smartphone yang menggunakannya tidak perlu memiliki tonjolan kamera.
Samsung juga memperkenalkan sensor lain bernama ISOCELL Slim 2X7 yang beresolusi lebih besar – 24 megapixel – tapi memiliki ukuran pixel lebih kecil di angka 0,9 µm. Kendati demikian, performanya di kondisi low-light masih terjamin berkat penerapan teknologi Tetracell, yang menyatukan empat pixel sekaligus untuk meningkatkan sensitivitas cahaya.
Sama seperti Fast 2L9, Slim 2X7 juga dirancang agar bisa ditanamkan ke modul kamera tanpa berakibat pada tonjolan di bagian belakang ponsel. Sayangnya sejauh ini belum ada informasi mengenai perangkat yang bakal menggunakan kedua sensor baru ini.
Dulu, satu-satunya cara untuk mengambil foto adalah dengan menggunakan kamera yang berisi film. Dengan memulainya era digital, kini kamera dengan film telah menjadi hasil karya seni yang cukup langka, sementara ilmu fotografi digital menjadi tren terkini. Hanya bermodalkan kamera digital SLR, seorang fotografer amatir dapat menghasilkan gambar yang begitu menawan, bagaikan seorang profesional. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari kamera tersebut agar setiap jepretan yang Anda ambil merupakan sebuah karya indah.
Membeli kamera digital yang paling mahal, dengan harapan gambar yang Anda ambil akan selalu bagus, bukanlah solusi terbaik. Terutama apabila Anda tidak mengerti cara menggunakannya. Perlu memperhatikan beberapa hal pada kamera digital, guna memastikan bahwa tiap foto yang Anda hasilkan tidak perlu melalui software edit lagi.
Megapiksel bukan segalanya
Satu hal yang orang awam fotografi tanyakan adalah beberapa besar MP (megapiksel) kameranya. Berbeda dengan prosesor komputer, dimana semakin besar angka di depan huruf “GB” berarti lebih baik, keterangan megapiksel kamera tidak selalu menjamin image yang bagus. Megapiksel itu sendiri hanya menjelaskan kepadatan dari piksel pada foto yang dihasilkan. Angka yang MP yang tinggi berguna apabila ingin membesarkan image, tapi kalau hanya untuk di-share media sosial atau cetak ukuran postcard, MP yang terlalu besar tak berguna.
Untuk menjamin setiap hasil jepretan Anda sempurna, pastikan bahwa kamera memiliki Dual Pixel. Teknologi ini dikembangkan guna menghasilkan image yang selalu fokus dan tidak buram. Dengan sensor canggih ini, tiap jepratan Anda akan menyerupai hasil karya fotografer professional. Ada beberapa kamera digital SLR yang tersedia untuk pemula, bahkan kamera mirrorless yang menawarkan fitur DPMP (Dual Pixel Megapixel). Jadi kamera dengan MP rendah pun dapat menghasilkan foto bagus apabila dibekali teknologi Dual Pixel. Fotografer smartphone pun dapat menghasilkan foto seperti professional, apabila gadget-nya dilengkapi fitur ini.
Seberapa besar aperture pada kamera
Bagi yang masih awam fotografi, aperture adalah besaran bukaan lensa yang membolehkan cahaya masuk kebagian bodi kamera. Menyerupai kornea pada bola mata. Pada umumnya, aperture ditunjukkan dengan tulisan f/nomor, sebagai contoh f/1.7. Semakin kecil angka aperture, berarti semakin besar bukaan cahaya pada lensa dan justru semakin besar aperture, bukaan lensa semakin kecil. Pada angka aperture tinggi, foto yang dihasilkan akan lebih fokus, serta aperture yang kecil cenderung menghasilkan foto dengan latar belakang buram.
Dapatkah foto saat dalam keadaan rendah cahaya?
Cahaya merupakan sebuah elemen yang sangat penting bagi fotografer. Sulit bagi fotografer untuk mengambil foto dalam keadaan gelap atau remang-remang. Salah satu solusi adalah meningkatkan ISO, membesarkan aperture dan mengurangi shutter-speed. Fitur tersebut biasanya hanya terdapat pada kamera digital yang sudah canggih, tapi dengan perkembangan teknologi, berbagai fitur pengaturan mulai merambah ke kamera sederhana, bahkan ke kamera pada smartphone. Dengan sedikit pengetahuan tentang cara mengatur kamera dan Anda dapat berfoto dalam kondisi remang-remang.
Tangan tenang menghasilkan foto gemilang
Tidak jarang goyangan tangan sang fotografer dapat merusak hasil foto itu sendiri. Hanya karena bergeser sedikit saat menekan tombol kamera, image dalam foto bisa jadi blur. Oleh karena itu, tidak jarang fotografi menggunakan tripod atau monopod, guna memastikan kamera tidak bergoyang saat pengambilan gambar. Tapi kadang membopong tripod cukup merepotkan. Untuk mengurangi resiko foto blur, sebagian besar kamera digital dilengkapi fitur OIS (optical image stabilization). Fitur unik ini memastikan bahwa obyek yang Anda foto akan sampai ke CMOS (sensor kamera) selalu lurus sehingga blur dapat terhindar. Hasil foto terjamin selalu bagus walaupun fotografer banyak bergerak.
Fitur-fitur di atas merupakan beberapa hal yang dapat membantu Anda untuk selalu mendapatkan hasil jepretan yang sempurna, apabila menggunakan kamera digital SLR atau mirrorless. Apabila Anda ingin tahu tehnik mengambil foto yang bagus menggunakan kamera simpel seperti yang ada pada smartphone, jelas kalau harus mencari sebuah gadget yang menawarkan fitur-fitur tersebut. Tapi adakah smartphone yang menawarkan fitur fotografi yang hampir mendekati kualitas kamera digital SLR?
*) Artikel ini hadir atas kerjasama dengan Samsung. Gambar header: Pixabay.
Bahkan sebelum diumumkan, publik sudah bisa menebak eksistensi handset flagship baru Samsung. Produsen smartphone terbesar di dunia itu kembali memilih Mobile World Congress sebagai tempat untuk memperkenalkannya secara resmi. Rumor pada bulan Januari silam terbukti benar, handset Galaxy S teranyar hadir di tanah air hanya beberapa hari setelah MWC 2016 usai.
Tepat pada tanggal 1 Maret 2016, Samsung Galaxy S7 dan S7 Edge melakukan pendaratan perdana di Indonesia. Melalui handset high-end ini, Samsung mempunyai satu visi: membawa konsumen nusantara ‘mencapai level selanjutnya’. Untuk sebuah device premium, hampir tidak ada bagian yang luput dari perhatian Samsung; desainnya disempurnakan, kinerja hardware dan kemampuan fotografi ditingkatkan, lalu fungsionalitasnya juga diperluas.
Untuk memperlihatkan keunggulan-keunggulan Galaxy S7 dan S7 Edge dalam bermacam-macam skenario pemakaian, Samsung meminta para tamu berkunjung ke enam experience booth. Produsen sepertinya tidak mau kita mengganggap S7 sebagai smartphone biasa, melainkan sebuah perangkat mutakhir pendukung beragam aktivitas hiburan dan produktif.
Desain & layar
Sebelum acara dimulai, saya menyempatkan diri untuk melakukan hands-on singkat. Anda mungkin sudah tahu, desain S7 dan S7 Edge pada dasarnya tidak jauh berbeda dari generasi S6, sama-sama mengusung chassis kombinasi logam dan kaca. Samsung bilang, penyempurnaan proses penggabungan (thermoforming) dua material ini memakan waktu berbulan-bulan. S7 memiliki tombol home lebih datar dan modul kamera lebih tipis.
Kedua perangkat menyuguhkan layar AMOLED dengan ukuran sedikit berbeda: panel 5,1-inci beresolusi quad-HD 2560×1440 berkepadatan 577ppi untuk Galaxy S7, dan display 5,5-inci QHD 534ppi plus Edge Screen melengkung di Galaxy S7 Edge. Display dan rancangan tubuh diramu sedemikian rupa supaya smartphone tetap simpel saat digunakan dengan satu tangan.
Sertifikasi IP68
Salah satu fitur primadona pada Galaxy S7 dan S7 Edge terletak pada kesanggupannya menahan air serta debu. Dan tak seperti S5, port S7 tersegel di dalam dan tidak mempunyai penutup eksternal. Sertifikasi IP68 di sana memastikan handset bekerja normal ketika tercemplung ke air – maksimal sedalam 1,5 meter selama setengah jam.
Dalam uji coba langsung, merekam video atau mengambil foto di bawah air dapat dilakukan. Sayangnya tetesan-tetesan tetap akan memengaruhi input layar sentuh. Dari penjelasan Samsung, kemampuan kedap air tersebut tidak menjadikan S7 handset rugged. IP68 adalah upaya pencegahan kerusakan apabila terjadi insiden tak terduga. Perlu diingat, air bergaram masih merupakan musuh terbesar S7, jangan sekali-kali Anda membawanya berenang di laut.
Virtual reality?
Kapabilitas Galaxy S7 untuk menjalankan permainan mobile bergrafis berat memang tak perlu dipertanyakan (dari mulai Asphalt 8: Airborne sampai Lego Batman: Beyond Arkham). Tapi bagi saya, aspek hiburan distingtif dari S7 ialah kompatibilitas device buat menyajikan virtual reality dengan menyematkannya di headset Gear VR. Performa Galaxy S7 plus Gear VR mungkin masih beberapa tingkat di bawah Oculus Rift, namun ia merupakan opsi terbaik di level mobile virtual reality.
Samsung sempat menyampaikan bahwa mereka berkomitmen untuk membangun ekosistem VR, dan telah menyiapkan ratusan konten pendukung – baik game maupun video 360. Belum lama mereka turut menyingkap device khusus buat memperkaya isinya.
Kamera
Upgrade pada kamera difokuskan pada tiga faktor: tingkat aperture dan pixel individu lebih besar, serta autofocus yang lebih singkat.Tak terpancing masuk dalam arena adu balap megapixel, Samsung malah mengurangi jumlah resolusi dari 16- ke 12-Mp. Tak perlu panik, jumlah yang lebih sedikit membuat ukuran per satu pixel jadi lebih besar (1,4-micron). Mengesampingkan penjelasan terlalu teknis, alhasil kamera S7 unggul di situasi kurang cahaya.
Galaxy S7 juga memiliki bukaan aperture terlebar di kelas smartphone dengan f/1.7, menambahkan kecanggihan mutu jepretan di low-light. Samsung meminjam fitur kamera DSLR, mengusung sensor ‘dual pixel‘ sehingga mekanisme autofocus berjalan cepat tanpa memerlukan sistem fokus laser. Buat video chat dan ber-selfie, kamera depannya menyimpan sensor 5-Mp f/1.7.
Memori RAM 4GB LPDDR4, penyimpanan internal 32GB (untuk di Indonesia, bisa diperluas sampai 200GB via microSD)
Network LTE CAT. 9 (450/50Mpbs), 4G TDD, 4G FDD
Konektivitas Wi-Fi 802.11 a/b/g/n/ac, MIMO, Bluetooth 4.2, NFC
Baterai 3.000mAh (S7) 3.600mAh (S7 Edge), plus fitur fast charging via kabel maupun wireless
Pre-order
Gerbang pre-order Samsung Galaxy S7 dan S7 Edge sudah dibuka dan akan berlangsung sampai 13 Maret 2016 nanti, dijajakan di harga mulai dari Rp 8 jutaan. Informasi detailnya bisa Anda peroleh di situs Galaxy Launch Pack.