Berawal sebagai aplikasi direktori bisnis, Indotrading kini telah bertransformasi menjadi platform B2B yang menyediakan sistem e-procurement menyeluruh untuk perusahaan. Awalnya mereka hanya memberikan informasi seputar supplier untuk kebutuhan bisnis, juga membantu dari hal promosi dan pengiklanan — hanya saja waktu itu belum termasuk hal-hal berkaitan dengan transaksi.
“Menjelang pandemi karena banyaknya permintaan dari pembeli, Indotrading membuka divisi unit baru untuk pengadaan dari perusahaan besar karena banyaknya supplier kami mengalami masalah di cashflow. Kemudian kami membangun sistem e-procurement untuk perusahaan,” ujar CEO Indotrading Handy Chang.
Dengan menggunakan sistem tersebut, Indotrading membantu dari sisi pembayaran terms of payment dan mencarikan supplier yang berkualitas sehingga proses pembelian dari perusahaan menjadi lebih efisien dan hemat biaya. Perusahaan kemudian bisa memangkas tenaga purchasing dengan beralih ke sistem digital.
Sejauh ini Indotrading mempunyai sekitar 80 ribu supplier terdaftar. Perusahaan juga sudah memiliki 3 kantor cabang yang berada di Surabaya, Yogyakarta, dan Medan.
Selama pandemi perusahaan mengaju mengalami penurunan jumlah pelanggan. Banyak perusahaan yang harus menunda pembayaran untuk biaya keanggotaan. Namun demikian dari sektor kesehatan dan keamanan, Indotrading mengklaim mengalami pertumbuhan. Hal tersebut yang menjadikan perusahaan bisa berjalan secara stabil.
“Indotrading meluncurkan sistem pembayaran bulanan untuk membantu cashflow dari sisi perusahaan yang terkena efek. Dari sisi procurement, Indotrading mengalami peningkatan terutama untuk sektor safety. Kami membeli barang dari supplier yang bergabung dan membantu dari sisi pendanaan pembelian,” kata Handy.
Di fitur e-commerce B2B, Indotrading memiliki alur transaksi yang berbeda dengan platform B2C pada umumnya. Yaitu dengan menerapkan proses add to shopping cart dan buy now. Sistem B2B yang dimiliki juga terbilang sangat fleksibel. Dimulai dari permintaan penawaran, pembeli kemudian bebas mengisi produk apa pun yang diinginkan meskipun barang tersebut tidak tersedia di katalog.
“Supplier kami nantinya akan mengirimkan penawaran resmi dan pembeli agar kemudian bisa melakukan PO secara tunai maupun payment terms 30, 45, dan 90 hari. Biaya shipping juga fleksibel dan ditentukan secara manual melalui penawaran,” kata Handy.
Indotrading juga memiliki kapabilitas untuk menghubungkan katalog produk dengan situs atau aplikasi yang dimiliki perusahaan. Integrasi ini diharapkan memudahkan proses pengadaan di internal klien.
Layanan pembayaran Indotradingpay
Untuk memudahkan proses pembayaran, Indotrading meluncurkan fitur payment dan quotation. Memungkinkan perusahaan mengirimkan penawaran dan menerima pembayaran secara langsung di luar platform Indotrading. Proses ini dinilai memudahkan perusahaan menagih pembayaran dari konsumen secara real time. Tidak perlu menggunakan payment gateway, karena pembayaran didukung Indotradingpay.
Sementara untuk fitur quotation, saat ini masih terbatas untuk permintaan melalui Indotrading. Sistem ini nantinya bisa membantu supplier memonitor jumlah quotation yang dikirim setiap bulannya beserta laporan. Pembayaran dari quotation itu juga bisa dengan mudah menggunakan Indotradingpay.
Untuk meningkatkan eskalasi bisnis, Indotrading juga tengah aktif berbincang dengan investor untuk penggalangan dana. Dana akan dimanfaatkan untuk ekspansi di bidang transaksi B2B. Sebelumnya Indotrading telah memperoleh pendanaan seri A senilai $1,5 juta dari sejumlah investor yang dipimpin oleh OPT SEA, perusahaan investasi OPT Group Jepang untuk kawasan Asia Tenggara tahun 2015 lalu.
“Saat ini transformasi besar sedang terjadi di sektor B2B. Sektor B2C sudah sangat teredukasi secara online. Tapi B2B masih banyak yang masih dijalankan secara manual. Kami berharap transformasi akan terjadi di sektor B2B mengingat pandemi telah mempercepat digitalisasi sektor B2B,” kata Handy.
New retail startup Warung Pintar has officially announced its acquisition of Bizzy, a B2B logistics and supply chain distribution startup. The acquisition value reached $45 million or around Rp633 billion.
Through this acquisition, Warung Pintar is to strengthen its position in the B2B e-commerce market and predicted to grow three times of the B2C market.
“[Acquisition] Bizzy as a whole, not just a particular business unit,” East Ventures’ Co-Founder & Managing Partner, Willson Cuaca said in a short message to DailySocial.
Previously, Bizzy was a B2B e-commerce platform that has pivoted into the logistics and distribution business. Bizzy Logistics is known as PT Bina Sinar Amity, an integrated logistics, export, and import service provider company. Meanwhile, Bizzy Distribution is legally under PT Sinarmas Distribution Nusantara.
Apart from being affiliated with the Sinarmas group, Bizzy is also a portfolio of East Ventures. Sinarmas, through its venture capital unit, SMDV, is also a part of EV Growth.
Ready for the momentum of B2B e-commerce
Quoting various data sources, the current B2B e-commerce revenue in Indonesia accounts for less than half of the total e-commerce revenue in 2020. As an illustration, B2B e-commerce revenue in India contributes 93% of total e-commerce revenue there and 72% in China.
Warung Pintar’s Co-Founder & CEO, Agung Bezharie said that the two companies are to realize the same mission, transforming traditional retailers, and increasing their efficiency in the supply chain, which is considered fragmented with two different approaches.
Therefore, Agung expects to change the digital-based distribution approach which has mostly been driven by massive promotions and discounts in order to acquire customers.
“Bizzy’s joining the Warung Pintar ecosystem allows the company to guarantee product availability and reasonable prices with its partners,” Agung said in a press release received by DailySocial.
Furthermore, Bizzy’s CEO, Andrew Mawikere added that after the acquisition, Bizzy will remain an entity that will focus on bridging the synergy between the two companies with brands and distributors and enabling them to become a digital retail ecosystem.
This means as the synergy established, Warung Pintar can focus more on digitizing its retailers, while Bizzy focuses on serving brand partners and distributors.
“After Bizzy’s entry as part of Warung Pintar, there will be no other players integrated into our supply chain. That way, we can serve brands and distributors with various added value and data-based strategies on a large scale,” Andrew said.
Was founded in 2017, Warung Pintar offers solutions to micro-entrepreneurs’ problems that have been the foundation of the Indonesian economy with a 70% contribution to total retail transactions in Indonesia. Meanwhile, this acquisition will combine two companies that have collaborated with 600 brands and serve 230 thousand retailers in 65 cities throughout Indonesia.
Willson also sees opportunities for synergy and efficiency that will be created by joining the two companies. “Warung Pintar is an on-demand platform, while Bizzy comes from the supply side. Combined, they can serve consumers, retailers, and brands in the most effective way. This is a real 1 + 1 = 3,” he said in an official statement.
– Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Startup new retailWarung Pintar resmi mengumumkan akuisisinya terhadap Bizzy, startup logistik dan distribusi supply chain B2B. Nilai akuisisi mencapai $45 juta atau sekitar Rp633 miliar.
Melalui akuisisi ini, Warung Pintar ingin memperkuat posisinya di pasar e-commerce B2B dengan pertumbuhan yang diprediksi mencapai tiga kali lipat dari pasar B2C.
“[Akuisisi] Bizzy secara keseluruhan, bukan unit bisnis tertentu saja,” ujar Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca dalam pesan singkat kepada DailySocial.
Sebelumnya Bizzy adalah platform e-commerce B2B yang telah pivot menjadi bisnis logistik dan distribusi. Bizzy Logistics dikenal sebagai PT Bina Sinar Amity, sebuah perusahaan penyedia jasa logistik, ekspor, dan impor terintegrasi. Sementara Bizzy Distribution secara legal berada di bawah PT Sinarmas Distribusi Nusantara.
Selain terafiliasi grup Sinarmas, Bizzy juga merupakan portofolio dari East Ventures. Sinarmas sendiri melalui unit modal venturanya, SMDV, juga menjadi bagian EV Growth.
Bersiap pada momentum pertumbuhan e-commerce B2B
Mengutip berbagai sumber data, saat ini pendapatan e-commerce B2B di Indonesia menyumbang tak sampai setengah dari total pendapatan e-commerce keseluruhan di 2020. Sebagai gambaran, pendapatan e-commerce B2B di India berkontribusi sebesar 93% terhadap total pendapatan e-commerce di sana dan 72% di Tiongkok.
Co-Founder & CEO Warung Pintar Agung Bezharie mengatakan, kedua perusahaan ingin mewujudkan misi yang sama, yakni mentransformasikan peritel tradisional dan meningkatkan efisiensinya terhadap rantai pasokan yang saat ini dinilai masih terpecah-pecah dengan dua sisi pendekatan yang berbeda.
Maka itu, Agung berharap dapat mengubah pendekatan distribusi berbasis digital yang sejak dulu kebanyakan didorong oleh promosi dan diskon besar-besaran demi meraup pelanggan.
“Bergabungnya Bizzy ke dalam ekosistem Warung Pintar memungkinkan perusahaan untuk menjamin ketersediaan produk dan harga yang wajar dengan para mitranya,” ujar Agung dalam keterangan pers yang diterima DailySocial.
Lebih lanjut, CEO Bizzy Andrew Mawikere menambahkan pasca-akuisisi nanti, Bizzy tetap menjadi entitas yang akan fokus dalam menjembatani sinergi kedua perusahaan dengan brand dan distributor, serta memungkinkan mereka untuk menjadi ekosistem pengecer digital.
Artinya, sinergi akan tetap terjalin, Warung Pintar dapat lebih fokus pada upaya digitalisasi para retailer-nya, sedangkan Bizzy fokus dalam melayani para mitra brand dan distributor.
“Setelah masuknya Bizzy sebagai bagian dari Warung Pintar, nantinya tidak akan ada pemain lain terintegrasi ke dalam rantai pasokan kami. Dengan begitu, kami dapat melayani brand dan distributor dengan value added yang belum pernah ada sebelumnya serta strategi berbasis data dalam skala besar,” tutur Andrew.
Berdiri di 2017, Warung Pintar menawarkan solusi masalah dihadapi pelaku usaha mikro yang selama ini menjadi fondasi perekonomian Indonesia dengan kontribusi sebesar 70% terhadap total transaksi ritel di Indonesia. Adapun, akuisisi ini akan menggabungkan dua perusahaan yang telah bekerja sama dengan 600 merek dan melayani 230 ribu retailer di 65 kota seluruh Indonesia.
Willson juga melihat adanya peluang sinergi dan efisiensi yang bakal tercipta dengan bergabungnya kedua perusahaan ini. “Warung Pintar adalah platform dari sisi permintaan, sedangkan Bizzy dari sisi suplai. Jika digabungkan, mereka dapat melayani konsumen, pengecer, dan merek dengan cara yang paling efektif. Ini benar-benar 1+1=3,” tuturnya dalam keterangan resmi.
Pandemi membuat segala lini bisnis terdampak. Tidak hanya ritel, bisnis b2b dan bahkan anggaran belanja pemerintah pun ikut terpengaruh. Bisnis e-commerce b2b, pada khususnya, tidak luput dari pelemahan ini. Meski bisnis sempat turun, ada harapan untuk rebound mempersiapkan normal baru.
Sejumlah pemain e-commerce b2b yang DailySocial hubungi kompak menjawab bisnis turun selama dua bulan belakangan. Namun mereka meyakini ini bersifat sementara, karena sejak Juni, tepat normal baru diumumkan pemerintah, bisnis kembali bergeliat.
Di sisi lain, pandemi berhasil mengubah perspektif korporat bahwa proses pengadaan dapat dilakukan secara digital. Tak hanya transparan, mereka bisa mendapat harga lebih ekonomis dengan proses yang lebih cepat.
“Dengan adanya Covid-19, para mitra bisnis semakin terdorong untuk menggunakan layanan b2b untuk memenuhi kebutuhan IT dan operasional mereka. Ini dikarenakan saat krisis, mitra bisnis membutuhkan solusi cepat dan tepat, dengan harga ekonomis,” ucap EVP Corporate B2B Corporate Solutions Blibli Heriyadi Janwar.
Sepakat dengan Heriyadi, Co-Founder dan CEO Mbiz Rizal Paramarta mengatakan, pandemi berhasil memperlihatkan fundamental dari bisnis e-commerce b2b itu sendiri. Bahwa mereka mampu bertahan karena punya bisnis inti di bidang pengadaan barang dan jasa yang terdigitalisasi. Tujuannya untuk mempersingkat proses dan lebih transparan daripada metode manual.
Pengaruh bisnis
Rizal memaparkan, pada kuartal kedua tahun ini, penurunannya mencapai sepertiga hingga separuh dari total target bulanan. Digambarkan dalam setahun, setidaknya volume transaksi di Mbiz mencapai Rp1 triliun.
“Kita melihat ada dampak short term, pas April sebelum Lebaran ada penurunan belanja korporat terutama yang sifatnya non esensial. Overall spending capex korporat turun, tapi ada kenaikan drastis untuk kategori kesehatan sampai 2000%.”
Ia menyebut kondisi ini hanya sementara, karena pada bulan Juni mulai terjadi pemulihan, bersamaan dengan dimulainya kegiatan normal baru. “Kita menyiapkan kategori baru di bidang kesehatan dan kenaikan dari situ adalah kompensasi atas penurunan kemarin.”
Chief of Commercial & Omni Channel Bhinneka Vensia Tjhin menambahkan, perusahaan turut berdampak semenjak pemberlakuan PSBB hingga menjelang akhir paruh pertama tahun ini. Namun, diklaim perusahaan mencatat kenaikan hingga 30%.
Ini terjadi karena perusahaan tetap bermanuver perluas produk dan jasa, sehingga ada pergeseran kategori produk yang mengimbangi kategori yang sebelumnya populer sebelum pandemi.
“Bhinneka dengan eksistensi produk yang disediakan via platform, kini selain IT, growth tertinggi disumbang dari MRO/perkakas dan alat kesehatan. Sementara itu, di marketplace kami mencatat lonjakan pada produk makanan dan kebutuhan harian. Jadi kami melihat ada balancing process dari kedua segmentasi.”
Heriyadi tidak merinci penurunan seperti apa yang terjadi di Blibli. Menurutnya, Covid-19 telah memicu adopsi teknologi oleh pelaku bisnis, termasuk mitra b2b yang memerlukan solusi efisien dengan harga terjangkau agar mereka bisa menjaga keberlangsungan bisnis mereka.
Ia hanya menyatakan jumlah transaksi b2b pada bulan ini telah menyamai total transaksi yang tercatat selama keseluruhan 2019. “Ini adalah sinyal positif bagi pertumbuhan b2b untuk tahun ini.”
Sokong kategori baru
Dalam mendorong kinerja bisnis, juga mendukung kegiatan normal baru, peluang produk pendukung kesehatan paling dicari oleh semua konsumen, tidak terkecuali klien korporasi. Pemain e-commerce pun berlomba-lomba perbanyak mitra penjual alat kesehatan untuk melayani konsumen mereka.
Direktur BukaPengadaan Bukalapak Hita Supranjaya menerangkan, mereka menambah jumlah principal atau UMKM untuk menawarkan persiapan normal baru, seperti rapid test, program bundle APD, customize APD (masker dan hazmat), face recognition terminal, dan customized hand wash station.
“Kami telah menyiapkan strategi untuk terus memonitor perkembangan dan beradaptasi dengan permintaan melalui inovasi maupun kerja sama yang membantu user terpenuhi kebutuhannya,” papar Hita.
Saat ini BukaPengadaan telah terhubung dengan hampir enam juta penjual yang memiliki lebih dari 80 juta produk. Beberapa kategori diklaim menunjukkan peningkatan lebih dari dua kali lipat secara month-to-month sejak awal dimulainya pandemi ini.
Sebelum pandemi, BukaPengadaan diklaim mencatat profitabilias sebesar 500% year-on-year seiring dengan pertumbuhan jumlah konsumen b2b dan penjualan. Kategori yang paling diminati saat itu adalah gadget dan barang-barang procurement, seperti spare part mesin dan pabrik.
Semenjak pandemi, Bhinneka makin gencar menambah variasi pada kategori kesehatan dan perawatan. Sejak awal tahun, kategori ini tumbuh lebih dari 100% berdasarkan variasinya.
Dalam merespons kondisi normal baru, perusahaan mengembangkan produk kesehatan lainnya bersama para vendor. Misalnya, memperbanyak mitra layanan kesehatan, seperti test Covid-19 untuk perusahaan, menawarkan produk ThermoNex untuk mendeteksi suhu tubuh secara otomatis, terhubung dengan cloud, dan dilengkapi dengan fitur face recognition sebagai data dan terhubung dengan panel absensi.
Bhinneka bermitra dengan mitra healthtech seperti Triasse dan Prixa untuk menyediakan layanan kesehatan, membuat produk Digital Classroom untuk sekolah yang ingin memaksimalkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) tanpa tim IT sendiri, dan produk Crinoid yakni multichannel management untuk bantu mengatur penjualan di beberapa marketplace sekaligus.
“Kecepatan dan agility menjadi kunci dalam menghadapi masa yang penuh uncertainties ini, kami melakukan berbagai aktivitas dan perubahan dengan menangkap peluang-peluang yang dapat segera dilakukan.”
Sejak perusahaan mendeklarasikan tranformasi sebagai business super ecosystem akhir tahun lalu, kontribusi terbesar datang dari konsumen korporasi dan belanja pemerintah yang mencapai hingga 90%, naik dari tahun sebelumnya sebesar 80%.
Total pelanggan Bhinneka kini mencapai 1,5 juta dari level UMKM, korporasi, dan pemerintah. Ada lebih dari 10 ribu merchant, vendor/principal yang menawarkan lebih dari 1 juta SKU di dalam platformnya.
Blibli sendiri memprediksi permintaan terhadap layanan b2b akan meningkat. Perusahaan sudah menyiapkan berbagai strategi untuk mengoptimalkan layanan pada mitra bisnis. Perusahaan membuat virtual gathering bersama mitra bisnis, asosiasi-asosiasi industri, dan komunitas profesional untuk mengukur dan memahami lebih lanjut mengenai kebutuhan mereka dalam meneruskan usaha di normal baru.
“Kami menggunakan pemahaman tersebut untuk semakin meningkatkan layanan yang kami sediakan, contohnya dengan memberikan promosi khusus.”
Heriyadi mengatakan, perusahaan merancang rencana hingga akhir tahun untuk meningkatkan strategic business value dari b2b, termasuk kolaborasi dengan mitra bisnis pada transaksi offline dan online, seperti membangun microsite, memperluas varian produk, menyediakan produk bersama garansi asli. memperluas cakupan pengiriman nasional, dan menawarkan asuransi logistik.
Blibli melayani 19 mitra bisnis b2b yang bergerak di tujuh sektor, seperti layanan keuangan, perhotelan, distribusi & manufaktur, teknologi, teknologi dan IT.
Produk dan solusi yang disediakan untuk mitra bisnis tersebut dibagi menjadi dua kategori, yakni TI & pemeliharaan, dan reparasi & operasional. Di antaranya produk dan solusi mencakup client tools seperti tablet, notebook, server network seperti UPS, alat perkantoran, dan piranti lunak.
Untuk kategori operasional, Blibli menawarkan material handling, laboratorium & kimia, keamanan, alat pembersih, alat ukur dan pengetasan, dan alat berat.
Masuk ke pemerintah
Di sisi lain, Mbiz mengambil peluang dari pandemi dengan gencar menggaet konsumen dari kalangan pemerintah karena di sana masih dibutuhkan solusi pengadaan yang transparan. Kehadiran pemain e-procurement menjadi dorongan buat pemerintah untuk go digital.
Dari peraturan pun Perpres Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ditentukan bahwa pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan secara elektronik dengan memanfaatkan e-marketplace yang menyediakan infrastruktur teknis dan layanan dukungan transaksi berupa katalog elektronik, toko daring, dan pemilihan penyedia.
“Perpres ini menguntungkan pemain e-procurement. Selama ini pengadaan ada problem. Misalnya tidak transparan dan harus pakai cash. Yang kita lakukan adalah digitalisasi, semua transaksi harus digital, jadinya transparan.”
Debut Mbiz untuk melirik prospek di sektor ini sebenarnya dimulai sejak awal tahun ini. Perusahaan terpilih sebagai penyedia pengadaan untuk Pemprov Jawa Barat. Perjalanan dilanjutkan dengan Pemprov Bali baru-baru ini.
“Kita sedang dalam proses lagi untuk dua pemrov lainnya di Jawa. Bila ini berhasil, kita bisa lebih percaya diri untuk masuk ke pemprov lainnya di Indonesia.”
Keuntungan ini sebenarnya tidak hanya dirasakan buat Mbiz, tapi buat merchant, atau vendor skala UMKM memperluas cakupan penjualannya ke mana saja ke seluruh segmen konsumen Mbiz di Indonesia. Sebelum masuk ke platform, umumnya penjualan vendor hanya mencakup sekitar wilayah terdekatnya saja.
Para vendor tersebut juga bisa mengakses fasilitas layanan keuangan untuk membantu bisnis mereka melalui Mbiz. Perusahaan didukung platform pembiayaan Investree setelah mengantongi pendanaan pada akhir tahun lalu.