Tag Archives: e-commerce fashion

Startup fesyen D2C Fine Counsel mengumumkan pendanaan segar yang dipimpin oleh Azure Ventures dengan nominal dirahasiakan

Azure Ventures Suntik Startup D2C Fine Counsel, Perkuat Teknologi dan Analitik

Startup fesyen D2C Fine Counsel mengumumkan pendanaan segar yang dipimpin oleh Azure Ventures dengan nominal dirahasiakan. Perusahaan akan menggunakan dana segar tersebut untuk berinvestasi dalam pengembangan brand, inovasi produk, perluasan distribusi omni-channel, serta mengembangkan teknologi dan analitik untuk memberikan pengalaman pelanggan yang lebih seamless.

Fine Counsel didirikan pada 2018 oleh Kaleb Lucman dengan visi menciptakan produk gaya hidup kelas premium yang setara dengan kualitas internasional. Variasi produk-produk sepatunya menyeimbangkan penampilan classy dengan casual, juga mengedepankan kenyamanan dan fungsi utama dari produknya. Sejak diluncurkan, perusahaan telah berkolaborasi dengan banyak mitra, seperti Mini Cooper, Big Bear and Bird, dan atlet bulu tangkis Greysia Polii. Dengan kemitraan tersebut, mampu mendongkrak pendapatan hingga sepuluh kali lipat.

Kaleb mengungkapkan adanya kemungkinan untuk mengakuisisi brand yang memiliki kesamaan visi dan nilai untuk melengkapi ekosistem Fine Counsel. “Kami selalu ingin menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki potensi untuk memproduksi hasil karya yang berkualitas tinggi dan desain yang berkelas,” ucap Kaleb dalam keterangan resmi.

Pemegang saham dan brand ambassador Fine Counsel Greysia Polii menambahkan, “Kami berusaha untuk menjadikan Fine Counsel sebagai brand lifestyle terkemuka di Indonesia yang identik dengan desain dan kualitas yang baik. Perusahaan ini memiliki fundamental yang dapat merebut hati para penggemar fashion di Indonesia dan seterusnya.”

Mengomentari terkait investasi yang dikucurkan, Managing Partner Azure Ventures Felix Setyomulyono mengatakan, Fine Counsel adalah salah satu merek D2C dengan rekam jejak inovasi produk yang kuat dan memiliki hubungan yang erat dengan pelanggannya. “Kami bangga dan bersemangat untuk bermitra dengan tim Fine Counsel dalam fase pertumbuhan berikutnya dalam mengintegrasikan teknologi ke pasar, mengembangkan merek mereka lebih cepat dan mencapai pertumbuhan yang stabil,” tutur dia.

Tren D2C

Menurut data yang dihimpun dalam laporan “Driving Growth with D2C” oleh Ogilvy, Commercetolls, dan Verticurl, pemilik brand saat ini dinilai harus memiliki strategi digital D2C untuk dapat memenangkan pasar. Tujuan utamanya untuk membangun hubungan yang lebih personal dengan pelanggan, sehingga bisa menciptakan pengalaman brand yang lebih efektif dan menarik sebagai proposisi nilai. D2C memberikan kepemilikan data pelanggan yang tak ternilai.

Salah satu studi kasus yang banyak diceritakan adalah kesuksesan Perfect Diary, sebuah brand kosmetik asal Tiongkok. Didirikan sejak tahun 2016, startup tersebut mencapai pertumbuhan yang mengesankan sepanjang 2 tahun bisnis berjalan. Bahkan di 2019, mereka menjadi salah satu dari tiga brand dengan penjualan terbanyak. Hingga akhirnya pada tahun 2020 memutuskan IPO dengan valuasi $7 miliar. Strategi utama mereka tidak lain dengan D2C.

Ada tiga pilar utama yang idealnya didapat pemilik brand dalam strategi D2C mereka. Pertama, memungkinkan mereka menemukan diferensiasi produk, nilai unik tersebut dinilai akan mengundang lebih banyak pelanggan. Kedua, kemampuan memberdayakan data pelanggan untuk lebih memahami kebutuhan dan karakteristiknya. Dan ketiga, mendorong kepemimpinan brand dengan tingkat ketangkasan lebih secara menyeluruh, termasuk di sisi operasional.

Melihat peluang yang sama, beberapa pemain lokal mencoba keberuntungan di sektor tersebut. East Ventures sendiri turut berinvestasi ke startup D2C lainnya di bidang perawatan kulit bernama Base dan minuman nabati bernama Mohjo. Ada juga Hypefast yang hadir membantu pemilik brand untuk menajamkan strategi D2C mereka — termasuk dengan memberikan dukungan permodalan, jaringan, akses, dan operasional.

Di sisi investor, selain East Ventures beberapa pemodal ventura lokal lainnya juga mulai masuk ke sana. Mulai Alpha JWC Ventures, AC Ventures, hingga BRI Ventures melalui Sembrani. Terbaru ada Kinesys yang menjalin kerja sama dengan The-Wolfpack khusus untuk memperkuat ekosistem D2C di portofolionya.

Untuk bisnis fesyen sendiri, hingga saat ini masih mendominasi penjualan di online shopping secara global. Inovasi diperlukan untuk menjaga pertumbuhan tersebut, seiring dengan perubahan tren yang terjadi di kalangan konsumen.

Kategori produk paling populer di online shopping global sepanjang 2021 / Statista
Pomelo merilis platform B2B Prism.

Pomelo Masuk ke Layanan B2B Melalui “Prism.”, Solusi Menyeluruh untuk Brand

Platform fesyen omnichannel Pomelo merilis layanan B2B bernama “Prism.”, sebuah layanan end-to-end yang terintegrasi bagi brand fesyen untuk meningkatkan skala bisnis mereka. Platform ini pertama kali hadir di kantor pusat Pomelo, Thailand, dan segera hadir di negara lainnya di ASEAN, seperti Singapura, Malaysia, dan Indonesia dalam waktu dekat.

Dalam konferensi pers virtual yang diselenggarakan perusahaan hari ini (24/6), CEO Pomelo David Jou menuturkan sejak Pomelo didirikan pada 2013, kini telah menjelma jadi powerhouse fesyen regional yang memiliki banyak kapasitas dan teknologi yang dapat disalurkan untuk brand agar dapat tumbuh lebih cepat.

“Pandemi telah berdampak seismik pada industri. Tujuan kami dengan Prism. adalah mengubah krisis ini menjadi peluang,” ujar Jou.

Mengutip dari laporan e-Conomy, meskipun di masa pandemi, industri fesyen digital ASEAN tumbuh 22% (GMV) dan bernilai $25 miliar pada tahun lalu. Angka tersebut tumbuh terbesar kedua di semua ritel online. Diproyeksikan angka tersebut akan tumbuh secara eksponensial hingga enam kali lipat dari nilai saat ini.

Prism. mendukung pertumbuhan ritel dengan memberikan brand akses terhadap keahlian core commerce, data analytics, logistik global, trading & merchandising, pemasaran, dan kreatif. Pada akhirnya seluruh solusi tersebut dapat membantu brand mendapatkan pengalaman yang jauh lebih personal di platform maupun dengan audiens, serta memberikan dampak yang lebih besar di industri fesyen.

Dijelaskan lebih jauh, untuk solusi core commerce, Prism. telah dilengkapi dengan cakupan komersial online-to-offline yang modern, mencakup personalisasi, manajemen konten, omnichannel, dan pemahaman Tap.Try.Buy milik Pomelo, serta akses ke platform e-commerce dan toko fisik. Brand pun akan mendapat arahan strategi yang sesuai dengan misi mereka.

Selanjutnya untuk area trading dan merchandising, Prism. menawarkan layanan desain, manufaktur, fabric-sourcing yang terbaik. Hal ini memungkinkan brand mendapat wawasan industri yang bernilai mengenai perkiraan tren, pengembangan produk, desain teknis, ukuran dan produksi.

Terakhir, untuk kemampuan pemasaran, brand dapat memperoleh akses 360 marketing platform Pomelo yang menggabungkan konsultasi brand, layanan lengkap studio kreatif untuk memproduksi konten terbaik, menciptakan konten media sosial multi-channel yang dilokalisasi sesuai target audiens, jaringan influencer dan KOL, serta solusi pemasaran berdasarkan data.

“Jika brand hanya membutuhkan solusi kreatif karena tidak ada tim kreatif, bisa datang ke kami. Berikutnya untuk launching itu dibebaskan, boleh tidak dieksekusi melalui platform kami, jadi kami hanya bantu di proses awalnya saja.”

Hingga saat ini Prism. telah menggandeng brand global, seperti Urban Revivo dan Levi’s sebagai kliennya. Ditargetkan pada setahun ini dapat menggaet hingga ribuan brand. Tak hanya fesyen, Prism. akan mengincar brand skincare, make up, dan kosmetik.

“Kami akan mengincar ribuan brand ke dalam platform dalam 12 bulan ke depan. Kami meyakini Prism. akan memberikan kontribusi hingga dua kali lipat karena Prism. akan menjadi perspektif baru dalam bisnis fesyen pada masa mendatang,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Sorabel Closes Down Business Operation by the End of July 2020

Sorabel’s fashion e-commerce startup will permanently shut down effective as of July 30, 2020. This one adds up to the list of startups out of business due to the impact of the co-19 pandemic.

In a copy of the letter received by DailySocial, sent by Sorabel’s lead to employees, it is said that the company has done its best to save the business. However, with a heavy heart must take the liquidation route.

Liquidation is the a company dismissal by a liquidator, as well as the settlement by selling company assets, collecting receivables, paying off debts, and settling the remaining assets or debts to the involved parties .

“Through the liquidation process, the employment relationship should end as of now for everyone without exception, effective on July 30, 2020. I am sure that no one expects this to happen,” the letter said.

Management ensures that employee rights in connection with this liquidation, including holiday allowances, will be complied as part of the company’s debt. It is also certain, the company will be subject to the liquidation process and the liquidator’s decision in accordance with the provisions of law and legislation.

Therefore, employees are expected to return all company assets (for resale) and process them by the liquidator. The management also guarantees with a network of more than 10 investors and over 100 companies, they will be fully supported to get a replacement job.

“Maybe this is the end of our journey with Sorabel. I hope our friends can keep in mind the good memory we have shared together here. […] The company would like to thank as much as possible for fighting together up to this point,” he concluded.

Before its official shutdown, Sorabel’s business unit in the Philippines under the Yabel brand announced its closure on their social media accounts as of February.

Sorabel’s journey

The company was founded in 2014 with the brand Sale Stock, before rebranding into Sorabel. The journey is quite long with a variety of succeeding innovations in introducing themselves to consumers who have never shopped online, one is through the feature “Try It First and Pay.”

The company also took efficiency steps by reducing around 200 employees in 2016. Despite the decision, it was not long for them to raise Series B + funding led by Meranti ASEAN Growth Fund. Based on iPrice’s data, the company has around 375 employees per second quarter of 2020.

Sorabel’s Co-Founder, Lingga Madu once said that their company’s business model is the healthiest compared to other e-commerce players in Indonesia, even claimed to have reached break-even point (BEP) in 2018 and is ready to make a profit. He aligned Sorabel’s economics unit with overseas e-commerce fashion players such as Asos and Revolve.

Sorabel’s journey became more aggressive after rebranding in early last year. The company started expanding to realize its ambition to provide access to quality fashion and affordable prices for “next billion users.” Yabel was a proof of the company’s ambitions, they even planning to enter the Middle East and the United Arab Emirates area.

As per the last interview with DailySocial, the company was processing series C funding, which was followed by Kejora Ventures and Ncore Ventures. Some other previous investors also participated, such as OpenSpace, Shift, Gobi Partners, MNC Media Investment, SMDV, Golden Equator Capital, and Convergence Ventures.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Sorabel Sale Stock Tutup

Sorabel Tutup Operasional Akhir Juli 2020

Startup e-commerce fesyen Sorabel dipastikan akan hentikan operasional efektif per 30 Juli 2020. Kabar ini menambah jajaran startup yang gulung tikar akibat hantaman pandemi covid-19 yang belum kunjung mereda.

Dalam salinan surat yang DailySocial terima, yang dikirimkan pimpinan Sorabel kepada karyawan, dijelaskan bahwa perusahaan telah melakukan usaha terbaik untuk menyelamatkan perusahaan. Namun dengan berat hati harus menempuh jalur likuidasi.

Likuidasi adalah pembubaran perusahaan oleh likuidator, sekaligus pemberesan dengan cara penjualan harta perusahaan, penagihan piutang, pelunasan utang, dan penyelesaian sisa harta atau utang terhadap para pihak yang terlibat.

“Oleh karena proses likuidasi yang ditempuh, maka hubungan kerja harus berakhir di tahap ini untuk semua orang tanpa terkecuali, tepatnya efektif di tanggal 30 Juli 2020. Saya yakin tidak ada 1 pun orang yang berharap hal ini untuk terjadi,” tulis surat tersebut.

Manajemen memastikan hak-hak karyawan yang timbul sehubungan dengan likuidasi ini, termasuk tunjangan hari raya akan tetap diakui sebagai bagian dari hutang perusahaan. Dipastikan pula, perusahaan akan tunduk terhadap proses likuidasi dan keputusan likuidator yang sesuai dengan ketentuan hukum dan perundang-undangan.

Oleh karenanya, karyawan diharapkan untuk mengembalikan seluruh aset perusahaan (untuk dijual kembali) dan diproses oleh likuidator. Manajemen juga menjamin dengan jaringan lebih dari 10 investor yang memiliki lebih dari 100 perusahaan, akan dibantu untuk mendapatkan pekerjaan pengganti.

“Mungkin ini adalah akhir dari perjalanan kita bersama dengan Sorabel. Saya harap teman-teman bisa tetap mengingat memori baik yang sudah kita lewati bersama di sini. [..] Perusahaan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya sudah berjuang bersama-sama hingga titik ini,” tutupnya.

Sebelum resmi tutup, unit bisnis Sorabel yang ada di Filipina dengan brand Yabel sudah mengumumkan penutupannya di akun media sosial mereka per Februari kemarin.

Perjalanan Sorabel

Perusahaan mengawali diri tepatnya pada 2014 dengan brand Sale Stock, sebelum rebrand menjadi Sorabel. Perjalanannya cukup panjang dengan beragam inovasi yang diklaim berhasil memperkenalkan diri kepada konsumen yang belum pernah berbelanja online, misalnya melalui fitur “Coba Dulu Baru Bayar.”

Sempat juga perusahaan mengambil langkah efisiensi dengan mengurangi jumlah karyawan sekitar 200 orang pada 2016. Meski keputusan tersebut, tak lama dibarengi dengan penggalangan pendanaan Seri B+ yang dipimpin Meranti ASEAN Growth Fund. Menurut versi iPrice per kuartal II 2020 mengungkapkan jumlah karyawan perusahaan sebanyak 375 orang.

Co-Founder Sorabel Lingga Madu sempat mengatakan model bisnis perusahaan tergolong tersehat dibandingkan pemain e-commerce di Indonesia, bahkan pada 2018 diklaim hampir mencapai titik impas (break even point/BEP) dan siap mencetak laba. Ia menyejajarkan unit economics Sorabel dengan pemain e-commerce fesyen di luar negeri seperti Asos dan Revolve.

Perjalanan Sorabel kian agresif pasca rebranding pada awal tahun lalu. Perusahaan mulai melancarkan ekspansi untuk mewujudkan ambisinya untuk memberi akses fesyen berkualitas dan harga terjangkau untuk “next billion user.” Yabel adalah salah satu ambisi perusahaan pada saat itu, bahkan sempat sesumbar juga untuk masuk ke Timur Tengah dan Uni Emirat Arab.

Dalam wawancara terakhir bersama DailySocial, disebutkan perusahaan tengah memproses pendanaan seri C yang di dalamnya diikuti oleh Kejora Ventures dan Ncore Ventures. Beberapa nama investor lainnya yang berpartisipasi dalam putaran sebelumnya, ada OpenSpace, Shift, Gobi Partners, MNC Media Investment, SMDV, Golden Equator Capital, dan Convergence Ventures.

Application Information Will Show Up Here
Manufaktur Fesyen Mini Zilingo

Zilingo Kembangkan Manufaktur Mini untuk Bantu Pengusaha Fesyen Perempuan

Platform e-commerce Zilingo kini mengembangkan konsep manufaktur untuk kalangan mikro demi perbesar bisnis B2B di bawah brand Zilingo Asia Mall (ZAM). Perusahaan menyasar pengusaha mikro perempuan di tingkat akar rumput untuk turut berpartisipasi di dalamnya.

Co-Founder & CEO Zilingo Ankiti Bose menjelaskan, konsep ini tertuang dalam SheWorkz, program manufaktur terdesentralisasi khusus menyasar pengusaha mikro perempuan. Indonesia menjadi negara pertama diluncurkannya inisiatif tersebut. Pada tahap pertama akan hadir di Jakarta, Cirebon, dan Tasikmalaya.

Ankiti berharap kehadiran pabrik mini tersebut dapat menjaga pasokan fesyen, sekaligus mendorong perempuan untuk mulai berkarier sebagai pengusaha. Pasalnya, perempuan masuk ke dalam kalangan yang kurang terwakili dalam lanskap ekonomi global.

Ia menyebut, di Asia Tenggara dan Selatan, jumlah angkatan kerja perempuan hanya 31% dari keseluruhan tenaga kerja dan menyumbang 24% terhadap PDB. Ini bukan menjadi masalah sosial semata, tapi juga sudah menyentuh masalah ekonomi.

“Ide awal SheWorkz adalah bantu perempuan untuk menjadi pengusaha, dengan bantuan teknologi mereka bisa scaling dan dapat bantuan modal. Mereka juga bisa kerja dari rumah, sehingga fleksibel. Ini ide awalnya,” terang Ankiti beberapa waktu lalu saat peluncuran program SheWorkz.

Dia menjelaskan Indonesia adalah negara terpenting bagi Zilingo karena pertumbuhannya yang tercepat dibandingkan negara lainnya. Diklaim setiap kali Zilingo menetapkan target pencapaian untuk ZAM selalu terlampaui. Sayangnya, Ankiti tidak ikut menyertakan data pendukungnya.

Oleh karenanya, Indonesia jadi negara pertama. Berikutnya akan di gulirkan ke negara lainnya, seperti Thailand, Filipina, Singapura, dan India.

Lebih detail, Zilingo akan mengidentifikasi empat hingga lima perempuan yang berasal dari satu daerah yang sama dan mengelompokkan mereka sesuai dengan tingkat keterampilan. Targetnya perusahaan ingin melatih 300 perempuan pada tahap awal ini.

Mereka akan diberikan pinjaman usaha (KUR) sekitar $5 ribu-$10 ribu (Rp70,9 juta-Rp140 juta) berasal dari mitra perbankan (Bank Mandiri, BNI, BRI). Lalu, akan memproduksi pakaian sesuai permintaan brand dan terhubung dengan platform Zilingo.

Di dalamnya terhubung dengan sistem untuk mencocokkan keterampilan, ketersediaan, dan spesialisasi mereka sesuai permintaan brand. Setidaknya ada 60 ribu brand pakaian global yang memasok kebutuhannya lewat perusahaan.

“Sistem yang sama juga dapat memantau output, kecepatan dan kualitas, serta mengidentifikasi di mana pelatihan lebih lanjut mungkin diperlukan.”

Berambisi jadi pabrik cloud fesyen terbesar

Co-Founder dan CEO Zilingo Ankiti Bose bersama Menko Perekonomian Darmin Nasution saat peluncuran SheWorkz / Zilingo
Co-Founder dan CEO Zilingo Ankiti Bose bersama Menko Perekonomian Darmin Nasution saat peluncuran SheWorkz / Zilingo

Ambisi yang ingin dicapai oleh Zilingo lewat program SheWorkz adalah menjadi penyedia pabrik berbasis cloud terbesar di dunia, khususnya fesyen. Visi dan misinya, setiap brand, pengusaha, dan pabrik dari semua skala bisnis bisa menjadi bagian dari perusahaan.

Dia menegaskan Zilingo tidak memiliki pabrik sendiri dalam memfokuskan bisnis B2B-nya tersebut. Perusahaan justru bermitra dengan pabrik yang sudah ada, dengan menyediakan teknologi yang mereka butuhkan. Entah itu teknologi untuk procurement, logistik, invoice, penagihan, sistem pembayaran, dan sebagainya.

“Kita matching kebutuhan brand dan supply dari pabrik secara global. Misalnya, brand Amerika kini bisa manfaatkan resource dari pabrik di Indonesia. Ini bisa dorong sisi ekspor dan hubungan ekspor antar dua negara semakin mudah.”

Terdapat lebih dari 6 ribu pabrik yang telah terhubung dan memanfaatkan teknologi dari Zilingo. Tidak disebutkan ada berapa banyak di antaranya yang berada di Indonesia.

Praktik ekspor dari pabrik Indonesia sudah mulai terjadi melalui perusahaan. Ankiti menerangkan pabrik Indonesia banyak ekspor ke Malaysia untuk produk pakaian muslim. Ada juga yang tembus ke Amerika Serikat.

Secara keseluruhan, tanpa menyebut lebih detail, diklaim pertumbuhan B2B signifikan dan unprecedented selama setahun belakangan. Di B2B, dia mengaku tidak memiliki pesaing. Malah justru menghimpun seluruh penjual fesyen, yang berjualan di kanal online manapun, untuk ikut menjadi pengguna di Zilingo.

Beda halnya di B2C, khususnya di Indonesia, persaingannya sangat ketat dan butuh modal yang besar untuk jadi yang terdepan.

Dari pendanaan seri D yang diperoleh pada tahun ini, dia menegaskan perusahaan akan fokus pengembangan teknologi pada tiga area, yaitu supply chain, pembiayaan, dan data science. “Justru kita enggak terlalu banyak spent investasi ke B2C, justru lebih ke B2B. Tiga area ini paling banyak butuh investasi buat bisnis B2B kita,” pungkas dia.

Layanan e-commerce fesyen Zilingo kemungkinan akan buka gerai offline pada tahun ini dan menyediakan layanan fintech untuk merchant

Zilingo Buka Peluang Rambah Segmen Offline dan Dirikan Layanan Fintech

Layanan e-commerce khusus fesyen Zilingo mengungkapkan kemungkinan untuk rambah segmen offline pada tahun ini sebagai antisipasi terhadap tantangan di dunia teknologi yang dinamis.

Co-Founder dan CEO Zilingo Ankiti Bose menuturkan segmen offline adalah bagian terpenting yang menyentuh konsumen. Oleh karenanya, pihaknya ingin memanfaatkan hal tersebut dengan pendekatan yang lebih kreatif.

“Menurut saya pada masa depan tidak sepenuhnya online, offline akan jadi cara terbaik dalam hal pengalaman konsumen,” katanya dalam Indonesia PE-VC Summit 2019, kemarin (24/1).

Belum ada kemungkinan negara mana yang akan disasar Zilingo apabila ingin merealisasikan rencana tersebut. Ankiti memprediksi dalam beberapa waktu mendatang, Indonesia akan jadi kontributor utama bisnis Zilingo baik dari B2B dan B2C.

Tak hanya itu, Zilingo berencana untuk membangun layanan in-house fintech yang ditujukan buat bantuan pinjaman kredit dan sistem pembayaran kepada para merchant.

Dikutip dari DealStreet Asia, Ankiti menjelaskan pihaknya telah membangun seluruh tata letak yang memungkinkan adanya dukungan keuangan kepada seluruh merchant di seluruh rantai pasokan. Layanan fintech ini adalah bagian dari rencana jangka panjang Zilingo yang akan dibangun secara in-house.

Zilingo melayani lebih dari 20 ribu merchant dan retailer di seluruh segmen B2B dan B2C di Asia Tenggara. Tanpa menyebut secara detil, Ankiti mengatakan lebih dari separuh bisnis Zilingo dikontribusikan dari B2B.

Salah satu bisnis Zilingo di B2B adalah Zilingo Asia Mall (ZAM) untuk menyasar pasar di Amerika Serikat dan Eropa. Zilingo hadir di Indonesia sejak setahun lalu dan aktif melakukan kegiatan pemasaran di iklan TV. Selain Indonesia, Zilingo memiliki basis bisnis di Thailand dan Singapura.

Konsep O2O ini sebelumnya juga dilakukan oleh pemain e-commerce fesyen di Indonesia. Beberapa diantaranya yang cukup agresif adalah HijUp dan Berrybenka.

HijUp terhitung memiliki delapan gerai offline yang tersebar di Jakarta, Padang, Lombok, Palembang, dan sebagainya. Bahkan HijUp sudah hadir di Malaysia dan menyusul di London. Sementara Berrybenka kini memiliki 25 gerai offline, beberapa di antaranya diletakkan di pusat perbelanjaan.

Application Information Will Show Up Here
MatahariMall Rambah Segmen B2C, Tonjolkan Lini Fesyen dan Gaya Hidup / DailySocial

MatahariMall Rambah Segmen B2C, Tonjolkan Lini Fesyen dan Gaya Hidup

Layanan e-commerce yang terafiliasi dengan jaringan Lippo Group, MatahariMall, mengumumkan fokus baru di segmen B2C dengan menonjolkan lini fesyen dan gaya hidup sebagai daya tariknya di tengah persaingan industri e-commerce yang ketat di Indonesia. Keputusan bisnis ini mulai efektif dilakukan sejak akhir tahun lalu, setelah riset mendalam kemudian membentuk unit bisnis baru khusus menangani ritel dan merchandising.

CEO MatahariMall Hadi Wenas menuturkan ada banyak faktor mengapa perusahaan memutuskan untuk mengedepankan lini fesyen dan gaya hidup. Pertama-tama, lewat riset kepada nasabah loyalnya, tentang relevansi terdekat yang ada di benak mereka tentang MatahariMall. Ternyata mayoritas responden menjawab fesyen dan gaya hidup.

Kemudian, dari fakta kontribusi transaksi yang dikontribusikan lini fesyen terhadap seluruh total bisnis MatahariMall terus meningkat tiap tahunnya. Dari awalnya 20% terus merangkak naik jadi 60%. Kendati tidak disebutkan lebih detail tentang angkanya.

“Untuk itu kita meluncurkan private label sendiri. Mavis untuk laki-laki dan Massilca untuk perempuan. Kita mau cater kebutuhan fesyen untuk sehari-hari dengan harga terjangkau,” terang Wenas dalam sesi wawancara khusus bersama sejumlah media, Rabu (2/5).

Untuk dukung lini barunya tersebut, MatahariMall memperkenalkan fitur Cocok Baru Bayar, di mana konsumen dapat mencoba pesanan yang datang, dapat ditunggu maksimal selama 15 menit oleh kurir. Ditambah kebijakan pengembalian barang selama 100 hari dengan persyaratan tertentu dan pengembalian uang 100%.

Fitur baru tersebut dimulai dengan koleksi ekslusif Mavis dan Massilca. MatahariMall menyediakan lebih dari 1.000 SKU untuk brand-nya tersebut dan memanfaatkan gudang untuk proses pengiriman barang langsung ke tempat tujuan.

“Ibaratnya, dulu kalau fokus lini fesyen itu level dua sekarang jadi level satu. Kami optimis bisa bermain di sini karena kami ini menyasar ke mass market, setahu kami belum ada [layanan] e-commerce yang fokus ke sana.”

Segarkan tampilan, “menganaktirikan” marketplace

Seiring dengan pergeseran fokus, perusahaan juga melakukan perubahan tampilan muka dan mengubah branding logo MatahariMall. Menurut pantuan DailySocial, tampilan muka situs desktop/mobile dan aplikasi MatahariMall kini lebih mengedepankan unsur mobile. Berbeda dengan MatahariStore yang tampilannya masih lebih fokus ke desktop.

Untuk mendorong transaksi di fesyen, perusahaan mendesain ulang UX agar semudah menggunakan Instagram. Bisa memilih opsi tampilan, bisa mencantumkan komentar, dan mencari referensi gaya. Perusahaan menyediakan referensi berdasarkan kurasi hashtag tertentu di Instagram.

Nantinya, ketika pengguna mengklik salah satu foto, akan diberikan referensi produk mirip “Get The Look” dan dapat dipilih. Apabila menyukai referensi yang diberikan, pengguna dapat langsung berbelanja.

“Kami sudah mengkurasi dua ribu hashtag yang bisa kami deteksi agar bisa masuk ke situs MatahariMall. Sebelumnya kami bekerja sama dengan para influencer, sekarang orang umum pun bisa masuk ke situs kami.”

MatahariMall saat awal berdiri mengusung pendekatan layanan marketplace dengan tagline “Semua Ada, Semua Belanja.” Kini, seiring pengumuman fokus barunya, perusahaan kini agak “menganaktirikan” layanan marketplace tersebut.

Hal tersebut terlihat dari visibilitasnya yang diletakkan di dalam kolom “Categories”, di bagian bawah browser. Tampilan muka hanya tonjolkan produk fesyen. Apabila pengguna ingin membeli produk non fesyen dan gaya hidup, harus membuka kolom “Categories” dan mencari bagian “Home & Lifestyle”.

Perusahaan juga menyediakan layanan digital untuk isi pulsa, token PLN, air PDAM, BPJS, beli tiket bioskop, dan zakat.

“Tampilan muka hanya kami tonjolkan bagian fesyen saja, untuk belanja non fesyen bisa dilihat di bagian “Categories”. Sengaja tidak kami tampilkan semuanya [produk] dalam tampilan muka, agar tidak terlalu penuh,” pungkas Wenas.

Fokus baru MatahariMall di segmen fesyen dan gaya hidup bakal meramaikan persaingan e-commerce niche khusus fesyen. Pemain lain di sektor ini antara lain Zalora, Berrybenka, Sale Stock, dan Zilingo.

Application Information Will Show Up Here

Zilingo Resmikan Kehadiran, Berambisi Dominasi Pasar Indonesia

Marketplace fesyen Zilingo meresmikan kehadirannya di Indonesia. Ekspansi ini merupakan kali kedua yang dilakukan oleh perusahaan asal Thailand tersebut setelah sebelumnya mereka meresmikan kehadirannya di Singapura. Operasional Zilingo di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak Februari 2017 dengan tim berjumlah 7 orang, dan kini telah berkembang mencapai 50 orang.

Untuk bersaing dengan pemain bisnis sejenis, Zilingo menyiapkan sejumlah strategi pemasaran, mulai dari beriklan di berbagai platform (televisi hingga online) dan menjaring penjual dari berbagai skala bisnis. Semua itu dilakukan demi meningkatkan brand awareness bagi kalangan millennials sebagai sasaran konsumennya.

Sejumlah strategi tersebut juga akan didukung oleh sokongan dana segar yang baru didapat Zilingo sebesar US$54 juta (sekitar Rp744 miliar). Pendanaan seri C ini dipimpin oleh Sofina, Burda Principal Investments, dan Sequoia Capital India. Amadeus Capital juga turut bergabung sebagai investor baru.

Investor lainnya yang turut berpartisipasi dalam putaran ini adalah Tim Draper, SIG, Venturra, Beenext, Manik Arora, dan Wavemaker. Putaran ini melampaui pencapaian investasi seri B yang didapat perusahaan pada lima bulan lalu, yakni sebesar US$17 juta. Bila ditotal dengan perolehan terbaru, kini Zilingo telah memperoleh US$82 juta.

“Kami berterima kasih kepada semua investor karena terus menunjukkan kepercayaan yang besar terhadap tim dan visi kami untuk perdagangan fesyen di wilayah ini,” terang Co-Founder dan CEO Ankiti Bose, Jumat (6/4).

Menurutnya, Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan bisnis tercepat dibandingkan kedua negara lainnya. Secara keseluruhan, pertumbuhan merchant yang bergabung sudah mencapai lebih dari 10 ribu unit, sekitar 15% di antaranya berasal dari Indonesia.

Pengguna Zilingo sendiri tercatat telah mencapai 5 juta orang, 20% di antaranya (sekitar 1 juta orang) dari Indonesia. Total SKU yang dimiliki perusahaan mencapai 2 juta item dengan persentase 35% dari Indonesia.

“Sejak enam bulan terakhir, secara umum bisnis Zilingo di Indonesia tumbuh hampir 7 kali lipat.”

Rencana Zilingo di Indonesia

Pihak Zilingo akan terus menambah kemitraan dengan penjual dari berbagai skala usaha. Dengan berbagai macam jenis mitra yang digaet, tentunya akan memudahkan para konsumen untuk memilih produk sesuai dengan selera masing-masing.

Perusahaan juga bakal membawa pasokan produk dari luar negeri, dari brand berkelas, untuk memudahkan konsumen Indonesia dalam mencari produk fesyen impor kualitas asli. Sejauh ini, Zilingo memiliki pasokan tersebar di Tiongkok, Bangladesh, Vietnam, dan Kamboja yang siap mengirim barang ke negara operasional Zilingo.

Bagi penjual lokal, mereka juga akan dibantu Zilingo untuk memasarkan produknya ke skala internasional. Dengan demikian, akan semakin banyak produk Indonesia yang go global.

“Jadi desainer lokal bisa go international, selain kami menyediakan produk dari luar untuk pasar Indonesia.”

Model bisnis Zilingo

Secara model bisnis, Zilingo adalah marketplace yang menghubungkan merchant fesyen dengan pengguna. Perusahaan tidak menyediakan gudang untuk menyimpan barang dan melakukan pengiriman. Melainkan menciptakan ekosistem yang memungkinkan setiap penjual dapat melakukan penawaran produk yang baik, sementara tugas untuk berjualan secara online diurus oleh Zilingo.

Zilingo memiliki lebih dari 25 integrasi API logistik dan pembayaran yang memungkinkan penjual untuk mengirim dari satu lokasi ke beberapa negara. Pada saat yang sama, pusat penjual Zilingo memungkinkan pedagang untuk mengelola toko online dalam bahasa dan mata uang apa pun pilihan mereka, berjualan di banyak negara yang berbeda, dan menerima pembayaran secara internasional dalam bentuk mata uang lokal.

Zilingo juga membantu pedagang di sisi pembiayaan modal kerja, asuransi, pengiriman di hari berikutnya. Selain itu pihaknya juga memberikan layanan pergudangan dan pengemasan, katalogisasi, produksi video, pemotretan, hingga konsultasi bisnis dan pelatihan berbasis keterampilan.

Perusahaan membuka pintu lebar untuk para pedagang yang ingin bergabung, mereka pun tidak membebankan listing fee. Hanya saja ada kesepakatan komisi yang harus diberikan pedagang kepada Zilingo apabila sukses terjadi transaksi.

“Kami ada tim quality control yang bertugas memastikan barang yang dijual pedagang adalah asli. Apabila ada yang jual barang mewah, tim kami akan mendatangi mereka dan meminta sertifikat asli sebagai buktinya. Jadi pedagang yang sudah masuk dalam platform kami sudah dikurasi sebelumnya,” pungkas Marketing Director Zilingo Indonesia Sarah Humaira.

Application Information Will Show Up Here
Sale Stock

Tiga Tahun Berdiri, Sale Stock Segera Capai Titik Impas dan Dulang Laba

Platform e-commerce fesyen Sale Stock mengklaim segera mendekati titik impas (break even point/BEP) dan bersiap untuk mendulang laba sejak pertama kali berdiri pada akhir 2014. Kinerja ini ditopang dari pertumbuhan revenue berlipat ganda selama 9 bulan pasca memperoleh pendanaan seri B+ senilai Rp360 miliar pada tahun 2017.

Sayangnya CEO & Co-Founder Sale Stock Lingga Madu enggan membeberkan lebih detail terkait klaimnya tersebut dalam wawancaranya bersama DailySocial. “Kami on track menuju BEP, tapi belum bisa di-disclose kapannya,” ujarnya, Selasa (27/3).

Lebih lanjut Lingga menjelaskan, secara mendasar perusahaan dibangun dengan misi ingin melayani 1 miliar pengguna, untuk itu strateginya harus sejalan namun sehat. Perusahaan tidak bisa selamanya menerapkan strategi pemasaran dengan bakar uang demi menarik transaksi, perlu memikirkan bagaimana bisnis yang berkelanjutan hingga masa mendatang.

Alhasil kiblat yang dianut Sale Stock adalah perusahaan seperti Unilever, PnG, dan Coca Cola yang tetap bisa hidup selama puluhan tahun dengan mengandalkan keuntungan yang diperoleh saja. Sebagai langkah awal, ini dibuktikan lewat pencapaian gross margin yang dinilai setara dengan perusahaan fesyen e-commerce terbuka di skala internasional seperti Boohoo, Asos, dan Zalando.

“Dari inventory, Sale Stock hanya jual barang sendiri. Kita bisa potong inefficiency, lalu mengalokasikan sebagian besar saving ke konsumen dan sisanya untuk bangun fondasi biar perusahaan bisa lebih besar.”

Maka dari itu, sambungnya, Sale Stock bukan tergolong startup e-commerce yang rajin mencari pendanaan baru tiap tahunnya. Pendanaan terakhir yang diumumkan perusahaan adalah seri B+ sebesar Rp360 miliar yang dipimpin oleh Gobi Partners dan Golden Equator Capital, kemudian diikuti MNC Media Investment, SMDV, Convergence Ventures, Kip, dan Alpha JWC Ventures.

“Uang yang kita raise kemarin, cukup untuk sampai BEP. Ketika sudah BEP, itu enak. Kita mau hidup dari operasional saja bisa, kalau mau tumbuh lebih cepat atau ekspansi regional bisa raise fund lagi. Banyak sekali opsi setelah kita bisa BEP dan BEP itu membuktikan bahwa bisnis kita ini solid dan bisnis beneran.”

Model bisnis utama Sale Stock adalah B2C, tanpa ada B2B sama sekali, menyediakan akses fesyen wanita –juga pria– yang berkualitas dengan harga terjangkau. Barang yang dijual dalam platform adalah hasil produksi pabrikan sendiri bekerja sama menjangkau para penjahit UKM tersebar di berbagai lokasi.

Hasil produksi disimpan dalam gudang Sale Stock yang berlokasi di Cawang, kemudian dikirim dengan menggunakan jasa pihak ketiga. Kanal penjualan yang dimanfaatkan Sale Stock adalah multi-platform, di antaranya aplikasi mobile, situs web, LINE, WhatsApp, BBM Channel, dan Instagram yang sudah didukung dengan bantuan chatbot “Soraya”.

Soraya adalah customer service Sale Stock tersedia selama 24 jam. Lewat chatbot ini, pengguna dapat meminta rekomendasi produk sesuai selera dan mengakomodasi hingga pembayarannya.

Strategi meyakinkan konsumen baru

Kendati Sale Stock adalah bisnis yang bergerak secara penuh di teknologi, namun perusahaan menyediakan layanan dengan proses pembayaran di tempat (COD) dinamai “Coba Dulu Baru Bayar (CDBB)”. Tujuannya ingin mendongkrak pengguna baru yang sebelumnya ragu belanja baju di situs online karena takut tidak sesuai ketika pesanan tiba.

Di layanan ini, pengguna dipersilakan untuk mencoba baju selama 15 menit setelah kurir tiba di lokasi perjanjian. Pengguna dapat mengembalikan produk pada saat itu juga bila tidak suka dan hanya membayar produk yang disukai apabila metode pembayaran yang dipilih adalah COD.

Pilot layanan ini dimulai sejak September 2017 untuk wilayah Jabodetabek. Dari sana, pihak Sale Stock mendapat banyak pembelajaran dan akhirnya mantap untuk memperluas layanan ini hingga 250 kota di seluruh Indonesia hingga mencakup Maluku, Papua, Kalimantan, NTT, NTB, dan Bali.

“Kami memutuskan untuk jadikan CDBB sebagai layanan permanen, bukan periodik yang hanya ada secara berkala saja.”

Layanan ini, menurut Lingga, memang syarat dengan berbagai inefisiensi karena potensi barang kembali (retur) cukup tinggi, terlebih layanannya sudah nasionalkan. Namun kekhawatiran tersebut bisa diatasi lantaran produk Sale Stock mengusung jaminan 100% tampilan asli karena perusahaanlah yang desain dan produksi sendiri. Ukurannya pun seragam sesuai patokan, tidak berbeda antar produk.

“Kami sudah buat perhitungan [untuk layanan CDBB] bila retur terjadi. Namun dari pembelajaran ini, kami buat riset internal dengan menanyakan kepada responden. Hasilnya adalah sebanyak 74% dari mereka menyebut pertama kali belanja online itu lewat Sale Stock. Ini buat kami jadi optimis.”

Diklaim Sale Stock telah menerima 400 ribu konsumen yang memanfaatkan layanan tersebut di seluruh Indonesia. Secara total, hingga kini Sale Stock telah mengirimkan lebih dari 4 juta pesanan dengan total SKU sekitar 150 ribu barang.

Kantor Sale Stock berada di enam titik dengan tiga lokasi, di Jakarta, Bandung dan Yogyakarta dengan total karyawan sekitar 700 orang yang keseluruhannya adalah talenta lokal. Aplikasi untuk versi Android saja telah diunduh lebih dari 5 juta kali.

Application Information Will Show Up Here

Zalora Rilis Fitur Pencarian Visual dalam Aplikasi

Situs e-commerce fesyen Zalora mengumumkan peluncuran pencarian visual dalam aplikasi, seiring upaya perusahaan dalam meningkatkan konversi penjualan.

Terhitung hari ini (20/11), para pengguna aplikasi Zalora, baik di Android maupun iOS, dapat men-click tombol pencarian. Lalu ambil gambar pakaian, sepatu, atau aksesoris favorit mereka, dan dapat melihat produk serupa di Zalora.

Saat ini aplikasi Zalora telah diunduh oleh lebih dari 20 juta pelanggan. Lebih dari setengah pesanan Zalora datang dari perangkat mobile. Kehadiran fitur ini menjadi penting untuk menarik pengguna bertransaksi.

Perusahaan bekerja sama dengan ViSense, perusahaan AI yang mendorong perdagangan online melalui visual untuk para konsumen fesyen Zalora. Teknologi AI yang dihadirkan adalah solusi pendeteksi gambar pintar untuk mempersingkat proses saat konsumen mencari visual di situs.

ViSense memiliki kantor di Amerika Serikat, Inggris, India, Cina, dan Singapura. Beberapa mitra ViSense yang sudah menggunakan teknologi ini adalah Rakuten dan ASOS.

CTO Zalora Karthik Subramanian mengatakan fitur ini dihadirkan perusahaan dalam mengatasi kesulitan pelanggan dalam mendeskripsikan pakaian atau sepatu ke dalam pencarian teks. Peluncuran fitur ini juga bertepatan dalam merayakan musim belanja akhir tahun.

“Kami ingin memberikan pelanggan kami sebuah kegembiraan dalam berbelanja, hanya dengan mengambil gambar barang fesyen apapun yang menarik perhatian mereka,” terang Karthik dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

CEO ViSense Oliver Tan menambahkan Zalora adalah salah satu rekan lama perusahaan. Dengan teknologi AI atau deep learning yang dihadirkan ViSense, diharapkan dapat meningkatkan konversi penjualan dengan kemudahan perdagangan visual.

Application Information Will Show Up Here