Setia Widianto akan mewakili PSIS Semarang dalam Indonesian Football e-League (IFeL) 2020. Dua tahun lalu, dia pernah menjadi bagian dari tim esports Indonesia dalam Asian Games 2018. Berumur 24 tahun, Setia telah menjadi pemain profesional selama 5 tahun. Saat ini, dia tengah beradaptasi dengan PSIS Semarang untuk memastikan dia siap bertanding dalam IFeL yang akan dimulai pada 12 September 2020.
Sebelum ini, Setia juga pernah merumput di The Port FC yang berlaga di liga esports Thailand. Dia mengungkap, kebanyakan peserta yang mewakili klub sepak bola di IFeL juga pernah menjadi bagian dari tim esports sepak bola Thailand. Namun, dari semua calon pesaingnya, dia merasa saingan terberatnya adalah Rizky Faidan, yang bermain untuk PSS Sleman, menurut laporan Antara News.
Selain PSIS Semarang dan PSS Sleman, Persita Tangerang juga akan ikut serta dalam IFeL 2020. Mereka mengumumkan hal ini pada Jumat, 28 Agustus 2020. Dalam liga esports sepak bola tersebut, Persita Tangerang akan diwakili oleh Elul Wibowo, yang pernahbermain untuk Prachuap FC dan memenangkan juara empat di Toyota E-League Thailand 2020.
Bagi Elul, munculnya klub-klub sepak bola yang tertarik untuk masuk ke esports adalah kabar baik. Dia berharap, ekosistem esports Indonesia, khususnya PES, akan berkembang seperti di negara-negara Asia lain. “Saya ingin agar esports PES di Indonesia semakin berkembang,” ujar Elul. “Karena menurut saya, di neara-negara Asia lain, PES itu sudah menjadi profesi player-player PES.”
“Ini adalah langkah awal yang baik untuk Persita, khususnya dalam mengembangkan divisi esports di masa depan,” kata Direktur Komersial Persita, Evelyn Cathy, seperti dikutip dari Antara News. Dia mengatakan, mengikuti IFeL 2020 hanyalah awal dari keputusan Persita untuk terjun ke esports. Ke depan, mereka berencana untuk membuat tim esports sendiri. Selain game sepak bola seperti PES, mereka juga tertarik untuk memiliki tim di game esports lainnya.
“Ini baru awal. Nantinya, kami akan melakukan perekrutan untuk membangun tim khusus esports. Dan pastinya, tawaran ini terbuka untuk seluruh warga Tangerang Raya khususnya dan siapapun juga yang ingin menunjukkan bakatnya sebagai pro player untuk bisa mewakili Persita,” ujar Cathy.
Pertandingan final dari Big League Season 2 yang diselenggarakan oleh Indonesia Gaming League diadakan pada Minggu, 30 Agustus 2020. Dalam game eFootball PES 2020, Sakti Aulia Sulistyo dari Persatuan Sepakbola Indonesia Kabupaten Bogor (Persikabo) keluar sebagai juara setelah mengalahkan Rizki Faidan dari Zeus Gaming. Dengan begitu, Sakti mendapatkan hadiah sebesar Rp35 juta.
Sementara itu, dalam pertandingan FIFA 20 Kickoff Match, Ega Rahmaditya alias Eggsy dari RRQ berhasil menyabet gelar juara dan membawa pulang hadiah uang sebesar Rp35 juta. Di babak final, dia harus bertanding melawan Raja Pugu. Terakhir, dalam FIFA 20 Ultimate Team (FUT) Cup, Fahmi “Hussain” Husaeni dari Persikabo keluar sebagai juara dan memenangkan hadiah sebesar Rp50 juta. Menariknya, liga ini merupakan musim debut dari Hussain.
“Persiapan yang saya lakukan mungkin sama seperti pemain-pemain lain, yaitu latihan terjadwal bersama teman-teman satu tim,” kata Sakti ketika dihubungi oleh Hybrid. “Saya juga melihat pola permainan lawan di YouTube, mempelajari apa yang harus diwaspadai jika saya melawan si A atau si B dan memanfaatkan kelemahan lawan.”
Menurut Sakti, lawan yang paling sulit yang dia hadapi sepanjang Big League Season 2 adalah Rizki Faidan. Pasalnya, Rizki Faidan berhasil maju ke babak final. Hal ini menunjukkan bahwa dia merupakan salah satu pemain terbaik dalam Big League Season 2. Tak hanya itu, dia juga merupakan Runner Up dari PES World Final 2019. “Tapi, dalam pertandingan di IGL, saya bisa mengalahkannya dengan pertandingan yang sangat sengit dan tempo yang cepat,” ujarnya.
Sakti bercerita, dia mulai bermain game sejak dia masih duduk di bangku TK, pada tahun 2003-an. Ketika itu, dia masih memainkan game Winning Eleven menggunakan PlayStation One. Dia mengaku, dia sering bermain game bola karena memang punya usaha rental PS. Dia pertama kali mencoba mengadu kemampuannya di turnamen PES pada 2013. Dia mengaku tak menyangka ketika dia berhasil meraih juara tiga di turnamen tingkat provinsi, yaitu di D.I. Yogyakarta. “Namun, saat itu, hanya berjalan dua bulan, karena tidak ada waktu latihan dan sibuk dengan sekolah,” katanya.
Pada 2018, saat dia telah kuliah, Sakti kembali mencoba untuk ikut dalam pertandingan lokal. Dan ternyata, kemampuannya tidak pudar. “Kemudian saya mencoba untuk menekuni dan berlatih dengan pemain yang lebih jago dari saya,” ungkap Sakti. “Akhirnya, pada 2019, karir saya di dunia PES mulai naik dan saya bisa juara turnamen di Malaysia, Indonesia, dan Thailand sampai sekarang.”
Sakti mengatakan, meskipun dia telah bergabung dengan Persikabo, tim sepak bola tersebut tidak memberikan tuntutan untuk menjadi juara. “Yang penting main senyaman dan semaksimal mungkin. Menurut saya, hal itulah yang menyebabkan say abisa mengeluarkan seluruh kemampuan saya untuk menjuarai event IGL ini,” cerita Sakti. “Untuk latihan pun, mungkin saya hanya latihan pada hari H-3 sebelum kompetisi. Kalau tidak ada kompetisi, ya tidak latihan karena tidak ada yang dikejar.”
Ke depan, Sakti berharap bahwa dia akan bisa menjadi juara dunia PES 2021. Tak hanya itu, dia juga punya impian bahwa dia akan bisa mendapatkan kontrak dengan klub asal Eropa agar bisa bertanding di tingkat dunia. Dia mengaku, dia sempat mendapatkan tawaran untuk bermain dengan tim Eropa pada tahun lalu. Sayangnya, perjanjian itu harus batal karena dia tidak mendapatkan Visa.
Selama situasi pandemi, banyak pertandingan olahraga terpaksa ditunda atau dibatalkan. Dampak dari hal ini adalah, turnamen esportsgame olahraga menjadi salah satu pilihan alternatif utama bagi ekosistem olahraga. Skena sim racing misalnya, yang menjadi alternatif utama dari beberapa ekosistem balap, mulai dari Formula 1, NASCAR, sampai MotoGP.
Sepak bola juga jadi ekosistem olahraga lain yang turut menjadikan game bola sebagai alternatif utama selama masa pandemi. Beberapa liga sepak bola di beberapa negara sudah melakukan ini, mulai dari Bundesliga Jerman, Premier League Inggris, MLS Amerika Serikat, bahkan sampai liga Finlandia, Singapura, dan Malaysia. Saking banyaknya pertandingan esportsgame sepak bola, bulan April lalu Hybrid sampai membuat daftar kompetisi sepak bola virtual yang berjalan selama masa pandemi – yang mungkin bisa membuat Anda kaget sendiri ketika melihat betapa panjangnya daftar tersebut.
Indonesia sepertinya juga tak ingin ketinggalan. Awal tahun 2020, Indonesia Gaming League meluncurkan musim keduanya. Mengutip dari antaranews.com, IGL mempertandingkan dua game sepak bola, FIFA 20 dan eFootball Pro Evolution Soccer. Walau mempertandingkan game sepak bola, ada satu hal yang dirasa kurang dari liga tersebut, yaitu tidak adanya keterlibatan dari klub sepak bola lokal. Kekosongan tersebut akhirnya mencoba dimanfaatkan oleh sebuah brand liga sepak bola virtual terbaru yang bernama Indonesia Football e-League, disingkat IFeL.
Sejak awal kemunculannya, IFeL berhasil membangun animo masyarakat secara positif, karena hadirnya beberapa klub sepak bola ternama di tanah air. Satu pengumuman yang cukup mengejutkan (dan mungkin ditunggu oleh beberapa pelaku esports domisili Jakarta), adalah pengumuman “PERSIJA Esports”. Tak lama beberapa klub sepak bola lain mulai menyusul, mengumumkan keikutsertaannya ke dalam IFeL.
Anda mungkin penasaran, apa itu IFeL, siapa mereka, dan apa tujuannya. Maka untuk membahas ini, beberapa waktu lalu saya pun mewawancara Putra Sutopo selaku Head of Indonesia Football e-League. Tanpa berlama-lama lagi, mari simak hasil wawancara saya berikut ini membahas soal IFeL.
Sebuah Cita-Cita Membuat Liga Sepak Bola Indonesia Dalam Bentuk Virtual Lewat Indonesia Football e-League
Anda yang berkomunitas dengan sesama pecinta game Pro Evolution Soccer mungkin sudah tidak asing dengan nama Putra Sutopo ataupun Zeus Gaming. Putra Sutopo adalah sosok Co-Founder dan juga President dari Zeus Gaming, “Zeus Gaming bisa dibilang sebagai bisnis esports yang memiliki tiga bidang yaitu eventorganizer, esportsteam, dan talentmanagement, yang fokusnya di skena virtual football. Awalnya kami memulai perkembangan dari komunitas FIFA, lalu bercabang juga ke PES, tetapi seiring waktu akhirnya kami lebih fokus mengembangkan komunitas PES karena punya struktur kompetisi yang lebih rapih.” Ucap Putra Sutopo menjelaskan soal Zeus Gaming secara singkat.
Selain itu, Zeus Gaming juga merupakan penyelenggara di balik gelaran Indonesia Football e-League tersebut. Lebih lanjut, Putra lalu juga menjelaskan soal apa itu IFeL. “Kompetisi IFeL ini bisa dibilang sebagai Liga 1 (sepak bola sungguhan) versi virtual. Dalam IFeL, kami melibatkan klub-klub dari Liga 1 Indonesia untuk bertanding dalam kompetisi sepak bola virtual, yang akan diwakili oleh para pemain pemain game sepak bola profesional, dan akan bertanding selama 2 sampai 3 bulan.” Lanjut Putra menjelaskan soal IFeL.
Nantinya akan ada 11 klub sepak bola yang berasal dari Liga 1 Indonesia turut bertanding di dalam IFeL. Mayoritas klub akan diwakili oleh para pemain PES profesional Indonesia dan beberapa akan diwakili oleh pemain yang datang dari kualifikasi.
“Musim ini kita mengadakan babak kualifikasi terbuka, dengan 2 slot tersedia untuk masyarakat umum yang ingin dapat bertanding di tingkat profesional dan mewakili klub kesayangannya. Sembilan sisanya akan diwakili oleh pemain-pemain PES profesional Indonesia. Beberapa klub sepak bola mengambil pemain PES profesional yang dahulu bertanding di Thai e-League. Tapi ada juga beberapa yang memang sudah punya wakil pemain PES profesional sendiri, contohnya PERSIKABO Kabupaten Bogor yang sudah diwakili oleh Sakti Aulia.” Putra Sutopo menjelaskan sambil memberi sedikit cuplikan, siapa saja pemain PES profesional yang turut bertanding di dalam IFeL, dan klub apa yang diwakili.
Putra juga sempat mengungkap jadwal dan format IFeL secara cukup lengkap. “IFeL memiliki dua fase. Fase pertama disebut sebagai Regular League, berlangsung dari 12 September sampai 1 November 2020 mendatang. Pada fase tersebut, 11 pemain ini akan bertanding secara round-robin, dengan total pertandingan sekitar 18 sampai 20 match. Delapan pemain teratas di klasemen nantinya akan melaju ke babak selanjutnya, yaitu Grand Final, yang akan diadakan pada 14-15 November 2020 mendatang.”
Bukan cuma itu, IFeL juga membuat penggemar esports turut penasaran dengan banyaknya pemain bintang dari skena kompetisi PES, turut bertanding untuk mewakili masing-masing klub sepak bola tersebut. PERSIJA diwakili oleh Rizal Danyarta (Ivander), pemain PES Indonesia yang bisa dibilang sebagai salah satu yang pertama yang berkiprah di Thai e-League Pro. PSS Sleman diwakili oleh Rizky Faidan, PERSIK Kediri diwakili oleh LuckyMaarif, dua pemain yang mewakili Indonesia dalam gelaran PES League 2019 Finals, dan berhasil menjadi runner-up dalam kategori co-op. Terakhir ada Elul Wibowo, yang juga sempat bertanding di Thai e-League, dan akan membela PERSITATangerang di IFeL 2020.
https://www.youtube.com/watch?v=yUNnaxqwn_w
Tetapi IFeL sebenarnya bukan yang pertama dalam urusan liga esportsgame sepak bola. Sebelumnya kita sudah sempat melihat beberapa nama seperti Liga1PES, Indonesia Gaming League, ataupun IVPL yang mencoba menyelenggarakan liga esportsgame sepak bola, dan mencoba menarik perhatian para penggemar sepak bola di tanah air. Indonesia Gaming League mungkin bisa dibilang sebagai salah satu yang paling getol dalam menggelar kompetisi esports game sepak bola di kancah lokal.
Indonesia Gaming League (IGL) sudah memulai inisiatifnya sejak Mei 2019 lalu, dengan mempertandingkan FIFA 19 FUT, 24 pemain, sebelas pekan pertandingan, dan total hadiah sebesar 250 juta rupiah. Liga esportsgame sepak bola tersebut ternyata berhasil menarik cukup banyak perhatian, sehingga kini IGL berlanjut ke musim kedua dengan cakupan yang lebih besar, yaitu FIFA 20 FUT, FIFA 20 Kick-Off (menggunakan tim defaultgame FIFA), dan PES 2020.
Melihat peserta yang bertanding, IFeL terbilang punya resep yang berbeda. IGL sejauh ini hanya mempertandingkan pemain esportsgame sepak bola saja. Sementara IFeL mencoba menghadirkan kombinasi antara bintang esports PES dengan klub sepak bola lokal yang terkenal punya fans fanatik.
Mungkinkah resep ini berhasil menarik perhatian lebih banyak orang? “Ternyata antusiasme masyarakat terhadap IFeL sejauh ini cukup besar juga. Dari apa yang saya lihat, ketika para pemain esports PES mengumumkan klub sepak bola yang mereka wakili, mereka (para fans sepak bola) nge-tag klub sepak bola kesayangan masing-masing yang belum berpartisipasi. Saya cukup senang melihat ini, karena ternyata pengumuman tersebut juga jadi kejutan bagi mereka (para fans sepak bola).” Cerita Putra Sutopo melihat antusiasme masyarakat terhadap IFeL sampai sejauh ini.
Putra Sutopo lalu menjelaskan strategi lain yang akan membuat IFeL beda dan lebih menarik daripada liga esports game sepak bola yang sudah ada. Salah satunya adalah patch khusus IFeL, yang artinya, klub sepak bola peserta IFeL akan hadir secara digital dalam game Pro Evolution Soccer. “Kita akan menggunakan patch khusus berisikan klub-klub Liga 1. Jadi sebagai contoh misalnya Ivander mewakili PERSIJA, maka selama bertanding di IFeL, dia akan menggunakan klub PERSIJA di dalam game Pro Evolution Soccer.” Ucap Putra.
Terkait patch, Putra menjelaskan lebih lanjut lagi, bahwa dalam liga IFeL, bukan cuma tim dan pemain saja yang tampil secara digital di Pro Evolution Soccer. “Selain itu nantinya juga akan ada stadion kustom, seperti Gelora Bung Karno dan lain sebagainya, warna suporter di dalam game yang menyesuaikan dengan warna tim, chants atau sorak sorai penonton juga sama seperti sorak sorai dari penggemar klub sepak bola terkait, dan juga banner sponsor khusus di dalam game. Kalau terkait stats pemain, kami cuma bisa bilang akan memastikan stats antara tim satu dengan tim lain seimbang, demi menjaga integritas kompetisi.” ucapnya.
Penggunaan patch ini memunculkan tanda tanya tersendiri, apakah ini resmi dari Konami, atau buatan komunitas? Putra lalu mengatakan bahwa patch ini merupakan khusus yang dibuat oleh IFeL, namun belum official dari Konami. “Untuk saat ini kami menggunakan patch khusus. Namun nantinya di masa depan kami tentunya kami akan mencoba menggandeng Konami, untuk menghadirkan Liga 1 Indonesia ke dalam game.”
Bicara soal legalitas penggunaan patch atau custommod, Putra menjelaskan bahwa sampai sejauh ini, Konami tidak memberlakukan larangan keras terkait modifikasi terhadap game ataupun penggunaan modifikasi tersebut untuk sebuah turnamen. “Maka dari itu di sini kami menggandeng klub sepak bola terkait, yang merupakan usaha formal kami dalam mendapatkan izin menggunakan patch yang berisi nama, jersey kit, dan pemain dari klub terkait di dalam game.” Putra menjelaskan.
Selain penggunaan patch, Putra juga mengatakan bahwa keterlibatan suporter sepak bola menjadi hal lain yang ingin dicapai IFeL nantinya. “Untuk musim awal ini kami membuka kesempatan ini lewat 2 slot kualifikasi yang diberikan. Namun mayoritas peserta memang masih pemain profesional, dan hanya mempertandingkan cabang single saja, agar tayangan pertandingan IFeL dapat lebih mudah diterima oleh masyarakat. Di masa depan, kami ingin membuka kesempatan lebih besar lagi kepada para suporter, yang ingin menjadi bagian dari klub sepak bola kesayangan dengan menjadi pemain esports Pro Evolution Soccer di liga IFeL, juga kemungkinan untuk membuka cabang pertandingan co-op.” Jawabnya.
Mimpi Besar Putra Sutopo Menjadikan Indonesia Sebagai Kiblat Esports PES Internasional
Putra Sutopo juga mengakui, bahwa IFeL bukan sekadar untuk melengkapi atau menyaingi liga sepak bola virtual yang sudah ada saja, tetapi juga menjadi wadah untuk mencapai mimpi-mimpi yang ia miliki sendiri. Salah satu yang ingin ia buktikan adalah antusiasme pasar esports ataupun fans sepak bola lokal atas liga sepak bola virtual.
“Salah satu ambisi saya sih ingin membuktikan bahwa IFeL nggak kalah dari Toyota e-League (liga sepak bola virtual Thailand).” Ucapnya membuka pembahasan. “Kalau dilihat lagi, market sepak bola di Indonesia itu besar dan pemain PES asal Indonesia juga diperhitungkan. Maka dari itu lewat IFeL, saya sendiri punya ambisi ingin menunjukkan bahwa Indonesia juga bisa membuat liga sepak bola virtual serupa, karena antusiasme masyarakat Indonesia enggak kalah, karena kebanyakan suporter bola Indonesia yang fanatik. IFeL juga ingin dapat membuktikan ke Konami bahwa market PES di Indonesia itu besar. Lewat IFeL, saya juga berharap Liga 1 nantinya bisa mendapat lisensi resmi dari Konami.”
Menutup pembahasan kami berdua soal IFeL, Putra Sutopo juga menyatakan keinginannya untuk membuat Indonesia menjadi kiblat esports PES dunia. “Melalui IFeL saya ingin membuat Indonesia menjadi yang terbaik di bidang esports sepak bola virtual. Indonesia sudah menjadi nomor 1 di kancah Mobile Legends dan PUBG Mobile. Pencapaian terbaik bagi komunitas Pro Evolution Soccer Indonesia sejauh ini adalah peringkat 2. Melihat ini tentunya Indonesia punya kemungkinan besar untuk menjadi nomor 1. Maka dari itu, saya ingin membawa esports sepak bola virtual Indonesia menjadi nomor 1 di segala aspek. Saya juga mengajak semua masyarakat untuk berkontribusi. Enggak harus menjadi pemain profesional, dengan menonton, menyebarkan informasi seputar IFeL, sudah cukup untuk membantu membuktikan bahwa liga sepak bola virtual Indonesia tidak kalah dari liga Thailand ataupun liga-liga lainnya.” Tutup Putra sembari menyampaikan pesannya kepada para pegiat esports di Indonesia.
—
Indonesia Football e-League akan kick-off pada tanggal 12 September 2020 mendatang. Konsep baru yang dihadirkan oleh IFeL tentu diharapkan bisa menjadi penyegar atas liga sepak bola virtual yang sudah ada sejauh ini atau, seperti yang dikatakan Putra, yaitu pengobat rindu atas Liga 1 yang absen selama situasi pandemi ini.
Apakah Anda sudah siap melihat jagoan PES Indonesia berlaga di bawah bendera klub sepak bola papan atas Indonesia?
Minggu lalu menjadi minggu ke-6 dari Indonesia Efootball Team Lobby (IEFTL). Sama seperti pada minggu ke-5, Ghazeto Storia masih kokoh di posisi puncak. IEFTL masih akan berlangsung selama 2 minggu lagi, yang berarti masing-masing tim masih dapat mengumpulkan poin dalam 8 pertandingan. Meskipun begitu, posisi Ghazeto di puncak klasemen tampaknya sudah aman.
Pasalnya, selisih poin antara Ghazeto dengan Remaong FC yang duduk di posisi ke-2 atau Hanoman di posisi ke-3 terpaut cukup jauh. Ghazeto berhasil mengumpulkan 60 poin sementara Remaong FC memiliki 42 poin dan Hanoman 41 poin. Peringkat ke-4 klasemen sementara diduduki oleh tim Aliansi, diikuti oleh Garuda Ten pada posisi ke-5, dan Aco Glory pada peringkat 6. Ketiga tim ini memiliki poin yang sama, yaitu 39. Hanya saja, Aliansi memiliki selisih gol paling besar yaitu 24.
Selama 6 minggu berturut-turut, Ghazeto Storia tak pernah mengalami kekalahan sekalipun. Prima Bastian dari Open PES Community (OPC) mengatakan bahwa salah satu alasan mengapa tim PES tersebut sangat tangguh adalah karena mereka memang berisi pemain-pemain bintang, seperti Rizky Faidan, Haerul “Elul” Wibowo, dan Rizal “Ivander” Danyarta.
“Para pemain Ghazeto bisa dibilang sebagai pemain profesional PES. Di komunitas, tidak ada yang kenal mereka-mereka ini, seperti Los Galacticos Real Madrid,” ujar Prima saat dihubungi melalui pesan singkat. Lebih lanjut dia menjelaskan, tim yang berisi pemain bintang harus memiliki kapten atau manager yang mumpuni untuk memastikan tidak ada pertengkaran internal. “Itulah gunanya kapten/manager, untuk mengingatkan pemain akan tujuan tim,” katanya.
Dalam sepak bola, tim yang penuh dengan pemain bintang tak selalu meraih kemenangan. Namun, lain halnya dengan PES. “Kalau PES, saya lihat, kemampuan bermain memang tidak bohong. Pemain yang memang punya kemampuan tetap akan menang dari pemain yang hanya punya semangat tapi tidak diimbangi dengan skill,” ungkapnya. Selain kemampuan invidu para pemain, tim juga bisa meningkatkan performanya dengan berlatih bersama dan membahas taktik yang hendak mereka gunakan. “Setahu saya, Ghazeto ini sering latihan bersama secara internal, untuk membahas taktik,” katanya.
IEFTL diadakan dengan 2 format, yaitu liga dan IEFTL Cup. Dari 32 tim yang berlaga, 4 tim lolos ke babak semifinal. Keempat tim itu adalah Garuda Ten, Ghazeto Storia, Gatot Kaca, dan Remaong FC. Dalam pertandingan melawan Garuda Ten, Ghazeto keluar sebagai pemenang dengan skor 8-0. Sementara itu, Remaong FC berhasil unggul 4-2 dari Gatot Kaca. Dengan begitu, babak final akan mempertemukan Ghazeto Storia melawan Remaong FC.
Selama pandemi, banyak pertandingan sepak bola jadi ditunda. Namun demikian, FIFA 20 dan eFootball PES 2020 berusaha untuk tetap menghibur para penggemar sepak bola, lewat sajian pertandingan sepak bola virtual.
Selain ePremier League, gelaran lain yang juga tak kalah seru adalah eEURO 2020. Digelar oleh asosiasi sepak bola Eropa, UEFA, kompetisi ini ditandingkan dengan menggunakan game eFootball PES 2020. Setelah pertandingan panjang, Italia berhasil menjadi juara setelah mengalahkan Serbia di babak final dengan skor 3-1.
Format eEURO 2020 ini memang sedikit beda. Tidak seperti ePremier League yang melibatkan pemain sepak bola profesional, eEURO 2020 hanya melibatkan gamers saja. Tim Italia sendiri diwakili oleh empat orang gamers, yaitu AlonsoGrayfox, Naples17x, Nicaldan, dan Genoa_Npk02.
Diikuti 55 negara dari benua Eropa, tim Italia memang tampil cukup dominan dalam pertandingan ini. Sejak dari babak perdelapan hingga semi-final, Italia berhasil dua kali menang dominan lawan Israel dan Perancis, masing-masing dengan skor 2-0.
Sementara itu pada babak final, Serbia menjadi lawan yang cukup menantang bagi AlonsoGrayfox dan kawan-kawan. Walau Italia mencetak gol lebih dahulu, namun pemain Serbia Kepa_PFC berhasil menyamakan kedudukan. Skor imbang bertahan hingga jelang akhir permainan. Italia baru bisa bernafas lega setelah Naples17x akhirnya berhasil mencetak gol penentu kemenangan.
“Pertandingan ini menjadi emosi yang luar biasa.” Ucap AlonsoGrayfox setelah kemenangannya di babak final. “Sangat luar biasa bisa mencapai titik ini dan kin kami menjadi juara. Saya kehabisan kata-kata untuk menjelaskan emosi yang saya rasakan. Game penentu bagi kami adalah ketika melawan Prancis di semi-final. Pertandingan itu memberikan kami rasa percaya diri. Saya bangga menjadi orang Italia, dan orang Sardinia. Ini sangat luar biasa, saya masih belum percaya kami bisa melakukannya, ini terasa seperti mimpi.”
Dalam kompetisi yang memperebutkan total hadiah sebesar 140.000 Euro (sekitar Rp2,2 miliar), tim Italia sebagai juara berhak mendapatkan hadiah sebesar 40.000 Euro (sekitar Rp648 juta).
Adakah Anda sekalian penggemar Italia di dalam pertandingan sepak bola? Selamat untuk tim Italia atas kemenangannya di eEURO 2020.
Para penggemar game sepak bola tentu sudah tahu bahwa seri Pro Evolution Soccer (PES) tahun ini mengalami perubahan judul menjadi eFootball PES. Kabarnya, perubahan judul merupakan cerminan dari strategi baru Konami untuk lebih mempopulerkan seri PES. Kata “eFootball” bermakna bahwa Konami ingin lebih fokus pada esports, tapi mereka tetap tidak melupakan hal-hal lain yang diinginkan oleh penggemar bola, seperti lisensi tim dan gameplay yang realistis.
Kini Konami telah mengungkap seperti apa wujud konkret dari strategi esports yang dimaksud. Dalam sebuah siaran pers, Konami menjelaskan bahwa mulai bulan Desember 2019 nanti mereka akan membuka dua kompetisi besar, bernama eFootball.Open dan eFootball.Pro. Apa perbedaannya?
eFootball.Open adalah turnamen esports yang terbuka untuk semua kalangan. Turnamen ini memiliki format pertandingan 1v1, dan merupakan pengganti dari kompetisi yang dulu dikenal dengan nama PES League.
Pemain akan menggunakan mode baru eFootball PES 2020 yang disebut mode Matchday untuk berkompetisi, dengan jadwal pertandingan setiap dua minggu sekali. Uniknya, kali ini setiap pemain hanya boleh memilih satu klub bola untuk digunakan sepanjang turnamen. Klub ini harus dipilih di awal musim, dan klub yang tersedia pun terbatas, hanya klub-klub bola yang hadir di turnamen eFootball.Pro. Daftar klubnya akan diumumkan oleh Konami di kemudian hari.
Konami ingin agar turnamen ini aksesibel untuk segala level keahlian, karena itu mereka membagi eFootball.Open menjadi tiga kategori yaitu Basic, Intermediate, dan Expert, berdasarkan rating pemain di Online Division.
Dari setiap klub bola, dipilih 50 pemain terbaik dari tiap region di tiap platform (PS4, Xbox One, PC) untuk maju ke babak Online Finals. Region yang dimaksud terbagi menjadi tiga yaitu Eropa, Amerika, dan Asia. Namun khusus untuk Asia dibagi lagi menjadi tiga server: server Jepang, server Asia, dan server Eropa (untuk beberapa negara Asia).
Kemudian, 3 pemain dari tiap klub di tiap region akan maju ke pertandingan Regional Finals untuk menentukan siapa yang jadi wakil wilayah Eropa, Amerika, dan Asia. Babak puncak yang disebut World Finals nantinya mempertandingkan 3 pemain per klub untuk memperebutkan gelar juara dunia.
Berikut ini jadwal tentatif untuk rangkaian kompetisi eFootball.Open:
eFootball.Pro, di sisi lain, merupakan kompetisi tertutup. Konami akan melibatkan klub-klub sepak bola sungguhan di Eropa di dalamnya, dan mereka pun akan bermain dengan skuad profesional sungguhan. Sayangnya belum ada informasi detail tentang turnamen yang ini, namun yang jelas eFootball Pro menggunakan format kompetisi 3v3 co-op.
Konami menyediakan hadiah total untuk seluruh program esports eFootball sebesar US$2.000.000 (sekitar Rp28 miliar). Sebagian besar dari prize pool itu akan digunakan untuk hadiah eFootball.Pro. Penyelenggaraan program esports eFootball ini juga berkolaborasi dengan sejumlah asosiasi sepak bola lain, seperti eJ.League Winning Eleven 2019 Season dan Toyota E-League.
Dari informasi-informasi di atas, dapat kita simpulkan bahwa Konami memfasilitasi esports dari dua sisi: mereka yang ingin ikut berkompetisi dan mereka yang hanya ingin menonton. Mirip seperti sepak bola sungguhan, ada kesenangan yang berbeda antara bertanding di kompetisi amatir dengan menyaksikan bintang-bintang kelas dunia di layar kaca. Kompetisinya pun harus dipisahkan, karena menyaksikan Lionel Messi bertanding melawan pemain bola level RT/RW jelas tidak akan seru.
Menurut Valentinus Sanusi, founder Liga1PES dan ketua komunitas PES Indonesia, strategi Konami ini merupakan pukulan telak bagi FIFA karena mereka berhasil membuat ekosistem sepak bola elit dunia dengan format esports.
“Strategi yang benar menarik dan patut ditunggu hasilnya, apakah ini akan menjadi trendsetter baru tidak hanya di industri esports, tapi juga sepak bola sendiri. Komunitas Indonesia yang tahun lalu meraih prestasi gemilang dan membuat kita semua bangga, harus kembali menunjukkan konsistensi dan komitmen mereka sebagai pecinta PES, dikarenakan kemasan yang berbeda dari Konami di musim ini akan menjadi kebanggaan sendiri jika musim ini, pemain Indonesia bisa menjadi salah satu perwakilan klub-klub sepak bola elit dunia,” papar Valent.
Untuk pengumuman lebih lanjut, Anda bisa memantau kanal-kanal media sosial eFootball PES lewat Facebook atau Twitter.
https://www.youtube.com/watch?v=V-mDyfoYYc8
–
Update: Penjelasan lebih detail tentang sistem turnamen dan tambahan keterangan dari founder Liga1PES.
Salah satu helatan esports terbesar di Indonesia, Piala Presiden Esports 2020, resmi bergulir setelah gelaran Kick-Off yang diselenggarakan pada 13 Oktober 2019 kemarin. Gelaran Kick-Off Piala Presiden Esports, yang merupakan bagian dari rangkaian Free Fire Indonesia Masters Season 2, dibuka dengan sangat megah dan meriah.
Gelaran pembukaan hadir dengan berbagai macam hal: mulai dari lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan oleh Brisia Jodie, pidato dari Kepala Staf Kepresidenan, Jend. TNI (Purn) Moeldoko, penampilan dari Saykoji menyanyikan Official Song Piala Presiden Esports 2019, sampai dengan showmatchpro-player Free Fire bersama para selebriti media sosal.
Setelah rangkaian tersebut selesai, acara dilanjut dengan sesi konfrensi pers bersama dengan perwakilan Kantor Staf Presiden, Kementrian Pemuda dan Olahraga, Badan Ekonomi Kreatif, Kementrian Komunikasi dan Informatika, dan tentunya Giring Ganesha selaku Ketua Panitia Piala Presiden Esports 2020. Sesi konfrensi pers memberikan beberapa informasi penting.
Salah satunya adalah soal tanggal-tanggal penting Piala Presiden Esports 2020. Seperti disebut sebelumnya, bahwa pertandingan Piala Presiden Esports kali ini tak terhenti di tingkat nasional saja, tapi sampai tingkat regional Asia Tenggara.
Sepanjang akhir 2019 ini menjadi rangkaian kualifikasi Piala Presiden Esports 2020 untuk negara-negara Asia Tenggara. Dimulai dengan 19 Oktober untuk Final Kualifikasi Thailand. Lalu dilanjut dengan Final Kualifikasi Vietnam pada 26 Oktober 2019, Final Kualifikasi Malaysia dan Singapura pada 14 dan 15 Desember2019, dan Final Kualifikasi Filipina dan Kamboja pada 21 dan 22 Desember 2019.
Sementara itu, kualifikasi Indonesia akan mulai diselenggarakan pada awal tahun 2020 mendatang. Kualifikasi Indonesia dibagi ke dalam dua wilayah, kualifikasi Indonesia Timur dan Indonesia Barat.
Final Kualifikasi Indonesia Timur akan diadakan di Surabaya pada 11-12 Januari 2020. Lalu Final Kualifikasi Indonesia Barat akan diselenggarakan di Bandung pada 18-18 Januari 2020. Sebagai konklusi dari semua kualifikasi tersebut, Grand Final Piala Presiden Esports 2020 akan diselenggarakan pada 1-2 Februari 2020 di Jakarta, yang mempertemukan semua juara kualifikasi.
Piala Presiden Esports 2020 nantinya juga akan mempertandingkan game besutan developer lokal. Saat ini sudah ada lima game yang telah lolos tahap kurasi pertama. Kelima game tersebut adalah: Battle of Satria Dewa, Esports Manager, Lokapala, Pirate Mobile War, dan Ultra Space Battle Brawl. Dari lima game tersebut, hanya satu yang lolos ke tahap kurasi kedua dan dipertandingkan di Piala Presiden Esports 2020.
“Ada sejumlah parameter yang menjadi pertimbangan dewan kurasi, yang tentunya juga melibatkan Badan Ekonomi Kreatif dan Kemenkominfo. Pertama, game ini harus dikembangkan developer lokal Indonesia. Kedua, memenuhi unsur esports dan kompetisi. Ketiga, harus playable serta punya mekanisme yang layak. Terakhir, orisinalitas, seluruh elemen game harus dipastikan merupakan asli garapan lokal, bukan re-skingame engine luar negeri saja.” papar Giring.
Belakangan, pemerintah memang sedang gencar memberi perhatian terhadap skena esports di Indonesia. Sebelumnya, Komite Olahraga Nasional Indonesia juga menyatakan rencananya, untuk membuat sebuah pengurus besar esports Indonesia.
Piala Presiden Esports 2020 ini juga merupakan bentuk lain dukungan pemerintah terhadap ekosistem esports di Indonesia. Terkait dukungan pemerintah terhadap ekosistem esports, Kepala Staf Kepresidenan, Jend. TNI (Purn) Moeldoko juga turut memberi komentarnya.
“Sesuai visi SDM Unggul Indonesia Maju, penyelenggaraan Piala Presiden Esports 2020 membawa semangat dan optimisme bahwa SDM muda Indonesia sanggup bersaing secara global dan mampu mengharumkan nama bangsa di bidang esports.” Moeldoko mengatakan.
Esports semakin berkembang, ditambah dengan gencarnya perhatian pemerintah. Tentunya dukungan ini diharapkan dapat mempertahankan keberlanjutan esports dan turut meratakan perkembangan esports sampai ke luar kota Jakarta.
Akhir pekan ini akan menjadi momen penting bagi para penggemar esports Free Fire Indonesia. Pasalnya, tim-tim terbaik di Indonesia akan berebut gelar tim Free Fire terbaik di Indonesia pada Minggu, 13 Oktober 2019, dalam gelaran Free Fire Indonesia Shopee Masters Season 2 (FFIM).
Diselenggarakan di Tennis Indoor Senayan, akan ada 12 tim Free Fire terbaik di Indonesia bertanding beradu gengsi. Tak hanya itu saja, mereka juga akan memperebutkan slot untuk bertanding di ajang Free Fire World Series 2019.
Kemeriahan akhir pekan ini juga bukan hanya soal adu gengsi tim Free Fire terbaik di Indonesia saja, karena gelaran tersebut juga akan menjadi momen kick-off gelaran Piala Presiden Esports 2020. Pertandingan Piala Presiden Esports 2020 sendiri terdiri dari tiga cabang game, yaitu Free Fire, eFootball PES 2020, dan satu game besutan developer lokal pilihan.
Sebelumnya sendiri, dalam acara dialog media membahas pengembangan ekosistem esports, Giring Ganesha, selaku Ketua Panitia Piala Presden Esports 2020 sempat berbagi soal keseriusan pemerintah dalam mengembangkan ekosistem esports lewat Piala Presiden Esports 2020.
Ia menyebutkan bahwa dalam mengembangkan suatu industri, membangun ekosistem jadi hal penting yang harus dilakukan terlebih dahulu. Kompetisi jadi salah satu elemen, terutama kompetisi dengan jenjang yang jelas, agar dapat jadi jalur karir bagi atlet yang berprestasi. “Penyelenggaraan Piala Presiden Esports 2020 menjadi bukti konkret pemerintah dalam mengembangkan esports.” Giring lalu menjelaskan.
Maka dari itu, pertandingan Piala Presden Esports 2020 tak terhenti pada kancah nasional saja, tapi juga berlanjut sampai ke kancah Asia Tenggara. Sebagai upacara pembukaan, kick-off Piala Presiden Esports 2020 akan menyajikan pertandingan eksibisi. Dalam pertandingan eksibisi, para pro player team akan bertanding bersama para sosok ternama yang hadir, seperti Saykoji, Brisia Jodie, ataupun para Youtuber seperti Dyland Pros, Letda, dan lain sebagainya.
Untuk gelaran FFIM Season 2, pertandingan akan terdiri dari 7 ronde, yang mempertandingkan dua map, yaitu Bermuda dan Purgatory. Berikut daftar 12 tim yang akan bertanding di dalam gelaran FFIM Season 2 nanti:
RRQ Poseidon (Kualifikasi Free Fire Summer League)
Dua belas tim tersebut akan memperebutkan total hadiah sebesar Rp700 juta dalam pertandingan sengit nan kompetitif. Anda dapat datang langsung dan menyaksikan secara offline di Tennis Indoor Senayan, ataupun menyaksikannya secara online lewat Youtube Channel Garena Free Fire Indonesia.
Kira kira siapa yang berhak menyandang gelar sebagai tim Free Fire terbaik di Indonesia, dan dapat mewakili Indonesia di gelaran Free Fire World Series 2019?
Saat ini, FIFA masih menjadi game sepak bola yang paling dikenal. Meskipun begitu, bukan berarti Konami berdiam diri. Mereka masih berusaha untuk mempopulerkan seri game sepak bola buatan mereka, Pro Evolution Soccer (PES). European PES Brand Manager, Lennart Bobzien mengatakan, salah satu strategi mereka adalah fokus pada competitive gaming alias esports. Tahun ini, Konami bahkan mengubah nama game sepak bolanya menjadi eFootball Pro Evolution Soccer 2020. Kepada Game Industry, Bobzien mengaku, tidak ada yang menduga bahwa Konami akan melakukan rebranding seri PES sehingga fokus pada esports. Namun, dia percaya, ini adalah cara yang bagus untuk menunjukkan rencana Konami ke depan. Pada pertengahan Juli lalu, Konami sempat mengadakan hands-on dari eFootball PES 2020. Ketika itu, dia juga mengundang Rizky Faidan, atlet esports PES Indonesia yang pernah bertanding di PES World Finals 2019.
Saat ini, ada dua kompetisi PES, yaitu PES League yang ditujukan untuk masyarakat umum dan juga eFootball Pro, yang akan mengadu para pemain bola profesional dalam game. Diharapkan, ketika para pemain bola profesional memainkan PES, ini akan dapat membuat lebih banyak orang tertarik untuk memainkan game buatan Konami tersebut. “Kami ingin membuat kompetisi yang realistik,” kata Bobzien, seperti dikutip dari Games Industry. “Kami ingin agar Manchester United menunjukkan permainan seperti ketika bermain sepak bola sebenarnya.”
Esports kini memang terus berkembang. Bobzien mengakui hal ini. “Ketika Anda melihat Dota, League of Legends, jumlah penonton pertandingan game itu sangat banyak. Jumlah penonton kami juga terus naik, dari tahun ke tahun. Jumlah penonton juga tergantung pada lokasi, apakah di Eropa, Amerika Selatan, atau Asia. Di kawasan tertentu, jumlah penonton esports lebih besar. Bagi kami, sangat penting untuk membuat platform esports yang realistik, yang bisa dimengerti oleh penonton yang tidak terlalu paham dengan esports,” ujarnya. Lebih lanjut, dia berkata, “Keuntungan game sepak bola, atau game olahraga apapun yang memiliki esports, adalah hampir semua orang mengenal sepak bola. Mereka mengerti cara bermain sepak bola. Anda harus mengecoh musuh untuk mencetak gol. Jika Anda adalah gamer kasual dan ingin menonton pertandingan League of Legends atau Dota, jika Anda tidak terlalu paham mekanisme game, Anda akan kesulitan memahami jalan pertandingan.”
Meskipun begitu, Bobzien menegaskan bahwa ini bukan berarti Konami akan fokus seratus persen pada esports. Pada akhirnya, game PES tetaplah game sepak bola. Lisensi tim dan pemain sepak bola profesional tetaplah hal yang sangat penting. Selama ini, FIFA mendominasi lisensi untuk pemain dan tim sepak bola, membuat Konami kesulitan untuk mempopulerkan PES. Saat ini, lisensi Liga Premier juga masih ada di FIFA, sehingga Konami tidak bisa menyertakan liga tersebut dalam PES. Untuk mengisi kekosongan itu, Konami membeli lisensi dari beberapa liga sepak bola lain. Tahun lalu, PES membeli tujuh lisensi liga baru. Beberapa di antaranya adalah Liga Skotlandia, Denmark, Belgia, Swiss, dan Rusia. Memang, liga-liga tersebut masih kalah populer jika dibandingkan dengan Liga Inggris, tapi, keputusan Konami untuk menyediakan lebih banyak liga dalam PES terbukti sukses memenangkan hati para fans.
Tidak hanya itu, Konami juga berhasil mendapatkan kerja sama eksklusif denngan Juventus. Dalam 25 tahun, untuk pertama kalinya tim Cristiano Ronaldo itu tidak akan tersedia di FIFA. Selain tim Liga Italia itu, Konami juga mendapatkan lisensi dari klub Manchester United dan Bayern Munich. Walau hal ini tidak mendadak membuat PES menjadi lebih populer dari FIFA, ini cukup untuk membuat gamer tertarik akan game sepak bola buatan Konami.
“Kami tahu bahwa tiga lisensi itu memiliki dampak besar, tapi pengaruhnya tidak akan langsung terlihat,” kata Bobzien. “Kami ingin menunjukkan pada para pengguna bahwa kami akan terus berusaha mendapatkan lisensi baru. Kami telah mendapatkan lisensi Serie A, yang kami tak miliki selama waktu cukup lama, dan kami juga kembali mendapatkan lisensi Euro 2020,” kata Bobzien. Menurut Bobzien, keberadaan Euro 2020 di eFootball PES 2020 tidak hanya menjadi kompetisi yang menarik untuk dimainkan, tapi juga bukti bahwa Konami memiliki hubungan yang baik dengan UEFA.
Jika dibandingkan dengan FIFA, ada satu hal yang hanya dimiliki oleh PES, yaitu game mobile. Sejauh ini, versi mobile dari PES telah diunduh sebanyak 250 juta kali. Tidak heran jika game itu populer, mengingat ia bisa dimainkan dengan gratis. Menurut Bobzien, game mobile PES berfungsi untuk mengenalkan masyarakat dengan seri PES. Diharapkan, para pemain PES di mobile akan beralih dan mulai memainkan game tersebut di konsol. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Para pemain konsol malah tertarik untuk memainkan versi mobile dari PES.
“Kombinasi antara konsol dan mobile memiliki pengaruh sangat baik dan ini membantu kami untuk maju di masa depan. Itu juga membantu kami untuk mengajukan lisensi, mengembangkan fitur baru, seperti Match Day untuk membuat Master League menjadi lebih menarik. Tentu saja ada tekanan setiap tahunnya, mengingat persaingan yang sangat ketat, tapi dengan PES, kami ada di posisi yang cukup baik sekarang ini,” ujar Bobzien.
Konami merupakan salah satu perusahan developer dan penerbit game asal Jepang yang besar dan sukses hingga saat ini. Citra mereka di mata penggemar memang sempat mengalami penurunan karena berbagai kontroversi. Contohnya masalah antara Konami dengan Hideo Kojima sang kreator seri Metal Gear, Pro Evolution Soccer (PES) versi PC yang sempat dianaktirikan dengan engine lawas, hingga adaptasi berbagai properti intelektual populer menjadi mesin judi (pachinko). Tapi secara finansial, Konami terus berada dalam kondisi sehat, bahkan bertumbuh.
Dalam laporan finansial mereka pada bulan Mei 2019 lalu, Konami mengumumkan bahwa mereka telah mengalami pertumbuhan laba selama lima tahun berturut-turut. Total revenue yang mereka peroleh senilai 262,5 miliar Yen, naik 9,6% dari tahun sebelumnya. Dari seluruh revenue tersebut, departemen hiburan digital (termasuk video game) menyumbang angka terbanyak, yaitu sebesar 141,7 miliar Yen. Apa yang menyebabkan Konami bisa bertahan begitu sukses, bahkan di tengah penurunan citra brand di masyarakat?
Media GamesIndustry.biz beberapa waktu lalu mewawancarai presiden Konami Europe, Masami Saso, untuk mengungkap rahasia di balik kesuksesan ini. Ternyata, kunci utamanya ada pada diversifikasi. Banyak gamer mungkin biasanya mengasosiasikan nama Konami dengan produk game di console atau PC, padahal sebenarnya Konami juga bergerak di platform-platform lain.
“Jenis perangkat untuk bermain game semakin banyak, dan jumlah orang yang berkesempatan memainkan game semakin meningkat. Kami telah bekerja untuk menempatkan IP kami di banyak perangkat, seperti seri PES untuk console dan mobile, serta seri Yu-Gi-Oh! dalam wujud kartu fisik dan mobile game, untuk menjangkau sebanyak mungkin pengguna,” papar Masami Saso.
WOO HOO!
We're super excited to announce that #PES2019Mobile has hit 200 MILLION downloads! 🎉
To celebrate, we're giving our PES Mobile players some amazing bonuses* 🎁
PES merupakan contoh paling sukses dari strategi diversifikasi ini. Sejak tahun 2017, Konami telah meluncurkan PES versi mobile yang hingga kini telah diunduh sebanyak lebih dari 200 juta kali. Seri Yu-Gi-Oh! juga mengalami kesuksesan yang sama di platform mobile. Kesuksesan di berbagai platform artinya Konami tak perlu tergantung pada satu platform saja untuk bertahan hidup. Mereka bisa terus berinovasi di perangkat high-end (console dan PC), kemudian menerapkan hasilnya di perangkat lain.
Menariknya, keberhasilan produk Konami di platform mobile dan console itu saling memperkuat satu sama lain. Saso mengatakan bahwa Konami bisa menciptakan mobile game berkualitas tinggi berkat pengalaman mereka mengembangkan game di console, arcade, dan PC. Sebaliknya, banyak penggemar yang tertarik membeli game di console karena mereka pernah memainkannya di versi mobile. Contoh kasus adalah Yu-Gi-Oh! Legacy of the Duelist: Link Evolution, game eksklusif Switch yang berhasil menjadi game terlaris di seluruh wilayah Eropa, Timur Tengah, Asia, dan Afrika (EMEAA) pada minggu pertama perilisannya.
Masih berkaitan dengan PES, esports juga merupakan salah satu program penting yang saat ini gencar dijalankan oleh Konami. Ini jelas terlihat dari rebranding judul PES mereka tahun ini menjadi eFootball PES 2020. Konami juga dikabarkan tengah membangun sebuah studio esports di markas mereka di Tokyo. Konami percaya bahwa video game kompetitif akan menjadi bagian dari evolusi olahraga secara keseluruhan.
“Olahraga selalu berubah. Dulu berawal dari olahraga fisik seperti berlari, melempar, menendang, hingga olahraga lapangan seperti sepak bola dan bisbol. Seiring revolusi industri muncullah motorsports, dan kini dengan teknologi yang lebih canggih muncullah esports.
Seperti olahraga lainnya, saya percaya tujuan dari esports di industri ini adalah untuk memiliki audiens, jutaan penggemar, dan menjadi sumber hiburan yang besar, bahkan lebih besar dari sekadar video game. Tapi untuk sekarang, sebagai penerbit game, kami memandangnya sebagai lahan baru untuk berinteraksi dan menikmati game. Sebelum kami mengincar tujuan besarnya, kami fokus dulu pada bagaimana cara mengembangkan kesenangan dalam bermain, berpartisipasi, dan menonton esports,” ujar Saso.
Ke depannya Konami ingin menjadi pemimpin industri esports global. Mereka akan terus menciptakan game di berbagai genre, baik yang canggih ataupun kasual, dan terus menggelar acara-acara esports di masa depan. Konami juga akan mendorong pertumbuhan esports di judul-judul selain Pro Evolution Soccer. Dua judul yang disebutkan Saso secara spesifik akan menjadi esports adalah Yu-Gi-Oh! Duel Links (mobile) dan Super Bomberman R (PC dan console). Konami berharap esports dapat meningkatkan basis penggemar untuk judul-judul game tersebut, seperti halnya game versi mobile mendorong kesuksesan IP di console.