Tag Archives: ekosistem esports pubg

PMCO SEA Week 3: Thailand Masih Tak Terkalahkan, Bigetron Naik Pamor

Pertandingan PUBG Mobile Club Open SEA Spring Split yang kini berada dalam fase liga, sudah memasuki pekan ketiga. Pada pekan lalu, klasemen secara keseluruhan sebetulnya tidak banyak berubah. Posisi top 3 masih dikuasai duo tim asal Thailand yaitu RRQ.Athena dan ILLUMINATE The Murder, ditambah BOX Gaming asal Vietnam yang membayangi mereka berdua.

Ketiga tim tersebut punya perbedaan poin total yang cukup tipis-tipis, hanya sekitar 100 sampai 200 poin saja; yang sebenarnya masih bisa dikejar dalam satu pekan pertandingan. Tersisa dua pekan pertandingan lagi, bagaimana kabar dari tim Indonesia? Walaupun EVOS dan Bigetron masih saling pepet di posisi 4 dan 5, namun kenyataan berat yang harus mereka terima adalah perbedaan poin mereka dengan BOX Gaming yang cukup jauh.

Kendati demikian, pekan ketiga ini bisa dibilang menjadi ajang kebangkitan bagi tim Bigetron. Setelah dua pekan bermain konsisten, pekan ini Bigetron seakan sudah berhasil menemukan celah pada musuh-musuh mereka, terutama iLMN TM, yang jadi lawan dalam pertandingan grup C vs A.

Sumber: Facebook Page @PUBGMOBILE.ID.OFFICIAL
Sumber: Facebook Page @PUBGMOBILE.ID.OFFICIAL

Dua pekan terakhir, Bigetron ataupun EVOS masih belum mampu membuat MARTIN dan kawan-kawan iLMN TM bertekuk lutut secara klasemen keseluruhan. Namun setidaknya Bigetron sudah berhasil taklukkan mereka saat pertandingan grup C vs grup A. Pada pertandingan tersebut, Bigetron tahan iLMN TM di peringkat kedua dan mengisi peringkat pertama setelah kumpulkan 4 kali chicken dinnner dari 8 ronde pertandingan.

“BTR memang jauh lebih stabil secara placement dan juga kill. Sementara EVOS di sisi lain memang lagi turun secara performa. Menurut saya itu juga jadi penyebab BTR bisa membalap mereka dan naik ke peringkat 3.” kata Florian “Wolfy” George memberi komentar seputar permainan Bigetron

Selain Bigetron, tim Indonesia lain, yaitu We Against the Worlds (WAW), juga sedang on-fire pekan ini. Setelah dua pekan terakhir kerap berada di peringkat bontot, pekan ini mereka mengalami peningkatan yang signifikan, terutama saat pertandingan grup C vs A. Sementara Bigetron menguasai klasemen di pertandingan tersebut, WAW membuntuti dengan mengumpulkan jumlah kill yang lumayan, ditambah placement yang juga tidak buruk; dua kali jadi runner-up dari delapan ronde pertandingan.

“WAW sebetulnya kuat dari sisi firepower. Sayang, mereka sering kena pickoff pada awal permainan, yang membuat mereka kesulitan ketika clash dengan tim lain pada mid phase. Tetapi minggu ini mereka melakukan sedikit perubahan. Mereka mainnya langung berkumpul 4 orang di awal-awal, membuat tingkat survivability mereka lebih tinggi di early phase. Alhasil mereka bisa lengkap di mid-late phase dan mendapatkan hasil yang baik.” Jawab Wolfy membahas peningkatan WAW di pekan ketiga ini.

Kendati demikian, entah kenapa permainan tim Indonesia selalu kurang lepas, terutama saat pertandingan grup A vs B, atau grup B vs C. Mungkin karena pertandingan grup tersebut diisi oleh tiga sekaligus dari Big Three kompetisi PMCO SEA Spring Split, yaitu RRQ.Athena, iLMN TM dan BOX Gaming.

Tim sekelas Bigetron bahkan cuma mampu mencapai peringkat 9 saja pada pertandingan grup A vs B, dengan kehadiran RRQ.Athena dan iLMN TM. Sementara di sisi lain EVOS juga harus puas di peringkat 6 pada pertandingan grup B vs C, dengan kehadiran RRQ.Athena dan BOX Gaming di dalam pertandingan tersebut.

“Bisa dibilang A vs B itu grup neraka, ada 5 tim dari Thailand yang bisa dibilang sebagai region paling kuat. Gara-gara hal tersebut makanya tim Indonesia cukup kelimpungan, dan kemungkinan tim Thailand untuk menang juga lebih besar. Lalu kalau pada grup B vs C, Indonesia sebenarnya punya peluang. Tapi sayang, EVOS dan ONIC performanya sedang turun, walaupun Onic mainnya udah lebih bagus saat jelang akhir minggu.”

Gelaran PMCO SEA Spring Split memasuki pekan keempat pada pekan ini. Dapatkan tim-tim Indonesia mengalahkan dominasi dari regional Thailand? Anda dapat langsung mengunjungi kanal Youtube PUBG Mobile ID, untuk tayangan langsung PMCO SEA Spring Split setiap Rabu sampai Minggu.

Universitas Amikom Yogyakarta Jadi Juara PUBG Mobile Campus Championship 2019

PUBG Mobile Campus Championship (PMCC) baru saja selesai digelar pada 24 Maret 2019 kemarin. Setelah dua hari dan delapan ronde pertandingan, Universitas Amikom Yogyakarta berhasil keluar sebagai pemenang. Bermain dengan cukup mendominasi, mereka berhasil mendapatkan total 3 chicken dinner, dari 8 ronde pertandingan.

Kompetisi PMCC merupakan kompetisi antar kampus pertama yang digelar oleh PUBG Mobile. Memperebutkan total hadiah Rp300 juta, PMCC diikuti oleh 2000 mahasiswa dari 350 universitas di Indonesia. Setelah kualifikasi panjang, akhirnya putaran final PMCC 2019 menyisakan 16 kampus terbaik dari berbagai universitas di Indonesia.

Sumber: Dokumentasi Resmi PUBG Mobile
Sumber: Dokumentasi Resmi PUBG Mobile

Universitas Amikom Yogyakarta sendiri menjadi pemenang karena konsistensi permainan yang ia tunjukkan. Walau cuma dapat 3 chicken dinner, namun ternyata mereka tetap berhasil amankan poin yang cukup besar pada ronde lainnya. Hanya pada ronde 6 saja mereka bermain kurang maksimal, dan cuma mendapatkan 6 poin saja.

Ternyata, usut punya usut, salah satu faktor kemenangan Amikom Yogyakarta ini datang dari Rizky “Ipat” Fajarista. Hal ini diungkap oleh salah satu caster PMCC, Ahmad “CaptainRigel” Ichsan, saat saya tanyai komentarnya soal kemenangan Amikom Yogyakarta di PMCC 2019.

“Awalnya saya ragu dengan tim Amikom. Banyak yang bilang mereka jago, tapi entah kenapa di hari pertama permainannya kurang maksimal. Untungnya mereka dapat chicken di game 4, yang menjadi momentum dominasi mereka sampai akhir. Ternyata saya mendengar kabar, kalau Ipat adalah mantan pemain profesional PUBG PC yang berpindah main PUBGm.” Jawab Rigel.

Sumber: Dokumentasi Resmi PUBG Mobile
Sumber: Dokumentasi Resmi PUBG Mobile

Salah satu caster PUBG ternama, Arwanto ‘WawaMania’ Tanumiharja, juga turut memberikan komentarnya saat saya temui di gelaran PMCC 2019. “Jadi Amikom Yogyakarta ini jadi mendominasi karena tiga pemain mereka sudah main bareng sejak lama.” ujar Wawa. Lebih lanjut soal kunci kemenangan Amikom, baik Rigel dan Wawa memberikan komentar yang kurang lebih senada, yaitu game knowledge mereka yang lebih daripada pemain lain.

Bicara soal kunci kemenangan Universitas Amikom Yogyakarta, Wawa menyoroti permainan rotasi apik dari Ipat dan kawan-kawan, yang kerap melakukan rotasi cepat begitu circle berpindah. Sementara Rigel menyoroti soal penerapan game knowledge mereka dari PUBG PC ke PUBG mobile, yang ternyata berhasil memberikan kemenangan kepada tim ini.

Sumber: Dokumentasi Resmi PUBG Mobile
Sumber: Dokumentasi Resmi PUBG Mobile

Universitas Amikom Yogyakarta juara PMCC 2019 mengamankan 239 poin, dan mendapatkan hadiah Rp30 juta. Selanjutnya di posisi kedua ada Universitas Sam Ratulangi Manado mengamankan 154 poin, dan mendapatkan hadiah Rp20 juta. Lalu di posisi ketiga ada Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta mengamankan 136 poin, dan mendapatkan hadiah Rp10 juta.

Selamat bagi Univeristas Amikom Yogyakarta! Semoga kemenangan kalian di PMCC 2019, bisa menjadi batu loncatat untuk meraih prestasi gemilang lainnya di masa depan!

Mengintip Masa Depan Esports PUBG Dari Roadmap 2019 Asia Tenggara

Battle Royale telah menjadi fenomena selama kurang lebih 2 tahun belakangan. Sosok yang memulai tren ini adalah Brendan “PLAYERUNKNOWN” Greene, lewat game Playerunknown’s Battleground (PUBG). Sejak PUBG rilis pertama kali pada tahun 2017, popularitas genre Battle Royale terus meroket, membuat pengembang lain pun ikutan membuat iterasi dari Battle Royale.

Meledak seiring dengan fenomena esports, tak heran jika PUBG juga otomatis menjadi esports. Inisiatif terbesar PUBG dalam hal esports adalah pada tahun 2018, lewat kompetisi PUBG Global Invitational 2018, dan roadmap atau rencana jangka panjang esports PUBG secara internasional. Tidak berhenti sampai sana, baru-baru ini PUBG Corp juga menjelaskan roadmap esports PUBG tahun 2019 untuk Asia Tenggara.

Sumber:
Sumber:

Dalam roadmap ini PUBG Corp menjabarkan jalur dari kompetisi Asia Tenggara menuju ke kompetisi internasional. Dalam roadmap dijelaskan bahwa cara menuju kompetisi internasional adalah lewat SEA Championship 2019, yang akan diselenggarakan 3 kali atau 3 season selama tahun 2019. Tanggal 16-17 Maret 2019 mendatang menjadi PUBG SEA Championship 2019 musim pertama, dilanjut musim kedua pada bulan Juni, lalu musim ketiga pada bulan Oktober.

Setiap musim akan ada 16 tim PUBG dari seluruh Asia Tenggara yang bertanding memperebutkan total hadiah US$50.000 (sekitar Rp700 juta) dan tiket untuk menuju kompetisi PUBG Internasional. Musim pertama ini, PUBG SEA Championship akan memperebutkan tiket untuk bertanding di FACEIT Global Summit: PUBG Classic.

Pada musim pertama PUBG SEA Championship 2019 ini, Indonesia mendapat 3 slot tersendiri. Satu slot dari seeding ada Aerowolf Team 7, tim dari Alex “Entruv” Prawira dan kawan-kawan. Satu slot dari invitation diberikan kepada Aerowolf Team 1, tim dari Ryan “superNayr” Prakasha dan kawan-kawan. Slot terakhir juga berasal dari invitation yang diberikan kepada RRQ, tim dari Muhammad “CoppinLee” Alviansyah dan kawan-kawan.

Sayangnya para pemain PUBG SEA Championship 2019 harus menerima kenyataan pahit, bahwa kompetisi yang seharusnya berjalan akhir pekan kemarin malah batal diselenggarakan. Walaupun PUBG Corp mengumumkan kebatalan ini lewat laman resmi mereka, namun sayangnya mereka tidak menyebutkan alasan kebatalannya.

Sumber:
Sumber: Facebook PUBG.ID.Official

Hal ini memunculkan pertanyaan juga kekhawatiran soal sustainability atau prospek keberlanjutan esports Battle Royale, khususnya PUBG. Tetapi kekhawatiran soal keberlanjutan esports PUBG sebenarnya tidak terbatas pada kasus pembatalan PUBG SEA Championship 2019 saja. Ada beberapa opini seputar kekhawatiran ini, salah satu alasannya datang dari soal cara terbaik agar esports Battle Royale jadi lebih layak ditonton.

Terkait hal ini, saya mencatat setidaknya ada dua faktor penyebab. Pertama adalah soal hubungan antara esensi game Battle Royale dengan tayangan esports yang menghibur. Lalu yang kedua adalah soal teknis, soal cara terbaik dalam menayangkan pertarungan Battle Royale.

Sumber:
Sumber: Twitter @PUBG

Jake Sin, Global Esports Manager PUBG Corp, sempat menjawab hal ini dalam perbincangan dengan Red Bull Esports. Dalam sebuah sesi wawancara, Jake Sin membahas soal kesiapan PUBG Corp dalam menayangkan esports Battle Royale. Mewakili PUBG Corp, dia mengakui bahwa PUBG Corp sebenarnya belum menemukan cara terbaik untuk menayangkan dan memproduksi event esports PUBG.

Tetapi setelahnya ia menjelaskan lebih lanjut soal usaha PUBG Corp demi membuat Battle Royale layak tonton. Pertama-tama soal esensi Battle Royale dan tayangan esports. Inti dari Battle Royale adalah tentang bertahan hidup, maka dari itu pemain sebenarnya cukup amankan rumah, lalu kurung diri saja sampai fase permainan berlanjut.

Namun hal tersebut tentu akan membuat pertandingan jadi membosankan untuk ditonton bukan? Maka dari itu Jake mencoba memilih menampilkan Battle Royale dari sisi yang lain, yaitu mendorong para pemain bertarung untuk menjadi seorang last-man standing dalam kompetisi PUBG.

“Kami mencoba mengatur beberapa hal, seperti meningkatkan jumlah loot senjata, membuat sistem poin yang lebih menguntungkan bagi setiap kill yang diperoleh daripada placement yang didapat, pengaturan circle, dan lain sebagainya” jawab Jake. Alasan perubahan ini menurutnya sudah jelas, permainan pasif cenderung membuat pertandingan PUBG jadi membosankan ketika ditonton. Maka dari itu keadaan diatur sedemikian rupa, agar permainan di tingkat professional jadi berisikan baku tembak yang intensif.

Selanjutnya soal penayangan, penjelasan Jake adalah sebagai berikut “Kami mencoba memperbaiki elemen visual seperti arah lintasan peluru atau arah lemparan granat. Lalu soal penayangan kami juga menyiapkan beberapa observer untuk bersiaga di berbagai area map. Selain itu kami juga mencoba mencampur efek sinematik dengan pergerakan kamera untuk membuat PUBG semakin menarik untuk ditonton” Jake memperjelas kepada Red Bull Esports.

Sumber: Twitter @PUBG
Sumber: Twitter @PUBG

Beberapa hal tersebut sudah dilakukan oleh PUBG Corp dalam beberapa kompetisi mereka belakangan, seperti National PUBG League (NPL), atau gelaran PUBG Asia Invitational 2019 kemarin. Walaupun begitu, jumlah penonton dari esports PUBG tetap tidak bersaing dibandingkan dengan game esports lainnya. Mengutip Esports Charts, jumlah penonton terbanyak pada saat bersamaan dari NPL hanya 20.420 penonton saja; kalah banyak dari penonton streaming Shroud yang bisa mencapai 50 ribuan penonton.

Kalau begitu, apakah ini artinya kita harus khawatir dengan keberlanjutan esports PUBG? Kekhawatiran tentu akan selalu ada di dalam industri esports, mengingat tren game yang dimainkan akan selalu berubah. Mungkin hanya beberapa game saja yang memang cukup tangguh bisa bertahan hampir 10 tahun, seperti genre MOBA lewat Dota 2 dan LoL, atau genre FPS lewat CS:GO.

Seharusnya, PUBG Corp yang sudah berusaha dengan sedemikian rupa, bisa membuahkan hasil yang baik terhadap keberlanjutan esports PUBG. Sejauh ini bisa dibilang PUBG Corp sudah berada di jalur yang benar. Kita hanya bisa berharap mereka bisa terus bertahan, jangan sampai melenceng terlalu jauh dari jalur tersebut.