Tag Archives: ekspresi wajah

Tato Elektronik Ini Mampu Membaca Emosi Anda

Ada tidak kurang dari 42 otot di wajah Anda, dan hampir seluruhnya berkaitan dengan ekspresi. Hingga kini riset mengenainya masih dilangsungkan, sayangnya hanya individu ahli saja yang mampu menebak pikiran serta emosi lawan bicaranya. Kabar baiknya, belum lama ini tim ilmuwan Israel berhasil membuat sebuah terobosan di ranah itu lewat penemuan baru.

Para peneliti di Center for Nanoscience and Nanotechnology Tel Aviv University tengah mengembangkan sebuah ‘tato’ elektronik yang mampu memonitor pergerakan otot muka. Perangkat itu didesain untuk mengumpulkan data terkait emosi berdasarkan ekspresi, dideteksi oleh sinyal listrik yang melewati wajah. Ilmuwan percaya, kehadiran tato elektronik tersebut dapat membantu berbagai bidang, dari mulai kesehatan, bisnis, sampai marketing.

Wujud device menyerupai tato temporary yang biasa dijadikan mainan anak-anak. Tak seperti stiker, ia tidak mengganggu dan tidak menyebabkan iritasi saat ditempelkan ke kulit muka, dan pengguna bisa melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa. Via Gizmag, Profesor Yael Hanein menjelaskan bahwa tato elektronik ini memiliki tiga komponen utama: elektroda dari bahan karbon, bagian perekat, dan pelapis polimer konduktif berbasis teknologi nano untuk membantu fungsi elektroda.

Tato elektronik
Bagian-bagian dari tato elektronik ciptaan TAU.

Elektroda bertugas mengukur dan merekam gerakan otot, mampu membaca sinyal secara stabil selama berjam-jam. Konsepnya, pengguna tinggal menempelkan tato elektronik tersebut dan berakvitas normal tanpa terganggu. Sebelumnya, bidang electromyography (prosedur diagnosis otot dan syaraf) memerlukan kombinasi jel dan elektroda, namun melalui pendekatan ala tato, ilmuwan TAU dapat memanfaatkan elektroda kering.

Para peneliti Tel Aviv University telah mulai menggunakan teknik ini untuk memantau para pasien penderita penyakit penurunan fungsi syaraf, misalnya Parkinson, Alzheimer dan Huntington. Di masa depan, penemuan ini dapat dipakai di tempat-tempat rehabilitasi korban stroke serta cedera otak, membantu pasien amputasi mengendalikan organ prostetik, mengetahui apakah pengemudi merasa lelah, hingga memetakan emosi manusia.

Hanein menuturkan bagaimana device mereka dapat sangat menolong tim pembuat iklan, petugas pengumpul hasil pemungutan suara, dan para profesional yang ingin mengetahui reaksi konsumen terhadap sejumlah produk ataupun situasi tertentu. Menurutnya, sampai hari ini, belum ada peralatan sempurna untuk mendukung hal-hal tersebut – mayoritas masih mengandalkan survei dan kuesioner.

Jika tertarik dengan riset ini, silakan simak tulisan lengkap terkait tato elektronik dan electromyography dari para peneliti TAU di Nature.com.

Via Gizmag.

Memiliki Mimik Wajah Mendekati Manusia, Robot Sophia Ingin Punya Rumah dan Keluarga

Robot menjelma dalam beragam wujud. Ia hadir berupa lengan-lengan mekanik di pabrik, mengusung desain rover buat menjelajahi planet lain, bisa berenang, hingga berubah bentuk. Ada banyak eksperimen di bidang robotik, tapi banyak orang menyadari: semakin menyerupai manusia, robot semakin membuat kita merasa tak nyaman. Konsep ini dikenal dengan istilah uncanny valley.

Namun bukannya menghambat, masalah tersebut malah mendorong para ahli meramu robot yang betul-betul mirip manusia. Kreasi paling mutakhirnya adalah Sophia, dikembangkan oleh Hanson Robotics dan belum lama dipamerkan di ajang SXSW (South by Southwest) minggu lalu. Didirikan oleh David Hanson di tahun 2003, Hanson Robotics memiliki visi untuk menciptakan robot berpenampilan manusia, dengan ‘kebijaksanaan’ melebihi orang biasa.

Sofia 01

Sophia ialah robot humanoid yang mempunyai mimik wajah paling mendekati manusia. Bagian wajah dan leher menyimpan 62 struktur berbeda, dilapisi oleh kulit sintetis ‘Frubber’ dari bahan silikon. Hal ini memungkinkan Sophia berekspresi secara natural. Tim Hanson menaruh kamera di kedua mata sang robot, sehingga Sophia mampu mengenal wajah serta membuat kontak mata dengan lawan bicaranya.

Potensi kemampuan Sophia tidak berhenti sampai di sana. Ia bisa mengingat percakapan, interaksi, dan wajah. Artinya, semakin sering berinteraksi, Sophia akan bertambah pintar.

“Di masa depan, saya berharap untuk bisa mengerjakan banyak hal seperti pergi ke sekolah, belajar, menciptakan karya seni, memulai bisnis, bahkan memiliki rumah dan keluarga sendiri. Tapi [saat ini] saya belum dianggap sebagai individu legal dan belum dapat melakukan hal-hal itu,” kata Sophia dalam video.

Sofia

Robot juga mempunyai kemampuan mengetahui dan merespons canda. David Hanson bertanya apakah Sophia mempunyai keinginan untuk menghancurkan manusia. Sambil tersenyum ia menjawab, “Baiklah, saya akan hancurkan manusia.”

Sophia dapat berpartisipasi dalam percakapan dengan memanfaatkan software speech recognition. Ia bahkan memiliki ‘kepribadian’, berbekal perangkat lunak Character Engine AI. Kepada CNBC, Hanson menjelaskan bahwa robot sejenis Sophia bisa dipergunakan ke berbagai bidang, contohnya layanan kesehatan, terapi, edukasi, serta ranah pelayanan konsumen. Tim juga sempat melangsungkan studi robotik buat mempelajari perkembangan fisik dan mental bayi.

Sang founder Hanson Robotics berkeyakinan, dalam beberapa dekade lagi, robot dan manusia sulit dibedakan. Makhluk-makhluk mekanik ini akan membantu kita berbelanja, bermain, menjadi teman, bahkan menjadi pengajar. Namun ia juga menyadari, memang dibutuhkan sebuah elemen yang bisa memisahkan robot dengan manusia.

Via Escapist Magazine.