Saat ini, hal paling menantang bagi produsen periferal gaming adalah meyakinkan gamer pro untuk menggunakan periferal nirkabel. Alasan mereka tetap berpegang pada teknologi lawas kemungkinan besar tak jauh berbeda: sambungan fisik lebih bisa diandalkan dan peluang adanya interferensi jauh lebih kecil. Namun keadaan pelan-pelan berubah. Sistem wireless mulai dipercaya dan Corsair ialah salah satu nama yang mempionirkannya.
Bahkan sebelum menyuguhkan solusi kustomisasi all-in-one lewat software iCUE, Corsair Components sudah lama menawarkan kapabilitas nirkabel di gaming gear mereka sembari terus mengembangkan teknologinya. Di awal tahun ini, tersingkaplah satu terobosan wireless yang berpeluang merevolusi ranah penyajian periferal komputer. Dan dalam acara Corsair Press Tour 2019 di Jakarta minggu kemarin, perusahaan asal Fremont itu mengungkapnya lebih detail.
Di presentasinya, senior product line manager Corsair Michael Grey menjelaskan bagaimana signifikansi teknologi wireless lambat laun diakui dan bertambah esensial. Namun begitu, ia menyadari ada sejumlah aspek yang perlu diperbaiki jika produsen ingin produk-produk mereka diadopsi lebih banyak konsumen. Langkah ini boleh dikatakan sebagai lanjutan kampanye Unplug and Play tahun lalu yang dimaksudkan buat membebaskan pengguna dari ‘jeratan kabel’.
Agar perangkat berkonektivitas wireless dapat bekerja sebaik varian berkabel, Corsair menetapkan bahwa waktu respons 1-milidetik harus tercapai dan jadi standar. Beberapa nama dapat menyajikannya, tapi memang masih ada banyak kendala yang harus diatasi. Gray mengkungkap tiga kekurangan terbesar dari teknologi nirkabel. Pertama, jangkauannya terbatas; kemudian penggunaan dua receiver berpeluang lebih besar menciptakan gangguan; dan terakhir, bunyi-bunyian di sekitar bisa menyebabkan hilangnya informasi atau memperlambat aliran data.
Slipstream
Melihat eksistensi dari kendala-kendala itu, Corsair menyodorkan solusi lewat terobosan bertajuk Slipstream. Teknologi ini menjanjikan sinyal yang lebih kuat (hingga radius 20-meter), stabilitas terlepas dari banyaknya interferensi via pemanfaatan Intelligent Frequency Shift, serta kecepatan tinggi dalam mengirim data ke unit receiver dengan waktu cuma 0,5-milidetik.
Slipstream merupakan sebuah protokol racikan Corsair sendiri yang didesain agar mampu mengirimkam paket data per bandwidth di satuan milidetik dua kali lebih besar. Rahasia kemampuannya itu ialah Intelligent Frequency Shift, yaitu layer pintar yang berfungsi untuk mengirimkan ulang data jika ada kendala dan menjaganya alirannya tetap optimal. IFS secara terus-menerus melakukan pemindaian demi mencari transmisi terbaik dan paling stabil (di 0,5-milidetik).
Slipstream diklaim mampu menghasilkan sinyal berkekuatan dua setengah kali lebih besar dari teknologi wireless generasi selanjutnya berbekal upgrade pada platform RF, dan diharapkan bisa menjadi jalan keluar bagi mereka yang pernah kecewa dengan performa gaming gear berbasis frekuensi 2,4GHz. Itu berarti di atas kertas, Slipstream menghidangkan kecepatan yang lebih tinggi dibanding teknologi Lightspeed 1-milidetik punya Logitech.
Hal menarik di sini adalah, Corsair memutuskan agar teknologi canggih ini inklusif dan bisa mudah dijangkau oleh lebih banyak konsumen. Buat sekarang, Slipstream bisa ditemukaan di mouse gaming Harpoon RGB Wireless yang saya ulas di Januari kemarin. Dari sisi desain, perangkat ini identik seperti varian standarnya, dan saya sempat penasaran mengapa kehadiran opsi wireless di sana membuat harganya melonjak cukup tinggi. Namun saya juga mengakui istimewanya kinerja mode nirkabel Harpoon RGB Wireless dan kini memahami alasannya.
Ke depannya, Slipstream tak hanya berguna untuk meningkatkan stabilitas koneksi wireless dan menyuguhkan kecepatannya tinggi saja. Corsair sempat menyingkap agenda mereka terkait Slipstream selanjutnya.
Corsair meyakini, Slipstream nantinya juga akan jadi hal esensial di ranah audio, terutama di aspek komunikasi. Saat ini memang ada banyak pilihan headphone dengan output high definition, tapi mayoritas dari mereka dibekali microphone berperforma pas-pasan karena komponen chipset memangkas frekuensi input. Slipstream siap menjawab kendala tersebut berkat dukungan bandwidth dua arah serta sambungan nirkabel berjarak jauh – mencapai 30-meter.
Selain itu, teknologi Slipstream juga memungkinkan satu unit adaptor tersambung ke tiga periferal – sehingga kita bisa menambahkan keyboard dan headset tanpa perlu mencantumkan dongle USB berbeda. Sayangnya, masih terlalu dini untuk membicarakan produk-produk anyar Corsair yang akan mengusungnya…
Tradisi Corsair dan perkenalan anggota keluarga baru
Tentu saja, Corsair Press Tour 2019 bukan cuma mengenai Slipstream. Lewat acara ini, sang produsen meluncurkan beragam aksesori PC baru, di antaranya ada mouse top-end M65 RGB Elite (dibanderol Rp 1,05 juta) dan Ironclaw RGB (Rp 950 ribu), fan & pump head LL120 RGB putih, case PC pintar Crystal 680X RGB (Rp 3,95 juta) serta case mid-tower Carbide 678C (Rp 2,8 juta). Di sana, Corsair tak lupa menghadirkan keyboard khusus hiburan K83 yang mereka perkenalkan beberapa minggu lalu.
Menjawab pertanyaan saya, Michael Grey menyampaikan bahwa K83 Entertainment Keyboard belum dilengkapi teknologi Sliptream karena ia memang tidak membutuhkannya. Berbeda dari sebagian besar papan ketik Corsair, K83 dirancang untuk menjadi pusat kendali segala jenis konten hiburan ‘kasual’. Produk tidak dikhususkan buat gaming walaupun mempunyai thumb stick, sebuah shoulder button dan satu tombol trigger di area kanan.
Corsair Press Tour 2019 juga menandai pelepasan produk-produk khusus streamer buatan Elgato di Indonesia, yang jadi bagian dari perusahaan setelah Corsair mengakuisisinya di pertengahan tahun lalu. HD60 Pro, HD60S, Stream Deck, Cam Link 4K, Key Light sampai Elgato Green Screen rencananya akan hadir di bulan April 2019.
–