Tag Archives: EMTrade

Pandu Sjahrir Investasi Emtrade

Platform Edukasi Saham Emtrade Jalin Kemitraan Strategis dengan Pandu Sjahrir

Bertujuan untuk mengembangkan dan memperluas edukasi kepada investor ritel di Indonesia, Founder & CEO Emtrade Ellen May menjalin kolaborasi strategis dengan Komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI) Pandu Patria Sjahrir. Selain sebagai advisor (penasihat), Pandu juga memiliki peran sebagai pemegang saham minoritas di Emtrade.

Kepada DailySocial.id Ellen menyebutkan, besarnya pengalaman dan wawasan yang dimiliki Pandu menjadi alasan kuat bagi mereka untuk melakukan kerja sama. Sesuai dengan visi dan misi Emtrade yaitu meningkatkan literasi dan inklusi investasi di pasar modal secara lebih berkualitas, bukan hanya kuantitas.

“Emtrade percaya dengan kehadiran Pak Pandu sebagai advisor di Emtrade dapat membawa kami maju lebih jauh lagi.”

Ditambahkan olehnya, kesamaan visi dari Pandu dan dirinya juga menjadi alasan kuat terjalinnya kerja sama strategis ini. Secara khusus Pandu memiliki visi untuk mendukung pertumbuhan investor pasar modal di Indonesia, khususnya dari kalangan ritel. Menurutnya, hal itu perlu dilakukan agar investor ritel mendapatkan literasi dan inklusi keuangan dengan benar.

Lebih lanjut lagi, Ellen mengatakan, pihaknya akan menggunakan dukungan [pendanaan] yang diberikan oleh Pandu untuk melakukan penataan arah bisnis (business direction), mengembangkan teknologi dan automasi, meningkatkan basis pengguna, serta pengembangan model bisnis dari edutech menjadi fintech, sehingga tidak hanya meningkatkan literasi namun juga inklusi.

“Setelah itu kita juga akan meningkatkan user based kita untuk user acquisition yang lebih bagus lagi untuk mendorong inklusi di pasar modal lebih bagus lagi,” kata Ellen.

Tercatat berdasarkan data KSEI per 30 September 2021, jumlah investor pasar modal Indonesia telah mencapai lebih dari 6.287.350 Single Identification Number (SID), termasuk di dalamnya adalah 2,9 juta SID saham. Dari keseluruhan investor pasar modal, 80 persen merupakan investor muda berusia di bawah 40 tahun (generasi milenial dan Gen Z).

Untuk segmen pasar tersebut, berbagai layanan investasi hadir, baik untuk memfasilitasi transaksi maupun edukasi. Untuk layanan edukasi, selain Emtrade, saat ini ada startup lain yang main di segmen sama dengan pendekatan yang berbeda-beda. Misalnya ada aplikasi Ternak Uang dan DigiSaham milik MCASH.

Rencana Emtrade

Didirikan tahun 2019 lalu, sejak dua tahun terakhir perusahaan mencatat telah mengalami peningkatan pengguna. Tercatat saat ini ada sekitar puluhan ribu pengguna aktif di Emtrade. Selain menghadirkan referensi saham pada platform secara transparan dan pengguna dapat melihat hasil studi kasus referensi, baik untung maupun rugi, saat ini Emtrade juga sedang bertransformasi dari aplikasi berbasis edutech menjadi platform fintech robo-advisory.

Setelah sebelumnya telah meluncurkan konten premium sejak tahun 2019, kini Emtrade juga telah meluncurkan konten bebas biaya untuk pengguna. Baru diluncurkan dua bulan lalu, diharapkan konten ini bisa dinikmati oleh mereka yang tertarik belajar lebih banyak tentang saham.

Sementara untuk layanan virtual trading yang rencananya akan meluncur akhir bulan Juni, saat ini masih dalam persiapan. Demikian juga dengan fitur online trading yang memungkinkan pengguna bertransaksi saham di aplikasi. Disinggung siapa mitra Emtrade untuk layanan tersebut, Ellen enggan menjelaskan lebih lanjut karena alasan regulatory.

“Emtrade akan terus berkembang menjadi personalized investment platform yang membuat investasi menjadi mudah dan menyenangkan,” tutup Ellen.

Application Information Will Show Up Here

The Rise of Stock Investors, EMTrade to Transform into Robo Advisory

EMTrade is a digital portal with mission to help new investors learn about stocks. Founded by influencer and stock practitioner Ellen May, the platform is currently transforming from an edu-fintech based application to a robo-advisory platform.

As a Founder & CEO, Ellen said to DailySocial, in the latest EMTrade application update, some automation features have been implemented. For example, to speed up the work process of Q&A services. In addition to the Q&A service, the EMTrade application has other features, including share purchase/sale recommendations, stock analysis, and educational channels.

“We are now recruiting for technology team, both for the back-end and front-end positions. In the future, EMTrade will transform into an end-to-end application to accompany [retail] stock investors in Indonesia,” Ellen said.

He said, there is a fairly specific roadmap for this year development. In the second quarter, a premium content feature will be launched, as well as a virtual trading service in late June to help users do demo trading. Artificial intelligence and machine learning technology will be implemented for stock screening – providing analysis based on user behavior.

“Moreover, we will launch an online trading feature that allows users to transact shares in the application in the fourth quarter. The partners are still undisclosed because it’s still in the finalizing process while waiting for license from OJK,” Ellen added.

Jajaran tim pengembang EMTrade / EMTrade
EMTrade development team / EMTrade

Quoting from Indonesia Stock Exchange, there will be an additional 1.3 million SID (Single Investor Identification) for new capital markets and 590 thousand new SID shares in 2020, an increase of 61% and 134% from the previous year – the highest in the history of the capital market in Indonesia. As of the end of 2021, there were a total of 3.88 SID for the capital market and 1.65 million SID for shares. Ne SID users are usually within the ages of 18 and 40.

Ellen said, this happened due to various factors, including public considerations during a pandemic – interest rates tend to be low, making people look for other alternatives to develop money. The investment mindset is getting popular, people find it easier to compare various application instruments as the medium is everywhere.

In Indonesia, there are several startups working on platforms to facilitate the stock investment process. The two most significant ones are Stockbit and Ajaib. Most recently, Ajaib announced to secure 1.3 trillion Rupiah investment. Both have sub-services to facilitate users to invest in mutual funds.

“Compared to gold, returns in stocks are more attractive. Gold has only risen in the last 1-2 years, previously it was stagnant. Meanwhile, people say the risk is smaller in mutual funds because it has a person to manage the product. However, in the recent cases, there are many problematic mutual funds, it certainly increase the risks. The smallest investment risk is in our control. However, you must willing to learn,” Ellen explained.

However, the attractiveness in gold investment is quite high. There are many digital platforms to facilitate it, from Pluang, Treasury, Indogold, e-mas, etc. – some of them have been integrated with e-commerce applications and popular digital wallets in Indonesia. Other alternatives are emerging with technology media, such as investing in crypto assets, equity crowdfunding, or p2p lending.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
EMTrade

Sambut Peningkatan Investor Saham, EMTrade Tengah Bertransformasi Menjadi “Robo Advisory”

EMTrade merupakan portal digital yang memiliki misi untuk membantu investor pemula mempelajari tentang saham. Didirikan oleh influencer sekaligus praktisi saham Ellen May, saat ini platform tersebut tengah bertransformasi dari aplikasi berbasis edu-fintech menuju platform robo-advisory. 

Kepada DailySocial, Ellen selaku Founder & CEO mengatakan, di pembaruan aplikasi EMTrade terkini beberapa fitur automasi sudah mulai ditanamkan. Misalnya untuk mempercepat proses kerja layanan Q&A. Selain layanan tanya-jawab, sejauh ini aplikasi EMTrade telah memiliki beberapa fitur lain, meliputi rekomendasi pembelian/penjualan saham, analisis saham, dan kanal edukasi.

“Sekarang kami sedang melakukan perekrutan untuk mengisi posisi penting tim teknologi, baik untuk back-end maupun front-end. Karena ke depannya EMTrade akan bertransformasi menjadi aplikasi end-to-end untuk menemani investor saham [ritel] di Indonesia,” ujar Ellen.

Bahkan ia mengatakan, tahun ini sudah ada roadmap yang cukup spesifik untuk pengembangan. Di kuartal kedua nanti, fitur konten premium akan diluncurkan, juga layanan virtual trading di akhir Juni agar dapat membantu pengguna melakukan demo trading. Penerapan teknologi kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin juga akan mulai diaplikasikan untuk stock screening — memberikan analisis berdasarkan behaviour pengguna.

“Kemudian di kuartal keempat kami akan meluncurkan fitur online trading memungkinkan pengguna bertransaksi saham di aplikasi. Untuk mitranya belum bisa kami sebut karena masih dalam perampungan peresmian kerja sama sembari menunggu perolehan izin dari OJK,” imbuh Ellen.

Jajaran tim pengembang EMTrade / EMTrade
Jajaran tim pengembang EMTrade / EMTrade

Mengutip dari data yang disampaikan Bursa Efek Indonesia, di tahun 2020 ada penambahan 1,3 juta SID (Single Investor Identification) baru pasar modal dan 590 ribu SID baru saham, kenaikannya 61% dan 134% dari tahun sebelumnya — tertinggi sepanjang sejarah pasar modal di Indonesia. Per akhir 2021, secara total ada 3,88 SID pasar modal dan 1,65 juta SID saham. SID baru mayoritas digenggam oleh pengguna di rentang usia 18 s/d 40 tahun.

Menurut Ellen, hal ini terjadi karena berbagai faktor, termasuk disebabkan oleh pertimbangan masyarakat saat pandemi — suku bunga cenderung rendah di masa tersebut, membuat orang mencari alternatif lain untuk memutarkan uangnya. Pola pikir untuk berinvestasi juga semakin terbuka, orang lebih mudah membandingkan berbagai instrumen aplikasi karena mediumnya sudah sangat terjangkau.

Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa startup yang menggarap platform untuk memudahkan proses investasi saham. Dua yang paling signifikan adalah Stockbit dan Ajaib. Terbaru, Ajaib mengumumkan perolehan pendanaan dari investor membukukan nilai 1,3 triliun Rupiah. Keduanya juga memiliki sub-layanan untuk memfasilitasi pengguna berinvestasi ke reksa dana.

“Jika dibandingkan emas, return di saham lebih menarik. Emas naik baru sekitar 1-2 tahun terakhir, sebelumnya stagnan. Sementara di reksa dana orang bilang risiko lebih kecil karena ada kokinya (orang yang mengelola). Tapi kalau lihat beberapa kasus terakhir banyak reksa dana bermasalah, bagi saya itu justru menjadikan risikonya tidak kecil. Risiko investasi paling kecil ada di kendali kita. Tapi harus disertai mau belajar,” terang Ellen.

Namun tidak dimungkiri bahwa minat ke investasi emas masih cukup tinggi. Platform digital yang memfasilitasi pun juga cukup banyak, mulai dari Pluang, Treasury, Indogold, e-mas, dll – beberapa dari mereka juga telah terintegrasi dengan aplikasi e-commerce dan dompet digital populer di Indonesia. Alternatif lain juga terus bermunculan memanfaatkan medium teknologi, seperti berinvestasi di aset kripto, equity crowdfunding, atau p2p lending.

Application Information Will Show Up Here