Tag Archives: EOS

Canon EOS R3 Hadir di Indonesia, Titisan EOS-1D X Mark III dengan Continuous Shooting 30 fps

Tahun 2021 ini, Canon hanya merilis satu model kamera mirrorless saja. EOS R3 namanya, kamera mirrorless full frame flagship yang dirancang untuk para fotografer profesional yang mementingkan kecepatan, kualitas gambar tinggi, dan tangguh untuk pengambilan gambar di segala medan. Contohnya seperti fotografi olahraga, margasatwa, dan jurnalisme foto.

Boleh dibilang ia adalah titisan dari kamera DSLR flagship termutakhir dari Canon yakni EOS-1D X Mark III, yang hadir dengan sistem kamera EOS R dan teknologi yang jauh lebih canggih. Beberapa fitur unggulannya antara lain continuous shooting 30 fps, Eye Control AF, Vehicle Priority AF, dan hingga perekaman 6K RAW.

Dalam acara peluncuran virtual bertajuk ‘Built for Speed‘, Canon melalui pt. Datascrip sebagai distributor tunggal produk pencitraan digital Canon di Indonesia, telah menghadirkan EOS R3 yang dibanderol dengan harga Rp117.370.000 untuk body only dan bergaransi 2 tahun dari Datascrip.

Fitur Unggulan Canon EOS R3

Dari segi spesifikasi, Canon EOS R3 mengusung sensor back-illuminated stacked CMOS 24,1MP generasi baru hasil rancangan dan produksi Canon sendiri yang dipadukan dengan prosesor DIGIC X.

Electronic shutter pada kamera ini mampu memotret pada mode continuous shooting hingga 30 fps pada resolusi penuh, dengan autofocus (AF) dan auto exposure(AE) yang tetap aktif. Kecepatan maksimum electronic shutter-nya mencapai angka 1/64.000 detik.

EOS R3 juga dapat mengurangi distorsi rolling shutter, teknologi sensor terbarunya membuat pengguna dapat dengan nyaman tanpa terganggu blackout pada layar. Sementara, kalau menggunakan shutter mekanik, kecepatannya turun menjadi 12 fps dan kecepatan shutter maksimumnya sampai 1/8.000 detik.

Sistem autofocus-nya menggunakan teknologi Dual Pixel CMOS AF II dan EOS R3 menawarkan fitur yang sangat menarik yaitu Eye Control AF. Fitur ini mampu membuat pengguna untuk memilih titik fokus menggunakan gerakan mata melalui electronic viewfinder (EVF).

Sebagai salah satu jurnalis foto yang telah mencoba EOS R3, Mast Irham merasa Canon EOS R3 sangat mendukung dan memudahkan meraih momen terbaik. “Teknologi Eye Control AF ini sangat berguna bagi saya yang membutuhkan titik fokus secara cepat, lebih cepat daripada memindahkan titik fokus melalui tombol di kamera. Kini dengan hanya menggerakan bola mata ke arah subjek yang saya inginkan, titik fokus dapat dengan cepat dan mudah didapat,” ujarnya.

Untuk framing, EOS R3 menyediakan electronic viewfinder dengan panel OLED beresolusi 5,76 juta titik dan didukung refresh rate 120 fps yang memberikan pengalaman memotret yang alami. Pengguna juga bisa leluasa melakukan pengambilan gambar dari berbagai sudut dengan adanya LCD sentuh vari-angle 3,2 inci 4,14 juta titik.

Selain itu, Mast Irham juga sangat terkesan dengan fitur Vehicle Priority AF. Canon terus mengembangkan EOS iTR (Intelligent Tracking & Recognition) AF X dengan teknologi deep-learning. Selain fitur Eye Detection AF dan Animal Detection AF, EOS R3 memiliki fitur baru yang sangat didambakan para penggemar fotografi aksi cepat otomotif yaitu Vehicle Priority AF.

Sistem autofocus pada EOS R3 dapat mendeteksi mobil dan sepeda motor yang bergerak cepat, bahkan untuk fokus yang lebih spesifik pada helm si pengemudi. Kamera ini memiliki deteksi AF hingga EV -7.5 yang sangat membantu pengguna mendapatkan fokus saat membidik di kondisi minim cahaya.

Dengan rentang ISO 100-102.400 yang dapat ditingkatkan hingga 204.800, sensor baru pada kamera ini memiliki kapabilitas untuk memotret pada kondisi minim cahaya tanpa khawatir dengan noise pada ISO tinggi.

Untuk memenuhi kebutuhan video profesional, EOS R3 mampu merekam video dengan format 6K 60p RAW atau 4K 120p 10-bit tanpa crop. Pengguna bisa mendapatkan video 4K 60p yang memiliki kualitas lebih tinggi dengan oversampling dari format 6K. Canon Log 3 dan HDR PQ 10bit 4:2:2 juga tersedia untuk memberikan fleksibilitas dan kemudahan pengguna dalam menyesuaikan berbagai alur kerja pascaproduksi.

Seperti EOS R5 dan R6, EOS R3 juga dilengkapi dengan 5 AXIS In-Body Image Stabilization hingga 5,5 stop dan saat dipasangkan dengan lensa RF yang kompatibel, efektivitasnya bisa mencapai 8 stop. Teknologi IS ini sangat dirasakan manfaatnya oleh Mike Sidharta sebagai fotografer profesional yang telah mencoba EOS R3 untuk Birding Photography.

Kombinasi teknologi Image Stabilization hingga 8 stop dengan lensa RF membuat kamera ini dapat diandalkan dalam pengambilan foto yang membutuhkan stabilisasi tinggi. Canon EOS R3 juga memiliki resolusi 24MP yang makin membuat saya nyaman pada ukuran file yang dihasilkan, termasuk kualitas gambar yang dihasilkan pada ISO tinggi,” ujar Mike.

Selain itu, Mike juga terkesan dengan bodi yang lebih ringkas dan ringan yakni 822 gram (R3) dibanding 1.250 gram (1D X Mark III) tanpa lensa. Sistem kontrol yang familier dan fitur Animal Detection AF sangat membantunya dalam mendeteksi burung.

Untuk penyimpanan, EOS R3 menyediakan dua slot kartu memori CFexpress Type B dan kartu SD. CFexpress Type B ini untuk mendukung mendukung transfer data berkecepatan tinggi hingga 2GB/detik. Dengan media ini pengambilan gambar secara burst hingga ribuan gambar dalam format RAW atau RAW+JPEG secara continuous dapat diwujudkan, serta mampu merekam video 6K RAW berkualitas tinggi.

Demi memastikan efisiensi dan efektivitas saat digunakan, EOS R3 dibekali baterai LP-E19 berkapasitas besar 2700 mAH untuk memastikan pengambilan gambar dalam waktu yang lama. Jika dibutuhkan, baterai juga dapat diisi menggunakan power bank yang mendukung Power Delivery (PD) melalui kabel USB-C yang kompatibel.

samyang-umumkan-lensa-af-85mm-f1-4-untuk-canon-rf-mount

Samyang Umumkan Lensa AF 85mm F1.4 untuk Canon RF mount

Salah satu pertimbangan ketika hendak beralih dari sistem kamera APS-C ke full frame adalah ekosistem lensa dan variasi harganya yang mana jelas Sony unggul. Namun, pendekatan yang dilakukan oleh Canon juga sangat menarik.

Ya, mereka menawarkan versi terjangkau kamera mirrorless EOS R dengan EOS RP yang saat ini dibanderol Rp17.900.000. Membuatnya menjadi kamera mirrorless full frame generasi baru yang paling terjangkau.

Canon juga punya beberapa lensa RF yang harganya lumayan terjangkau yaitu Canon RF 35mm F1.8 IS STM Macro dan Canon RF 24-105mm F4.0-7.1 IS STM. Kini, Samyang telah meluncurkan lensa prime AF 85mm F1.4 dengan Canon RF mount yang juga cukup murah.

Sebelumnya, lensa ini sudah tersedia lebih dulu untuk Sony E-mount. Selain perubahan dudukan lensa, spesifikasi lainnya tidak berubah. Samyang AF 85mm F1.4 terdiri dari 11 elemen dalam 8 grup, termasuk satu elemen Extra-Low Dispersion (ED), empat elemen High Refractive Index (HRI) untuk membantu meminimalkan aberasi kromatik, dan Samyang Ultra Multi Coating (UMC) untuk menghilangkan flare dan ghosting.

Sistem autofocus pada lensa ini digerakkan oleh Dual Linear Sonic Motor (DLSM) Samyang dan di body lensa telah dilengkapi tombol AF/MF untuk beralih dari autofocus ke manual focus dengan cepat. Lensa ini sudah dilengkapi fitur weather-sealing, 9-blade circular aperture, dan ukuran filternya 77mm.

Samyang AF 85mm F1.4 RF dibanderol US$800 atau sekitar Rp11,7 jutaan. Sebagai pembanding, Canon punya RF Mount 85mm F1.2L yang dibanderol US$2700 dan US$3000 untuk versi dengan Defocus Smoothing.

Sumber: PetaPixel

Review Canon EOS M200

[Review] Canon EOS M200, Mirrorless Ringkas dan Mudah Digunakan

Setelah sebelumnya me-review Canon EOS M6 Mark II dan Canon PowerShot G7 X Mark III, kali ini saya akan me-review Canon EOS M200. Kamera mirrorless entry-level penerus EOS M100 ini dibanderol seharga Rp7.975.000.

Dibanding pendahulunya, Canon EOS M200 sanggup merekam video hingga resolusi 4K dan mendukung perekaman video secara vertikal. EOS M200 masih mengandalkan sensor APS-C CMOS 24,1MP, namun kinerja sistem AF Dual Pixel-nya meningkat, punya titik fokus lebih banyak (143 area AF), dilengkapi Eye Detection AF, dan ditenagai prosesor gambar terbaru Digic 8. Berikut cerita review Canon EOS M200 selengkapnya.

Desain dan Build Quality

Desain Canon EOS M200
Desain Canon EOS M200 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Wujud dari Canon EOS M200 serupa dengan pendahulunya, dengan layar 3 inci yang bisa dilipat 180 derajat ke atas dan flash dengan mekanisme pop up. Sangat simpel dengan body ringkas dan kontrol yang mudah.

Kamera ini masih tanpa viewfinder, tak punya hot shoe, maupun port microphone eksternal. Canon hanya sedikit melakukan perubahan, yaitu menata ulang tombol perekam video. Pada M100, tadinya terletak di bagian atas dan kini dipindahkan ke belakang kamera menggantikan tombol WiFi yang berada persis di samping tombol menu.

Bagian Belakang Canon EOS M200
Bagian Belakang Canon EOS M200 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Body-nya yang sangat ringkas dengan dimensi 108x67x35 mm dan berbobot 299 gram, bahkan berpasangan dengan lensa kit 15-45mm F3.5-6.3, tampilan EOS M200 masih terlihat agak ‘kebanting’. Mungkin akan cocok bila dipasangkan dengan lensa pancake EF-M 22mm f/2 STM.

Build quality-nya sendiri sangat baik, kontruksi body utamanya dari logam dengan plastik polikarbonat di beberapa bagian dan terasa sangat solid di genggaman tangan. Sayangnya, EOS M200 ini memang tak memiliki grip sama sekali untuk tangan kita mencengkram kamera.

Untuk atributnya, di sisi atas ada tombol rana bersama satu-satunya dial atau roda kontrol. Lalu, ada tombol power bersama tombol mode pengambilan gambar yang opsinya cuma ada tiga, yaitu mode auto, mode foto, dan video. Serta, flash dengan mekanisme pop up di kiri atas.

Bagian belakang, layar 3 incinya hanya bisa ditarik ke atas sampai 180 derajat yang berguna untuk pemoretan low-angle dan vlogging. Lalu, terdapat tombol menu, tombol perekam video, navigasi empat arah di mana tombol atas untuk exposure compensation atau hapus, bawah untuk info, sisi kanan untuk pengaturan flash, dan kiri untuk AE lock atau FE lock. Di tengahnya ada tombol Quick Controll dan di bawahnya lagi ada tombol playback.

Bagian kanan kosong, port microUSB belum Type-C, micro HDMI, dan sebuah slot SD card berada di sisi kiri. Slot baterai di area bawah, menggunakan jenis LP-E12 yang menurut rating CIPA sanggup menyuguhkan 315 jepretan. Pengisian dayanya masih menggunakan adaptor charger khusus bawaannya.

Sistem Kontrol

Sistem Kontrol Canon EOS M200
Sistem Kontrol Canon EOS M200 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Ya, Canon EOS M200 hanya memiliki satu roda kontrol putar yang secara default berfungsi untuk mengatur shutter speed. Roda ini juga bisa digunakan untuk menyesuaikan aperture dan ISO, opsi tersebut harus dipilih dulu lewat layar sentuhnya.

Di pojok kiri atas, tersedia beragam mode foto. Dari yang standar seperti manual exposure, aperture priority AE, shutter priority AE, dan program AE. Serta, opsi mode otomatis sesuai kondisi tertentu seperti self portrait, smooth skin, landscape, sports, close-up, food, night portrait, dan banyak lagi.

Sistem menu kameranya memang agak ramai, namun Canon telah melengkapi quick menu yang bisa diakses di pojok kanan atas. Di sini kita bisa mendapatkan akses cepat ke sejumlah fitur penting seperti white balance, picture style, creative filters, aspect ratio, AF method, AF operation, metering mode, drive mode, image quality, dan movie rec. size.

Kemampuan Foto

Sensor Kamera Canon EOS M200
Sensor Kamera Canon EOS M200 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Canon EOS M200 mengusung sensor CMOS APS-C 24MP dengan sistem autofocus Dual Pixel dan memiliki titik fokus lebih banyak dari 49 menjadi 143. Lengkap dengan fitur face dan eye detection yang bekerja secara gesit dan konsisten mengunci objek bergerak.

Kamera ini mengandalkan prosesor gambar terbaru Digic 8 yang mengangkat kinerja kamera secara keseluruhan. Sanggup memotret beruntun 6.1fps (4fps dengan AF) dan mendukung perekaman video sampai resolusi 4K.

Terlepas dari desainnya yang simpel dan posisinya sebagai kamera entry-level, tetapi kualitas gambarnya tak perlu diragukan lagi. Hasil bidikan dapat disimpan dalam format JPEG, Raw, atau CRaw dalam pilihan aspek rasio 3:2, 4:3, 16:9, dan 1:1.

Lensa EF-M 55-200mm f/4.5-6.3 IS STM
Lensa EF-M 55-200mm f/4.5-6.3 IS STM | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Untuk awal penggunaan, menurut pengalaman saya lensa kit EF-M 15-45mm F3.5-6.3 IS STM yang setara dengan 24-72mm di 35mm ini sudah cukup mumpuni dan mencakup banyak skenario penggunaan. Pada kesempatan review Canon EOS M200 kali ini saya juga menggunakan lensa EF-M 55-200mm f/4.5-6.3 IS STM yang setara dengan 88-320mm di 35mm, perlu diingat sensor APS-C yang digunakan oleh Canon memiliki crop factor 1,6x.

Lensa zoom telephoto ini memungkinkan kita menangkap objek yang sangat jauh. Namun, saya lebih merekemendasikan Anda memiliki lensa kedua dengan focal lenght tetap (fix lens) seperti Canon EF-M 32mm F1.4 STM, Canon EF-M 28mm F3.5 Macro IS STM, atau trio lensa 16mm, 30mm, dan 56mm F1.4 dari Sigma untuk penggunaan di kondisi low light dan mendapat bokeh cantik.

Kamera ini sudah dilengkapi dengan konektivitas WiFi dan Bluetooth, jadi hasil jepretannya bisa dengan mudah ditransfer ke smartphone lewat aplikasi Canon Camera Connect. Uniknya koneksi Bluetooth pada EOS M200 ini dapat mempertahankan koneksi dengan smartphone bahkan saat kamera dimatikan. Jadi, tidak perlu menghubungkan ulang setiap kali membuka aplikasi.

Kemampuan Video

Kemampuan Video Canon EOS M200
Kemampuan Video Canon EOS M200 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Sistem autofocus Dual Pixel yang dapat diandalkan, lengkap dengan Eye Detection AF dan layar 3 inci yang bisa dilipat 180 derajat menghadap ke depan, tentunya kita bisa membuat setup vlogging yang ringkas dengan Canon EOS M200. Kamera ini juga sudah mendukung video dalam posisi vertikal.

Pasang tripod mini dan untuk audio-nya kita bisa menggunakan clip-on yang terhubung ke aplikasi recorder di smartphone. Apakah repot menggunakan audio terpisah? Tidak sama sekali, bila hasilnya video tersebut diedit menggunakan Adobe Premiere Pro, ada fitur synchronize yang akan otomatis menyamakan ritme suara.

Pada sistem NTSC, kamera dapat merekam video 4K 23,98fps, FHD 29,97fps, FHD 59,94fps, HD 59,94fps, dan slow motion HD 119,9fps. Sementara di sistem PAL, EOS M200 dapat merekam video 4K 25fps, FHD 25fps, FHD 50fps, HD 50fps, dan HD 100fps.

Sayangnya adalah kita harus kompromi dengan crop sebanyak 1,7x saat menggunakan video 4K. Sehingga sulit untuk mendapatkan wide-angle dengan lensa kit. Untuk A-Roll biasanya resolusi FHD memang sudah cukup, opsi lain bisa berinvestasi membeli lensa Canon EF-M 11-22mm f/4-5.6 IS STM.

Verdict

Kemudahan penggunaan merupakan salah satu elemen utama yang ditawarkan oleh Canon EOS M200. Kamera ini memiliki sistem kontrol yang user-friendly dan body ringkas yang sangat mudah untuk dibawa-bawa.

Kamera yang sederhana dan tampil low profile. Namun, sensor CMOS APS-C 24MP di dalamnya memastikan Anda dapat memperoleh foto berkualitas, lengkap dengan kemampuan perekama video 4K.

Kisaran harganya yang hampir mencapai Rp8 juta, membuat posisinya cukup sulit sebagai kamera entry-level. Canon EOS M200 cocok buat Anda yang benar-benar mencari kamera kecil dan kasual, bukan untuk dijadikan sebagai mesin utama untuk membuat konten.

Sparks

  • Sistem kontrol yang mudah
  • Peningkatan sistem AF Dual Pixel dengan Eye Detection 
  • Perekam video 4K
  • Mendukung video vertikal

Slacks

  • Video 4K dengan kompromi crop sebesar 1,7x
  • Belum memiliki port USB Type-C
  • Harga hampir Rp8 juta, posisinya yang sulit sebagai kamera entry-level

 

Kamera DSLR Full Frame Canon EOS 1D X Mark III Masuk Indonesia

Kamera DSLR flagship paling mutakhir dari Canon telah masuk Indonesia. PT Datascrip sebagai distributor tunggal produk pencitraan digital Canon di Tanah Air memasarkan Canon EOS 1D X Mark III (body only) dengan harga Rp110.000.000. Seperti apa kemampuannya?

PSX_20200223_064750

Hands-on Canon EOS 1D X Mark III

PSX_20200223_064947

Pertama ialah kapabilitas burst shooting-nya yang mencapai 20fps dengan autofocus dan auto exposure di live view. Serta, 16fps menggunakan OVF dengan buffer hingga 1.000 gambar lebih dalam format Raw atau Raw + JPEG.

Saat saya coba, suara rana yang dihasilkan sangat ‘mengerikan’ seperti memberondong menggunakan senjata berat (senapan mesin) yang ada di film action. Jadi, lupakan perhitungan shutter count, siklus kerja rana dan cerminnya sendiri sanggup bertahan hingga 500.000.

PSX_20200223_064855

Itu satu dan masih banyak fitur-fitur andalannya, sebelum itu mari berkenalan dulu. Canon EOS 1D X series adalah jajaran kamera DSLR flagship dengan sensor full frame yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan para fotografer profesional seperti fotografi olahraga, satwa liar, jurnalistik, hingga fotografi ekstrem. Generasi pertama dirilis tahun 2011 dan 2016 untuk generasi kedua.

Pada generasi ketiga, intinya adalah sensor CMOS full frame 20.1MP dengan sistem autofocus Dual Pixel dan didukung oleh prosesor Digic X. Prosesor baru ini diklaim mampu menawarkan pemrosesan gambar 3,1x lebih cepat dan kinerja komputasi 380x lebih cepat dibandingkan dengan prosesor dual Digic 6+ yang tertanam pada generasi sebelumnya.

Canon melapisi sensor tersebut dengan lowpass filter 16-point guna memerangi efek moiré, serta untuk latar belakang buram atau bokeh yang lebih alami, dan meningkatkan ketajaman pada area yang fokus. Nilai ISO native maksimumnya mencapai 102.400 dan bisa diperluas hingga 819.200.

PSX_20200223_064921

Saat peluncuran, fitur yang juga ditonjolkan oleh kamera ini ialah sistem tracking AF-nya. Selain ketersediaan face detection dan eye detection, Canon mempersembahkan head detection AF. Bila fitur ini aktif, bahkan bila subjek bergerak cepat, berpaling, dan bahkan mengenakan topi atau helm pun kamera tetap bisa mengunci bagian kepalanya.

Berikutnya kamera ini mendukung format penyimpanan gambar baru 10bit yaitu standar HDR PQ HEIF. Lalu, mendukung perekam video 5,5K Raw 60fps secara internal, video 4K 60fps tanpa crop, slow motion 1080p 120fps, dan dilengkapi Canon C-Log.

Body Tangguh

PSX_20200223_064917

Desain EOS 1D X Mark III ini memang terlihat masih identik dengan pendahulunya. Kamera ini punya double grip dan bobotnya cukup berat mencapai 1.530 gram. Kontruksi body-nya sendiri terbuat dari magnesium alloy yang didesain tahan terhadap debu dan cipratan air.

Baterai yang digunakan berjenis LP-E19 yang menurut rating CIPA mampu menyuguhkan 2.850 foto dengan viewfinder dan 610 dengan mode live view. Kemudian, kamera ini juga dilengkapi dengan dual slot kartu penyimpanan baru disebut CFexpress.

Lalu, terakhir yang tak kalah penting sebagai kamera modern ialah konektivitasnya sudah didukung teknologi SuperSpeed Plus USB (USB 3.1 Gen 2). Lengkap dengan WiFi dengan fungsi FTP untuk kemudahan mentransfer gambar dengan cepat.

[Review] Canon EOS M6 Mark II, Pertama dengan Resolusi 32.5MP

Bentrokan kamera mirrorless full frame di segmen profesional dari sederet produsen kamera papan atas seperti Sony, Canon, Nikon, dan Panasonic menjadi topik yang paling banyak diperbincangkan pada tahun 2019.

Namun, persaingan kamera mirrorless dengan sensor berukuran APS-C juga tak kalah menarik. Tercatat pada tahun lalu, Sony meluncurkan trio A6100, A6400, dan A6600. Fujifilm dengan X-T30, X-A7, dan X-Pro 3. Serta, Canon dengan EOS M200 dan EOS M6 Mark II.

Jajaran mirrorless APS-C ini kini punya kemampuan perekaman video yang sangat baik, kinerja autofocus cepat, dan menawarkan resolusi lebih tinggi. Canon EOS M6 Mark II misalnya, ia mengusung sensor CMOS baru APS-C beresolusi mencapai 32.5MP, lengkap dengan sistem Dual Pixel autofocus yang cekatan, dan perekaman video 4K/30p tanpa crop.

Saya telah memotret dan syuting menggunakan kamera yang dibanderol Rp12.650.000 untuk body only ini selama beberapa pekan. Berikut kesan dan review Canon EOS M6 Mark II selengkapnya.

Desain

Sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih kepada PT. Datascrip selaku distributor produk Canon di Indonesia yang telah meminjamkan Canon EOS M6 Mark II. Unit yang saya review berwarna silver yang berpadu dengan warna hitam, tampil klasik dalam desain modern.

Seperti pendahulunya, EOS M6 II tidak memiliki viewfinder bawaan. Bila membutuhkan jendela bidik, kita bisa memasang aksesori viewfinder opsional yakni Canon EVF-DC2 pada dudukan hot shoe. Sayang tak disertakan dalam paket penjualan dan bila membelinya sendiri harganya cukup mahal.

LCD 3 inci touchscreen yang dibawanya bisa dimiringkan ke atas hingga 180 derajat dan 45 derajat ke bawah. Membuatnya ideal sebagai kamera vlogging untuk para solo content creator yang berjuang membuat konten seorang diri.

Perlu dicatat, posisi hot shoe di tengah akan membuat layar tertutup oleh mikrofon eksternal. Salah satu solusinya bisa menggunakan aksesori cold shoe relocation plate, L plate, atau rig plate yang mungkin nanti bakal tersedia di pasaran.

Soal kontruksi body-nya cukup solid, terbuat dari paduan metal, serta plastik dan lapisan karet di beberapa bagian. Saat berpasangan dengan lensa kit EF-M 15-45mm, dimensi kamera ini terbilang compact. Namun, tetap nyaman saat digunakan berkat ukuran grip-nya yang agak besar.

Dalam pengujian, saya turut menggunakan lensa EF 50mm F1.4 USM (harga baru lensa ini sekitar Rp5 jutaan) dengan mount adapter Canon EF-EOS M ke EOS EF/EF-S. Hasil fotonya benar-benar sangat mengesankan, warnanya cantik dengan background bokeh yang creamy.

Meski begitu, bunyi suara autofocus lensa EF 50mm memang agak kasar dan bakal membuat kamera lebih bongsor. Terus terang saya jadi penasaran, bagaimana hasilnya bila dipasangkan dengan lensa ring merah Canon.

Karena sudah dibekali konektivitas WiFi dan Bluetooth, hasil tangkapan foto mapupun videonya bisa langsung dikirim secara instan ke smartphone melalui aplikasi Canon Camera Connect.

Mengenai daya tahan, baterai LP-E17 yang digunakan mampu melepaskan 305 jepretan sekali charge. Untuk pengisian daya, kita harus melepas baterai dari body kamera dan menggunakan adapter charger khusus. Meski kamera ini sudah dibekali port USB Type-C, tapi saya tidak bisa mengisi daya langsung ke kamera menggunakan charger smartphone.

Sistem Kontrol

Sistem kontrol kamera pada EOS M6 II sangat ramah bagi penggunanya, tombol kontrol fisik lengkap dan sangat intuitif. Untuk mengatur exposure secara manual, di sisi atas terdapat dua roda kontrol untuk menyesuaikan shutter speed dan aperture.

Lalu, kita bisa set roda kontrol navagasi yang berada di depan untuk ISO. Dengan kontrol segitiga exposure ini, bakal sangat memudahkan para penggunanya untuk mengontrol kamera dengan cepat dan tepat.

Selain itu, user interface layar sentuhnya juga mudah dimengerti. Canon melengkapinya dengan quick control yang bisa diakses di pojok kanan atas layar atau tombol kontrol Q Set. Di mana kita bisa dengan mudah mengakses fitur-fitur penting seperti mode autofocus, kualitas gambar, aspek rasio, resolusi video, white balance, hingga picture style.

Satu hal lagi yang sangat saya suka dari kamera Canon ialah mode foto dan videonya memiliki pengaturan terpisah. Bakal sangat berguna bagi yang sering membuat video sekaligus mengambil foto, sebab pengaturan kedua mode tersebut memang berbeda. Misalnya di mode video, saat kondisi cahaya kurang bersahabat kita tidak bisa menekan shutter speed lebih rendah – sebaliknya kita harus meningkatkan ISO untuk mendapatkan exposure yang pas.

Kemampuan Foto

Pengaturan kamera Canon EOS M6 Mark II. Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Pengaturan kamera Canon EOS M6 Mark II. Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Canon EOS M6 Mark II dapat mengambil gambar dengan resolusi maksimal 32MP (6960×4640 piksel) dalam pilihan aspek rasio 3:2, 4:3, 16:9, dan 1:1. File foto bisa disimpan dalam format JPEG, Raw, dan CRaw. Sensor tersebut tetap menggunakan low pass filter yang lebih aman dari efek moire.

Dari banyak foto yang telah saya ambil, satu foto 32MP dalam format JPEG – paling kecil memakan ruang 4MB dan 12MB paling besar. Sementara dalam format Raw, paling kecil memakan ruang 21MB dan 41MB paling besar.

Raw burst mode Canon EOS M6 Mark II. Photo by Lukman Azis/Dailysocial
Raw burst mode Canon EOS M6 Mark II. Photo by Lukman Azis/Dailysocial

Ditenagai prosesor DIGIC 8, kamera ini dapat memotret beruntun 14fps, 30 fps dengan crop pada lebarnya menjadi 88 persen, dan mode Raw burst 30fps hingga 70 frame dengan crop 75 persen yang menghasilkan foto 18MP.

Sejauh ini, sistem Dual Pixel autofocus bekerja cepat meskipun bukan yang tercepat di kelasnya. Ada empat mode area fokus otomatis yang dapat dipilih, Face + Tracking, Spot AF, 1-point AF, dan Zone AF. Fitur face detection dan eye detection juga bekerja cukup baik, terutama untuk foto portrait.

Lensa kit Canon EOS M6 Mark II. Photo by Lukman Azis/Dailysocial
Lensa kit Canon EOS M6 Mark II. Photo by Lukman Azis/Dailysocial

Untuk pilian lensanya, jajaran lensa native EF-M dari Canon memang jumlahnya tidak banyak. Meski sebetulnya sudah cukup lengkap, dari yang terbaru berikut daftarnya:

  • 32mm F1.4 STM
  • 18-150mm F3.5-6.3 IS STM
  • 28mm F3.5 Macro IS STM
  • 15-45mm F3.5-6.3 IS STM
  • 55-200mm f/4.5-6.3 IS STM
  • 11-22mm f/4-5.6 IS STM
  • 18-55mm f/3.5-5.6 IS STM
  • 22mm f/2 STM

Dengan mount adapter Canon EF-EOS M, kita bisa memasangkannya dengan lensa Conon EF/EF-S yang tak hanya variasinya banyak tapi juga dari sisi kualitas optiknya. Opsi lain datang dari Sigma, lensa fix buatannya dari 16mm, 30mm, dan 56mm F1.4 juga tersedia di sistem EOS-M dan harganya cukup terjangkau. Berikut hasil foto dari Canon EOS M6 Mark II:

Perekam Video

Canon EOS M6 Mark II ideal untuk vlogging. Photo by Lukman Azis/Dailysocial
Canon EOS M6 Mark II ideal untuk vlogging. Photo by Lukman Azis/Dailysocial

Selain resolusi kameranya yang meningkat, aspek perekaman video juga mendapatkan update signifikan. Kamera ini mampu merekam video hingga 4K/30p (3840×2160 piksel) full tanpa crop dan sistem Dual Pixel autofocus-nya juga masih bekerja.

Kita memiliki pilihan mode area AF yang sama seperti mode foto dan saat merekam video, kita bisa mengganti titik fokus dengan menyentuh layar dan ada juga opsi untuk beralih dari autofocus ke manual focus atau sebaliknya. Lalu, ada dua opsi electronic image stabilization dua tingkat, tentunya dengan sedikit crop sebagai gantinya.

Pengaturan video Canon EOS M6 Mark II. Photo by Lukman Azis/Dailysocial
Pengaturan video Canon EOS M6 Mark II. Photo by Lukman Azis/Dailysocial

Hal menarik lainnya ialah ketersediaan mode high frame rate 1080p 120fps, di samping opsi 1080p 60fps dan 1080p 30fps. Saat ini belum tersedia 1080p pada 24fps tapi dari yang saya baca-baca bakal tersedia dalam update firmware mendatang.

Fitur video penting lainnya ialah ketersediaan port mikrofon eksternal dan mode HDR video yang sepenuhnya otomatis. Sayangnya dibanding para kompetitor direntang harga yang sama, kamera ini belum dibekali dengan dukungan picture profile untuk fleksibilitas color grading dan tidak memiliki fitur peringatan zebra.

Verdict

Sensor APS-C 32.5MP Canon EOS M6 Mark II. Photo by Lukman Azis/Dailysocial
Sensor APS-C 32.5MP Canon EOS M6 Mark II. Photo by Lukman Azis/Dailysocial

Menurut saya, persaingan kamera mirrorless APS-C pada rentang harga Rp10-20 juta tak kalah panas dengan mirrorless full frame di segmen atas. Sebab, full frame masih bukan untuk semua kalangan karena harga body kamera dan lensanya relatif sangat mahal.

Melihat fitur dan harganya, Canon EOS M6 Mark II bakal bertempur secara kompetitif melawan Sony A6400, Fujifilm X-T30, dan Panasonic Lumix G95 dengan sensor MFT. Meski dalam hal kemampuan perekaman video dan sistem autofocus bukan yang terbaik, tapi unggul pada resolusi sensornya yang mencapai 32.5MP – di mana para pesaingnya masih menawarkan 24MP.

Sparks

  • Kamera mirrorless APS-C Canon pertama dengan 32.5MP
  • Fitur dan harga sangat kompetitif dengan kompetitornya
  • Punya LCD 3 inci touchscreen 180 derajat dan port microphone eksternal yang idal untuk content creator
  • Sistem kontrol fisik intuitif dan lengkap
  • Mampu merekam 4K 30fps tanpa crop dan sistem Dual Pixel AF tetap bekerja
  • Punya mode high frame rate 1080p 120fps

Slacks

  • Tanpa dukungan picture profile
  • Tanpa port headphone untuk memonitor audio
  • Belum punya IBIS
  • Isi daya baterai harus menggunakan adapter khusus

 

Review-Canon-EOS-200D-II

[Review] Canon EOS 200D II, Era Kamera DSRL Belum Berakhir

Lewat sistem EOS R (full frame) dan EOS M (APS-C), Canon tengah fokus menggarap lini kamera mirrorless mereka sambil terus merawat lini DSLR-nya. Transisi dari DSLR ke mirrorless ini memang diperlukan, sejalan dengan perkembangan teknologi.

Belum lama ini, Canon telah me-refresh lini DSLR entry-level mereka dengan EOS 200D mark II. DSLR dengan wujud ringkas nan ringan ini dibanderol dengan harga Rp10 juta di Indonesia.

Ya, pada rentang harga yang sama telah bertengger dengan kokoh kamera mirrorless EOS M50. Di mana dimensinya lebih ringkas dan berpenampilan modern, lalu apa yang ditawarkan dari oleh EOS 200D II ini? Berikut review Canon EOS 200D II selengkapnya.

Desain Canon EOS 200D II

Tampang jadul dengan grip besar dan ‘punuk’ yang menonjol justru memberikan kesan yang mendalam bagi kalangan tertentu. Saya termasuk di dalamnya dan merasakan sensasi nostalgia, saya pun cenderung memotret menggunakan optical viewfinder daripada layar-nya.

EOS 200D II mengemas fitur Live View dengan layar sentuh mekanisme fully articulated, layarnya bisa ditarik keluar dan diputar 180 derajat menghadap ke depan. Lebih leluasa untuk menyusun komposisi dan sangat berguna saat nge-vlog.

Berat kamera ini 654 gram, dengan lensa kit EF-S 18-55mm f/4-5.6 IS STM. Aperture-nya tidak konstan, bukaan maksimalnya f/4 pada panjang fokal 18mm dan f/5.6 pada 55mm.

Untuk build quality-nya, EOS 200D II memilki body dari material yang hampir semua konstruksinya terbuat dari plastik. Harus diakui memang terasa kurang premium, tapi sisi baiknya bobotnya cukup ringan.

Unit yang saya review berwarna silver yang tampil cukup mencolok, dengan grip berwarna coklat. Grip-nya berlapis karet untuk mempererat cengkraman tangan.

Sistem Kontrol Canon EOS 200D II

Dibanding kamera mirrorless seperti EOS M50, desain EOS 200D II memang terkesan ‘ketinggalan zaman’. Menurut saya, hal tersebut justru menjadi keunikan tersendiri.

Bentukan EOS 200D II dengan ukuran grip-nya yang besar membuatnya lebih nyaman dipakai untuk aktivitas memotret dalam durasi lama. Serta, aman bahkan bila memotret menggunakan satu tangan.

Kamera DSLR ini memiliki mode pengambilan foto dan video yang terpisah, bersama tuas untuk menonaktifkan kamera yang terletak pada sisi atas sebelah kanan. Hanya ada satu roda kontrol putar (dial), fungsinya untuk mengatur shutter speed. Namun dengan menekan kombinasi tombol Av, Anda dapat mengatur nilai aperture dengan roda tersebut.

Masih pada sisi atas sebelah kanan, terdapat juga tombol ISO dan DISP yang ukurannya kecil – saya telat menyadari keberadaan mereka. Pada punuk kamera, dihuni oleh hot shoe dan LED flash.

Pada sisi samping kamera dapat ditemui port mikrofon 3.5mm dan mini HDMI. Sayangnya, kamera ini tidak mendukung pengisian daya lewat USB. Jelas hal ini cukup merepotkan karena kita harus bawa-bawa adaptor charger khusus bawaannya.

Pengalaman Menggunakan Canon EOS 200D II

Review-Canon-EOS-200D-II
Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Kamera ini memiliki antarmuka layar sentuh yang simpel dan berbagai mode yang sangat mudah dimengerti. Sangat ideal buat belajar fotografi, Anda bisa mempelajari dari dasar-dasarnya. Terdapat juga mode Full Auto, di mana Anda hanya perlu fokus mengatur komposisi dan menekan tombol rana.

Setelah kamera dihidupkan, optical viewfinder adalah metode standar pemotretan pada EOS 200D II. Anda bisa beralih ke Live View dengan menekan tombol switch yang berada persis disamping kanan viewfinder.

Buat saya, memotret menggunakan optical viewfinder menyuguhkan experience ‘real camera‘ dan juga memakan sedikit daya. Sebagai pembanding, EOS 200D II mampu bertahan hingga 1.070 jepretan per charge menggunakan jendela bidik optik dan hanya 300 jepretan menggunakan Live View.

Kedua pemotretan ini memiliki sistem autofocus yang berbeda. Optical viewfinder memiliki 9 titik yang bekerja sangat cepat, sementara Live View memiliki 3.975 titik fokus.

Kemampuan Foto Canon EOS 200D II

Canon EOS 200D II juga disebut EOS 250D di sejumlah negara, kamera ini mengusung sensor CMOS APS-C beresolusi 24,1MP dengan sistem autofocus Dual Pixel CMOS AF dan prosesor DIGIC 8 baru.

Prosesor DIGIC 8 merupakan pembaruan yang sangat penting di sini. Selain memastikan performa kamera berjalan lancar, ia juga berkontribusi besar atas fitur-fitur yang ditawarkan.

Sebut saja, Eye Detection AF di Live View, kemampuan memotret beruntun 5 fps, perekaman video 4K 25fps, dan battery life yang sangat mengesankan. Rentang ISO yang bisa digunakan cukup luas, dari 100 hingga 25.600 (dapat diperluas hingga 51.200) yang memungkinkan untuk memotret dalam berbagai kondisi pencahayaan.

Saya cukup terkesan dengan fleksibilitas lensa kit Canon EF-S 18-55mm f/4-5.6 IS STM, sudah mencukupi untuk berbagai kegiatan fotografi. Ukuran lensa ini cukup compact, dilengkapi tuas stabilizer dan focus mode. Dukungan image stabilization tentunya sangat berguna saat menggunakan shutter speed rendah untuk menekan nilai ISO agar hasilnya tetap tajam.

Hasil foto JPG-nya sangat mengesankan, ciri khas warna Canon terlihat menyenangkan dipandang. Untuk kualitas optimal, Anda bisa menyimpan foto dalam format Craw untuk fleksibel dalam editing tapi tetap hemat memori.

Untuk pertama kalinya, fitur seperti Creative Assist dan Smooth Skin terbenam dalam EOS DSLR guna membantu menghasilkan efek yang diinginkan. Berkat koneksi nirkabel, kita bisa mengakses hasil foto EOS 200D II dan mengirimkannya secara mudah ke smartphone.

Kamera ini sudah dilengkapi konektivitas Bluetooth dan WiFi, kita bisa menghubungkan kamera dan smartphone lewat aplikasi Canon Camera Connect. Bila perlu, kita bisa mengaturnya agar setiap bidikan langsung di-transfer ke smartphone.

Bagaimana dengan kemampuan perekam videonya? Lumayan, kamera ini mampu merekam video 4K pada 30fps dengan crop 1,7x dan 1080p hingga 60fps. Sudah mencukupi untuk keperluan pembuatan video di YouTube, meski tanpa dukungan picture profile.

Berikut hasil jepretan dari Canon EOS 200D II:

Verdict

Kita telah memasuki era kamera mirrorless, DSLR mulai ditinggalkan. Bukan hanya perkara soal dimensi yang lebih ringkas, tampilan lebih modern, tapi teknologi itu sendiri. Meski begitu, kalau bicara soal kualitas – kamera DSLR masih sangat solid.

Pada segmen entry-level, kamera DSLR mungkin akan sedikit kewalahan menghadapi kamera mirrorless. EOS 200D II sendiri harus berhadapan langsung dengan saudaranya EOS M50, belum lagi sejumlah kompetitor di kelasnya.

Menurut saya, kamera ini sangat ideal buat kalian yang memiliki minat untuk belajar fotografi. EOS 200D II mampu memberikan kualitas foto yang bagus dan lensa bawaannya mencakup banyak kebutuhan fotografi. Soal perekaman video, kualitas video 4K dan port mikrofon 3.5mm juga dimiliki meskipun tanpa dukungan picture profile.

Sparks

  • Prosesor DIGIC 8, kinerja cepat
  • Eye Detection AF di Live View
  • Perekaman video 4K 25fps
  • Layar sentuh dengan mekanisme fully articulated
  • Grip besar dan sistem kontrol mudah
  • Daya tahan baterai panjang menggunakan optical viewfinder
  • Konektivitas nirkabel

Slacks

  • Desain DSLR dengan Punuk besar yang terlihat jadul
  • Body dari material plastik, terasa kurang premium
  • Tidak ada pengisian USB
canon-eos-rp-mirrorless-full-frame-kedua-canon

Canon EOS RP, Mirrorless Full Frame Kedua Canon Harga Lebih Terjangkau

Saat Canon merilis kamera mirrorless full frame perdana mereka pada bulan September 2018 lalu, Canon menegaskan bahwa EOS R baru yang pertama. Sekarang Canon telah mengumumkan EOS RP, kamera mirrorless full frame kedua Canon ini masuk dalam kategori entry-level dan harganya lebih terjangkau.

Sebagai pembanding, EOS R dibanderol US$2.300 atau sekitar Rp32 juta untuk body only. Sementara, body only EOS RP dibanderol US$1.300 atau sekitar Rp18 juta. Semoga saja, saat masuk ke Indonesia harga EOS RP tidak tembus lebih dari Rp20 juta. Harga EOS R di Indonesia sendiri adalah Rp39.999.000 untuk body only.

canon-eos-rp-mirrorless-full-frame-kedua-canon

Bila EOS R ditujukan untuk para fotografer kelas kakap, EOS RP ini dirancang untuk para fotografer pengguna kamera dengan sensor APS-C Canon seperti EOS M, agar beralih ke dunia mirrorless full frame. Lalu, apa perbedaan antara EOS R dan EOS RP?

Spesifikasi Canon EOS R

canon-eos-rp-mirrorless-full-frame-kedua-canon

Canon EOS RP mengusung sensor CMOS full frame 26,2-megapixel, resolusinya sedikit turun dari 30,3-megapixel yang ada pada EOS R. Didukung oleh prosesor gambar Digic 8 yang sama, dengan kecepatan berturut-turut 5 fps (EOS R 8 fps), dan rentang ISO dari 100-40.000 (bisa diperluas menjadi 50-102.400).

Sistem autofocus-nya menggunakan teknologi Dual Pixel AF. Total ada 4.779 titik fokus yang dapat dipilih, yang mencakup 88% bentang vertikal dan 100% bentang horizontal dari frame (EOS R memiliki 5.655 titik fokus).

Soal perekaman video, EOS RP mampu merekam video 4K 24 fps pada bitrate 120 Mbps, dengan kedalaman warna 8-bit untuk perekaman internal dan eksternal. Sebagai pembanding, EOS R dapat merekam video 4K pada 30fps pada 480 Mbps dengan kedalaman warna hingga 10-bit untuk perekam eksternal. Satu lagi, tidak seperti EOS R, EOS RP tidak menawarkan Canon Log.

Desain dan Kontrol

canon-eos-rp-mirrorless-full-frame-kedua-canon

Seperti Canon EOS R, EOS RP menggunakan mount RF baru dan kompatibel dengan banyak pilihan lensa EF dan EF-S Canon lewat adaptor. Namun dimensi EOS RP lebih ringkas yakni 127x97x61 mm, sedangkan EOS R 136x98x84 mm.

Desain keduanya memang terlihat identik dan EOS RP juga masih mengadopsi mekanisme layar fully articulated yang bisa ditarik ke samping dan diputar hingga 180 derajat. Layar pada EOS RP berukuran 3 inci beresolusi 1,04 juta dot, (EOS R 3,2 inci 2,1 juta dot).

Di atas layar, ada electronic viewfinder (EVF) berpanel OLED 0,39 inci dengan resolusi 2,36 juta dot (EOS R 3,69 juta dot). Selain itu, Anda tak akan menemukan panel OLED kecil yang menampilkan sejumlah parameter kamera di pelat atas. Touchbar M-Fn bar andalan EOS R juga absen pada EOS RP.

canon-eos-rp-mirrorless-full-frame-kedua-canon

Seperti EOS R, EOS RP memiliki satu slot SD card UHS-II dan tidak memiliki in-body stabilization. Jadi, akan bergantung pada IS di lensa.

Canon EOS RP mulai beredar di bulan Maret dengan harga US$1.300 atau sekitar Rp18 juta untuk body only, US$1.999 atau sekitar Rp28 juta dengan adaptor lensa EF dan lensa EF 24-105mm IS STM, atau US$2.400 atau sekitar Rp33 juta dengan lensa RF 24-105mm F4 L IS USM.

Sumber: DPreview

Nokia Lumia dengan Kamera ‘Super’ Meluncur Tanggal 11 Juli?

Nokia mengirimkan undangan pada media yang menyebutkan akan mengadakan acara tanggal 11 Juli nanti. Belum ada detail tentang apa yang akan diumumkan di acara kali ini, namun spekulasi yang beredar adalah tentang perangkat baru Lumia dengan kamera ‘super’.

Continue reading Nokia Lumia dengan Kamera ‘Super’ Meluncur Tanggal 11 Juli?