Team Aquila, yang berisikan srikandi esports asal Indonesia, berhasil mendapat pencapaian yang baik dalam gelaran Female Esports League (FSL) Dota 2 Open II. Digelar tanggal 29 – 30 Agustus 2020 lalu, turnamen ini mempertandingkan 16 tim Dota 2 se-Asia Tenggara dengan roster yang berisi pemain perempuan saja.
Dalam turnamen ini, lawan dari Team Aquila juga tidak sembarangan. Salah satu tim bahkan sudah dinaungi oleh organisasi esports asal Filipina yaitu Bren Esports. Turnamen terdiri dari dua babak, babak grup, babak Playoff. Berhasil lolos dari babak grup, Team Aquila akhirnya harus terhenti di babak Semi-Final oleh Bren Esports. Sebelum membahas lebih lanjut cerita Team Aquila di turnamen tersebut, berikut daftar pemain Team Aquilla yang bertanding di gelaran FSL Dota 2 Open II.
Lanni Padmanegara (Skymeo) – Kapten
Dea Aliya Azhar (Catstreak!!!!!)
Felicia Elvina (Kael)
Elvarica N. (Evy Ivory)
Amadea Rista (Shyshyshy)
Tim redaksi Hybrid mewawancarai Lanni Padmanegara, kapten Team Aquila yang juga dikenal sebagai Skymeo. Lanni menceritakan bahwa dirinya memang sudah terjun dunia kompetitif Dota 2 sejak tahun 2016 lalu, lewat liga FSL. “Dulu pertama kali ikut bareng tim NXA Ladies, dan di sana kami berhasil mendapat prestasi. Kalau ditanya bagaimana ceritanya ikut turnamen FSL, ceritanya mungkin bakal panjang, karena aku selalu ikut bertanding di ajang turnamen khusus perempuan yang diadakan secara tahunan tersebut.”
Lanni lalu menceritakan pengalaman mereka selama bertanding di FSL Dota 2 Open II yang diselenggarakan pada akhir pekan lalu tersebut. “Waktu babak grup, kami kesulitan melawan Pacific Pink. Tim tersebut memang konsisten dan hampir enggak pernah ganti roster, jam terbang mereka juga tinggi. Jadi sulit untuk mengimbangi skill dan mekanik mereka. Tapi akhirnya kami lolos babak grup dengan perolehan menang-kalah 2-1.”
“Babak Playoff juga terasa cukup berat sejak pertandingan pertama karena kami sempat kalah di early. Tapi tim kami punya satu tekad untuk tidak mudah menyerah, sehingga akhirnya kami bisa membalikkan kedudukan. Sayangnya kami harus kalah melawan Bren Esports di babak Semi-Final, lagi-lagi karena perbedaan kemampuan individu.” cerita Lanni.
Dalam menghadapi turnamen FSL Dota 2 Open II, Team Aquila diasuh oleh salah satu sosok ternama dari dunia kompetitif Dota 2 Indonesia, yaitu Farand Kowara atau Koala. Tim redaksi Hybrid juga menanyakan komentar dari Koala terkait pendapat, serta pengalamannya melatih Team Aquila. “Sejauh yang gue ketahui, pemain Team Aquila kebanyakan cuma main biasa, bukan main secara kompetitif. Tapi menurut gue, beberapa dari mereka ada yang memang punya potensi bagus, walau belum paham seluk beluk gameplay Dota 2 secara lebih dalam.” Farand memberi pendapatnya soal Team Aquila.
“Melatih mereka sih bisa dibilang gampang-gampang-susah, kurang lebih mirip-mirip seperti melatih pemain pro. Cuma menurut gue, karena mereka bukan pemain dengan jam terbang tinggi, mereka cenderung lebih mudah menerima masukan, sehingga bisa lebih mudah untuk dibentuk. Pada pertandingan kemarin, gue juga merasa mereka kalah dari Bren Esports cuma karena beda jam terbang aja kok.” Cerita Farand melatih Team Aquila
Lanni lalu menceritakan sedikit pengalamannya bertanding di FSL. “Pengalaman selama bertahun-tahun main di FSL sih banyak sekali suka dan duka. Tapi aku senang sekali jadi punya banyak teman dari sana, terutama sesama perempuan yang ternyata suka kompetisi juga. Dari sana aku juga ketemu sama Dea Aliya Adzar, yang sudah jadi berteman selama 5 tahun, dan selalu satu tim denganku.
Menutup perbincangan, Lanni mengutarakan harapannya. “Pengennya sih terus bertanding di dunia kompetitif Dota kalau memang masih ada kesempatan. Keinginan kompetisi tersebut mungkin jadi semacam ambisi pribadi, soalnya aku masih penasaran ingin mencicipi rasanya jadi juara satu… Hihi. Selain itu aku juga berharap cerita dan pencapaianku bisa menjadi inspirasi untuk female gamers lain, terutama yang punya ambisi di dunia kompetitif. Satu hal yang pasti, jangan cepat menyerah ya!”
Sekali lagi selamat untuk Team Aquilla atas pencapaian yang berhasil diraih dalam turnamen FSL Dota 2 Open II!
ThePrime Esports kembali mengumumkan divisi Dota 2 pada tanggal 1 Agustus 2020 lalu. ThePrime Esports jadi organisasi esports yang kerap mengalami pasang surut pada divisi Dota 2 miliknya. Organisasi berjulukan #PasukanUler ini sempat melepas divisi Dota 2 pada April 2019. Mereka sempat kembali lagi pada Juli 2020, walau akhirnya harus kembali vakum beberapa waktu setelahnya.
Kini ThePrime Esports kembali lagi ke dalam skena Dota 2, dengan membawa line-up kombinasiantara pemain lama dengan talenta muda nan segar. Roster Dota 2 terbaru ThePrime Esports beranggotakan Rusman, Azura, Mydearest (dulu dikenal sebagai BARBIEUsagi), Juju, dan Varizh. Mengingat skena Dota 2 yang mulai ditinggal banyak organisasi esports lokal, pengumuman ini memunculkan pertanyaan, mengapa ThePrime Esports memutuskan untuk kembali ke skena Dota 2 lagi?
Anton Sarwono, General Manager ThePrime Esports menjawab beberapa faktor seputar hal ini. Anton menjawab, bahwa salah satunya adalah soal skena Dota 2 yang sebenarnya tidak bisa dibilang sepenuhnya mati.
Memang, turnamen Dota 2 di Indonesia sudah mulai sulit, tapi di SEA? Anda mungkin melihat sendiri bagaimana jadwal tanding BOOM Esports padat selama pandemi, karena ada banyak turnamen online hadir mengisi kekosongan. “Saya akui, skena Dota 2 sudah tidak jadi primadona lagi di Indonesia. Menariknya, skena Dota 2 justru tetap konsisten dan stabil di Asia Tenggara, berkat banyaknya sokongan dari pihak ketiga. Hal ini, jadi salah satu alasan kenapa kami kembali membentuk tim Dota 2.” Jawab Anton kepada Hybrid
Selain itu, soal potensi roster juga jadi alasan lain ThePrime Esports kembali membuat divisi Dota 2. “Menurut saya line-up kami sekarang berisikan pemain yang bisa bersaing di kompetisi tingkat Asia Tenggara. Jadi kami bukan sekadar sembarang ambil pemain agar dapat memiliki divisi Dota 2. Pemain-pemain ini sudah tidak diragukan lagi secara skill Individu. Tinggal membentuk chemistry tim, dan memperbaiki kekurangan-kekurangan lainnya.”
Anton juga menceritakan, ada alasan sentimentil di balik kembalinya divisi Dota 2 ThePrime Esports. “Bagaimanapun, ThePrime lahir dan besar dari Dota 2. Jadi kembalinya divisi ini bisa dibilang sebagai usaha kami mencoba (lagi) membesarkan skena game yang telah melahirkan tim kami.”
Terkait pengumuman tersebut, Anton lalu menyatakan harapan atas kembalinya ThePrime Esports ke skena Dota 2. “Harapannya roster ini bisa jadi penantang keras baru di kompetitif Dota 2, terutama di Asia Tenggara. Kita akan ‘menemani’ tim Dota 2 Indonesia lain seperti BOOM Esports dan Army Geniuses. Target awal kami nggak muluk-muluk dulu, yang pasti mengejar untuk bisa mendapatkan posisi sebagai tim tier 1 Asia Tenggara dulu. Setelah itu, baru kami melanjutkan ke target berikutnya.”
Pertandingan ESL One Thailand 2020 SEA Open Qualifier akan menjadi debut perdana bagi Varizh dan kawan-kawan barunya di ThePrime Esports. Mari kita doakan agar ThePrime Esports bisa mendapatkan prestasi yang terbaik, dan membanggakan Indonesia di skena Dota 2 Asia Tenggara maupun internasional.
Divisi Dota 2 dari organisasi esports asal Korea Selatan, T1, mengumumkan dua pemain terbarunya, yaitu Galvin Kang Jian Wen (Meracle) dan Wilson Koh Chin (Poloson). Dua pemain ini datang menggantikan Dominik Reitmeier (Black^) dan Yixuan Guo (Xuan) yang meninggalkan T1 pada Maret 2020 lalu.
Belakangan, T1 memang sedang mengalami masa suram, karena minimnya prestasi yang mereka dapatkan. Berkali-kali mereka terhenti di babak semi-final dari beberapa kompetisi dan bahkan terhenti di fase awal kompetisi.
Maka dari itu, penambahan dua pemain terbilang menjadi keputusan yang bijak bagi T1. Alih-alih merombak roster secara keseluruhan, manajemen T1 memilih untuk tetap mempertahankan inti dari roster T1, yaitu Lee Sang-Don (Forev), Muhammad Rizky (InYourDream), dan Tri Kuncoro (Jhocam).
Tak hanya itu jajaran pelatih juga tetap dipertahankan di dalam tim ini. T1 sendiri menggunakan Choi Byoung-hoon (cCarter) sebagai pelatih divisi Dota. Pelatih ini sempat menjadi sorotan ketika ditugaskan untuk melatih divisi Dota 2, karena pengalamannya membawa Faker dan kawan-kawan memenangkan 3 kali gelar juara dunia League of Legends. Ia melatih bersama dengan Pyo No-a (MP) dan Nicholas Lim (xFreedom), untuk membawa divisi Dota T1 menuju kemenangan gemilang layaknya roster SKT T1 terdahulu.
Meracle dan Poloson yang dibawa ke dalam tim juga bukan pemain sembarangan. Sebelum T1, keduanya sempat bermain untuk tim bernama Alpha x Hashtag dari Agustus hingga Desember 2019, sampai pada akhirnya mereka berdua dilepas. Meracle dan Poloson telah lama bermain bersama mulai dari First Departure, Scythe Gaming, sampai Resurgence, selama kurang lebih 10 tahun karir mereka di Dota.
Roster baru T1 ini harusnya menjadi lebih lengkap. Forev selaku kapten tim juga memiliki pengalaman jam terbang yang sangat tinggi, dan sudah bermain untuk berbagai tim, region, juga kompetisi. Pengalaman tersebut dipadukan dengan bakat muda dari Indonesia, yaitu InYourDream dan Jhocam, dua pemain yang belakangan menunjukkan potensinya ke skena Dota internasional.
Kira-kira, dengan penambahan roster baru ini, akankah T1 bisa selamat dari rentetan hasil buruk yang mereka dapatkan? Semoga saja ini bisa membuat performa permainan T1 berangsung membaik dan mendapatkan prestasi.
Seiring dengan masa karantina virus corona (COVID-19), banyak gelaran esports yang ditunda atau bahkan dibatalkan. Dari sisi pertandingan Dota 2, salah satu gelaran terbesar yang ditunda adalah ESL Los Angeles, yang merupakan gelaran Major. Demikian juga dengan gelaran Major dan Minor lainnya, EPICENTER Major dan DotaPit Minor. Meski sisa turnamen DPC dibatalkan oleh Valve langsung, hal ini tidak mengurungkan niat WePlay! untuk menggelar turnamen mereka sendiri.
Baru baru ini, WePlay! Salah satu Tournament Organizer Dota mengumumkan akan menyelenggarakan WeSave! Sebagai bentuk kooperasi dengan masa karantina virus corona, maka dari itu gelaran WeSave! akan diselenggarakan sepenuhnya secara online, dengan jadwal berlangsung mulai dari 20 hingga 26 Maret mendatang.
We are proud to announce that we will take part in the WeSave! Charity Play online tournament.
All proceeds including the $120,000 prize pool will be used to fight the Coronavirus.
Kompetisi ini diikuti oleh empat tim dari masing-masing regional terbesar skena kompetitif Dota 2, yaitu Tiongkok, Asia Tenggara, Eropa, CIS, Amerika Utara, dan Amerika Selatan. Bertajuk WeSave! kompetisi ini merupakan laga amal sebagai bentuk kepedulian komunitas Dota 2 terhadap kasus penyebaran virus corona.
Menghadirkan total hadiah US$120.000 (Rp1,8 miliar), uang tersebut nantinya akan dibagi menjadi US$20.000 (sekitar Rp307 juta) untuk masing-masing regional, dan akan didonasikan untuk membantu melawan kasus penyebaran virus corona. Jumlah tersebut masih bisa bertambah, seiring dengan masuknya sponsor ataupun donasi yang dilakukan sebelum atau selama kompetisi berlangsung.
Berikut adalah tim peserta kompetisi WeSave! yang dibagi ke dalam enam regional.
Tiongkok
Invictus Gaming
EHOME
TBD
TBD
Asia Tenggara
TNC Predator
BOOM Esports
Geek Fam
TBD
Eropa
OG
Team Liquid
Nigma
Team Secret
CIS
Natus Vincere
Virtus.Pro
HellRaisers
TBD
Amerika Utara
Business Associates
CR4ZY
TBD
TBD
Amerika Selatan
FURIA Esports
Beastcoast
Thunder Predator
No Ping Esports
Untuk saat ini, belum ada informas lebih lanjut, terutama informasi terkait charity yang dilakukan juga cara melakukan donasi terhadap acara tersebut.
Bukan pertama kalinya komunitas gaming menunjukkan kepeduliannya dalam melawan virus corona. Sebelumnya Tencent, Team Liquid, dan banyak pelaku esports juga menunjukkan kepedulian yang sama dengan melakukan berbagai kegiatan. Semoga saja hal ini dapat membantu mereka yang membutuhkan dan bisa membantu agar kasus pandemi virus corona dapat segera mereda.
Nama Alter Ego mungkin sudah cukup lama malang melintang di dunia esports, tetapi sebagian dari Anda bisa jadi belum terlalu kenal dengan organisasi yang satu ini. Kali ini, Hybrid akan mencoba membahas tim yang satu ini. Namun, kita akan membahas Alter Ego dari sisi divisi Dota mereka yang sedang bertanding di ESL Indonesia Championship Season 2.
Sebelum membahasnya lebih lanjut, mari kita lihat sepak terjang divisi Dota Alter Ego di ESL Indonesia Championship Season 2. Jika dibahas secara performa, tim ini adalah salah satu tim papan tengah yang cukup kuat.
Saat ini, mereka menempati posisi ketiga dengan perolehan sebesar 27 poin, dan hanya terpaut 3 poin dari tim peringkat 2, EVOS Esports. Tim ini memiliki performa yang cukup stabil. Hasil-hasil pertandingan dari Alter Ego kerap kali sesuai dengan apa yang diharapkan.
Performa stabil ini bisa dibilang didapatkan berkat kehadiran salah satu pemain senior di kancah kompetitif Dota, Farand “Koala” Kowara, ke dalam tim. Hal ini juga diakui sendiri oleh Ramzi “Ramz” Bayhaki, midlaner tim Dota Alter Ego.
Menurutnya sosok Koala betul-betul seperti menjadi penengah bagi tim. Peran Koala saat ini sangat membantu kawan-kawan Alter Ego baik dari sisi in-game maupun out-game.
“Dari out-game sendiri Koala banyak bantu ketika team meeting. Jadi sebelum bermain biasanya kita bahas strategi dan segala macam. Terus juga bantu memberi insight kalau lagi bahas replay segala macam. Kalau di luar teknis, Koala juga sering bantu menengahi tim kalau lagi konflik, menyemangati tim kalau lagi kalah. Hal-hal itu betul-betul sangat membantu bagi tim kami untuk berkembang lebih.” ujar Ramzi.
Kendati demikian, bukan berarti Alter Ego sudah puas hanya dengan kehadiran Koala saja. “Buat roster yang sekarang, menurut saya hanya butuh waktu latihan yang cukup buat bersaing dengan tim-tim papan atas Indonesia, kurang lebih sih begitu.” Ramzi melanjutkan
Dota 2 sendiri yang bisa dibilang menjadi akar bagi organisasi esports yang satu ini. Menariknya, terbentuknya Alter Ego justru berawal dari ketidaksengajaan. Indra “DRA” Hadiyanto, Co-Founder & COO Alter Egomenceritakan terbentuknya Alter Ego kepada redaksi Hybrid. Awal mula Alter Ego adalah dari tim The Watcher, sebuah tim yang berisikan: Spaceman, Feuru, KelThuzard, Ars, dan Huppey.
Potensi mereka terlihat saat mereka bertanding di salah satu kompetisi dan berhasil menjadi juara. Merasa ada peluang, akhirnya pada roster ini diakuisisi dan mereka maju dengan membawa nama Alter Ego pada Januari 2017.
“Berselang kurang lebih dua bulan, tim ini berhasil menunjukkan potensinya. Dapat peringkat 3 di Acer Predator League 2017 dan juga menjadi runner-up di kualifikasi Indonesia untuk GESC Indonesia Minor 2018.” Indra menceritakan.
Dota 2 menjadi game pertama yang dilirik oleh Alter Ego, karena Dota yang kala itu memang sedang berjaya di ekosistem esports Indonesia. “Apalagi ketika itu kami melihat KelThuzard, SpaceMan dan kawan-kawan yang memang pemain berbakat.” Tambah Indra, memperkuat alasannya mengambil tim Dota 2 sebagai divisi pertama Alter Ego.
Mengikuti perkembangan zaman, kini Alter Ego berkembang menjadi organisasi esports multi-divisi. Saat ini, sudah ada total 8 divisi Alter Ego, yaitu: Dota 2, MLBB, Point Blank, Fortnite, PUBG Mobile, Tekken 7, Free Fire, dan Apex Legends.
Indra juga sempat cerita soal tantangan mengelola tim Dota, terutama di masa ini, ketika tren esports Indonesia mulai beralih ke arah mobile games. “Untuk sampai saat ini, yang terberat masihlah dalam membentuk tim solid tanpa harus ganti-ganti roster.” ujar Indra.
Memang, roster shuffle masih jadi momok bagi sebuah organisasi esports. Dalam scene Dota internasional, roster shuffle bahkan sudah dianggap lumrah, terutama setelah gelaran dota Dota 2 The International selesai digelar. Padahal OG sudah mencontohkan perjuangan mempertahankan roster, yang berbuah dua trofi Aegis of Champion. Nyatanya mempertahankan roster tetap menjadi hal yang lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.
Terkait tren Dota sebagai esports yang sudah menurun, Ramzi juga terbilang tak terlalu mendengarkan opini-opini tersebut. “Gue sih nggak terlalu peduli dengan hal itu, karena gue cinta sama game Dota itu sendiri.” Ramzi mengatakan.
Lanjut soal tantangan di kancah kompetitifnya tersendiri, Indra terbilang masih mencari cara yang tepat untuk bisa menumbangkan BOOM.ID di kompetisi lokal. Ramzi juga turut mengakui hal ini, tapi lebih ke arah mencoba melakukan intropeksi terhadap posisi tim Alter Ego itu sendiri apda saat ini. “Menurut gue, hal yang harus dihadapi oleh tim Alter Ego untuk saat ini adalah kenyataan bahwa posisi kami masih jauh buat bersaing sama tim Indonesia lainnya.” Ramzi menjelaskan.
Menariknya, scene Indonesia justru bukan menjadi tujuan bagi Ramzi untuk saat ini. “Gue sih nggak terlalu mikirin harus mengalahkan tim Indonesia tertentu, lebih mikirin gimana bisa compete di scene SEA aja. Jadi kita fokus untuk lebih giat lagi dalam segi latihan. Nanti bertahap, kalau di SEA kita udah bisa compete, lanjut ke tahap berikutnya. Bisa sampai tahap minor atau major gue anggap sebagai bonus atau rejeki aja.”
Lalu berlanjut membahas tim peserta ESL Indonesia Championship Season 2 ini, Ramzi juga memberikan beberapa pendapatnya. Untuk tim terkuat, tentunya tak lain dan tak bukan adalah BOOM.ID. Menariknya, menurut Ramzi, kehadiran Muhammad “InYourDream” Rizky bukan merupakan hal yang besar bagi tim ini.
“Menurut gue BOOM.ID sebetulnya udah cukup kuat dengan Jhocam dulu ya. Apakah kehadiran IYD akan membuat BOOM.ID jadi lebih kuat atau sama aja? Kita lihat saja nanti deh……hahaha.” ujar Ramzi sembari sedikit bercanda.
Lalu kalau tim yang paling potensial, Ramzi berpendapat bahwa setidaknya ada dua tim, yaitu EVOS dan PG.Barracx. “Kalau PG.Barracx bisa kita lihat mereka bisa lolos ke SEA Games untuk mewakili Indonesia. Sementara untuk EVOS, menurut gue lebih soal pengalaman bermain ya. Apalagi roster mereka saat ini juga jadi cukup kuat dengan kehadiran Carry asal Laos (Jaccky).”
Terakhir, ia juga memberi pendapat terhadap tim yang sebetulnya kuat di atas kertas, namun masih belum bisa menunjukkan performa sesungguhnya. Tim tersebut adalah PG.Orca. Menurutnya, tim tersebut adalah tim yang performanya masih naik-turun sejauh ini. “Menurut gue kurangnya PG.Orca adalah dari sisi carry-nya. Mungkin karena mereka masih muda, jadi ya cukup wajar juga. Tapi mereka nggak perlu banyak khawatir, karena masih punya banyak waktu untuk berkembang menurut gue.”
Untuk saat ini, Alter Ego kembali menyajikan roster yang cukup menjanjikan. Berikut daftar pemain divisi Dota 2 Alter Ego untuk ESL Indonesia Championship Season 2:
Brizio “Hyde-“ Adiputra
Rudy “MyDearest” Lucky (dulu bernama Barbie-Usagi)
Farand “Koala” Kowara
Michael “KelThuzard” Samsir
Ramzi “Ramz” bayhaki
Selain dari Ramzi dan Koala, KelThuzard sendiri juga merupakan salah satu nama yang sudah cukup lama malang melintang di kancah kompetitif Dota. Tetapi bagamana dengan MyDearest dan Hyde-? Mereka sendiri ternyata sudah ada di tim Alter Ego selama satu musim belakangan.
Sebelumnya mereka bermain untuk tim Pandora pada tahun lalu. Ramzi juga membagikan sedikit pendapatnya soal dua pemain ini “Kalau in-game, yang gue suka mereka selalu fokus dan punya mental haus akan kemenangan. Out-game-nya mereka gampang bergaul dan juga anak yang asik sih.”
Terakhir, Indra juga menyampaikan komentarnya seputar ESL Indonesia Championship Season 2. “Harapannya sih event ini jadi sesuatu yang rutin. Karena sebenarnya dari TI 9 kemarin, kita bisa lihat bahwa Dota masih punya penggemarnya tersendiri.
Saat ini Alter Ego masih sedang berjuang di Week 7 gelaran ESL Indonesia Championship Season 2. Dengan poin yang diperoleh, Alter Ego sudah hampir bisa dipastikan lolos ke jenjang berikutnya, yaitu ESL Clash of Nations Bangkok 2019 (25-27 Oktober 2019).
Akankah Alter Ego mencapai tujuannya menjadi tim yang dipandang di tingkat Asia Tenggara? Semoga ajang ESL Clash of Nations bisa menjadi pembuktikan bagi Ramzi, Koala dan kawan-kawan.
Setelah MDL Disneyland selesai diselenggarakan pekan lalu, pertandingan Major akan kembali hadir dalam waktu dekat. Pekan ini, adalah kualifikasi Epicenter Major yang sedang terselenggara. Gelaran utama Epicenter Major sendiri akan dilaksanakan pada 22-30 Juni 2019 mendatang, tetapi fase kualifikasi sudah terselenggara sejak 16 Mei 2019 kemarin.
Dalam gelaran ini, BOOM.ID kembali menjadi salah satu peserta, diundang bertanding ke dalam fase closedqualification Epicenter Major. Selain BOOM.ID, ada juga EVOS yang dipunggawai oleh Muhammad “InYourDream” Rizky dan kawan-kawan. Kualifikasi terbagi ke dalam dua fase, fase grup dan fase bracket.
Pada fase grup, penampilan BOOM.ID terbilang cukup kuat. Dengan pertandingan best of 1 round robin, BOOM.ID bisa dengan mudahnya menyantap hampir semua tim peserta lainnya. Tim yang punya nama di kancah SEA seperti Geek Fam, Mineski, dan WG.Unity, bisa dikalahkan dengan cukup mudahnya.
Namun sayang, lagi-lagi BOOM.ID masih tergelincir ketika harus melawan Fnatic dan juga TNC Predator. Kedua tim tersebut memang masih menjadi batu sandungan terbesar bagi BOOM.ID ketika bertanding di tingkat Asia Tenggara. TNC Predator selaku pemuncak klasemen sudah langsung lolos ke Epicenter Major, sementara BOOM.ID harus melanjutkan pertandingan.
Tersisa satu slot lagi, BOOM.ID harus bertanding dalam fase bracket bersama 4 tim lainnya. Ada Fnatic, Geek Fam, dan Power of MYSG+AU yang berisikan Chan “WinteR” Litt Binn dan kawan-kawan. Sejauh ini, performa permainan BOOM.ID mengalami peningkatan yang cukup positif. Terakhir kali, pada OGA Dota PIT Minor, Randy “Dreamocel” Saputra dan kawan-kawan berhasil lolos sampai fase bracket. Mereka berhasil kalahkan beberapa tim besar seperti EHOME dan juga Ninja in Pyjamas.
Dalam wawancara bersama vpesports, Dreamocel mengatakan, salah satu alasan peningkatan performa ini adalah karena kehadiran sports psychologist yang membantu mereka. Aspek psikologi sebenarnya memang merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan oleh seorang atlet esports. Saya sempat berbincang dengan Yohannes Paragian, VP Esports tim EVOS Esports, membahas soal aspek psikologi dari seorang atlet esports yang kerap terlupakan oleh sebuah organisasi esports. Ini tentu adalah sebuah kemajuan, melihat BOOM.ID atau EVOS yang akan merekrut sports psychologist, demi menajamkan mental para atlet-atlet esports Indonesia.
Satu hal yang juga saya penasaran adalah, bagaimana cara kerja sosok sports psychologist ini di dalam sebuah tim? Brando Oloan, manajer tim Dota 2 BOOM.ID menceritakan secara singkat soal peran yang satu ini. “Untuk performa tim, psikolog berguna untuk memberi kita perspektif yang objektif, karena sang psikolog yang sifatnya adalah sebagai observer. Kalau curhat satu sama lain, kadang jadinya malah subjektif. Kehadiran psikolog membantu menyamakan pikiran, mengarahkan para pemain agar berpikir bahwa ‘we’re on the same boat’.”
“Kalau cara kerjanya, kurang lebih sih konsultasi, diskusi, dan sharing-sharing aja.” Kata Brando menceritakan cara kerja sports psychologist di dalam tim mereka. Terkait peluang lolos, Brando cukup yakin bahwa mereka bisa lolos dalam kualifikasi yang satu ini. “Gue yakin sama kinerja anak-anak sekarang, jadi gue yakit kita bisa lolos ke major, Amin!”
Kualifikasi major berlangsung pada siang hari ini. Jika ingin menyaksikannya, Anda bisa langsung pergi ke kanal Twitch resmi Epicenter. BOOM.ID akan melawan Power of MYSG+AU, lalu setelahnya akan melawan Fnatic jika menang, atau Geek Fam jika kalah dan tergelincir ke lower bracket.
Invasi mobile esports yang semakin agresif di Indonesia, mau tak mau membuat esports game PC kini jadi semakin terpojok. Apalagi juga mengingat perhatian pengembang game esports PC cenderung minim terhadap pasar Asia Tenggara, yang beda jauh jika dibandingkan dengan Moonton, yang sangat mendukung perkembangan sceneesports Mobile Legends di Indonesia.
Kendati kancah lokal esports game PC yang kini sedang meredup, namun game seperti Dota tetap memiliki khalayaknya tersendiri kancah internasional. Berangkat dari hal tersebut, Digital Alliance bersama dengan INDOESPORTS menyelenggarakan Dota 2 INDOESPORTS League x DA Arena.
Memperebutkan total hadiah sebesar Rp20 juta, kompetisi ini diselenggarakan dengan maksud untuk mencari talenta baru di kancah Dota Indonesia yang kini sudah semakin sedikit. Soal regenerasi pemain Dota 2 di Indonesia ini memang menjadi satu masalah yang sudah mencapai tingkat meresahkan.
Rex Regum Qeon dan The Prime NND, dua organisasi esports yang tumbuh besar berkat Dota 2, baru-baru ini malah membubarkan divisi Dota 2 milik mereka. Keduanya punya alasan yang sama, kesulitan mencari pemain baru untuk mengisi kekosongan bangku roster mereka. Anton, General Manager ThePrime Esports juga turut menceritakan hal tersebut. Ia mengatakan, kalaupun ada, pemain berbakat tersebut biasanya masih sedang sekolah atau kuliah di daerah masing-masing.
Hybrid juga sempat membahas soal regenerasi pemain, yang memang sudah cukup lama menjadi masalah. Dalam pembahasan tersebut, Yabes Elia, Senior Editor Hybrid, berbincang dengan Yohannes Siagian, VP EVOS Esports. Kalau bicara soal pemain, salah satu yang jadi sorotan adalah soal para atlet yang matang dikarbit. Masalah tersebut muncul karena tidak adanya jalur ataupun wadah yang jelas untuk bertanding, sehingga banyak pemain yang mendadak langsung naik ke level profesional.
Terkait kompetisi ini Bambang Tri Utomo selaku Chief Operation Officer dari INDOESPORTS turut memberikan komentarnya. “Alasan kami mengadakan kompetisi ini, karena kami yakin esports PC masih menjadi salah komoditi utama di kancah internasional. Kenapa Dota 2? karena kami merasa peminatnya masih cukup banyak di Indonesia dan juga masih punya nilai kompetitif yang tinggi di tingkat internasional.”
Bambang Tri Utomo juga bicara lebih lanjut soal regenerasi pemain Dota 2 di Indonesia. “Saya melihat organisasi tim esports mengalami kendala di Dota karena dua hal, minimnya kompetisi dan regenerasi pemain. Maka dari itu kami berharap kompetisi ini bisa menjadi wadah bertanding bagi siapapun yang masih punya semangat berkompetisi di kancah Dota.” Lalu untuk jangka panjang, Bambang juga mengatakan rencananya untuk menghadirkan kompetisi ini satu kali di setiap kuartal tahun 2019.
Tak cuma memperebutkan total hadiah yang cukup besar, kompetisi ini juga akan menghadirkan para shoutcaster ternama di jagat kompetisi Dota. Mereka sendiri adalah Dimas “Dejet” Rizky, Feraldo “Feraldoto” Vadriansyah, Achmad “CaptRigel” Ichsan dan Resha “ARS” Ariasena.
Sebagai salah satu penggemar esports Dota, saya sendiri tentu berharap banyak pihak yang memperhatikan jagat kompetitif Dota, dan juga peran komunitas untuk menjaga game ini tetap hidup di Indonesia. Semoga saja kehadiran kompetisi seperti ini, bisa kembali menghidupkan jagat kompetisi Dota 2 di Indonesia.
BOOM.ID kembali lolos ke dalam Dota Pro Circuit Minor. Kali ini adalah kompetisi OGA Dota PIT Minor yang akan dihadapi oleh salah satu tim Dota terkuat di Indonesia ini. Kompetisi minor ini akan diselenggarakan pada 22 April 2019 mendatang dengan format yang kurang lebih sama seperti Minor sebelumnya; memperebutkan US$300 ribu (sekitar Rp4,2 miliar) dan 500 Pro Circuit Points.
Ini adalah DPC Minor ketiga bagi tim BOOM.ID. Dua Minor sebelumnya yang diikuti oleh Randy “Dreamocel” Saputra dan kawan-kawan adalah, StarLadder Imba TV Dota 2 Minor dan Bucharest Minor. Hasil yang didapat BOOM.ID pada dua Minor sebelumnya bisa dibilang belum sebegitu memuaskan.
Berturut-turut, mereka masih belum bisa menantang keras tim-tim internasional yang dihadapi dalam kompetisi Minor. Menghadapi Minor ketiga, dengan semua mata penikmat esports Dota menyoroti tim dengan jargon #HungryBeast ini, tekanan yang dihadapi bisa jadi bakal semakin berat. Bagaimana persiapan BOOM.ID menghadapi OGA Dota PIT Minor yang akan diadakan di Kroasia ini? Saya berbincang dengan Brando Oloan, manajer divisi Dota BOOM.ID, seputar persiapan, tantangan, dan ekspektasi tim terhadap kompetisi ini.
Mari bicara soal persiapan terlebih dahulu. Kita sebagai penonton kadang hanya bisa menilai hasil yang didapatkan BOOM.ID, tanpa menilai persiapan keras yang mereka lakukan di belakangnya. Brando bercerita, dalam Minor ini, BOOM.ID sebenarnya tak melakukan sesuatu persiapan khusus atau berbeda.
“Kita latihan seperti biasa, latih tanding, nonton replay dan mempelajari tim-tim lain yang akan dihadapi dalam kompetisi ini” jawab Brando. Tapi, walau hanya latihan seperti biasa, pemain BOOM.ID berdedikasi tinggi demi mendapat hasil terbaik dalam turnamen ini. “Kita latihan sehari 2 x BO2 atau 4 game sehari, 5 hari per pekan. Untuk menghadapi Minor, weekend kita malah latihan juga, sambil mengurus masalah dokumen visa, paspor, dan lain-lain, di hari biasa”.
Menghadapi kompetisi Internasional memang bukan hal yang mudah bagi tim-tim Indonesia. Salah satu tantangan terbesarnya mungkin datang dari soal pengalaman. Untuk kompetisi kelas Minor saja, BOOM.ID harus menghadapi pemain-pemain dengan pengalaman dan jam terbang yang beda jauh jika dibandingkan dengan mereka sendiri.
Dalam kompetisi OGA Dota PIT Minor ini saja, mereka harus menghadapi pemain-pemain ahli strategi kelas kakap seperti: Peter “PPD” Dager dari tim Forward Gaming, ataupun Zhang “LaNm” Zhicheng dari tim Royal Never Give Up. Bagaimana BOOM.ID menghadapi lawan-lawan seperti ini?
Kuncinya mungkin adalah permainan lepas tanpa beban yang ditekankan ke dalam tim. Bahkan setelah dua kali Minor mendapat hasil yang belum memuaskan, Brando mengakui tidak ada tekanan berarti bagi dia dan para punggawa BOOM.ID. “Kita malah lebih tertekan sama perjalanannya, karena memang melelahkan. Durasinya lama banget, hampir seharian penuh atau sekitar 22 jam.” cerita Brando sambil sedikit curhat.
Menghadapi pemain-pemain tersebut, Brando juga bercerita bahwa tak ada strategi khusus tertentu yang dipersiapkan. Ia mencoba lebih realistis, dan memfokuskan tim kepada perkembangan personal saja. “Kita lebih fokus sama tim sendiri aja. Fokus mencari kekurangan tim dan memperbaikinya, mencari kelebihan tim dan memantapkan hal tersebut”.
Sedikit flashback sebelum lolos ke OGA Dota PIT Minor, BOOM.ID juga mendapat kehormatan diundang ke dalam closed qualifier MDL Disneyland Major. Sayang dalam kompetisi tersebut, BOOM.ID gagal lolos setelah kalah lawan Mineski. Ini juga menjadi satu hal yang saya penasaran dengan jawabannya. BOOM.ID kini bisa dibilang sudah menjadi salah satu big team di SEA. Namun entah kenapa tim seperti TNC, Mineski, dan Fnatic masih menjadi batu sandungan terbesar bagi mereka.
Menjawab hal ini, Brando kembali mengakui bahwa semua ini lebih ke soal pengalaman. “Faktor pentingnya ada di soal pengalaman. Permainan para tim SEA sekarang makin naik level. Kita sendiri banyak belajar waktu latihan di Eropa, dan menyadari gaya permainannya itu sangat beda dengan SEA. Tapi tentu saja, belajar tidak bisa langsung diaplikasikan. Tetapi lagi-lagi, hal tersebut sedang dalam proses, kita belajar lagi, adaptasi lagi, agar bisa terus jadi lebih baik”.
Terakhir soal ekspektasi, Brando mengaku saat ini untuk lebih fokus kepada perkembangan personal para pemain. “Prediksi saya BOOM.ID bakal juara di Minor ini! Haha” jawab Brando sembari setengah bercanda. Tapi lebih lanjut ia mengatakan ia harapannya untuk Minor kali ini adalah, BOOM.ID akan mendapatkan hasil yang lebih baik daripada Minor sebelumnya.
BOOM.ID akan berangkat ke Kroasia pada 19 April 2019 mendatang untuk bertanding dalam kompetisi OGA Dota Pit Minor 2019. Mari kita doakan semoga BOOM.ID bisa mendapatkan hasil terbaik di dalam gelaran ini, dan mengharumkan nama Indonesia di jagat kompetitif Dota Internasional.
Gelaran StarLadder ImbaTV Minor (disebut juga Kiev Minor) telah selesai digelar. Vici Gaming berhasil jadi juara setelah kalahkan Gambit Esports 3-0 di babak Grand Final. Selain hadiah uang dan juga poin DPC, kemenangan ini juga memberikan Vici Gaming spot untuk DreamLeague Season 11 (Stockholm Major) mendatang.
Baik Vici Gaming ataupun Gambit Esports sebenarnya bisa dibilang sama-sama sedang berada dalam posisi membangun chemistry. Artiom “fng” Barshack dan kawan-kawan Gambit Esports tampil mengesankan dalam beberapa kompetisi. Belakangan, mereka lolos ke babak final di beberapa kompetisi, tapi juga berkali-kali dihantam kekalahan yang telak. Sebelum Kiev Minor, mereka juga dibantai 3-0 oleh Team Secret pada final ESL One Katowice 2019.
Vici Gaming, walaupun sempat jadi salah satu yang terkuat di tahun 2015 lalu, tapi mereka kini terlunta-lunta demi mengembalikan performa terbaik mereka. Berkali-kali Zhang “Paparazi” Chengjun finish di posisi yang tidak memuaskan dalam beberapa kompetisi: Posisi 5-6 di MDL Macau 2019 kemarin, posisi 7-8 di Kuala Lumpur Major, dan posisi 7-8 di Chongqing Major.
Namun secara mengejutkan Vici Gaming ternyata malah tampil lebih mengesankan dalam gelaran final Kiev Minor. Pada game pertama, alur permainan Gambit ditahan habis oleh Vici Gaming. Bahkan untuk bisa mencuri 3 kill dari Vici Gaming, Gambit Esports harus berjuang setengah mati.
Game berikutnya, Vici Gaming tetap mendominasi, dan permainan berhasil diselesaikan dalam waktu 25 menit saja. Bahkan, Phantom Assassin dari Paparazi saja hampir tidak tersentuh oleh Gambit Esports dalam game tersebut. Pada game ketiga, Gambit Esports merasa punya secercah harapan.
Sayang kenyataan pahit yang harus diterima Gambit adalah, skuad Dota Tiongkok tersebut sudah siap dengan segala skenario yang akan terjadi. Vici Gaming berhasil kendalikan hampir semua area permainan, membatasi pergerakan Gambit, menutup berbagai celah yang bisa jadi kesempatan kemenangan bagi mereka. Akhirnya dari seri best-of-5, permainan selesai 3-0 dengan cukup mudahnya bagi Vici Gaming.
Kompetisi Kiev Minor ini juga diikuti oleh skuad Dota asal Indonesia yaitu BOOM.ID. Sayang, seperti gelaran Minor sebelumnya, BOOM.ID masih belum bisa mendapatkan hasil yang memuaskan. Mereka gagal lolos dari fase grup setelah kalah dua kali: oleh Gambit Esports dan tim Demolition Boys asal Amerika Selatan.
Mengutip laman resmi Dota 2, kini tersisa 5 kompetisi (3 Major 2 Minor) lagi dari rangkaian DPC musim 2018-2019. Akankah BOOM.ID bisa setidaknya menyodok ke posisi 12 agar dapat tampil di Dota 2 The International 2019, yang diadakan bulan Agustus nanti?
Saat ini posisi 12 diisi oleh skuad Dota asal Eropa, Alliance, dengan perolehan sebesar 225 poin DPC. Sementara BOOM.ID mengisi posisi ke-26 dengan perolehan sebesar 40 poin DPC.
Secara teori, kalau Randy “Dreamocel” Saputra dan kawan-kawan bisa memenangkan setidaknya 2 Minor, mereka otomatis akan menyodok ke posisi 12, dan lolos ke TI 9. Namun dengan catatan, kalau Alliance kalah di awal Minor berikutnya atau mungkin gagal mendapatkan sesuatu di gelaran Major.
Jika teori saya bisa dibuktikan, maka BOOM.ID akan tercatat di sejarah sebagai skuad serta organisasi Indonesia pertama yang bisa unjuk gigi di gelaran Dota 2 The International. Kita selaku penikmat esports Dota tentu hanya bisa mendukung BOOM.ID, agar bisa mencapai mimpi bertanding di kompetisi The International.
Kemenangan Vici Gaming dalam gelaran Kiev Minor memberikan mereka hadiah sebesar US$125.000 (sekitar Rp1,7 milyar) serta sebesar 120 poin DPC. Saat ini Vici Gaming menempati posisi ke-7 pada klasemen Dota 2 Pro Circuit 2018-2019 dengan perolehan 1020 poin DPC.
Kembalinya Amer “Miracle-” Al-Barkawi ternyata memberi hasil yang manis kepada skuad Dota asal Eropa, Team Liquid. Dengan performa dominan selama 4 hari kompetisi LAN berlangsung, mereka akhirnya keluar sebagai juara dari kompetisi Mars Dota 2 League Macau 2019.
Kemenangan ini berhasil didapatkan oleh Miracle dan kawan-kawan, setelah kalahkan jagoan Dota dari Amerika Serikat, Evil Geniuses, 3-1 dalam seri pertandingan best-of-5.
Skuad Dota Eropa tersebut tampil sangat percaya diri dalam babak grand finals. Dari empat pertandingan yang mereka jalani, Team Liquid berhasil setidaknya dua kali selesaikan permainan di bawah 25 menit.
Kemenangan Team Liquid pada MDL Macau 2019 ini bisa jadi adalah tanda comeback dari sang juara The International 2017. Pasalnya setelah The International 2017 selesai, performa Team Liquid beranjak menurun bahkan jarang berada di dalam pertandingan final sebuah kompetisi.
Jika melihat apa yang sudah terjadi, hal tersebut seperti sudah menjadi pola yang berulang, sehingga keadaan ini bisa saya sebut sebagai sindrom juara TI. Hampir kebanyakan performa tim juara Dota 2 The International berubah 180 derajat, setelah kompetisi Dota 2 terbesar tersebut selesai.
Contoh nyata hal ini adalah tim OG. Setelah secara dramatis memenangkan The International 2018, performa OG kini berangsur menurun. Tercatat mereka berkali-kali tumbang sebelum mencapai final dari sebuah kompetisi. Bahkan baru-baru ini mereka tumbang melawan Gambit Esports saat gelaran ESL One Katowice 2019.
Selain jadi momentum comeback permainan Team Liquid, MDL Macau 2019 juga jadi ajang bangkit kembali dari midlaner mega bintang, Miracle-. Sebelumnya midlaner asal Yordania tersebut sempat vakum sesaat. Ia tidak bisa mengikuti Major DPC pertama di tahun 2019 ini, gara-gara apa yang disebut oleh manajemen Team Liquid sebagai “masalah personal”.
We would like to confirm that Miracle is unable to attend the Chongqing Major. He was excited to play; unfortunately, an urgent personal matter occurred at the last minute. We request that fans respect his privacy during this time, and we will provide updates when possible.
Kemenangan ini memberikan Team Liquid hadiah uang sebesar US$135.000 atau sekitar Rp1,8 miliar. Miracle- yang terpilih sebagai MVP MDL Macau 2019 mengatakan “Saya senang sekali bisa menjadi MVP, tapi yang terutama saya senang sekali bisa kembali bermain bersama rekan satu tim saya”.
Seperti Team Secret yang kembali memenangkan ESL One untuk kedua kalinya, MDL Macau 2019 adalah Battle Fury kedua bagi sang legenda jagat kompetitif Dota, Kuro “Kuroky” Salehi. Sebelumnya Kuroky juga pernah memenangkan gelaran MDL pada tahun 2015 lalu bersama Team Secret. Kuro jadi juara dan mengangkat trofi MDL yang berbentuk item Dota, Battle Fury, setelah mengalahkan Team Empire 3-1.
Kalau bicara soal Dota Pro Circuit, keadaan Team Liquid terbilang cukup mengenaskan musim ini. Baru memperoleh 450 poin saja sampai saat ini, Team Liquid kini terjebak di posisi 10 klasemen DPC 2018-2019. Mereka butuh setidaknya menang satu kali Major, untuk bisa mengamankan slot dalam gelaran The International 2019 yang akan diadakan di Shanghai.
Apakah Miracle- yang kini semakin matang bisa mengalahkan bakat-bakat muda seperti Topson atau bahkan Nisha yang sedang naik daun? Akankah Kuroky bisa mengambil titel sebagai pemain profesional Dota 2 satu-satunya yang dua kali mengangkat Aegis of Champion? Semoga saja kemenangan MDL Macau 2019 ini bisa memberi momentum besar kepada Team Liquid untuk kompetisi-kompetisi selanjutnya.