Code Red Esports adalah talent agency yang berbasis di Inggris. Mereka menyediakan jasa on-air talent (casters, analyst & hosts) dan esports personality untuk berbagai acara esports. Code Red Esports memiliki total 51 esports talent termasuk Toby “TobiWan” Dawson, Austin “Capitalist” Walsh, Paul “ReDeYe” Chaloner dan Eri Neeman.
We’re delighted to announce that @TobiWanDOTA is joining us as our new Head of Broadcast Talent! 🙌
Combining his expertise as a leading caster with his talent management skills, we’re excited to see him excel in his new role and provide world-class advice to our talent family.
Setelah bergabung dengan Code Red Esports pada bulan Maret 2018, TobiWan kini diangkat menjadi Head of Broadcast Talent. Ia ditugaskan untuk mengatur jadwal para talent, memperbanyak jumlah talent berkualitas di Code Red Esports, dan mengembangkan para talent tersebut.Code Red Esports mengingatkan para penggemar TobiWan untuk tidak khawatir. Karena TobiWan tetap akan melakukan casting di dunia Dota 2 walaupun ia harus menjalankan pekerjaannya sebagai Head of Broadcast Talent.
One of the ways I can invest into the next generation of esport talents 🙂
I will also continue casting @DOTA2 – will post more about my objectives in life closer to The International 10 https://t.co/LzuKovfluK
Dikutip dari Esports Insider, Luke Cotton selaku COO dari Code Red Esports berkomentar, “kami sangat senang memiliki seseorang seperti TobiWan di perusahaan kami. Karena kami berencana untuk selalu meningkatkan kualitas para talent dan tournament organizers Code Red Esports. TobiWan sudah sangat memahami kehidupan dari seorang talent dan ia memiliki passion untuk mengembangkan kualitas talent.”
Masih banyak yang menganggap enteng, apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi Talent Manager?
Penting memang untuk seorang Talent Manager memiliki pengalaman sebagai talent itu sendiri dan mengetahui jalannya suatu esports broadcast. Sehingga, Talent Manager memiliki gambaran bagaimana kehidupan seorang talent. TobiWan telah menjadi caster Dota 2 di setiap gelaran The International. Karena itulah, ia sangat mengerti apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi seorang talent yang berkualitas. Selain Dota 2, TobiWan juga telah memasuki dunia PUBG pada tahun 2018 kemarin. Memiliki pengetahuan di banyak game juga menjadi hal penting bagi seorang Talent Manager karena para talent akan memiliki fokus yang berbeda di setiap game title.
Banyak yang masih meremehkan tugas seorang Talent Manager. Code Red Esports menekankan bahwa TobiWan akan ditugaskan untuk meningkatkan kualitas para talent. Dengan demikian, mereka bisa menawarkan susunan esports talent Code Red Esports kepada pihak yang ingin menggunakan jasanya. Jadi, seorang Talent Managerbukan hanya mengatur pekerjaan para talent saja namun juga diharapkan untuk mengembangkan kualitas talent juga.
Satu lagi brand terkenal dari Indonesia masuk ke dunia esports, yaitu Indomie. Hanya saja, kali ini bukan untuk esports dalam negeri, melainkan dari luar negeri. Indomie menjadi partner Australian Esports League (AEL) dalam kompetisi AEL University Cup 2018 yang kini tengah berlangsung.
AEL University Cup adalah turnamen esports yang melombakan cabang Counter-Strike: Global Offensive, Dota 2, dan Rocket League untuk para mahasiswa dari seluruh Australia. Turnamen ini telah memasuki season kedua di tahun 2018, dan sudah diakui secara resmi oleh asosiasi esports Australia, AESA. Perusahaan-perusahaan seperti PwC Australia, OVO, serta AOC juga terlibat dalam acara ini sebagai sponsor.
AEL University Cup 2018 Season 2 dilaksanakan mulai bulan Agustus lalu, dan sebentar lagi akan memasuki babak Grand Final, tepatnya pada tanggal 2 – 4 November nanti. Grand Final tersebut diselenggarakan di Adelaide Showground sebagai bagian dari acara Supanova Comic Con & Gaming Adelaide 2018.
AEL University Cup menawarkan total hadiah senilai 15.000 dolar Australia, atau setara dengan 162,7 juta rupiah. AEL sendiri membawahi lebih dari 330 pelajar dari 55 tim di 26 universitas seluruh Australia. Jadwal AEL University Cup sendiri dirancang sehingga babak Grand Final bertepatan dengan akhir semester kampus-kampus di Australia.
“Kami memahami bahwa esports membuka berbagai kemungkinan untuk pengembangan keahlian di bidang teknologi, kepemimpinan, pemecahan masalah, kreativitas, serta pemikiran strategis. Teknologi mengubah cara kita melakukan bisnis dan kami tahu bahwa menarik lulusan dengan keahlian-keahlian ini merupakan kunci kesuksesan kami di masa depan serta pertumbuhan kami sebagai perusahaan,” demikian kata Julie Duncan, Talent Acquisition Leader PwC, dilansir dari Esports Insider.
Menurut Executive Producer AEL, Darren Kwan, AEL dan AESA bekerja sama dengan para mahasiswa dan berbagai universitas untuk mengembangkan infrastruktur serta program-program untuk mendorong ekosistem esports yang adil, aman, serta inklusif. Berdasarkan beberapa informasi, esports di Australia saat ini memang masih belum matang. Kurangnya sponsor lokal disinyalir menjadi masalah utama, sehingga sulit bagi pemain-pemain untuk berkarier di dalam negeri. Turnamen-turnamen tingkat pelajar seperti ini diharapkan dapat menjadi salah satu pendorong iklim esports di negeri itu.
Esports punya sejarah yang cukup panjang di Indonesia, bahkan sebelum istilah “esports” itu sendiri populer. Semenjak popularitas game online meledak, para penerbit game serta organizer sudah mencium aroma potensi yang ada dalam game kompetitif. Apalagi berkat persebaran internet yang semakin luas, komunitas gamer yang tadinya bahkan mungkin tidak berpikir bahwa game bisa dimainkan secara profesional, lambat laun mulai terpapar dunia olahraga elektronik tersebut.
Banyak game dan perusahaan berperan terhadap perkembangan esports tanah airnya. Salah satunya cikal bakal yang patut kita kenang adalah Ragnarok Online. MMORPG fenomenal ini memperkenalkan turnamen tingkat dunia bernama Ragnarok World Championship (RWC) pada tahun 2004. Iklim kompetitif itu lalu menular ke Indonesia dalam wujud Ragnarok Indonesia Championship (RIC).
Esports Indonesia sempat stagnan di era akhir 2000-an. Memang muncul beberapa pionir seperti Team nxl> yang berkecimpung di dunia Counter-Strike. Tapi tidak ada ajang kompetitif besar dengan skala nasional seperti sekarang. Bahkan ketika popularitas esports luar negeri meledak akibat Dota 2 dan League of Legends, posisi Indonesia masih sebatas pemirsa saja.
Semua itu mulai berubah ketika League of Legends terbit resmi di Indonesia di bawah bendera Garena. Garena getol mendorong perkembangan esports, dan mereka tak segan-segan menawarkan hadiah miliaran Rupiah bagi tim yang berhasil jadi juara kompetisi. Mulai dari turnamen di acara Indonesia Game Show, hingga berkembang menjadi League of Legends Garuda Series (LGS), kiprah Garena betul-betul menaikkan standar penyelenggaraan turnamen profesional di dalam negeri.
Pertengahan era 2010-an, penetrasi game kompetitif di smartphone menjamur dengan cepat di Indonesia. Negara kita memang disebut-sebut punya pola konsumsi mobile-first, sehingga wajar bila game mobile jauh lebih diminati daripada console atau PC. Moonton dengan Mobile Legends: Bang Bang berhasil meraih lebih dari 20 juta pengguna tanah air. Garena pun tak mau kalah, mereka merilis Arena of Valor yang merupakan buatan Tencent, perusahaan game terbesar di dunia.
Kini kita berada di tahun 2018. Kompetisi olahraga elektronik sudah menjadi hal yang lumrah, tidak hanya di ibukota saja tapi juga di seluruh pelosok Indonesia. Pemain-pemain berbakat muncul dari mana-mana, sebagian di antaranya berkarier bersama tim luar negeri. Penerbit-penerbit game pun seperti berlomba-lamba mengadakan turnamen terbesar, terheboh, dan paling bergengsi.
“Esports is the next big thing in marketing,” demikian kata Baldwin Cunningham dalam tulisannya yang dimuat di Forbes pada tahun 2016. Dua tahun kemudian, ungkapan itu terbukti. Kita telah tiba di saat di mana esports telah menjadi “big thing”, dan menurut para analis, esportsmasih akan terus menjadi lebih besar.
Turnamen esports Indonesia di tahun 2018
Sama seperti olahraga konvensional, esports juga memiliki turnamen atau liga-liga yang terbagi berdasarkan level kompetisinya. Hanya saja, karena jumlah game yang dipertandingkan sangat banyak, mengikuti semua cabang esports terkadang bisa cukup memusingkan.
Seorang penggemar sepak bola biasanya hanya mengikuti satu atau dua liga utama tempat tim favoritnya berada. Sekarang bayangkan bila Anda seorang penggemar esports yang menyukai lebih dari satu game sekaligus.
Saya, contohnya, menyukai Dota 2, Arena of Valor, Mobile Legends: Bang Bang, Overwatch, dan Pro Evolution Soccer sekaligus. Berusaha mengikuti kompetisi esports di kelima game itu sama saja seperti berusaha mengikuti Barclays Premier League, NBA, Bundesliga, Major League Baseball, dan STIHL Timbersports secara bersamaan. Padahal itu belum mencakup semua cabang esports yang ada.
Di bawah ini saya mencoba merangkum beberapa cabang esports populer di Indonesia, beserta kompetisi/liga apa saja yang mereka miliki dan di mana Anda bisa menikmatinya. Jadi Anda yang menggemari esports dapat memilih jadwal tontonan lebih mudah, atau mungkin mencoba menyaksikan kompetisi yang selama ini tidak Anda ikuti. Ada esports apa saja di Indonesia tahun 2018 ini?
Meski kondisi esports CS:GO sedang gersang kompetisi lokalnya, Capcorn justru mendatangkan 2 pemain baru dari Singapura, Fal dan ZeesBeew.
Capcorn sendiri merupakan organisasi esports baru yang cukup mencuri perhatian beberapa waktu belakangan. Mereka punya divisi yang cukup banyak meski terhitung masih muda. Tim Capcorn punya divisi Mobile Legends, Dota 2, CS:GO, Point Blank, ataupun Fortnite. Mereka juga berencana untuk memiliki divisi AoV dan PUBGM dalam waktu dekat.
Selain divisi Mobile Legends mereka yang berhasil lolos ke MPL Regular Season, tim CS:GO mereka juga cukup diperhitungkan di dunia persilatan nasional. Tim ini sempat menjadi finalis di eXTREMESLAND 2018 Indonesia Qualifier meski memang kala itu mereka kalah melawan XcN.
Saat artikel ini ditulis, tim CS:GO Capcorn juga menempati posisi 4 klasemen sementara IESPL.
Nampaknya, mereka ingin lebih serius lagi di CS:GO karena mereka langsung mendatangkan 2 pemain dari Singapura. Kedua pemain tersebut adalah Alex ‘fal.’ Cheang dan Sha ‘ZesBeeW’ Mohtar.
Keduanya sama-sama berasal dari Singapura, tim yang sama (Resurgence), dan pemain muda. Dari data HLTV, fal berusia 23 tahun dan ZesBeew berusia 18 tahun. Karena ZesBeew memang lebih senior, ia sebenarnya punya pengalaman lebih banyak.
Kami pun menghubungi Ari Kurniawan, COO dari Capcorn, untuk berbincang-bincang tentang 2 pemain baru mereka tadi. Cerita Ari, “emang sebenernya kita udah lama incer Zes. Dan kebetulan emang sebelumnya kita -2 dan pemain di Indonesia udah “habis”. Jadi, kita coba hubungin Zes”.
2 pemain ini juga sebenarnya telah bermain untuk Capcorn sejak pekan kelima IESPL CS:GO. Namun sebelumnya mereka masih berstatus sebagai stand-in.
Lalu apa target Capcorn sendiri dengan datangnya 2 pemain baru tadi? Ari mengatakan bahwa target mereka adalah juara 1 untuk IESPL namun masuk Tier 1 dulu untuk kelas Asia Tenggara.
“Target sih paling bisa tembus Tier 1 SEA dulu kali ya. Semua tim pasti mau ke Major, (tapi) kita mau gapainya step-by-step. Yap gitu kalo dari kita, ga muluk-muluk yang penting objektifnya tercapai step-by-step.” Tutup Ari.
Semoga tercapai ya semua targetnya dengan 2 pemain barunya!