Binus Square Student Committee (BSSC) akan mengadakan turnamen esports dengan nama BSSC Squarelympic. Mengangkat tema The Champion of the Universe, turnamen ini akan mengadu 5 game esports sekaligus, yaitu Counter-Strike: Global Offensive, Dota 2, Mobile Legends: Bang Bang, PUBG Mobile, dan Valorant. BSSC Squarelympic menawarkan total hadiah hingga lebih dari Rp8 juta.
Tujuan BSSC mengadakan turnamen esports Squarelympic adalah untuk mendorong masyarakat agar tetap produktif di tengah pandemi. Tak hanya itu, BSSC juga percaya, ikut serta dalam turnamen esports bersama teman dapat mengalihkan perhatian seseorang dari berbagai masalah yang muncul kaibat pandemi dan justru dapat memperluas jaringan pertemanan mereka. BSSC Squarelympic akan dimulai pada 28 September 2020 sampai 4 Oktober 2020. Pertandingan dari turnamen esports ini akan disiarkan secara live di channel YouTube BSSC.
Berikut jumlah slot yang tersedia dari masing-masing game beserta biaya pendaftaran untuk masing-masing tim:
CS:GO memiliki 16 slot, dengan biaya pendaftaran Rp120 ribu/tim
Dota 2 memiliki 32 slot, dengan biaya pendaftaran Rp120 ribu/tim
Mobile Legends memiliki 64 slot, dengan biaya pendaftaran Rp120 ribu/tim
PUBG Mobile memiliki 64 slot, dengan biaya pendaftaran Rp100 ribu/tim
Valorant memiliki 32 slot, dengan biaya pendaftaran Rp120 ribu/tim
Jika tertarik untuk ikut dalam turnamen esports dari Binus ini, Anda bisa mengunjungi akun resmi Instagram BSSC Squarelympic 2020 di @bsscql2020.
Bahkan sebelum pandemi melanda, esports telah menjadi industri yang besar. Newzoo memperkirakan, nilai industri esports akan menembus US$1 miliar pada tahun ini. Selain itu, esports juga semakin diakui sebagai olahraga. Buktinya, esports diikutsertakan dalam berbagai ajang olahraga bergengsi. Misalnya, pada Asian Games 2018, esports jadi pertandingan eksibisi. Sementara pada SEA Games 2019, esports bahkan menjadi cabang olahraga bermedali.
Di Indonesia, esports juga semakin diakui oleh pemerintah. Buktinya, belum lama ini, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) menyatakan esports sebagai cabang olahraga berprestasi.
Pada akhir 2019 kemarin, Tencent sempat mengungkap rencananya untuk ekosistem esports PUBG Mobile di tahun 2020. Dalam penjabaran tersebut, Tencent mengatakan akan mempersiapkan Rp70,6 miliar sebagai total hadiah turnamen esports PUBG Mobile. Selain itu, mereka juga mengumumkan struktur turnamen, yang mana PMCO diubah menjadi PUBG Mobile Pro League, dan juga salah satunya menghadirkan gelaran kompetisi antar kampus.
PUBG Mobile Campus Championship 2019 sendiri baru saja selesai diselenggarakan pada akhir pekan lalu, tepatnya tanggal 23 Februari 2020. Kompetisi ini mempertandingkan 16 tim yang berasal dari berbagai universitas. Setelah dua hari gelaran berjalan, 9 ronde pertandingan, Universitas Gunadarma akhirnya berhasil merengkuh piala PMCC 2019 dengan perolehan sebesar 187 poin.
Gelaran PMCC berlangsung dengan meriah, pertandingan pun berjalan sangat kompetitif. Terbukti, pada awalnya Universitas Sam Ratulangi yang memuncaki klasemen hari pertama dengan perolehan 93 poin lewat performa dominan pada ronde 4 dan 5. Namun demikian Universitas Gunadarma berada di posisi kedua dan terus menjaga perolehan poin tetap dekat dengan 83 poin yang dimiliki.
Pada hari kedua, Universitas Gunadarma jadi terbakar api semangat. Mereka bermain dengan lebih konsisten dan eksplosif, menghasilkan kemenangan beruntun pada ronde 7 dan 8. Gara-gara hal tersebut, perolehan poin Universitas Gunadarma jadi tidak terkejar, mereka akhirnya menjadi juara PMCC 2019.
Dengan ini, maka berikut 3 besar PUBG Mobile Campus Championship 2019.
CHAMPION – Universitas Gunadarma – 187 poin (Rp50.000.000)
2nd Place – Universitas Sam Ratulangi – 141 poin (Rp25.000.000)
3rd Place – Universitas Mataram – 130 poin (Rp10.000.000)
“Selamat kepada Universitas Gunadarma yang telah berhasil menjadi juara PUBG Mobile Campus Championship 2019. Perjuangan selama lebih dari 5 bulan akhirnya terbayar lunas dengan kemenangan. Terima kasih juga kepada 15 tim peserta lainnya karena sudah menunjukkan persaingan yang sangat baik.” ujar Direktur esports PUBG Mobile Asia Tenggara, Gaga Li.
“Prestasi ini juga menjadi torehan penting bagi mahasiswa di seluruh Indonesia sebab esports di tingkat Universitas terbukti memiliki daya tarik dan level kompetisi yang sangat baik. PUBG Mobile Campus Championship telah menjadi event akbar ajang pembuktian talenta esports PUBG Mobile bagi mahasiswa di seluruh Indonesia,” Gaga Li melanjutkan.
Tak hanya itu saja, gelaran final PMCC 2019 juga menjadi puncak ajang pencarian Campus Ambassador serta Rising Caster Hunt. Dari sisi Campus Ambassador, ada Meutia Rahmarianti Maharani dari Universitas Padjadjaran terpilih menjadi PMCC Campus Ambassador 2019. Sementara dari Caster Hunt ada Sandika Hadit Prasetyo dari Unversitas Muhammadiyah Jakarta yang menjadi juara dan juga mengiringi jalannya pertandingan selama acara puncak PMCC 2019.
Selamat bagi para pemenang! Semoga prestasi yang didapatkan pada kompetisi tingkat universitas bisa terus berlanjut sampai ke tingkat profesional dan sampai meraih prestasi tingkat dunia!
ESL mengumumkan kerja samanya dengan West Coast Conference (WCC) untuk ESL Collegiate Fall 2019 Season. Ini akan semakin melengkapi jajaran tim kampus untuk mengikuti program kompetisi tingkat universitas milik ESL. Ini bukan kali pertama ESL menggandeng asosiasi olahraga tingkat universitas di Amerika Serikat.
Mengutip Esports Insider, ESL malah sudah menggandeng Big East Conference pada bulan Oktober 2019 lalu untuk melaksanakan program percobaan bernama Big East Invitational Powered by ESL, yang mempertandingkan Rocket League.
WCC dan Big East Conference merupakan dua asosiasi besar yang meregulasi kegiatan olahraga tingkat universitas di dua wilayah besar Amerika Serikat, yaitu barat dan timur. Asosiasi tersebut terafiliasi dengan National Collegiate Athletic Association (NCAA), sebuah organisasi yang meregulasi kegiatan olahraga tingkat universitas secara nasional.
Mengutip rilis resmi dari WCC arti kerja sama ini adalah, sekolah yang berada di bawah naungan WCC akan mengikuti pertandingan ESL Collegiate 2019 Pre-season Invitational, yang sudah dimulai sejak 8 Desember 2019 lalu. Mempertandingkan League of Legends, unversitas satu akan berhadapan dengan universitas lain yang ada dalam satu naungan conference.
“Hubungan yang kuat dengan para publisher, ditambah keahlian mereka di bidang esports, membuat ESL jadi partner yang tepat untuk memberikan esports experiences kepada kampus-kampus yang tergabung di dalam WCC.” Ucap Gloria Nevarez, Komisioner WCC, dalam rilis.
Yvette Martinez, CEO ESL Amerika Utara juga menyampaikan pandangannya terkait kerja sama ini. Menurutnya, esports di tingkat universitas adalah bagian penting di dalam ekosistem. “Kami berusaha untuk terus mengembangkan komunitas esports unviersitas di berbagai belahan Amerika Serikat. Dengan menambahkan West Coast Conference dalam daftar kerja sama kami untuk ESL Collegiate, kami berharap bisa memberi kesempatan kepada semua orang untuk turut terlibat di dalam ekosistem esports.”
Hubungan Antara universitas dengan Esports
Seperti tadi sempat dibahas, penerimaan universitas di Amerika Serikat terhadap esports terbilang cukup positif. Terakhir kali Kansas University bahkan mendorong para mahasiswa untuk terjun ke esports dan membuat tim League of Legends tingkat universitas.
Kendati demikian, persepsi institusi pendidikan terhadap esports masih cenderung skeptis. Angeline Vivian, General Manager Dranix Esports sempat menceritakan perjuangannya ketika mencoba menginisasi komunitas esports di Universitas Ciputra Surabaya.
Ia menceritakan bahwa komunitas mereka pada awalnya mendapat banyak penolakan dari para petinggi kampus, ketika Toska (sapaan akrab Angeline Vivian) awal menginisiasi UC Esports (sebutan UKM Esports Universitas Ciputra Surabaya).
“Seiring berjalannya waktu, atasan kampus mulai melihat dna menyaksikan esports. Mata mereka mulai terbuka, salah satu petinggi kampus malah mengatakan bahwa esports punya aspek yang bagus untuk dipelajari mahasiswa seperti teamwork, public speaking, commitment, communication dan lain sebagainya.” ucap Toska kepada redaksi Hybrid.
Maka dari itu, gerakan seperti IEL, High School League, atau inisiatif SMA 1 PSKD memberi beasiswa untuk program esports, bisa dibilang baru merupakan permulaan saja. Jika persepsi institusi pendidikan akan esports jadi semakin positif, bukan tidak mungkin jika gaming menjadi semakin lumrah di masa depan, yang memudahkan ekosistem untuk menciptakan bibit-bibit talenta esports dan membuat regenerasi ekosistem esports jadi semakin lancar.
Seiring dengan berkembangnya ekosistem esports, hal ini ternyata tidak hanya menarik perhatian para pelaku bisnis saja, tetapi juga dari institusi pendidikan. Dengan proyeksi nilai industri mencapai US$3 miliar pada tahun 2022, tak heran jika berbagai pihak ingin mendapatkan bagian dari kue besar tersebut.
Maka dari itu baru-baru ini Kansas University mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan varsityteam divisi League of Legends pada tahun 2020 nanti. Tim ini masih dengan nama Kansas Jayhawks, merupakan branding tim varsity sports milik Kansas University. Bagi Anda yang mungkin masih awam, Varsity merupakan istilah untuk menyebut klub (biasanya olahraga) intra kampus yang sudah didanai oleh kampus untuk bertanding mewakili nama universitas.
Mengutip ESPN, dalam pembentukan roster ini, KU akan mengandalkan organisasi mahasiswa internal, KU Gaming Community. Mereka akan melakukan uji coba mulai dari tanggal 17 November 2019 mendatang, dan nantinya tim mereka akan tergabung ke dalam National Association of Collegiate Esports (NACE).
“Ini adalah kesempatan untuk menambahkan esports ke dalam salah satu program milik Kansas University (KU) akan. Dengan ini maka KU nantinya akan memberikan para siswa program latihan resmi, yang tak hanya untuk mendukung minat bakat para siswa, tapi juga memperluas kesempatan bagi generasi mendatang.” Ucap Michelle Compton-Munoz, pelatih esports Kansas Jayhawks
Perkembangan varsity esports di Amerika Serikat terbilang cukup pesat. Beberapa tahun belakangan sudah ada beberapa kampus mencetuskan program esports internal, seperti Ohio State, Missouri, Utah, Boise State, Akron, dan University of California Irvine (UCI). Kalau Indonesia punya SMA 1 PSKD sebagai pionir program esports untuk siswa, Amerika Serikat punya UCI yang menjadi pionir program esports untuk universitas.
Universitas di Ekosistem Esports Indonesia
Dari kancah esports Indonesia, Universitas sudah mulai dilirik karena bisa menjadi ladang pemain-pemain potensial. Sebagai fondasi dari ekosistem esports kampus, terakhir kali ada IEL University Series, sebuah liga esports Universitas besutan Indonesia Esports Association (IESPA).
Fondasi tersebut ternyata cukup berhasil menumbuhkan bibit-bibit komunitas esports di Universitas. Salah satunya ada Universitas Ciputra Surabaya, yang komunitasnya kini sudah naik tingkat jadi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) resmi yang dinamai Universitas Ciputra Esports (UC Esports). Membahas soal ini, saya bicara dengan Angeline Vivian, General Manager Dranix Esports, yang menjadi founder dan kini jadi pembina UKM UC Esports.
Toska, sapaan akrab Angeline Vivian di antara komunitas gamers, bercerita suka dukanya demi membuat esports menjadi bagian dari salah satu program kampus. “Awal-awal pembentukan, jujur kita banyak mendapat penolakan. Wajar, mungkin karena banyak petinggi kampus yang belum terpapar oleh esports. Hal terberatnya adalah menghilangkan pandangan bahwa esports itu sekadar main game, karena instansi pendidikan harus bisa tanggung jawab kepada orang tua murid juga.” Toska memulai ceritanya.
“Tapi berhubung dengan jalannya waktu, atasan kampus mulai melihat dan menyaksikan esports, yang sedikit demi sedikit memudarkan pandangan ‘sekadar main game’ di esports. Salah satu petinggi kampus malah sempat mengatakan, bahwa esports punya banyak aspek yang bagus untuk dipelajari mahasiswa, seperti: teamwork, public speaking, commitment, communication, dan lain sebagainya.”
Berkat IEL University Series juga, UC Esports berhasil mendapatkan pengakuan dari kampus, setelah tim Dota 2 mereka mendapatkan peringkat 3 dari kompetisi tersebut. “Sekarang UC Esports sudah menjadi UKM Eksklusif. Maksudnya eksklusif adalah, mahasiswa harus melewati proses seleksi untuk bisa masuk UKM ini, agar UC Esports dianggap serius. Seleksi sendiri termasuk screening pertama dari sisi statistik di dalam game, lalu dilanjut dengan uji coba, baru setelahnya mahasiswa tersebut bisa masuk UC Esports.”
Selain dari itu, satu yang menarik adalah integrasi UC Esports terhadap sistem kurikulum di Universitas Ciputra Surabaya. Untuk dapat melakukan sidang kelulusan, Universitas Ciputra mewajibkan mahasiswa mengumpulkan 100 poin keaktifan mahasiswa, yang bisa didapatkan dari mengikuti kegiatan kampus; UC Esports salah satunya.
Jadi, jika mereka bertanding membawa nama kampus, maka sang mahasiswa mendapat benefit seperti: dispensasi kelas yang memungkinkan siswa ikut bertanding tanpa kehilangan absensi, dan mendapat poin keaktifan mahasiswa tadi. Ini tentunya menjadi satu keuntungan tersendiri bagi para mahasiswa yang ingin mencicipi berkarir di dunia esports mulai dari kegiatan UKM. Karena selain bisa mencurahkan minat dan bakatnya, sang mahasiswa juga mendapatkan keuntungan dari sisi akademis.
Toska juga bercerita, bahwa kini pihak kampus juga memberikan fasilitas berupa bootcamp. “Kampus sekarang memberikan kita fasilitas bootcamp yang hanya bisa diakses oleh manajemen dan pemain. Juga kalau semisal kita ikut kompetisi, kampus akan menanggung biaya registrasinya. Jadi sekarang ini kampus betul-betul mendorong kita untuk terus aktif berkegiatan.”
Ekosistem esports universitas menjadi satu hal yang menurut saya juga perlu dikembangkan di Indonesia. Selain bisa menjadi sarana mahasiswa menyalurkan minat dan bakatnya, ekosistem esports universitas juga bisa menjadi ladang bagi ekosistem esports profesional untuk menemukan bakat-bakat baru di dunia kompetitif esports.