Tag Archives: Etobee

Finfleet

Etobee Pivot Jadi Finfleet, Sediakan “Platform Logistik” Khusus Layanan Finansial

Di Indonesia, tingkat ketimpangan antara masyarakat underbanked dan underserved dengan mereka yang sudah terfasilitasi dengan layanan finansial masih tinggi. Isu ini belum tentu bisa diselesaikan dengan kehadiran internet. Bagi masyarakat tingkat bawah, yang masih awam dengan produk keuangan, butuh agen untuk menjelaskan semua.

Di sisi lain, perusahaan jasa keuangan punya tantangan saat ekspansi di berbagai pelosok. Bagaimana proses onboarding konsumen yang efisien, namun tetap sesuai ketentuan. Peluang ini akhirnya menginspirasi Finfleet untuk hadir.

“Finfleet adalah gabungan dari startup logistik dengan layanan branchless banking. Selama ini masing-masing jual produk keuangan mereka, padahal menjualnya ini tidak mudah. Misi kami adalah edukasi konsumen, sekaligus meningkatkan taraf hidup agen,” terang Co-Founder & CEO Finfleet Brata Rafly dalam Fintech Media Clinic by Aftech, pekan lalu.

Sebenarnya, Finfleet adalah pivot dari Etobee, startup marketplace logistik untuk pengiriman last mile. Startup ini sudah berdiri sejak 2015, pivot dan rebrand dilakukan Februari 2018. Struktur manajemen sepenuhnya berubah. Selain Brata, Donny Swandono turut bergabung sebagai Co-Founder & Presiden Direktur. Keduanya pernah berkarier bersama di Dimo.

“Untuk bersaing di logistik ini harus berani bakar duit, sementara kita ingin buat profit. Akhirnya tes market dengan buat model bisnis last mile untuk financial services, resmi mulainya di Februari 2018.”

Brata menyebut, Finfleet telah mengantongi pendanaan seri A pada awal tahun ini dari Kejora Ventures, XL Axiata, Gobi Ventures, Skystar Ventures, dan Asian Trust Capital. Investasi yang didapat mencapai $3,5 juta (hampir Rp50 miliar).

Model bisnis Finfleet

Bahasa termudah untuk memahami Finfleet adalah agen mobile untuk Laku Pandai. Program dari OJK yang diarahkan untuk penyediaan layanan perbankan atau layanan keuangan lainnya melalui kerja sama dengan pihak lain (agen bank), dan didukung dengan penggunaan teknologi.

Finfleet menempatkan diri startup hybrid yang bergerak di logistik dengan layanan khusus jasa keuangan, dengan model bisnis B2B2C. Jenis layanannya, mulai dari verifikasi konsumen, pengiriman produk keuangan seperti kartu debit dan kredit, pembayaran dan pick up (dokumen, COD, mobile ATM) dan akuisisi konsumen (jual produk keuangan).

Agar terhubung dengan perusahaan jasa keuangan, Finfleet membangun infrastruktur layanannya yang terdiri atas platform aplikasi, API, agen, dan perangkat keras. Perusahaan memiliki agen sendiri yang sudah dilatih sebelum terjun ke lapangan.

Brata menjelaskan keagenan di Finfleet sifatnya bukan pekerja lepas, melainkan tetap. Ada gaji bulanan yang pasti mereka dapat dan tambahan komisi dari setiap pekerjaan yang berhasil diselesaikan.

“Sistem kami adalah hub, jadinya setiap agen harus datang ke kantor tiap pagi untuk melihat apa saja tugas mereka pada hari itu. Ini sifatnya mengikat, beda dengan mitra pengemudi di Gojek atau Grab.”

Agen memiliki jam kerja pagi sampai sore dan menyelesaikan sejumlah tugas pada satu hari itu dari satu bank. Misalnya, bank A meminta verifikasi konsumen, maka pada mereka memasukkan tugas tersebut ke dalam sistem yang terhubung dengan aplikasi agen.

Saat sore, agen bisa mendapatkan komisi tambahan dengan menjual produk keuangan kepada calon nasabah. Namun ini baru bisa diberikan buat agen yang paham dengan produk keuangan itu sendiri.

Dia mengklaim dengan model bisnis ini, perusahaan memperoleh keuntungan bersih antara 15%-20%. Agen bisa mengantongi pendapatan naik antara dua sampai tiga kali lipat per bulannya. Revenue Finfleet dibandingkan tahun pertama beroperasi, naik 100%.

Disebutkan, Finfleet telah bermitra dengan 12 perusahaan jasa keuangan, di antaranya DBS, HSBC, BNI, KEB Hana Bank, OCBC NISP, Bank Sinarmas, UOB, Bank Danamon, BTPN, CIMB Niaga, Ovo, dan Bank Permata. Kebanyakan adalah perusahaan asing terbatas dalam persebaran kantor cabang, namun tetap ingin bersaing dengan bank lokal.

“Risiko masuk ke daerah baru itu besar, makanya mereka lebih baik tes pasar sebelum terjun besar-besaran karena kita ini tinggal plug and play saja.”

Salah satu pencapaian terbesarnya adalah bantu DBS dalam verifikasi nasabah baru untuk produk Digibank. Sebanyak 500 ribu rekening baru berhasil dibuat dalam delapan bulan, tanpa DBS harus buka cabang sama sekali. Disebutkan untuk buka satu kantor cabang, bank harus berinvestasi sampai Rp1 miliar.

Mitra lainnya datang dari perusahaan multifinance dan sejenisnya (Adira Finance, Shopintar, Alodokter, dan Clipan Finance), p2p lending (CekAja, Modalku, Investree), telekomunikasi (XL Axiata), dan e-commerce (Blibli, Sephora, Mapemall, iLotte, Laku6, dan Tamasia).

Rencana perusahaan

Brata menyebut Finfleet memiliki 600 agen yang tersebar di sekitar Jawa dan Medan. Menariknya, 60% bisnis terbesarnya ada di Jabodetabek. Ini cukup ironis, melihat kondisi masih banyak masyarakat yang malas datang ke bank, meski penetrasi kehadiran bank sudah cukup kuat.

Tahun depan, dia menargetkan Finfleet bisa hadir di kota-kota besar di seluruh Indonesia. “Awalnya kita mau make sure dulu saat ekspansi harus sudah ada potensi bisnis di sana. Tapi ke depannya kita mau langsung buka, model bisnis kita ini hub bukan platform jadi harus ada investasi yang keluar.”

Untuk dukung rencana tersebut, Finfleet akan menggalang pendanaan seri B pada tahun depan. Di luar ekspansi, perusahaan akan mengembangkan pusat data dengan teknologi AI agar dapat lebih baik memberikan rekomendasi produk keuangan kepada calon nasabah.

Bicara tentang regulasi, Finfleet sedang memroses surat tanda terdaftar dari OJK sebagai supporting fintech, mengikuti aturan sebagai IKD. Di satu sisi, perusahaan sudah mengantongi lisensi pos untuk layanan kurir dan pengiriman barang dan sertifikat ISO 27001 untuk jamin keamanan sistem IT.

Kejora Ventures Dorong Kolaborasi Bisnis Antar Startup dalam Grup

Banyaknya perusahaan startup yang bermunculan di Tanah Air, di satu sisi memang memicu persaingan apalagi dengan perusahaan yang memiliki ranah bisnis yang serupa. Namun di sisi lain, perlu ada proses sinergi sebagai bentuk dukungan satu sama lain. Hal inilah yang ingin didorong oleh Kejora Ventures untuk seluruh startup inkubatornya.

Sejak 2,5 tahun Kejora berdiri, sudah ada 28 startup yang pernah didanai. Beberapa di antaranya adalah CekAja, Qerja, Y Digital Asia, Etobee, Investree, Jualo, Wavoo, dan ProSehat. Hampir semua startup disatukan dalam space coworking seluas 4.000 m2 bernama Kejora Headquarters.

Sebastian Togelang, Founding Partner Kejora Ventures, menjelaskan dengan menyatukan seluruh startup yang pernah mereka danai menunjukkan keinginan agar antar perusahaan saling membantu satu sama lain untuk mendukung pertumbuhannya bisnisnya.

[Baca juga: Kejora Ventures Siap Berinvestasi di Startup Baru Akhir Tahun Ini]

Tak hanya itu, dengan penyatuan ruangan kerja pada akhirnya akan tercipta ide baru dan kolaborasi yang bakal tercipta. Pasalnya, antar startup memiliki hubungan komplementer satu sama lain.

Tidak hanya itu, sambungnya, pihaknya juga menyediakan berbagai kegiatan sharing session dengan para pembicara dan ahli dari bidang startup, konferensi developer seperti kerja sama dengan Facebook, hingga mengadakan Founder Institute Acceleration untuk meningkatkan kapabilitas pemimpin startup.

“Tujuan kami menyatukan startup yang pernah didanai agar mereka saling belajar satu sama lain. Dari situ akan banyak tercipta ide, masukan, bahkan kerja sama lain yang bisa membantu akselerasi pertumbuhannya. Tak hanya itu, kami ingin membentuk suatu ekosistem yang positif dalam pengembangan industri startup di Tanah Air lewat berbagai kegiatan yang kami adakan,” ujarnya, Kamis (20/10).

Suasana ruangan kerja dalam salah satu lantai di Kejora Headquarters / Kejora
Suasana ruangan kerja dalam salah satu lantai di Kejora Headquarters / Kejora

Salah satu kolaborasi bisnis yang akan segera hadir sebelum akhir tahun ini adalah kerja sama antara Investree dengan CekAja dan Etobee. Adrian Gunadi, Co-Founder dan Chairman Investree, menjelaskan dengan CekAja pihaknya akan memanfaatkan platform untuk distribusi produk Investree.

“Investree juga pernah melakukan kerja sama dengan Qerja dalam hal referral memperkenalkan produk kami ke klien mereka. Untuk Etobee dan CekAja diharapkan sebelum akhir tahun ini sudah bisa dilaksanakan,” terangnya.

Irijanto, Head of Content and Media Relations CekAja, menjelaskan dalam situs CekAja terdapat kolom afiliasi, di situ rekanan CekAja dapat dibantu penjualan dan promosi produk-produknya. Bentuknya, melalui penempatan banner, rekomendasi, produk finansial terbaik, kalkulator finansial, dan lainnya.

Iman Kusnadi, Co-Founder dan COO Etobee, menambahkan tak hanya mengandalkan kerja sama dengan antar startup dalam inkubator Kejora, pihaknya ingin terus menambah eksistensi di luar inkubator agar branding bisa lebih kuat. “Kami ingin branding Etobee bisa lebih terdengar di luar grup Kejora, klien kami adalah perusahaan e-commerce. Hal ini jadi langkah kami dalam mengejar volume bisnis.”

Kejora juga aktif melakukan kerja sama dengan berbagai institusi yang bergerak di bidang teknologi digital, mulai dari operator telekomunikasi, cloud server, dan lainnya guna mendukung akselerasi bisnis.

Veronika Linardi, Co-Founder Qerja, menjelaskan pasca pihaknya bergabung sebagai inkubator startup dari Kejora banyak arahan ilmu yang bisa didapat, serta jaringan relasinya pun semakin luas. “Kejora tidak hanya memberikan dana, tetapi juga memberi kami guidance saat mencari pendanaan, biasanya diberi arahan siapa investor potensial. Untuk menjadi besar di bidang teknologi itu butuh kolaborasi, tidak bisa besar sendirian.”

Daftar Startup Indonesia Layanan On-Demand

5 Startup Indonesia yang Tawarkan Layanan On-Demand Logistik

Sejumlah startup di Indonesia seperti Go-Jek, Uber dan Grab terjun dan secara serius menggarap bisnis layanan on-demand yang sejauh ini terlihat menjanjikan. Jenis layanan ini disukai karena kehadirannya menjawab kebutuhan banyak konsumen terutama di kota-kota besar yang memang cenderung menginginkan hal-hal instan dan ruang gerak yang dibatasi oleh tuntutan pekerjaan. Pemesanannya pun mudah karena sebagian besar dapat dilakukan melalui aplikasi mobile.

Selain ketiga nama di atas, ada beberapa startup Indonesia yang nimbrung ke ranah ini khususnya di sektor logistik, menawarkan layanan antar-jemput barang mulai yang berukuran kecil dengan kendaraan roda dua hingga roda empat, berupa truk yang ditawarkan oleh Go-Box, JET dan Etobee.

Berikut adalah 5 layanan on-demand logistik yang ditawarkan oleh startup-startup asal Indonesia, 4 diantaranya telah hadirkan aplikasi mobile, satu lewat web dan tengah menyiapkan aplikasi.

Go-Box dari Go-Jek

Go-Box diharapkan "mengganggu" bisnis jasa pickup dan truk boks yang sudah ada / DailySocial

Selain ojek sebagai layanan utamanya, Go-Jek juga punya layanan lain yang dinamai Go-Box. Ini adalah layanan yang menawarkan jasa angkut dan pengiriman barang dengan jumlah pengemudi mencapai 3000 orang dan 85 perusahaan logistik (Oktober 2015).

Tarif Go-Bok didasarkan oleh jarak tempuh, jarak tempuh di atas 25 km akan dikenakan biaya Rp.4.000/km (small trucks), Rp.4.500/km (small box trucks) dan Rp.5,000/km (large dumps). Go-Box juga menyediakan asuransi apabila terjadi kerusakan atau kehilangan barang berupa santunan senilai 10 juta Rupiah. Nantinya saat pemesanan juga bisa ditambahkan premi asuransi sesuai dengan nilai barang yang ingin dikirimkan

Application Information Will Show Up Here

 

Etobee

Etobee, startup Logistik Indonesia / Dailysocial

Etobee menawarkan diri sebagai pilihan baru dalam hal layanan logistik. Tak main-main, Etobee memulai debut dengan meyakinkan dengan modal 1000 armada yang terdiri dari motor, vans dan truk. Wilayah yang dilayani Etobee baru mencakup Jadetabek (Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi).

Aplikasi yang disediakan Etobee memungkinkan pelanggan melakukan pengiriman barang di manapun dan kapanpun dengan lebih mudah. Sistem aplikasi mobile Etobee secara otomatis akan mencari kurir terdekat yang tersedia dalam jangka waktu kurang dari dua menit.

Application Information Will Show Up Here

 

Blu-Jek

blue jek

Seperti Go-Jek, selain menawarkan jasa antar penumpang mereka juga mempunyai layanan antar jemput barang yang dinamai Blu-Courier. Blu-Jek mengklaim layanannya lebih baik hal menjaga privasi pelanggan melalui metode pembayaran cashless atau tanpa uang tunai.

Mengawali langkahnya dengan seribu armada, Blu-Jek memulai layanannya di seputaran Jabodetabek dengan promo gratis selama sebulan untuk jarak 6 km pertama, selebihnya dikenakan tarif flat Rp. 25.000. Berikutnya, tarif normal Blu-Jek dipatok Rp 20.000 untuk lima kilometer pertama dan Rp 4.000 per kilometer berikutnya.

Application Information Will Show Up Here

Arkos


arkos

Arkos atau Armada Kosong adalah startup yang berfokus pada layanan on-demand di bidang logistrik yang menggunakan armada berukuran besar, truk. Mengusung prinsip yang sama dengan layanan sejenis, Arkos ingin mewadahi pemiliki barang dan kendaraan untuk bertemu dan saling memenuhi kebutuan masing-masing. Berhubung layanan ini baru beroperasi, saat ini Arkos baru menawarkan akses layanan ke situs web, belum berupa aplikasi mobile. Namun dalam waktu dekat dua platform Android dan iOS juga akan mengudara.

Web: Armada Kosong.

JET

[kiri ke kanan] COO JET Poeti Fatima dan Co-Founder JET Mike Roosevelt / DailySocial

Startup Indonesia yang menawarkan layanan on-demand logistik sepanjutnya adalah JET atau Joint Express Transport. Bergerak di bidang ride-sharing dan juga pengiriman, JET menawarkan empat layanan, yaitu JETride, JETcourier, JETpickup, dan JETbox. Pelanggan dapat memilih jenis pembayaran sendiri, antara lain tunai, kartu kredit, dan JETwallet yang dapat diisi ulang melalui e-cash Mandiri.

Application Information Will Show Up Here

 

Sumber gambar header: Shutterstock.

OnlinePajak Umumkan Pembukaan API dan Kemitraan dengan Accurate, Talenta, dan Etobee

Menjelang bulan-bulan pelaporan pajak yang biasanya ramai menjadi pembicaraan di bulan Maret, OnlinePajak mengumumkan pembukaan API dan kemitraan dengan tiga layanan, yaitu software accounting Accurate, layanan SaaS HR Talenta, dan layanan logistik on-demand Etobee. OnlinePajak berharap kemudahan yang diberikan bisa dioptimasi untuk kemudahan tiga layanan tersebut mengurusi soal pembayaran dan pelaporan bukti pembayaran pajak untuk perusahaan.

Dengan kerja sama ini, klien B2B Accurate dan Talenta bisa langsung mengurusi pembayaran pajak pegawainya melalui API OnlinePajak secara seamless. Caranya adalah dengan mengimpor bukti transaksi finansial dan data gaji perusahaan ke aplikasi OnlinePajak untuk memudahkan pencetakan e-Faktur, penyiapan dokumen perpajakan (PPN, PPh 21 dan 23), dan mengirimkannya secara elektronik menggunakan proses e-filing.

OnlinePajak sendiri sudah diakui oleh DJP (Direktorat Jenderal Pajak) dalam pengurusan hal ini dan saat ini mengatakan telah memiliki 60 ribu klien pembayarpajak dan memiliki Astra Otoparts, TNT, dan Coca Cola di antara kliennya.

[Baca juga: Sistem OnlinePajak Mudahkan Kegiatan Pajak untuk UKM]

Tersedia pula opsi untuk mengirimkan bukti potong pajak, yang harus dikirimkan secara fisik, melalui layanan logistik Etobee. Secara umum, mereka berharap pengalaman perpajakan bisa dilakukan dengan lebih mudah, nyaman, dan transparan.

Dalam sebuah acara di bilangan Kuningan, Pendiri dan CEO OnlinePajak Charles Guinot mengatakan, “Kami percaya sistem perpajakan seharusnya terbuka dan gratis untuk semua. Kami percaya bakal semakin banyak perusahaan bergabung bersama kami dan membangun layanan hebat di atas platform kami.”

Nantinya layanan seperti Accurate dan Talenta akan memberikan tambahan biaya untuk opsi kemudahan ini, yang akan menjadi salah satu cara monetisasi OnlinePajak yang didirikan sejak tahun 2014.

Selain kerja sama pembukaan API ini, OnlinePajak juga menyebutkan pihaknya akan segera merilis fitur pelaporan pajak untuk individu dan berharap bisa memperoleh 30 ribu pengguna baru.

Etobee Luncurkan Layanan E-Shop untuk Sambut Hari Valentine

Bulan Februari selalu lekat dengan “kasih sayang” karena ada hari valentine yang tersemat di antaranya. Dalam rangka menyambut datangnya hari kasih sayang tersebut, startup berbasis teknologi penyedia jasa pengiriman Etobee meluncurkan fitur baru bernama E-Shop dalam pembaruan aplikasinya. Melalui E-Shop, kini Etobee dapat melayani pembelian barang melalui aplikasi.

E-Shop sendiri sebenarnya adalah fitur yang mengkurasi produk-produk dari rekanan bisnis Etobee di Indonesia. Untuk kasus kali ini, menyabut hari valentine, produk yang dikurasi berasal dari Asmaraku dan Bacco Wine Culture. Kehadiran dari E-Shop sendiri pun sudah sempat disinggung sebelumnya oleh Sven Milder sebagai bagian dari rangkaian fitu-fitur baru yang akan disematkan tahun ini.

Melalui keterangan yang kami terima, CEO Etobee Indonesia Iman Kusnandi menyampaikan, “Dengan layanan E-Shop ini, diharapkan kami dapat memudahkan user kami untuk membeli hadiah valentine untuk orang terkasih mereka. Produk yang kami tawarakan beragam, mulai dari cokelat, bunga mawar, sampai wine pun ada.”

“Produk-produk yang ditawarkan adalah produk yang berasal dari beberapa partners Etobee, yaitu Asmaraku dan Bacco Wine Culture. Harga yang diberikan pun sangat menarik dan cukup terjangkau […] dan kami berikan special delivery fee hanya Rp 15.000/paket,” lanjut Iman.

Fitur E-Shop dari Etobee yang diluncurkan dalam rangka menyambut Hari Valentine / DailySocial

Untuk menggunakan fitur ini, pengguna Etobee hanya cukup memilih menu valentine yang sudah ditambahkan dalam pembaruan aplikasi mobile Etobee. Setelah memilih produk yang diinginkan, pengguna akan diminta mengisi detail alamat pengiriman dan memasukan pesan pribadi bila perlu.Pembayaran produk bisa dilakukan lewat kartu kredit, ATM Transfer, atau Mandiri bill payment.

Berdasarkan penelusuran, rentang harga yang ditawarkan untuk produk yang dikurasi mulai dari Rp 110.000 untuk satu kotak Ferrero Rocher berisi 16 buah hingga Rp 721.900 untuk paket Vin et Fleurs. Dalam satu paket Vin et Fleurs terdapat satu botol wine (pengguna bisa memilih jenis red, white, atau sparkling wine) dan mawar merah dalam kotak hadiah.

Pengguna Etobee dapat melakukan pemesanan produk yang diinginkan dengan cara pre-booked kado valentine mulai dari tanggal 5 Februari sampai 12 Februari 2016 mendatang. Semua barang yang dipesan, dijanjikan Etobee untuk tiba pada tanggal 14 Februari 2016, bertepatan dengan hari valentine. Promo dari Etobee ini sendiri baru tersedia untuk kawasan Jadetabek (Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi).

Application Information Will Show Up Here

Etobee Berambisi Jadi Salah Satu Pemain Besar Jasa Pengiriman

Menjamurnya industri e-commerce di Indonesia memiliki efek domino terhadap industri lain, dan logistik adalah salah satu sektor yang paling merasakannya. Pun demikian, sektor ini masih belum digarap secara optimal. Etobee sebagai salah satu startup berbasis teknologi yang bergerak di sektor logistik memiliki visi untuk dapat mengoptimalkan sektor tersebut. Ambisnya di tahun 2016 ini mereka ingin bisa masuk dalam daftar lima besar pemain jasa pengiriman di Indonesia dengan basis teknologi.

Etobee memposisikan dirinya sebagai marketplace yang menghubungkan perusahaan logistik dengan permintaan untuk pengiriman barang dari pelanggan yang membutuhkan jasa pengiriman instan. Dengan mengusung moto “everyone’s favourite delivery service”, Etobee ingin menjadi pilihan utama bagi individual UMKM, hingga perusahaan besar dalam pengiriman barang. Sebelumnya Etobee juga telah meluncurkan aplikasi mobile yang dapat terpasang di platform Android dan iOS.

Di tahun 2016 ini Etobee pun akan lebih agresif agar bisa menggapai ambisinya untuk dapat masuk ke dalam daftar lima besar pemain logistik di Indonesia. Dalam beberapa Minggu ke depan, Etobee berencana untuk memulai ekspansi pengiriman barang jangkauan nasional ke 14 kota besar Indonesia. Targetnya di akhir 2016 sudah bisa menjangkau 33 provinsi di Indonesia.

Saat ini dengan 2000 armada yang dimiliki, Etobee telah melayani area Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Semarang, dan Yogyakarta. Harapannya tahun ini bisa bertambah menjadi 25.000-30.000 armada yang terdiri dari motor, mobil van, dan truk.

“Kami punya target yang ingin digapai di tahun 2016. Kami ingin tumbuh dan masuk dalam daftar lima besar [pemain logistik untuk jasa pengiriman] di Indonesia. Di tahun 2017, kami ingin menjadi nomor dua untuk jasa pengiriman e-commerce di Indonesia,” ujar CEO Etobee Sven Milder di sela-sela acara Internet Retailing Expo 2016 kemarin (19/1).

Kini Etobee juga mengklaim telah bekerja sama untuk menjadi agregator bagi 30 perusahaan logistik di Indonesia dari yang kecil hingga yang besar. Beberapa perusahaan e-commerce juga telah bekerja sama dengan Etobee seperti Jualo, elevenia, Berrybenka dan Blibli. Pemain besar lainnya juga menurut Sven sedang dalam proses untuk kerja sama.

CEO Etobee Sven Milder / DailySocial

Selain dengan pemain-pemain e-commerce, Etobee juga telah menjalin kerja sama dengan Pos Indonesia dan DHL. Menurut Sven, kerja sama dengan Pos Indonesia ini telah terjalin selama kurang lebih tiga bulan. Pihak Etobee sendiri lebih banyak berperan sebagai penyedia dukungan teknologi dalam kerja sama ini.

Sven mengatakan, “Ini [kerja sama dengan Pos Indonesia] adalah win-win solution. Kami supply mereka dengan teknologi, jadi mereka juga bisa menikmati bisnis e-commerce. Sedangkan mereka supply kami dengan outlet yang selanjutnya dapat kami utilisasi sebagai tempat drop-off atau pickup paket.”

Hal lain yang diungkap oleh Sven adalah rencana penyematan fitur-fitur baru yang saat ini sedang dalam tahap pengembangan. Penyematan fitur-fitur tersebut rencananya akan diluncurkan pada bulan Februari mendatang. Beberapa di antaranya adalah chatting, video messaging, kampanye tertarget, dan kurasi produk rekanan penjual dalam aplikasi Etobee.

“Semua rekanan kami [nantinya] akan punya kemampuan untuk menjual produknya lewat aplikasi kami. Jadi tiap harinya kami akan mengkurasi secara khusus beberapa produk [dari rekanan] untuk pengguna akhir kami,” jelas Sven.

Beberapa rencana lainnya adalah Etobee juga akan memperluas wilayah operasional di luar Indonesia. Beberapa negara yang menjadi target terutama berada di kawasan Asia Tenggara, seperti Filipina, Malaysia, dan Thailand. Di tahun 2016 ini, Sven juga ingin Etobee dapat mencapai 100.000 aktivitas pengiriman tiap harinya.

Sebagai informasi Etobee sebelumnya juga telah mendapatkan pendanaan sebesar $ 2 juta dari sejumlah investor yang tidak bisa diungkap. Dalam waktu dekat ini, menurut Sven Etobee juga berencana untuk mendapatkan putaran pendanaan berikutnya.

Etobee Ramaikan Sektor Logistik Berbasiskan Aplikasi Mobile

Etobee, layanan logistik dengan sentuhan teknologi / Dailysocial

Ingin mengoptimalkan sektor logistik yang kian menjanjikan, Etobee mencoba memberikan pilihan baru bagi masyarakat dengan mengedepankan kecepatan dan keamanan pengiriman yang dikemas menggunakan teknologi dalam bentuk aplikasi mobile. Aplikasi Etobee sudah tersedia di Google Play dan App Store. Continue reading Etobee Ramaikan Sektor Logistik Berbasiskan Aplikasi Mobile