Tag Archives: EV Hive

Aside from the coworking space concept, CoHive, a rebranding of Cocowork, will also provide co-living and new retail schemes

Cocowork Renames to CoHive, Aims Not Only as Coworking Space

Recently rebranding on last June, Cocowork got renamed again. It’s now become CoHive. Besides coworking space, it also aims for new segments, co-living and new retail.

Co-Hive is currently running more than 32,000 sqm coworking space in 22 different locations around Jakarta and Medan, with more than 5,500 communities from corporate, SME, and startups renting monthly or annual working space.

Cocowork, previously named EV Hive, was considered successful in managing and providing working spaces which aim for collaboration, good concept, and strategic locations. It makes Cocowork continuously developing more workspaces and to target 100,000 sqm space in various locations the next year.

The new concept of CoHive is the reason behind its rebranding due to some new services. There is no further information on us regarding the new concept implementation by CoHive, however, the name proposed for these new products are CoHive Co-Living and Residences, CoHive Marts, and CoHiveX.

“Through the sharing economy concept, young entrepreneurs can access the necessary resources and community support to start and develop their business. With a series of comprehensive solutions in CoHive, our community members can work, live, and have fun in within the same ecosystem,” Carlson Lau, CoHive’s CEO, said.

He explained further that they currently have the tower network of offices and companies to be used for integrated services and activities development of community building, and planned to be launched in 2019.

In making this plan and strategy happened, CoHive is supported by some investors, such as East Ventures, Sinar Mas Digital Ventures (SMDV), Insignia Ventures, Softbank Ventures Korea, H&CK Partners, Tigris Investment, and Intudo Ventures.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Selain konsep coworking space, CoHive sebagai hasil rebranding Cocowork juga bakal menyediakan skema co-living dan new retail

Cocowork Ganti Nama Jadi CoHive, Tak Hanya Kejar Pasar Ruang Kerja

Baru saja rebranding di akhir Juni lalu, Cocowork kembali berganti nama. Kini namanya menjadi menjadi CoHive. Selain ruang kerja bersama (coworking space) CoHive juga menyasar segmen baru, yaitu co-living dan new retail.

CoHive saat ini sudah mengoperasikan lebih dari 32.000 meter persegi coworking space di 22 lokasi yang tersebar di Jakarta dan Medan, dengan lebih dari 5.500 komunitas perusahaan, UKM, dan startup yang menyewa ruang kerja dengan sistem per bulan atau tahunan.

Cocowork, sebelumnya bernama EV Hive, dinilai berhasil mengelola banyak coworking space dan menyediakan ruang kerja yang mengedepankan kolaborasi, memiliki konsep yang baik, dan terletak di lokasi-lokasi strategis. Kondisi ini membuat Cocowork terus ingin berkembang dengan lebih banyak ruang kerja yang ditargetkan mencapai 100.000 meter persegi di berbagai lokasi pada tahun mendatang.

Konsep baru yang diusung CoHive menjadi alasan perubahan nama karena membawa sejumlah layanan baru terkait pemanfaatan ruang. Belum ada informasi lebih jauh yang kami peroleh mengenai implementasi konsep baru yang diusung CoHive ini, tapi disebut nama yang diusung untuk produk baru ini adalah CoHive Co-Living and Residences, CoHive Marts, dan CoHiveX.

“Melalui konsep sharing economy, generasi pengusaha muda dapat mengakses sumber daya dan dukungan komunitas yang mereka butuhkan untuk memulai dan mengembangkan bisnis mereka. Dengan serangkaian solusi komprehensif yang ada di dalam platform CoHive, komunitas pengusaha yang tergabung bersama kami dapat bekerja, hidup, dan bersenang-senang di dalam ekosistem kami,” terang CEO CoHive Carlson Lau.

Lebih jauh Carlson menjelaskan bahwa saat ini mereka sudah memiliki jaringan menara kantor dan perusahaan yang rencananya akan digunakan untuk membangun seluruh layanan jasa dan aktivitas community building yang terintegrasi dan rencananya akan diluncurkan pada tahun 2019.

Dalam mewujudkan rencana dan strateginya ini, CoHive didukung sejumlah investor, seperti East Ventures, Sinar Mas Digital Ventures (SMDV), Insignia Ventures, SoftBank Ventures Korea, H&CK Partner, Tigris Invesment, dan Intudo Ventures.

Kevin Lam, Pardi Kendy (UOB Indonesia) dan tim COCOWORK / DailySocial

Kolaborasi UOB Indonesia dan COCOWORK Dukung Pertumbuhan Startup

Bertujuan merangkul lebih banyak perusahaan rintisan dan UKM, Bank UOB Indonesia umumkan kemitraan dengan COCOWORK menghadirkan UOB X COCOWORK. Dalam sambutannya, Direktur Utama UOB Indonesia Kevin Lam mengungkapkan, coworking space UOB X COCOWORK di gedung UOB Plaza Jakarta diharapkan bisa menjadi platform startup bekerja dan berkolaborasi.

“Kemitraan strategis ini bisa membantu pelaku UKM dan startup agar bisa mendukung perkembangan ekonomi Indonesia. UOB Indonesia berharap bisa menjadi bagian dari ekosistem tersebut.”

Tidak hanya ruangan kerja, di coworking space UOB X COCOWORK semua startup dan pelaku UKM yang bergabung bisa memanfaatkan jaringan UOB di Indonesia dan di negara lainnya. Berbentuk pelatihan hingga konsultasi khusus, UOB Indonesia ingin membantu startup mengembangkan bisnisnya. Saat ini ada sekitar 40 perusahaan yang menjadi tenant di coworking space UOB X COCOWORK.

Meskipun secara khusus menargetkan layanan fintech, UOB Indonesia juga membuka kesempatan untuk perusahaan teknologi, perusahaan pemasaran digital, penyedia layanan profesional seperti kantor pengacara, akuntan dan spesialis properti intelektual untuk bergabung dengan komunitas UOB Indonesia dan COCOWORK.

“Bank UOB telah hadir di 15 negara dan kami siap membantu startup yang berniat mengembangkan usahanya. Nantinya jika diperlukan kami akan memberikan konsultasi hingga mengajak untuk bergabung dalam kegiatan CSR yang kami miliki,” kata Channels Director UOB Indonesia Pardi Kendy.

UOB juga memberikan layanan finansial kepada startup yang ingin mendapatkan tambahan modal usaha.

Rencana ekspansi COCOWORK

Setelah mengumumkan rebranding menjadi COCOWORK (sebelumnya EV Hive) pada bulan Juni lalu, COCOWORK memiliki rencana akhir tahun 2018 untuk ekspansi ke tiga kota baru, yaitu Makassar, Bali, dan Yogyakarta.

Sudah berdiri selama tiga tahun, COCOWORK kini telah memiliki 21 lokasi di Jakarta dan Medan dengan jumlah tiga ribu anggota. Rencana ekspansi COCOWORK diharapkan bisa memperluas kesempatan bekerja bagi startup di kota lainnya.

“Melalui kerja sama dengan UOB Indonesia, anggota kami dapat memiliki peluang untuk mengembangkan bisnis mereka di Asia Tenggara,” tutup Co-Founder & CEO COCOWORK Carlson Lau.

COCOWORK management in the grand launching of the new brand / DailySocial

EV Hive Rebranding into COCOWORK

EV Hive co-working space announces its rebranding into COCOWORK. The name was taken from the community, collaboration, and workspace. Those three words are considered as the main aspect of co-working space. The rebranding meant to reflect the company’s commitment towards its core as flexible co-working, and community for the individuals on their business progress.

Carlson Lau, the CEO & Co-Founder, said the new identity is expected to reach multiple new users. In fact, around 30% of COCOWORK members are traditional business, not only tech startups. The company predicts an increasing percentage of SME members in the future.

“The [rebranding] plan has started since the beginning of this year, as we see our members, 30% of which are traditional business, such as restaurant and factory. As we see in the future our target will broaden, the trend of coworking and its benefits are getting recognized,” Carlson said, Tue (6/26).

In his opinion, the rebranding is also the beginning step of COCOWORK as Indonesia’s biggest coworking space network to provide the flexible office space with building community in Indonesia to Southeast Asia.

For long-term, without the period being mentioned, Carlson plans an international expansion to Southeast Asia by targeting to build 100 new locations. In short term, the company’s targeting to add eight new location and starting to seek opportunity for new cities besides Jakarta and Medan.

Lau also said the company is currently considering to open the new location in Bandung, Yogyakarta, and Makassar. The cities are recognized by a significant growth of its young executives.

COCOWORK currently has 21 coworking space locations in Jabodetabek and Medan. The total area is more than 30 thousand sqm consists of more than 3 thousand members from 260 companies.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

EV Hive “Rebranding” Jadi COCOWORK

Startup coworking space EV Hive mengumumkan rebranding menjadi COCOWORK. Nama tersebut diambil dari kata community, collaboration, dan workspace. Ketiga kata itu dinilai menjadi aspek utama dari coworking space. Perubahan ini dilakukan demi merefleksikan komitmen perusahaan terhadap esensinya sebagai coworking space yang fleksibel, serta komunitas bagi individu yang tengah mengembangkan usahanya.

Co-Founder & CEO COCOWORK Carlson Lau mengatakan identitas barunya ini diharapkan dapat menjangkau lebih banyak pengguna baru. Pasalnya sekitar 30% dari anggota COCOWORK berasal dari bisnis tradisional, bukan hanya dari startup teknologi saja. Pihaknya juga memprediksi ke depannya persentase anggota dari kalangan UKM akan semakin banyak.

“Rencana [rebranding] ini dimulai sejak awal tahun ini karena kita lihat dari keanggotaan kami 30% di antaranya dari bisnis tradisional, seperti dari restoran dan pabrik. Jadi kita lihat ke depannya sasaran kita akan semakin luas, tren mengenai manfaat dari coworking akan semakin terasa ke depannya,” terang Carlson, Selasa (26/6).

Menurutnya, rebranding ini sekaligus mengawali langkah COCOWORK sebagai jaringan coworking space terbesar di Indonesia untuk menghadirkan lingkungan kerja yang fleksibel dengan komunitas membangun di Indonesia hingga Asia Tenggara.

Dalam rencana jangka panjang, kendati tidak disebutkan berapa lama kurun waktunya, Carlson berencana untuk ekspansi internasional ke Asia Tenggara dengan target membuka 100 lokasi baru. Sementara untuk jangka pendeknya, pihaknya menargetkan dapat menambah delapan lokasi baru dan mulai menjajaki potensi kota baru di luar Jakarta dan Medan.

Carlson juga menuturkan, timnya saat ini sedang mempertimbangkan pembukaan lokasi coworking space baru di Bandung, Yogyakarta, dan Makassar. Kota tersebut dilihat lantaran memiliki pertumbuhan pengusaha muda yang signifikan.

Terhitung saat ini COCOWORK memiliki 21 lokasi coworking space yang tersebar di Jabodetabek dan Medan. Total luasnya lebih dari 30 ribu meter persegi yang mencakup lebih dari 3 ribu anggota yang terdiri dari 260 perusahaan.

EV Hive receives new funding worth of $20 million

EV Hive Secures $20 Million Series A Funding

EV Hive co-working space has scored a Series A funding worth of $20 million (277 billion Rupiah) led by Softbank Ventures Korea, H&CK Partners, and Tigris Investment. All three are based in Korea. Several new investors involved in this round are Naver, LINE Ventures, and STIC Investment. Also participated are the previous investors, such as East Ventures, SMDV, Sinar Mas Land, Insignia Venture Partners, Intude Ventures, and angel investors (Michael Widjaya and Chris Angkasa).

The company plans to use the funding for expansion, including regional opportunities, to a 100 new locations. They’re claimed to have more than 3000 active members.

Previously, EV Hive has received Pre-Series A Funding worth of $3.5 million or around 46 billion Rupiah in September 2017.

EV Hive was established in June 2015 by East Venture as a “pet project” and in May 2017 has become a separate company. Currently, the co-working space company already has 21 locations in Jabodetabek and Medan. In total, the area has reached 30 thousand sqm.

Carlson Lau, EV Hive’s CEO told DailySocial, “The co-working space business has a huge potential in Indonesia because of the sheer numbers of SMEs in the country, many of whom require affordable access to workspaces and businesses services. Co-working is a powerful platform to effectively help lower these small businesses and startups’ cost of doing business. Besides, co-working currently only occupies less than 1% of the total commercial real estate space, and we think that in the future co-working will a mainstream business where more than 20% of all commercial real estates are fitted out as co-working spaces.”

In Indonesia, co-working space still considered as a new business and tend not to gain profit. However, the big players are marking their territory. US giant co-working space, WeWork, has confirmed its presence in Indonesia, while Chinese co-working space UrWork investing in local service Go-Rework.

Although it’s still focused in Jabodetabek area, Lau assured to expand to other big cities in Indonesia. He said, “Outside of Jabodetabek, we are already in Medan, and we are planning to open co-working spaces in all the major cities in Indonesia. Our expansion decision is largely to cities with strong entrepreneurial communities who require access to services, and with whom we think there are great cross city collaboration opportunities with our existing members.”

Regarding the regional expansion, Lau ensures that his team will focus on Indonesia this year but still opens opportunities for neighbor countries.

“We have already received a number of enquiries from landlords and business partners to expand into their cities in SEA countries. We see great potential in Philippines, Vietnam, Thailand and Malaysia where we witness a lot of startup activity. In fact, some of our existing members are already making plans to expand into these countries, and we plan to follow our customers in their regional expansion plans,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

EV Hive kembali memperoleh pendanaan. Kali ini senilai total $20 juta

EV Hive Umumkan Perolehan Pendanaan Seri A 277 Miliar Rupiah

Layanan co-working space EV Hive mengumumkan perolehan pendanaan Seri A senilai $20 juta (277 miliar Rupiah) yang dipimpin Softbank Ventures Korea, H&CK Partners, dan Tigris Investment. Ketiganya berbasis di Korea. Investor baru yang juga masuk dalam pendanaan ini adalah Naver, LINE Ventures, dan STIC Investment. Juga berpartisipasi adalah investor terdahulu, yaitu East Ventures, SMDV, Sinar Mas Land, Insignia Venture Partners, Intudo Ventures, dan angel investor Michael Widjaya dan Chris Angkasa.

Perusahaan berencana menggunakan dana tersebut untuk berekspansi, termasuk membuka peluang secara regional, ke 100 lokasi baru. Disebutkan mereka saat ini memiliki lebih dari 3000 anggota aktif.

Sebelumnya EV Hive memperoleh pendanaan Pra-Seri A sebesar $3,5 juta atau sekitar 46 miliar Rupiah di bulan September 2017.

EV Hive awalnya didirikan di bulan Juni 2015 oleh East Ventures sebagai sebuah “proyek kecil-kecilan” dan di bulan Mei 2017 menjadi sebuah perusahaan tersendiri. Perusahaa saat ini memiliki 21 lokasi co-working space di Jabodetabek dan Medan. Secara total, luasan tempat kerja EV Hive saat ini mencapai 30 ribu meter persegi.

Kepada DailySocial, CEO EV Hive Carlson Lau mengatakan, “Bisnis co-working memiliki potensi besar di Indonesia karena jumlah UKM yang banyak. Co-working adalah platform yang hebat untuk secara efektif menurunkan biaya berbisnis bagi startup dan UKM. Co-working saat ini hanya kurang dari 1% dari total segmen real estate komersial dan kami pikir di masa depan co-working akan menjadi bisnis mainstream dengan lebih dari 20% segmen real estate komersial akan ditempati co-working space.”

Di Indonesia co-working space masih merupakan bisnis yang relatif baru dan cenderung belum memperoleh keuntungan. Meskipun demikian para pemain raksasa sudah menancapkan kukunya di sini. Raksasa co-working space Amerika Serikat WeWork telah memastikan kehadirannya di Indonesia, sementara raksasa co-working space Tiongkok UrWork berinvestasi di layanan lokal Go-Rework.

Meskipun fokus layanannya masih di kawasan Jabodetabek, Carlson memastikan  akan merambah kota-kota besar lainnya di Indonesia. Carlson mengatakan, “Di luar Jabodetabek, kami telah tersedia di Medan dan kami berencana membuka co-working space di semua kota-kota besar di Indonesia. Kami berekspansi ke kota-kota dengan komunitas kewirausahaan yang kuat yang membutuhkan akses ke layanan [co-working space] ini dan tempat yang mendukung peluang kolaborasi antar kota dengan anggota-anggota kami.”

Tentang rencana ekspansi regional, Carlson memastikan pihaknya masih akan fokus ke Indonesia tahun ini, tetapi tetap membuka peluang ekspansi ke negara-negara tetangga.

“Kami telah mendapatkan permintaan dari sejumlah pemilik lahan dan mitra bisnis untuk berekspansi ke kota-kotanya di kawasan Asia Tenggara. Kami melihat potensi besar di Filipina, Vietnam, Thailand, dan Malaysia ketika kami menyaksikan sendiri banyaknya aktivitas startup. Bahkan sejumlah anggota kami telah memiliki rencana berekspansi ke negara-negara tersebut dan kami berencana mengikuti konsumen kami dalam rencana ekspansi regional mereka,” tutup Carlson.

Menkominfo Rudiantara, Carlson Lau (EV Hive), Jerry Ng (BTPN), dan Willson Cuaca (East Ventures) saat acara peresmian coworking space Jenius x EV Hive / DailySocial

EV Hive dan BTPN Dirikan Coworking Space Sasar Startup Fintech

Bertujuan memberikan ruangan kerja untuk penggiat startup yang menyasar sektor fintech, EV Hive membuka coworking space baru bersama Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) dan PT Bahanasemesta Citranusantara bernama Jenius x EV Hive yang berlokasi di Menara BTPN lantai 47, Mega Kuningan. Jenius adalah brand tabungan digital kini menjadi unggulan BTPN. Coworking space ini merupakan cabang yang ke-17 yang dikelola EV Hive.

Dipilihnya EV Hive sebagai mitra strategis coworking space ini diungkapkan Direktur Keuangan BTPN Arief Harris Tandjung karena adanya kesamaan visi dan model bisnis.

“Ini merupakan pilot project dari BTPN. Akan dilihat seperti apa hasil dari kerja sama ini. Kami juga berharap melalui coworking space ini bisa membuka peluang kemitraan dengan startup yang menyasar sektor fintech.”

Ditambahkan CEO EV Hive Carlson Lau, didirikannya coworking space Jenius x EV Hive ini diharapkan bisa menjadi basis startup baru yang ingin menyasar sektor fintech.

“Kami juga akan menggelar berbagai kegiatan yang bertemakan financial technology dengan menghadirkan para pakar dan bisa dinikmati semua startup fintech di indonesia,” kata Carlson.

Coworking space yang dikelola EV Hive ini memiliki 40 ruang kantor yang dilengkapi ruang pertemuan dan lounge. Saat ini sudah ada enam startup yang bergabung, kebanyakan didominasi startup binaan East Ventures. East Ventures sendiri memiliki ruangan khusus di coworking space ini.

“Untuk BTPN kami tidak sekedar fokus kepada profit dan tidak ingin dikenal secara eksklusif. Dengan kerja sama strategis ini diharapkan BTPN bisa ambil bagian di gerakan financial technology saat ini. Kami percaya sektor perbankan harus bisa berubah dan dalam waktu 3-4 tahun terakhir kita sudah mulai melakukan inisiatif tersebut,” kata President Director BTPN Jerry Ng.

Selain kolaborasi EV Hive dan BTPN tersebut, awal tahun ini UnionSpace juga meresmikan FintechSpace sebagai coworking space khusus startup fintech.

Unicorn selanjutnya dari sektor fintech

Turut hadir dalam acara peresmian ini Menkominfo Rudiantara yang memberikan apresiasi pendirian coworking space Jenius x EV Hive ini. Rudiantara menyampaikan harapannya kepada pelaku startup fintech di Indonesia agar bisa tampil sebagai startup unicorn selanjutnya di Indonesia.

“Saat ini kita sudah punya empat startup unicorn dari Indonesia namun belum ada satupun dari layanan fintech. Untuk startup unicorn keempat atau kelima saya harapkan berasal dari layanan fintech.”

Disinggung apakah Rudiantara sudah bisa melihat startup fintech apa yang bakal menyandang status unicorn di Indonesia, Rudiantara menyebutkan startup layanan peer-to-peer lending (P2P) nampaknya menunjukkan prestasi yang baik dan memiliki potensi untuk menyandang status unicorn.

“Kita lihat saja saat ini layanan P2P sudah mampu memiliki pertumbuhan yang baik dan saya lihat ke depannya layanan seperti ini memiliki peluang untuk menjadi startup unicorn,” kata Rudiantara.

Sebagai perwakilan pemerintah yang mendukung keberadaan startup lokal, Kemenkominfo mengklaim selalu menerapkan pendekatan peraturan light touch kepada startup untuk menjalankan bisnis secara lebih leluasa.

“Dengan prinsip tersebut saya berharap akan muncul lebih banyak lagi entrepreneur baru yang bisa menghadirkan startup dengan berbagai layanan yang ada. Sementara untuk startup yang sudah mapan dan stabil, diharapkan bisa lanjut ke tahapan pendanaan lainnya seperti Seri B, C dan selanjutnya,” kata Rudiantara.

Application Information Will Show Up Here

EV Hive Umumkan Kemitraan dengan Anak Usaha Pos Indonesia, Hadirkan Co-Working Space

Startup co-working space EV Hive mengumumkan kemitraan dengan anak usaha Pos Indonesia, PT Pos Properti Indonesia, dengan meresmikan lokasi terbaru EV Hive di kantor pusat Pos Indonesia di Pasar Baru, Jakarta.

“Rencana ini [mendirikan coworking space] sudah ada sejak beberapa tahun lalu, tapi baru sekarang terealisasi. Kami mau kembali jadi top of mind buat anak muda saat ingin mengembangkan usahanya,” terang Direktur Utama Pos Properti Handriana Tjatur Setijowati, Rabu (31/1).

CEO dan Co-Founder EV Hive Carlson Lau menambahkan, “Baik Pos Properti maupun EV Hive bersama memiliki visi untuk menciptakan lokasi ini menjadi suatu wadah di mana komunitas dapat berkumpul, berbagi pengalaman dan gagasan, inovasi dan menciptakan bisnis baru bersama.”

Handriana melanjutkan, Pos Indonesia memiliki berbagai jenis aset yang tersebar di seluruh Indonesia, mulai dari kantor sampai rumah dinas. Pemilihan aset yang akan direvitalisasi itu akan ditentukan berdasarkan skala prioritasnya, apakah di kota besar, ada pasarnya, dan lain sebagainya.

“Ada yang kami investasi sendiri atau kerja sama dengan pihak ketiga untuk disewa. Salah satu yang sudah kami lakukan adalah menyewakan space untuk Starbucks di gedung Filateli. Ada juga rencana untuk kerja sama buat hotel budget.”

Di lokasi ini akan lebih banyak diperuntukkan untuk pegiat startup yang bergerak di bidang logistik dan e-commerce. Ke depannya akan banyak serangkaian aktivasi dan lokakarya yang dapat menampung hingga 400 orang, ditujukan untuk mengembangkan komunitas EV Hive, termasuk memanfaatkan berbagai jasa Pos Indonesia.

Setelah meresmikan lokasi tersebut, berikutnya Pos Indonesia akan memanfaatkan aset lainnya untuk menjadi co-working space di gedung Filateli, Jakarta. Rencananya lokasi tersebut akan diresmikan pada Maret 2018.

Lokasi kedua tersebut akan difokuskan untuk aktivasi industri kreatif dan mengangkat tema-tema seputar budaya Indonesia. Diharapkan tempat ini menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara yang ingin mengetahui lebih banyak sejarah Pos Indonesia dan dearah sekitarnya.

Buka lokasi baru

Carlson melanjutkan lokasi terbaru ini menambah kehadiran EV Hive di Indonesia. Hingga kini, EV Hive telah berada di 14 titik di Jakarta dan satu lokasi di Medan.

Sepanjang tahun ini, EV Hive akan membuka 29 lokasi baru dan mulai ekspansi ke luar kota. Menurut Carlson, kota yang akan disasar EV Hive di antaranya Bandung dan Yogyakarta. Pihaknya mengaku akan membangun sendiri co-working space namun juga ada hasil kolaborasi dengan pihak lain.

“EV Hive akan membidik lokasi baru yang memiliki banyak mahasiswa dan startup baru yang bermunculan.”

Menurut data terakhir, EV Hive menampung lebih dari 1.300 anggota dan 11 ribu acara dan workshop yang diselenggarakan para anggota. Beberapa anggota EV Hive di antaranya SquLine, Member.id, HelloBeauty, dan Ride Jakarta.

EV Hive akan memanfaatkan pembukaan lokasi baru dengan pendanaan segar pra-A yang didapat dari Insignia Venture Partners sebesar US$3,5 juta atau sekitar Rp46 miliar pada akhir 2017.

East Ventures Introduces “Warung Pintar”, Integrates Startup Partner’s Retail Technology Product

East Ventures announces a second project after successful with EV Hive co-working space. This time by developing “Warung Pintar”, a warung (shop) designed to enable digitalization targeting basic-level society. Through data management and analysis, its vision seeks to open new opportunities in term of financial inclusion, social security, behavior analysis, interaction with community and social influences monitoring.

This is a further attempt of East Ventures’ commitment to be more active in technology projects for public, a commitment made since the establishment of Unit Creating Shared Value (CSV). The selection of “warung” concept is considered as it becomes a culture of Indonesians. Warung Pintar wants to empower a segment in society that has not been exposed to the digital world. In the early phase, there are 8 Warung Pintar points throughout Jabodetabek.

“Warung, as a form of traditional micro-enterprise, has been present since the 19th century and closely engaged in local culture. Therefore, by the fact that technology should be accessible by everyone, warung becomes a medium for all Indonesians to take part in the digital economy,” said Agung Bezharie, Warung Pintar’s CEO who previously working as East Ventures’ Investment Associate.

c534ee38-fec0-48b8-a5f5-c868099906e1

Using IoT, big data analytics and blockchain technology

Technology implementation for Warung Pintar is available in 3 pillars, IoT (Internet of Things), big data analytics and blockchain. IoT implementation aims to improve the accuracy of retail data entry. Big data analytics will be used for better understanding of customer behavior, as well as blockchain to create transparency and trust of the shop owners. To smoothen its development, two business technology experts, namely Sofian Hadiwijaya and Pandu Kartika Putra, were hired.

Hadiwijaya is responsible as technical team leader. His experience as a tech community builder and board members in Kudo, Pinjam.co.id and Go-Jek is valued to be impactful for the growth of Warung Pintar. Putra on the other hand is East Ventures’ Associate of Civic Project. He previously was a technology specialist for general affair and involved in several activities such as Code for Bandung and Code4Nation.

“Although the digital platform implementation by consumers and merchants becomes high momentum in Indonesia, we are aware of some groups who against it due to the lack of exposure to the whole digital world. Warung Pintar takes a different approach to serve these segment by providing not only digital platform, but also building physical platform for them. We build an end-to-end solution starts from land discovery, funding, promotion to marketing. Warung Pintar is the answer for a new retailer,” said Willson Cuaca, East Ventures’ Managing Partner.

Cooperation and integration mechanism with East Ventures’ partners

Cuaca explained, Warung Pintar offers partnership in the term of cooperation with shop owners. They only have to give commitment, honesty and time to fix the place once needed. The project is actually in contrary to the current e-commerce economic unit, with an average of purchasing percentage smaller, non-repetitive buyers and relatively smaller profits. Nevertheless, Warung Pintar is a sign for East Ventures’ portfolio integration, given the enormous application of company’s technology solution, a result of East Ventures’ investment in this project.

Warung Pintar uses MokaPOS system for the cashier. Financial record and accounting will be using Journal. Customers can reload credit, purchase tickets and other items through Kudo services. Product procurement and last-mile distribution system provided by Do-cart. Warehouse distribution system managed by Waresix. In addition, all shops will be ready to fullfil EV Hive co-working space customer’s needs.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian