Tag Archives: Evan Tanogotono

Rey Assurance Klaim Cashless

Peroleh Investasi Tambahan, Rey Assurance Rilis Kartu Klaim “Cashless”

Startup insurtech Rey Assurance mengumumkan perolehan tambahan pendanaan tahap pra-awal dengan nominal dan investor yang dirahasiakan. Seebelumnya, pada pertengahan September, perusahaan mengumumkan pendanaan tahap pra-awal sebesar $1 juta dari Trans-Pacific Technology Fund. Di Indonesia, portofolio TPTF lainnya adalah Prixa, dan Kata.ai.

Bersamaan kabar teranyar ini, perusahaan mengumumkan kemitraan baru dengan Xendit, reasuransi global terkemuka AXA Life & Health Reinsurance Solutions (ALHRS), dan pemimpin industri lainnya. Kemitraan ini merupakan bagian dari peluncuran produk baru Rey, yakni klaim tanpa uang tunai (cashless) yang menjadi pembeda utama ekosistem terintegrasi asuransi yang diusung Perusahaan. Kartu klaim tanpa uang tunai ini sedang memasuki tahap integrasi ke dalam rangkaian lengkap penawaran produk Rey.

Model klaim tanpa uang tunai dari Rey memungkinkan para anggotanya untuk mengakses layanan kesehatan di penyedia offline pilihan mereka. Selain itu, platform klaim ini menghilangkan proses administrasi yang memakan waktu yang sebelumnya berlaku di semua penyedia layanan kesehatan. Kini pengguna cukup menggesek Kartu Rey.

Dalam keterangan resmi, Co-founder dan CEO Rey Evan Tanotogono menjelaskan, dalam waktu singkat perusahaan telah memanfaatkan pendanaan dan perluasan pendanaan untuk menarik mitra kelas dunia dalam mematangkan kualitas ekosistem Rey. “Pengumuman hari ini adalah tonggak utama dalam tujuan kami menciptakan jenis asuransi baru di Indonesia dengan produk dan layanan digital pertama, membuat cakupan kesehatan, jiwa dan penyakit kritis lebih mudah diakses. terjangkau, dan menyenangkan bagi masyarakat,” ujarnya.

Kemitraan dengan Xendit

Dia melanjutkan, kemitraan dengan Xendit memungkinkan platform teknologi masing-masing saling terintegrasi untuk menangani proses penanganan klaim dan membuat proses pembayaran yang lancar bagi anggota Rey dan penyedia layanan kesehatan. Rey akan memanfaatkan keahlian mendalam ALHRS dalam risiko kesehatan, kehidupan, dan penyakit kritis untuk bersama-sama mengembangkan produk eksklusif yang ditawarkan melalui keanggotaan asuransi berbasis langganan Rey, serta proses dan pendekatan berbasis data yang mendukungnya.

Kombinasi ALHRS dan Xendit memungkinkan Rey membangun proses klaim tanpa uang tunai yang didukung oleh analitik canggih dan proses otomatis. Sistem klaim tanpa uang tunai yang baru akan diimplementasikan sebagai bagian integral dari platform perawatan terkelola yang fleksibel dan cerdas milik Rey yang terdiri dari telemedis, pengiriman farmasi, dan kesehatan.

Apabila Anggota Rey baru mendaftar, mereka akan menerima kartu Rey setelah lolos verifikasi dari Bank Sahabat Sampoerna selaku penerbit kartu. Setelah diaktifkan, kartu siap digunakan untuk perawatan tertentu setelah klaim kesehatan yang memenuhi syarat telah diproses melalui proses ajudikasi Rey. Administrasi dan ajudikasi klaim akan dikelola oleh Rey dan terus ditingkatkan dengan memanfaatkan keahlian operasional ALHRS.

Rey juga berencana untuk membuat kartu Rey dan ekosistem tersedia sebagai layanan bagi perusahaan asuransi dan perusahaan lain. Dengan menggunakan klaim baru tanpa uang tunai dari Rey, perusahaan asuransi dan perusahaan akan memiliki pengalaman tanpa uang tunai di penyedia layanan kesehatan mana pun, yang awalnya berfokus di Indonesia, sambil juga menikmati layanan yang jauh lebih baik dan risiko klaim yang dioptimalkan.

Model klaim sebagai tanpa uang tunai ini merupakan sumber revenue baru bagi Rey. Rencananya akan diperluas secara internasional setelah diluncurkan di Indonesia, dengan memanfaatkan jaringan ALHRS yang memiliki lebih dari 1 juta penyedia di seluruh dunia.

Ambil pendekatan baru

Evan menjelaskan, Rey mengambil model berlangganan sebagai pendekatan yang diambil dalam memasarkan produk asuransi. Menurutnya, industri asuransi memiliki isu yang begitu pelik, lantaran penetrasinya yang masih rendah sehingga sulit untuk tumbuh signifikan.

Oleh karenanya, model berlangganan diyakini dapat mengubah mindset masyarakat dalam membeli produk asuransi. Mindset yang ingin diciptakan adalah membeli sebuah produk sebagai bagian dari ekosistem besar di mana Rey memiliki akses ke ekosistem tersebut.

“Yang kami lakukan sebetulnya mengubah konsep dari ‘product that is just a policy’ menjadi ‘product that takes care of you’. Kami pikir perlu melakukan pendekatan berbeda, dan orang tidak mungkin memiliki ekspektasi hasil berbeda kalau hanya melakukan hal yang sama,” ujar Evan kepada DailySocial.id.

Saat ini, Rey baru menawarkan tiga opsi langganan, yaitu di harga Rp69 ribu/bulan, Rp89 ribu/bulan, dan Rp99 ribu/bulan yang di dalamnya sudah termasuk bundle layanan rawat jalan, telekonsultasi, pengecekan gejala, dan asuransi.

Menurut data OJK, penetrasi asuransi di Indonesia pada semester I 2021 memang masih relatif stagnan, akan tetapi meningkat dalam tiga tahun terakhir. Pada 2019, penetrasi asuransi tercatat hanya 2,81%, lalu naik menjadi 2,92% di 2020. Kemudian, angka tersebut tumbuh menjadi 3,11% pada Juni 2021 yang menunjukkan sinyal pertumbuhan positif bagi industri asuransi Indonesia.

Berdasarkan “Insurtech Ecosystem in Indonesia Report” oleh DSInnovate, penetrasi asuransi dinilai masih sangat rendah akibat kurangnya pemahaman masyarakat Indonesia terhadap produk asuransi beserta manfaatnya. Maka itu, kolaborasi asuransi dan teknologi dinilai dapat meningkatkan awareness dan membuka akses produk di kalangan masyarakat.

DSInnovate
Rey Assurance

Rey Assurance Hadirkan Layanan Insurtech yang Terintegrasi dengan Wellness

Platform insurtech Rey Assurance mendapatkan pendanaan pre-seed sebesar $1 juta atau 14,2 miliar Rupiah dari Trans-Pacific Technology Fund. Pendanaan ini akan digunakan untuk mengoptimalkan produk dan layanan yang dijajakan.

Sebagaimana dilaporkan Techcrunch, mereka mengklaim sebagai platform penyedia asuransi jiwa dan kesehatan pertama yang terintegrasi dengan ekosistem kesehatan dan wellness. Beberapa layanannya antara lain pemeriksaan gejala mandiri, telekonsultasi, pemesanan dan pengiriman obat, serta fitur kebugaran.

Beberapa keunggulan yang ditawarkan adalah Rey bermitra perusahaan asuransi untuk membuat polis kepemilikan alih-alih melakukan underwriting sendiri. Rey juga menawarkan proses onboarding cepat yang dapat dilakukan sepenuhnya melalui online dalam kurun waktu 5 menit. Demikian juga dengan penanganan klaim.

Rey Assurance didirikan oleh Evan Tanotogono dan Bobby Siagian. Evan yang kini menjabat sebagai CEO sebelumnya berkarir di Sequis Life dan Tokopedia. Sementara Bobby yang menduduki posisi CTO juga pernah bekerja di Tokopedia, Mbiz, dan Bizzy.

Pendekatan baru dengan model langganan

Dihubungi secara terpisah, Co-founder & CEO Rey Assurance Evan Tanotogono mengatakan, pihaknya berupaya menyederhanakan produk asuransi yang selama ini ada di pasaran dengan pendekatan baru, yakni model berlangganan (subscription). Menurutnya, isu-isu pelik di industri asuransi sudah mengakar, terlebih penetrasinya masih rendah dan sulit tumbuh signifikan.

Maka itu, model berlangganan diyakini dapat mengubah mindset masyarakat dalam membeli produk asuransi. Mindset yang ingin diciptakan adalah membeli sebuah produk sebagai bagian dari ekosistem besar di mana Rey memiliki akses ke ekosistem tersebut.

“Yang kami lakukan sebetulnya mengubah konsep dari ‘product that is just a policy‘ menjadi ‘product that takes care of you‘. Kami pikir perlu melakukan pendekatan berbeda, dan orang tidak mungkin memiliki ekspektasi hasil berbeda kalau hanya melakukan hal yang sama,” ujar Evan kepada DailySocial.id.

Menurutnya, dengan mengintegrasikan ke layanan kesehatan dan wellness, masyarakat seharusnya tidak perlu berpikir bahwa asuransi menjadi “produk yang jangan sampai dipakai” melainkan sebagai sebuah perjalanan transformasi menjadi manusia yang lebih baik.

Saat ini, Rey baru menawarkan tiga opsi langganan, yaitu di harga Rp69 ribu/bulan, Rp89 ribu/bulan, dan Rp99 ribu/bulan yang di dalamnya sudah termasuk bundle layanan rawat jalan, telekonsultasi, pengecekan gejala, dan asuransi.

Mengingat timnya masih mengembangkan produk secara minimum viable product (MVP), Evan menyebut saat ini baru tersedia tiga layanan di aplikasi Rey, yakni Cek Gejala, Chat Dokter, dam Pesan Obat. Sementara, pembelian asuransi baru tersedia di platform web.

“Produk asuransi kami sudah punya dua mitra saat ini yang pakai existing produk untuk MVP. Meanwhile we are designing our own proprietary designs soon,” tambahnya.

Penetrasi asuransi dan kebangkitan insurtech

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat adanya tren pertumbuhan positif pada kinerja industri asuransi di situasi pandemi Covid-19 ini. Mengutip Bisnis.com, penetrasi asuransi di Indonesia pada semester I 2021 memang masih relatif stagnan, akan tetapi meningkat dalam tiga tahun terakhir.

Pada 2019, penetrasi asuransi tercatat hanya 2,81%, lalu naik menjadi 2,92% di 2020. Kemudian, angka tersebut tumbuh menjadi 3,11% pada Juni 2021 yang menunjukkan sinyal pertumbuhan positif bagi industri asuransi Indonesia.

Berdasarkan Insurtech Ecosystem in Indonesia Report oleh DSInnovate, penetrasi asuransi dinilai masih sangat rendah akibat kurangnya pemahaman masyarakat Indonesia terhadap produk asuransi beserta manfaatnya. Maka itu, kolaborasi asuransi dan teknologi dinilai dapat meningkatkan awareness dan membuka akses produk di kalangan masyarakat.

Elemen kunci pada adopsi insurtech / DSResearch
Elemen kunci pada adopsi insurtech / DSInnovate

Dari sisi bisnis, platform digital juga dibutuhkan untuk menjembatani kegiatan distribusi guna mengurangi biaya operasional di lapangan melalui sinergi antara perusahaan asuransi, insurtech, dan platform digital.

Application Information Will Show Up Here