Tag Archives: Event Management

Aplikasi Modular Konser Musik Virtual AR

Modular Kembangkan Platform Acara Online Menggunakan Augmented Reality

Pandemi Covid-19 memaksa hampir semua konser musik ditunda, dibatalkan, atau dialihkan ke panggung virtual. Belum lama ini, Menteri Kesehatan telah mengeluarkan anjuran tentang protokol kesehatan bagi masyarakat di tempat dan fasilitas umum, namun pengalaman yang ditawarkan sangatlah terbatas. Untuk mengisi keterbatasan ini, Modular dikembangkan sebagai inovasi online event berbasis augmented reality (AR).

Ide pembuatan Modular muncul dari CEO Modular Hendra Araji yang mendapat inspirasi setelah melihat beberapa referensi penggunaan teknologi AR di luar negeri.

“Kami melihat ini peluang di mana sudah banyak ide-ide kreatif implementasi AR di industri hiburan di luar negeri. Kami ingin mengajak user untuk bisa menikmati pengalaman berinteraksi dengan musisi atau karya dengan cara yang baru, di mana pun.” tambahnya.

Penerapan augmented reality

Modular menggunakan teknologi AR untuk memungkinkan pengguna menambahkan objek virtual ke dunia nyata. Pemanfaatan teknologi AR sendiri masih terhitung jarang di Indonesia. Pihaknya mengaku, aplikasi ini diciptakan sebagai bentuk adaptasi akan perubahan kondisi dunia saat ini dan sebagai gerbang pemasukan baru bagi industri musik.

Dalam prosesnya, untuk setiap musisi atau seniman lain yang melakukan pertunjukkan di Modular, sebelumnya mereka akan melakukan shooting untuk kemudian ditambahkan ke 3D stage yang sudah didesain. Nantinya artis dan 3D stage itu bisa muncul dan dilihat dengan cara user mengarahkan gawai mereka sampai muncul marker penanda di dalam aplikasi Modular.

Dari sisi pengguna, setelah mengunduh dan menginstal aplikasi Modular, mereka bisa memilih menonton konser musisi yang diinginkan beserta lagunya. Setelah itu, akan muncul tampilan menggunakan kamera belakang dan akan diminta untuk menempatkan 3D Stage yang sudah dibuat. Lalu, akan terlihat musisi beserta 3D stage-nya. Fitur ini juga dilengkapi dengan kapabilitas untuk merekam layar dan langsung berbagi ke media sosial.

Aplikasi Modular sendiri sudah diluncurkan sejak bulan Maret 2020. Namun, saat ini pengguna aplikasi Modular masih terbatas untuk perangkat flagship di platform iOS dan Android.

Erdy Suryadarma selaku Creative Product Manager Modular turut menyampaikan, “Terkait hal ini, kami terus melakukan edukasi kepada user kami terkait keterbatasan perangkat yang ada agar tidak terjadi miskomunikasi di kalangan user.”

Model bisnis dan rencana ke depan

Dalam hal model bisnis, Modular sendiri memiliki beberapa skema. Selain ticket management fee untuk konser berbayar, pihaknya juga menawarkan skema sponsorship untuk rekanan yang mau melakukan brand placement pada acara yang digelar dalam platform Modular.

Dalam beberapa bulan ke depan, Modular berinisiatif untuk menyelenggarakan konser sendiri termasuk manajemen tiket, juga manajemen konten. Terkait bentuk online event, pihaknya mengakui mulai terbuka dengan opsi lain, tidak hanya konser musik saja.

Mengenai pendanaan, Erdy mengungkapkan, “Saat ini kami masih bootstraping, tapi sedang membuka kesempatan untuk seed funding.”

Application Information Will Show Up Here
PouchPASS

PouchNATION Luncurkan Gelang Pendeteksi Suhu Tubuh, Mulai Pasarkan Produk dan Layanan di Indonesia

PouchNATION, pengembang platform teknologi untuk manajemen acara, baru-baru ini meluncurkan produk baru bernama PouchPASS. Yakni gelang yang dilengkapi sistem monitor suhu tubuh. Memanfaatkan bluetooth yang terhubung ke ponsel pintar pengguna, perangkat tersebut akan merekam suhu dan mengirimkan data ke dasbor secara berkesinambungan.

Penggunaannya bisa secara personal ataupun kolektif. Sehingga bisa diskenariokan untuk memudahkan panitia acara melakukan pelacakan dan deteksi dini untuk mengurangi persebaran Covid-19.

PouchPASS sebenarnya tidak hanya dipasarkan untuk penyelenggaraan acara saja, namun juga untuk penggunaan di rumah, di tempat belanja, bandara, dan berbagai kebutuhan lainnya. Biasanya ketika di suatu tempat dalam kondisi “new normal”, setiap kali masuk orang harus diukur suhu tubuhnya oleh petugas secara manual. Dengan memakai gelang ini, proses tersebut tidak perlu lagi. Petugas cukup memantau melalui dasbor di aplikasi atau situs web.

Tampilan dasbor pengelola untuk penggunaan PouchPASS secara kolektif / PouchNATION
Tampilan dasbor pengelola untuk penggunaan PouchPASS secara kolektif / PouchNATION

Sudah tersedia di Indonesia

Seperti diketahui sebelumnya, salah satu produk PouchNATION adalah gelang berbasis NFC sebagai tiket masuk ke sebuah ekshibisi. Berbeda dengan tiket tradisional yang menggunakan kertas atau sejenisnya, pendekatan teknologi disematkan untuk menghasilkan data komprehensif seputar keikutsertaan peserta terhadap acara — termasuk merekam keluar-masuknya peserta ke dalam acara.

Kepada DailySocial, CEO PouchNATION Ilya Kravtsov mengatakan bahwa seluruh varian produk dan layanan mereka sudah bisa digunakan di Indonesia. Perusahaan juga sudah memiliki kantor perwakilan berbasis di Indonesia. Ekspansi ke Indonesia PouchNATION didukung sejumlah perusahaan lokal, di antaranya Traveloka dan TIX ID yang turut berpartisipasi dalam putaran pendanaan seri B tahun lalu.

Lebih lanjut Kravtsov bercerita, mereka sudah mengudara sekitar 5 tahun, mengelola ratusan acara setiap tahun di Asia Tenggara. Ketika Covid-19 datang, ini menjadi salah satu peristiwa besar yang sangat baru dan bertampak pada bisnis mereka. Maka tidak ada pilihan selain harus beradaptasi dengan kondisi. Melihat situasi yang ada, tercetuslah inovasi PouchPASS dari tim internal, yang dikerjakan dalam waktu yang relatif singkat.

Sebagai bagian dari perlindungan privasi, pengguna juga bisa memilih untuk mengaktifkan layanan lokasi di ponsel mereka untuk memberikan izin pelacakan. Saat menghubungkan perangkat gelang PouchPASS pengguna akan diminta melakukan sinkronisasi ke ponselnya.

Gelang PouchPASS atau yang disebut dengan PouchBAND tersedia dalam tiga ukuran kecil (11-16cm), sedang (15-20cm), dan besar (18- 23cm). Mereka juga melayani kebutuhan rebranding (misalnya pemasangan logo) untuk pemesanan kolektif. Gelang ini juga diklaim tahan terhadap debut dan air, sehingga penyelenggara acara dapat menggunakan secara berulang dan mencucinya. PouchBAND dibekali dengan baterai koin lithium CR2032, yang bisa diganti ketika dayanya habis.

Inovasi penyelenggara acara

Beberapa startup terus mengupayakan inovasi untuk sambut normal baru, termasuk untuk kebutuhan seperti penyelenggaraan acara dan aktivitas di ruang publik. Belum lama ini, startup manajemen acara lokal LOKET juga lakukan hal serupa. Mereka meluncurkan pembaruan aplikasi yang memungkinkan penyelenggara lakukan beberapa hal. Pertama untuk sistem registrasi praktis dan pengaturan jumlah peserta; sistem manajemen pengendali kapasitas massa; hingga pelacak kapasitas massa.

Qlue juga hadirkan produk baru, di antaranya sistem pengecekan suhu tubuh dengan sensor thermal, pengecekan penggunaan masker, pengecekan jarak kerumunan, hingga pengecekan trafik berbasis CCTV.

Application Information Will Show Up Here
TIX ID Berinvestasi ke PouchNATION

TIX ID Terlibat dalam Putaran Pendanaan Seri B PouchNATION

Hari ini (13/2), pengembang platform digital untuk pembelian tiket bioskop TIX ID mengumumkan keterlibatannya dalam putaran pendanaan seri B PouchNATION. Tidak diinfokan mengenai besaran investasi, yang jelas aksi korporasi ini menjadi pembuka kerja sama strategis kedua perusahaan. Nantinya teknologi yang dikembangkan startup berbasis di Singapura tersebut akan digunakan TIX ID untuk mendukung kegiatan off-air.

Salah satu produk unggulan PouchNATION adalah perangkat berbasis NFC (Near-field Communication) yang diaplikasikan untuk memudahkan penyelenggara acara mengelola mobilitas peserta. Penerapan paling umum, ketika mengikuti sebuah acara peserta akan mendapatkan gelang yang dilengkapi dengan sensor NFC. Panitia dapat mendata dengan menempel gelang tersebut ke alat scanner atau ponsel, saat peserta masuk atau keluar dari venue.

Pelaporan dilakukan secara otomatis, karena data yang berhasil terekam akan tersinkronisasi ke server dan dianalisis melalui dasbor yang disediakan. Selain untuk akses keluar-masuk acara, produk tersebut juga bisa didesain sebagai sistem pembayaran cashless menunjang transaksi di acara.

“Kolaborasi ini akan memudahkan pengelolaan sebuah acara menjadi sangat efektif, dimulai dari pembelian tiket secara online melalui platform TIX ID, hingga pengelolaan massa, kontrol akses dan kegiatan aktivasi sebuah brand melalui platform PouchNATION,” terang Managing Director TIX ID Sean Kim.

Sementara itu CEO PouchNATION Ilya Kravtsov mengatakan, “Investasi ini sesuai dengan tujuan PouchNATION untuk menajamkan posisi bisnis, bukan hanya di area acara, namun juga di area bisnis lokasi pelaksanaan acara. Kami melihat TIX ID yang memiliki jangkauan lebih dari 80% bisnis bioskop di Indonesia sebagai partner strategis yang tepat untuk visi PouchNATION.”

TIX ID terasosiasi dengan grup korporasi EMTEK, dengan kepemilikan saham 30%. Saat ini perusahaan mengklaim telah memiliki sekitar 5 juta pengguna aktif. Di bulan Maret 2020, cakupan platform akan diperluas, tidak hanya jual tiket bioskop, namun juga tiket ke berbagai acara. Selain itu akan turut membantu promotor melakukan pengelolaan acara off-air secara lebih efektif dengan teknologi.

Di Indonesia, TIX ID bersaing langsung dengan beberapa perusahaan. Misalnya dengan decacorn Gojek yang telah miliki layanan pemesanan tiket bioskop GoTix dan platform penjualan tiket acara Loket. Selain itu ada beberapa pemain seperti Goers yang juga berada di lini bisnis serupa.

Putaran pendanaan dipimpin Traveloka

Putaran pendanaan seri B PouchNATION telah dimulai sejak Juni 2019, waktu itu Traveloka membuka sekaligus memimpin pendanaan, didukung SPH Ventures. Investasi tersebut diberikan setelah Traveloka mulai fokus kembangan lini bisnis Xperience, diharapkan teknologi NFC yang dikembangkan dapat mendukung posisi perusahaan sebagai “discovery platform”.

PouchNATION telah menangani rata-rata $5 juta nilai transaksi bulanan dari beragam jenis acara. Persebaran produknya sudah meliputi pasar Singapura, Filipina, Indonesia, Malaysia, Vietnam dan Thailand. Di Indonesia, mereka bernaung di bawah PT Easy Touch Group yang belokasi di Jakarta.

Application Information Will Show Up Here
Goers melebarkan bisnisnya melalui kehadiran platform pengelolaan event, atraksi, dan bisnis experience

Platform Pengelolaan Event “Goers Experience Manager” Resmi Meluncur, Wadahi Kreator Lokal

Startup penyedia solusi ticketing dan pencarian event Goers resmi meluncurkan Goers Experience Manager (GEM). Platform ini memungkinkan para kreator lokal untuk mengembangkan bisnis experience, mulai dari konser musik, atraksi, workshop, hingga kelas seni.

Ditemui di acara peluncuran, Co-founder dan COO Goers Niki Tsuraya Yaumi mengatakan, platform GEM sebetulnya sudah beroperasi sejak 2018. Namun belum resmi dirilis ke publik saat itu karena alasan pengembangan produk.

“Saat itu kami terus menunggu feedback dulu dari pengguna untuk tahu bagaimana experience mereka. Dari situ kami melakukan perbaikan dan penambahan fitur,” ujar Niki.

Menurut Niki, platform GEM dikembangkan bukan sebagai lini bisnis baru, melainkan dukungan ekosistem terhadap aplikasi Goers yang sudah lebih dulu ada untuk pencarian tiket event.

Startup binaan Indigo Creative Nation (ICN) di 2015 ini awalnya hadir sebagai penyedia direktori untuk pencarian tiket event dan atraksi. Kemudian mereka berkembang untuk membantu penyelenggara acara mempromosikan acara mereka.

Lebih lanjut, pihaknya berupaya untuk menjawab kebutuhan para kreator lokal atau siapa saja yang mengalami tantangan dan hambatan dalam membuat event atau bisnis experience lainnya.

Tantangan yang dimaksud misalnya sistem yang masih manual dan tidak terintegrasi sehingga membuat biaya operasional tidak efisien, sulitnya mengelola saluran penjualan karena terlalu banyak, atau tidak adanya database pengunjung yang dapat dikelola secara berkelanjutan.

Saat ini platform GEM baru dapat diakses melalui situs, namun Niki menjanjikan aplikasi GEM dapat meluncur di kuartal pertama 2020. Hingga sekarang, GEM telah digunakan 1.200 kreator lokal di Indonesia.

Fitur unggulan untuk scale up bisnis para kreator

Untuk dapat bersaing di industri ini, Niki mengungkap bahwa pihaknya mengembangkan sejumlah fitur unggulan yang dinilai dapat membantu para kreator untuk melakukan scale up bisnisnya.

Menurutnya, yang membuat Goers berbeda dengan platform serupa di Indonesia adalah fokus perusahaan terhadap kreator lokal. “Karena siapapun bisa [membuat event]. Kami mengembangkan teknologi yang mudah digunakan mereka sehingga mereka bisa scale up,” tuturnya.

Beberapa fitur GEM yang diunggulkan antara lain ticketing management system (TMS) dan sistem penjualan tiket online terintegrasi, sistem pengelolaan distribusi penjualan, Point of Sales (POS) dengan berbagai metode pembayaran, fitur untuk promosi, Goers Ticket Scanner untuk memantau jumlah pengunjung, laporan analisis event beserta database peserta, dan kustomisasi tiket.

Untuk menghindari event fiktif, Goers mengklaim telah menjalankan mekanisme tertentu untuk memvalidasi para kreator, seperti NPWP untuk legalitas dan verifikasi email.

Dorong sektor pariwisata di Tanah Air

Di kesempatan sama, Dirjen Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Samsul Widodo mengungkapkan bahwa kehadiran platform ini tak hanya mendorong pelaku bisnis experience dalam negeri, tetapi juga mendorong sektor pariwisata Indonesia.

Samsul mencontohkan bagaimana sebelumnya Pemerintah bekerja sama dengan Goers untuk melakukan digitalisasi ticketing di desa-desa tertinggal. Dengan platform GEM, ada banyak peluang untuk menghadirkan event-event budaya dan pariwisata.

“Di Lombok saja, kami berencana melakukan digitalisasi ticketing di 30 desa tertinggal. Nah, saat ini ada 7.000 desa yang memiliki potensi untuk menjadi tujuan wisata. Ini dapat dikembangkan melalui digitalisasi.

Application Information Will Show Up Here
tiket event

Melihat Adopsi Teknologi Manajemen Event dari Loket for Business

Promotor event tak jauh-jauh dari panggung, rigging, dan tata suara. Tiga elemen yang begitu terikat dengan event management. Yang banyak orang mungkin tidak tahu, solusi manajemen event bukan hanya tentang tiga elemen tadi dan elemen-elemen teknis lainnya saat acara berlangsung; penting untuk tetap meninjau sisi teknologi pra acara demi menunjang kebutuhan di hari H. Studi menunjukkan adopsi layanan manajemen event terbaik dapat meningkatkan kehadiran dalam event sebesar 20%, meningkatkan produktivitas 27%, dan mengurangi biaya sebanyak 30%.

Para perencana pemasaran tentu mulai berupaya memproyeksikan, di investasi mana mereka akan menghasilkan ROI yang lebih banyak. Sebab, semua peningkatan berdasarkan data tadi telah menjadi lanskap di tengah maraknya kemunculan sistem manajemen event terbaik.

Inilah contoh “perkawinan” antara tren teknologi manajemen event terbaik yang ada saat ini dengan masa depan yang siap membawa dampak signifikan terhadap para profesional industri.

Pemanfaatan RFID sebagai solusi manajemen event terbaik

Penggunaan tag RFID pada awalnya berada pada wilayah pengiriman produk ke konsumen di seluruh dunia. Lantas, bagaimana pelacakan logistik global pada akhirnya bisa bersentuhan dengan bisnis event management?

Teknologi RFID yang digunakan untuk pengiriman telah berevolusi. Hari ini, gelang yang ada di pergelangan pengunjung event sudah meredefinisi RFID dari kebutuhan logistik menjadi pengalaman baru bagi pengunjung. Misalnya, siapapun yang pernah datang ke atau menyelenggarakan event pasti sudah tidak asing dengan yang namanya calo, dan keberadaan calo ini bisa dikendalikan dengan pemanfaatan RFID.

Loket for Business adalah contoh tindak lanjut terhadap masalah tiket palsu atau calo. Identifikasi unik dalam bentuk Barcode, QR Code hingga RFID yang tertanam di dalam tiket memfasilitasi pengunjung untuk memasuki area event dengan proses pemindaian yang sederhana dan bebas penipuan.

Chip RFID sekarang cukup kecil untuk masuk ke dalam gelang atau lencana acara. Meskipun teknologinya sederhana, gelang dan lencana ini memiliki kekuatan untuk mengubah pengalaman dari awal hingga selesai. Teknologi identifikasi unik dari Loket for Business memungkinkan pencocokan data pengunjung yang mereka masukkan sama dengan yang ada saat proses check-in di pintu masuk.

Optimalisasi sistem manajemen event

Akses bagi pengunjung kemudian menjadi pekerjaan rumah berikutnya bagi event manager; termasuk di antaranya adalah mengelola ticketing management system (mencakup ticketing management system dan ticketing distribution).

Loket for Business adalah contoh keberhasilan distribusi tiket. Dalam perhelatan Asian Games 2018, LOKET yang didapuk memegang manajemen tiket mengeksekusi strategi dengan mengandalkan panduan standar dan kerja sama tim, dengan tentunya koordinasi yang solid hingga keahlian terstandar.

“Salah satu kelebihan LOKET adalah memiliki strategi tailor-made atau fleksibel sehingga penerapannya dapat sesuai kebutuhan klien atau user. Tentu kami punya SOP dan panduan dasar untuk menganalisis masalah. Namun, dari segi implementasi kerap kali strategi yang kami terapkan dinamis sesuai kondisi di lapangan,” terang VP Marketing LOKET, Mohamad Ario Adimas, dalam sebuah kesempatan wawancara dengan DailySocial.

Dimas, sapaan akrabnya, juga mencontohkan bagaimana upacara penutupan Asian Games dibarengi dengan hujan deras. Alhasil, para pengunjung mulai menumpuk di gate luar dan genangan air mulai meninggi. Hasil dari strategi Loket for Business dan partnernya dapat terlihat dari bagaimana akhirnya proses pembelian tiket secara online mulai tertata hingga manajemen di lapangan yang lebih tertib.

“Berkat koordinasi tim yang solid dan berpengalaman menghadapi situasi tak terduga, kami berhasil memasukkan pengunjung ke gate berikutnya dengan lancar. Pengunjung tetap bisa masuk, berbaris dengan rapi, dan terdata.”

Loket for Business menunjukkan kepiawaiannya dalam menyediakan teknologi manajemen event terbaik. Menyediakan solusi sistem ticketing white label, monitoring akses crew, teknologi gelang RFID, audience profiling, secure ticket, dan secure gate, LOKET sudah terlibat di sejumlah acara besar seperti Asian Games 2018, Djakarta Warehouse Project (DWP), We The Fest (WTF), Celine Dion concert, KYGO concert, GIIAS, Disney on Ice, Teater Koma, dan masih banyak lagi.

Jadi, siap kolaborasi untuk mewujudkan mimpi event-mu bersama LOKET? Yuk, kunjungi Loket for Business untuk info lebih lengkapnya.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh LOKET.

Ticketing system / Pixabay

Cerita Loket Menjadi “Pahlawan” Sistem Ticketing Asian Games 2018

Asian Games 2018 yang dihelat pada Agustus lalu memang telah berakhir. Namun, pesta olahraga terbesar di kawasan Asia ini juga menyisakan banyak cerita, tak cuma keceriaan para atlet Indonesia yang menggondol medali kemenangan. Salah satunya adalah penanganan ticketing system.

Pada Asian Games kali ini ini, awalnya INASGOC, Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee, menunjuk KiosTIX sebagai partner tunggal ticketing management system. Sementara Blibli.com dan Tiket.com ditunjuk menjadi kanal penjualan resmi tiket Asian Games.

Menjelang akhir acara, INASGOC kemudian menunjuk LOKET sebagai mitra pendukung ticketing management system yang awalnya hanya dilakukan oleh KiosTIX.

LOKET saat ini memiliki tiga bisnis utama, antara lain penyedia teknologi untuk layanan business-to-business (B2B), Go-Tix, dan Loket.com yang merupakan self-service event management platform.

DailySocial berkesempatan mewawancarai VP Marketing LOKET, Mohamad Ario Adimas, tentang bagaimana strategi LOKET menangani sejumlah masalah pada event raksasa tersebut?

Implementasi strategi tailor-made

Menurut penuturan pria yang karib disapa Dimas ini, ada sejumlah kendala yang mendorong INASGOC untuk meminta uluran tangan dari pihak ketiga. Karena alasan kebijakan internal, Dimas tidak dapat mengungkap secara rinci masalah dan strategi yang dipakai saat pelaksanaan Asian Games.

Secara umum, LOKET biasanya menemukan masalah dari dua sumber, yakni temuan tim internal dan informasi pelanggan yang menghubungi customer service. Dari situ, tim internal menjalani beragam stress test untuk uji performa dan uji coba lain sebelum meluncurkan solusi ke konsumen.

Pihaknya juga memiliki catatan berbagai event atau project terdahulu yang dipakai menjadi guidance di masa depan agar dapat perusahaan dapat mengurangi risiko terjadinya kesalahan yang sama.

Dalam kasus ini, Dimas mengungkap ada dua tantangan yang dihadapi saat diminta INASGOC menjadi mitra pendukung ticketing system, yaitu integrasi sistem dan lapangan dan distribusi tiket ke masyarakat.

Berangkat dari hal ini, LOKET menentukan strategi yang akan dieksekusi. Tim LOKET, INASGOC, dan pihak-pihak terlibat lainnya, bertemu langsung dan berdiskusi secara intensif bahkan hingga turun langsung ke lapangan untuk menemukan masalah dan strategi yang tepat.

“Salah satu kelebihan LOKET adalah memiliki strategi tailor-made atau fleksibel sehingga penerapannya dapat sesuai kebutuhan klien atau user. Tentu kami punya SOP dan panduan dasar untuk menganalisis masalah. Namun, dari segi implementasi kerap kali strategi yang kami terapkan dinamis sesuai kondisi di lapangan,” ungkap Dimas.

Kombinasi koordinasi tim solid dan keahlian terstandar

LOKET diminta untuk menjadi centre of ticketing management system, termasuk ticketing management system dan ticketing distribution.

Untuk mengesekusi strategi yang telah ditentukan, pihaknya tak hanya mengandalkan panduan standar dan kerja sama tim, tetapi juga koordinasi yang solid hingga keahlian terstandar.

Ia mencontohkan ketika upacara penutupan Asian Games secara bersamaan terjadi hujan lebat. Masalah muncul karena para pengunjung mulai menumpuk di gate-gate luar dan genangan air mulai meninggi.

Penentuan strategi dapat terlihat dari bagaimana akhirnya proses pembelian tiket secara online mulai tertata hingga manajemen di lapangan yang lebih tertib. Menurutnya, ticketing system dapat berjalan lancar berkat kombinasi dari solidaritas tim, kerja sama, dan keahlian tersandar.

“Berkat koordinasi tim yang solid dan berpengalaman menghadapi situasi tak terduga, kami berhasil memasukkan pengunjung ke gate berikutnya dengan lancar. Pengunjung tetap bisa masuk, berbaris dengan rapi, dan terdata.”

Saling bahu-membahu

Meski diakuinya ada sejumlah masalah, Dimas melihat bahwa di posisi ini, publik tidak bisa sepenuhnya menyalahkan partner sebelumnya. Hal ini karena Asian Games 2018 menampilkan banyak sekali pertandingan dari berbagai macam cabang olahraga (cabor).

Belum lagi, upacara pembukaan Asian Games yang megah membuat ekspektasi terhadap setiap cabor semakin besar. Ini yang mendorong banyak orang ingin memberikan dukungan secara langsung dengan menonton pertandingan.

“Meskipun LOKET diminta untuk menjadi partner intregasi, bukan berarti ini menjadi kesalahan dari partner lama, tidak sama sekali. Ini adalah tanggung jawab yang sangat besar. Bagaimanapun juga kita bekerja bersama untuk Indonesia,” tuturnya.

Malah di akhir-akhir, LOKET juga diminta untuk menjadi kanal penjualan tiket Asian Games.

“Jadi tiket ini dapat dibeli di Blibli, Tiket.com, dan di situs ticketing INASGOC, jadinya [tiket juga bisa dibeli di] asiangames2018.loket.com. Kami menjadi satu sistem terintegrasi,” paparnya.

CEO Loket Edy Sulistyo / DailySocial

Realisasi Visi Edy Sulistyo untuk Layanan “Event Management”

Edy Sulistyo bukanlah nama baru di industri event management. Di tahun 2013, startup self service management system, Eevent, yang didirikannya di Amerika Serikat bersama Andi Sie dan Lawrence Samantha, diakuisisi EnvisionPoint. Kini Edy berkutat dengan layanan end-to-end event management Loket, yang tahun lalu diakuisisi Go-Jek, dan memegang platform penjualan tiket Go-Tix.

Kepada DailySocial, Edy bercerita saat dirinya membangun bisnis Eevent di Amerika Serikat. Ia melihat masih banyak kendala yang dialami promotor dan event organizer untuk melakukan penjualan tiket, promosi, dan faktor pendukung lainnya.

Pelajaran Eevent

Berangkat dari berbagai persoalan tersebut, Eevent diluncurkan. Kesuksesan Edy mendirikan Eevent kemudian membangkitkan ide mendirikan usaha serupa di Indonesia. Bersama Loket, Edy tidak hanya menghadirkan platform yang didukung teknologi ticket management system, tetapi juga menghadirkan impact ke promotor, pembeli, dan pihak-pihak terkait.

“Kembalinya saya ke tanah air ternyata didukung dengan perubahan kebiasaan masyarakat yang mulai terbiasa melakukan pembelian makanan, atraksi wisata, hingga tiket bioskop secara online. Yang sebelumnya lebih banyak membeli produk ritel, kini mulai bergeser ke kebutuhan lainnya,” kata Edy.

Fokus Loket adalah sebagai one stop solution untuk manajemen sistem event secara end-to-end, termasuk Ticket Management System (TMS), event analytics, in-event payment, entertainment booth provider, dan kiosk management.

Dampak ekonomi yang luas

Satu hal yang kemudian dipelajari Edy dan tim Loket adalah platform yang dikelola Loket mampu memberikan keuntungan lebih luas untuk masyarakat umum, tak hanya bagi penyelenggara event.

“Salah satu contoh adalah ketika acara digelar di Bali yang ternyata hampir 60-80% pengunjungnya adalah wisatawan asing. Dari situ tidak hanya pihak penyelenggara acara saja yang diuntungkan, namun juga hotel, penerbangan, hingga pemilik toko sekitar dan [layanan] transportasi online,” kata Edy.

Imbas yang dirasakan masyarakat sekitar mampu menghidupkan perekonomian daerah setempat. Jal ini dianggap sesuai dengan visi dan misinya Loket yang ingin membantu lebih banyak pemilik UKM, baik secara langsung maupun tidak langsung.

“Jika pada masa awal fokus kita adalah enterprise yang menggelar kegiatan dengan target pengunjung ribuan jumlahnya, ke depannya kita akan membantu penyelenggara event dalam skala kecil hingga menengah untuk memanfaatkan Loket,” kata Edy.

Realisasi visi bersama Go-Jek

Pertengahan tahun lalu Loket diakuisisi Go-Jek dan kini mereka mengelola Go-Tix, salah satu produk Go-Jek yang mengurusi penjualan tiket berbagai hiburan dan atraksi. Edy mengakui pertimbangan untuk diakusisi karena dia memiliki rencana-rencana besar yang bisa dipercepat dengan langkah strategis ini.

“Kita menyadari semua rencana yang dimiliki Loket akan lebih cepat terwujud bersama dengan Go-Jek dan Go-Tix. Karena alasan itulah saya memutuskan untuk menjalin sinergi dengan Go-Tix,” kata Edy.

Tanpa akuisisi, rencana-rencana tersebut diperkirakan membutuhkan waktu sekitar lima tahun untuk direalisasikan. Bersama Go-Jek, rencana tersebut diklaim mampu diwujudkan dalam waktu satu tahun saja memanfaatkan dana, sumber daya, dan jaringan yang dimiliki.

Rencana awal yang bakal diimplementasikan adalah memberikan kesempatan penyelanggara event level kecil dan menengah untuk mempromosikan dan menjual tiket mereka melalui Go-Tix. Mulai dari cooking class, seminar, dan bahkan pelatihan dengan skala yang kecil. Tanya hanya soal faktor-faktor pendukung, tapi juga transparansi dan kontrol akses di dalam acara.

“Misalnya jika pihak penyelenggara tersebut membutuhkan makanan, kami bisa menghadirkan merchant dari Go-Food. Sementara bagi mereka yang membutuhkan pilihan pembayaran, kami bisa menyediakan pilihan pembayaran melalui Go-Pay,” kata Edy.

Evolusi dan inovasi bisnis

Edy mengklaim masih banyak persoalan di sektor event management yang bisa diatasi melalui Loket. Hal tersebut yang tetap menjadi fokus Edy bersama Loket dan Go-Tix sebagai core business-nya. Edy menegaskan, selama masih ada berbagai kendala yang dirasakan promotor dan pihak penyelenggara, Loket akan hadir mengatasi persoalan tersebut.

“Bisnis event itu vertical-nya sangat luas. Kita tidak akan pernah berhenti untuk berevolusi dan akan terus menghadirkan inovasi. Teknologi yang kita hadirkan selalu berawal dari masalah [yang dialami konsumen],” kata Edy.

Mohamad Ario Adimas, Vice President of Marketing Loket.com / DailySocial

Peran Teknologi Mendukung Pertumbuhan Bisnis Hiburan di Era Digital

Sebelum internet hadir, segala sesuatu, termasuk pembelian tiket pertunjukan dilakukan secara offline. Masyarakat bisa membelinya dari outlet resmi, namun ada yang juga yang mengandalkan calo untuk mendapatkan tiket murah.

Seiring pesatnya perkembangan internet, berbagai jenis tiket dapat dibeli dalam satu kali klik saja di berbagai perangkat mobile. Semakin banyak pula layanan e-commerce dan marketplace yang menjadi channel penjualan resmi tiket, baik tiket pertunjukan musik hingga pertandingan olahraga.

Di balik segala kemudahan ini, ada teknologi yang menjadi landasan di belakangnya. Teknologi memudahkan masyarakat untuk membeli tiket tanpa harus dirumitkan dengan proses panjang.

Di sesi #SelasaStartup kali ini, Mohamad Ario Adimas (Dimas), Vice President of Marketing Loket, yang kini mengelola Go-Tix, berbagi tentang bagaimana teknologi berperan besar dalam mendorong pertumbuhan bisnis hiburan (entertainment) di Indonesia.

Simplikasi sistem

Dimas mengungkapkan bahwa dalam menjalankan bisnis Loket pihaknya selalu mengambil prinsip untuk mengembangkan teknologi yang dapat menyelesaikan masalah-masalah simpel.

Teknologi ini diharapkan dapat merampingkan sistem ticketing yang selama ini dianggap rumit. Misalnya, kurangnya transparansi dan proses yang berliku saat transaksi terjadi.

“Bisnis hiburan memiliki nilai bisnis yang besar, namun sistemnya rumit, kurang transparansi, tidak efisien, dan banyak korupsi,” ungkap Dimas, Selasa (27/3).

Ia menyadari pesatnya perkembangan digital dapat mendorong pertumbuhan bisnis hiburan di Indonesia. Bisnis hiburan dinilai punya prospek menggiurkan di masa depan sejalan dengan meningkatnya pasar milenial dan golongan kelas menengah.

Loket disebut mengembangkan sebuah teknologi dari hulu ke hilir yang diyakini dapat merevolusi dan menyelesaikan berbagai masalah rumit tersebut, seperti sistem keamanan hingga pembelian tiket.

“Kami sendiri hadir dengan teknologi untuk merevolusi sistem ticketing ini, mulai dari pembelian tiket, transaksi, dan insight setelah event, dan audience engagement itu sendiri,” tuturnya.

Menjaga privasi data

Loket tak hanya bergerak di bidang distribusi tiket, tetapi juga penyedia platform teknologi dari online dan offline untuk keperluan B2B. Teknologi yang dikembangkan Loket membantu perusahaan untuk merekam data perilaku pembeli tiket  konser, festival, atau pertandingan.

Bahkan sistem ini dapat mengetahui perilaku si pembeli tiket dari awal pembelian hingga saat mereka berada di lokasi acara karena Loket menyediakan teknologinya dari hulu ke hilir.

Hal ini dimanfaatkan perusahaan untuk menciptakan program reward untuk pengunjung. Misalnya, Loket pernah menanamkan sensor di tempat sampah di lokasi acara sebagai bagian dari audience engagement.

Berangkat dari hal itu, ia menegaskan pentingnya keamanan data konsumen. Perusahaan memastikan bahwa data konsumen aman dan tak pernah diberikan kepada promotor lain. Seluruh data pengguna disimpan dan tidak akan digunakan kembali di acara selanjutnya.

“Kami menghindari tukar-tukaran data dengan promotor lain karena kami sangat menjaga privasi data. Yang tahu hanya kami dan yang punya acara dan next (acara selanjutnya) data itu tidak boleh digunakan.

Semua pihak bisa membuat event

Tak banyak pelaku usaha yang fokus menjalankan bisnis serupa dengan Loket di Indonesia. Hal ini yang menjadi peluang untuk mendorong bisnis digital di masa depan.

Sesuai dengan semangatnya untuk mempermudah hal-hal kecil, Loket pun berinisiatif untuk menghadirkan sebuah platform baru untuk event management system ketika siapapun dapat menggarap event berskala kecil sambil tetap bisa menggunakan teknologi Loket.

Menurutnya, dorongan ini berangkat dari situasi di mana pihaknya selama ini fokus menggarap event-event berskala besar saja. Di luar konser musik, Loket sebetulnya juga menggarap pameran dan pertandingan olahraga.

“Sebetulnya bisnis B2B sudah cukup menguntungkan, Tapi, kami berpikir, bagaimana dengan event creator berskala menengah dan kecil? Nah, [platform] ini sesuai dengan spirit kami, yakni teknologi untuk semua kalangan. Teknologi tidak boleh didominasi oleh segmen segmen tertentu” tuturnya.

Saat ini Loket memiliki tiga bisnis utama, antara lain penyedia teknologi untuk layanan business-to-business (B2B), dan in-house channel melalui Go-Tix yang berada di dalam aplikasi Go-Jek. Berikutnya Loket akan masuk ke bisnis self-service event management platform.

Post-Go-Jek Acquisition, Loket Prepares Aggressive Moves in Event Segment

Last August, the event management and analysis platform Loket announced it’s acquired by Go-Jek to drive synergy between Go-Tix and Loket’s end-to-end services. Started with management diversion from Go-Tix to Loket, Loket has prepared a number of aggressive moves that will be unveiled early next year.

To support its vision, Loket has recruited Mohamad Ario Adimas as VP of Marketing. Adimas previously took part in a number of major telecommunications and technology companies, such as Indosat, Telkomsel, and Microsoft.

Adimas tells DailySocial that Loket will remain focused on its core business, as one stop solution for end-to-end event system management, such as Ticket Management System (TMS), event analytics, in-event payments, entertainment booth providers, and kiosk management.

After the acquisition, as subsidiary, Loket fully took over Go-Tix’s management from Go-Jek. Despite having B2B channels and B2C channels in this segment, Adimas ensures that they are not exclusive and opens itself to be partnered with other channel providers in this segment.

Adimas said, Loket has a network affiliate system that has been connected with various platforms. It is claimed to provide benefits for both parties, as the platform owner can get revenue sharing, while the event owner will get its event amplified to many outlets.

Go-Tix to immediately available on desktop

Go-Tix has been known as an extensive entertainment platform, from selling event ticket, cinema tickets, to sports entertainment tickets. In addition, Go-Jek is currently the Liga 1 football league primary sponsor with Traveloka. To facilitate access to the platform, Loket plans to bring Go-Tix’s desktop version in early 2018.

According to Adimas, consumer tends to be more comfortable accessing services on a larger screen. Differentiated from other Go-Jek platforms that only accept cash and Go-Pay, Go-Tix also accepts credit card. The combination of both is expected to encourage consumers to transact easier.

The re-establishment of local self-service event management system

Edy Sulistyo, Loket’s Founder and CEO, was formerly Eevent Co-Founder, a self service event management system, which was acquired by EnvisionPoint in 2013. Despite has been switching to a quite different business, Edy is still passionate about this segment.

Practically, there is almost no local event management platform available in Indonesia. Consumers are already comfortable with Eventbrite and Meetup, developed by foreign companies. Although they  are easy to be used, for paid events, payment method they does not fit with local wisdom where credit card ownership is very low.

This is an opportunity to be utilized by Loket through offering a similar platform but took a number of more local-friendly payment methods. The platform is set to be presented in early 2018.

“Loket plans to set up a self service event management system where everyone can create their own event management system. [Consumers] even [can] manage their own paid ticket system with every local payment [system] we prepared,” Adimas concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pasca Diakuisisi Go-Jek, Loket Siapkan Langkah-Langkah Agresif di Segmen Event

Bulan Agustus lalu, platform manajemen dan analisis event Loket mengumumkan telah diakuisisi Go-Jek untuk mendorong sinergi antara Go-Tix dan layanan end-to-end Loket. Diawali dengan pengalihan pengelolaan Go-Tix ke Loket, Loket sudah menyiapkan sejumlah langkah agresif menyambut awal tahun depan.

Untuk mendukung langkah-langkah ini, Loket telah merekrut Mohamad Ario Adimas sebagai VP Marketing. Adimas sebelumnya telah berkiprah di sejumlah perusahaan telekomunikasi dan teknologi besar, seperti Indosat, Telkomsel, dan Microsoft.

Adimas kepada DailySocial menegaskan bahwa Loket tetap fokus ke bisnis intinya, sebagai one stop solution untuk manajemen sistem event end-to-end, seperti Ticket Management  System (TMS), event analytics, in-event payment, entertainment booth provider, dan kiosk management.

Pasca akuisisi, sebagai anak perusahaan, Loket secara penuh mengambil alih pengelolaan Go-Tix dari Go-Jek. Meskipun memiliki kanal B2B dan kanal B2C di segmen ini, Adimas memastikan bahwa pihaknya tidak bersifat eksklusif dan membuka diri untuk bermitra dengan berbagai penyedia kanal lain di segmen ini.

Adimas menyebutkan, Loket memiliki sistem afiliasi jaringan yang telah terhubung dengan berbagai platform. Hal ini diklaim memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak, karena pemilik platform bisa mendapatkan revenue sharing, sementara pemilik event mendapatkan tempat penyebarluasan informasi event-nya di banyak outlet.

Go-Tix segera tersedia di desktop

Go-Tix selama ini dikenal sebagai platform hiburan yang ekstensif, dari penjualan tiket event, tiket bioskop, hingga tiket pertandingan olahraga. Kebetulan Go-Jek saat ini adalah sponsor utama liga sepakbola Liga 1 bersama Traveloka. Untuk memudahkan akses terhadap platform ini, Loket berencana menghadirkan platform Go-Tix versi desktop di awal tahun 2018.

Menurut Adimas, konsumen cenderung lebih nyaman mengakses layanan di layar yang lebih besar. Pun berbeda dengan platform Go-Jek lain yang hanya menerima uang tunai dan Go-Pay, Go-Tix juga menerima pembayaran dengan kartu kredit. Kombinasi keduanya diharapkan mendorong konsumen untuk lebih mudah bertransaksi.

Kehadiran kembali self service event management system lokal

Pendiri dan CEO Loket Edy Sulistyo sebelumnya adalah Co-Founder Eevent, sebuah self service event management system, yang diakuisisi EnvisionPoint di tahun 2013. Meskipun sudah beralih ke bisnis yang lumayan berbeda, Edy masih memiliki passion di segmen ini.

Di Indonesia sendiri bisa dibilang hampir tidak ada platform manajemen event lokal yang tersedia. Konsumen sudah nyaman dengan Eventbrite dan Meetup yang berasal dari luar negeri. Meskipun mereka cukup mudah digunakan, untuk event-event berbayar, platform pembayaran yang ditawarkan belum cocok dengan kearifan lokal yang persentase kepemilikan kartu kreditnya sangat rendah.

Celah ini yang ingin dimanfaatkan Loket dengan menawarkan platform serupa tapi menggandeng sejumlah metode pembayaran yang akrab dengan masyarakat. Rencananya platform ini juga akan hadir awal 2018.

“Loket berencana menyiapkan self service event management system di mana setiap orang bisa membuat event management system mereka sendiri. [Konsumen] bahkan [bisa] mengelola sistem tiket berbayar sendiri dengan semua local payment [system] yang kita siapkan,” tutup Adimas.