Tidak banyak startup yang justru mencatatkan cashflow positif selama pandemi, bahkan tidak lagi mencari pendanaan eksternal selama tiga tahun terakhir seperti MileApp. Platform SaaS logistik MileApp fokus kepada solusi manajemen armada dan pengaturan rute di lapangan. Saat ini mengklaim telah mengalami pertumbuhan bisnis yang positif hingga 2x lipat.
Tahun lalu perusahaan juga telah mengalami profitabilitas, melalui capaian 1,5 juta transaksi per harinya. Kepada DailySocial.id, CEO MileApp Dika Maheswara mengungkapkan, tahun depan masih ada target yang ingin dicapai oleh perusahaan, di antaranya memperluas layanan di Indonesia dan kawasan regional.
Inovasi untuk bisnis
Perusahaan seperti JNE yang sejak awal sudah menjadi klien mereka, bahkan telah memiliki beberapa teknologi unggulan yang sengaja dibangun oleh MileApp untuk melancarkan bisnis mereka. Tercatat saat ini MileApp telah memiliki klien seperti Mitsubishi, Sosro, Segari, Syurbox. Berbeda dengan UMKM, untuk klien yang sudah masuk dalam level korporasi, semua bisa membangun solusi sendiri sesuai dengan kebutuhan.
Ada sekitar 50 ribu pengguna yang telah menikmati layanan MileApp, kalangan enterprise hingga UMKM dan area yang sudah mereka jangkau ada sekitar 10 ribu lokasi.
“Use case yang ada di MileApp adalah bukan hanya sekedar pick-up dan delivery saja, tapi juga inspeksi dan lainnya. Dari satu platform beberapa bisnis proses bisa dilakukan,” kata Dika.
Hal tersebut dinilai yang membedakan MileApp dengan platform SaaS logistik serupa yang hadir saat ini di Indonesia. Diketahui bukan hanya pemain lokal, namun pesaing MileApp saat ini adalah kebanyakan perusahaan dari India. Namun karena kurangnya pemahaman mereka terhadap wilayah di Indonesia, memberikan keuntungan tersendiri bagi MileApp.
Platform yang menawarkan layanan dan teknologi serupa di Indonesia saat ini di antaranya, Shipsy, Logisly, Shipper, Webtrace, dan Andalin.
“Secara produk MileApp bisa digunakan oleh UMKM. Saat ini kita memiliki klien yang hanya memiliki 10 pengguna saja. Namun karena self on boarding, mereka bisa membuat sendiri proses seperti apa yang ideal,” kata Dika.
Belum memiliki rencana galang dana
MileApp di awal adalah bagian dari Paket.id, yang merupakan platform untuk kurir pickup dan delivery. Saat ini akhirnya dibuat menjadi standalone platform karena berbeda model bisnis dengan Paket.id yang lebih fokus kepada B2B dan B2C. Hingga saat ini Paket.id tetap tumbuh dan saat ini juga sedang membangun jaringan logistik dengan klien klien MileApp.
Setelah melihat pertumbuhan perusahaan yang positif tahun lalu bahkan sudah mencapai profitabilitas, mereka belum memiliki rencana untuk menggalang dana putaran tahapan lanjutan. Penggalangan dana terakhir yang dilakukan oleh MileApp adalah pendanaan awal dari MDI dan BonAngels.
Salah satu alasan mengapa mereka enggan untuk melakukan penggalangan dana adalah, masih ingin fokus kepada pencapaian metrik perusahaan, yaitu melakukan ekspansi ke kawasan regional. Menurut Dika, dilihat dari produk dan teknologi yang mereka kembangkan, menjadi ideal jika sudah ada kebutuhan yang sesuai untuk kemudian diterapkan di negara lain.
“Sebetulnya bukan menolak namun saya merasa waktunya belum tepat. Masih ada beberapa metrik yang belum kita achieve yaitu ekspansi ke luar Indonesia. Saya ingin membuktikan dulu bahwa platform kita bisa digunakan di negara lain juga,” kata Dika.
Sebelumnya perusahaan juga sempat melakukan uji coba di Australia, namun karena adanya gap yang diperlukan oleh pasar di sana dengan apa yang dimiliki oleh MileApp, uji coba tersebut kemudian dihentikan.
Tahun depan ada beberapa target yang ingin dicapai oleh perusahaan, di antaranya adalah fokus kepada pengembangan produk dan perluasan pasar. Terutama setelah mereka melakukan perubahan kepada proses on-boarding. Didukung oleh tim yang berjumlah 55 orang, saat ini MileApp juga masih terus melakukan proses perekrutan pegawai sesuai dengan kebutuhan.
“Ekspansi di dalam negeri masih terus dilakukan, namun kita juga fokus untuk bisa melancarkan produk ke luar negeri. Kita juga akan terus melakukan improvement di layanan dan produk untuk klien,” kata Dika.