Tag Archives: fahmi bafadhal

Dampak Pembukaan API Produk Perbankan di Mata Pelaku E-Commerce

Sebenarnya sejak dulu banyak yang menganggap membuka teknologi seperti API (application programming interface) ke khalayak umum, terutama bagi bank, adalah hal yang haram. Pasalnya teknologi ini memungkinkan terjadinya tindakan moral hazard yang bisa mengancam aspek perlindungan konsumen. Aspek ini merupakan pedoman yang harus diutamakan bagi industri jasa keuangan dalam berbisnis.

Pemain e-commerce, sebagai salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia, membutuhkan ekosistem pendukung untuk memajukan bisnis mereka. Salah satu adalah sistem pembayaran.

Saat ini, sistem pembayaran layanan e-commerce yang paling populer adalah transfer antar rekening bank. Sayangnya, saat menggunakan bank transfer sistem pengecekannya kebanyakan masih dilakukan secara manual. Bank yang memfasilitasinya belum membuka API agar bisa diakses secara otomatis oleh penjual e-commerce.

Di Indonesia, perbankan yang sudah membuka layanan API untuk produk tabungan adalah Bank Central Asia (BCA). Layanan tersebut diresmikan pada awal tahun ini. Layanan API BCA yang siap digunakan adalah transfer, informasi saldo, mutasi rekening, lokasi ATM, status pembayaran Sakuku, pembayaran Sakuku, info kurs, dan suku bunga deposito.

BCA menetapkan biaya sebesar Rp 200 per hit API untuk informasi saldo, mutasi rekening, dan transfer.

Bank lainnya yang sedang mempersiapkan pembukaan API tabungan adalah Bank Mandiri. Hal ini dikonfirmasi langsung Direktur Digital Perbankan dan Teknologi Bank Mandiri Rico Usthavia Frans.

“Ya, ada arah ke sana [pembukaan API tabungan]. Semoga bisa [diluncurkan] tahun ini,” ucap Rico kepada DailySocial.

Ketua Umum idEA Aulia E Marinto mengatakan dengan adanya inovasi API, maka pelaku e-commerce dapat melakukan berbagai hal seperti transfer, mutasi rekening ataupun cek saldo melalui API. Salah satu contoh bentuk praktis adalah otomatisasi proses rekonsiliasi, khususnya untuk penerimaan pembayaran melalui ATM.

“Dengan API ini, pemain e-commerce dapat mengetahui secara real time apabila ada aktivitas pada rekening bank yang bersangkutan. Selain itu banyak praktek lainnya seperti perhitungan AR/AP tanpa melibatkan perhitungan secara manual,” terangnya kepada DailySocial.

Ada efek samping

Founder dan CEO Ralali Joseph Aditya mengatakan layanan pembukaan API tabungan dari bank sebenarnya adalah hal yang sangat dibutuhkan pemain e-commerce. Dampak positifnya sangat besar yakni mendapat kemudahan transaksi di situs dan memudahkan pengecekan akun.

Sebelumnya mereka harus melakukan pengecekan secara manual dengan login satu per satu. Mengenai harga yang diberikan API BCA, menurut Joseph, hal inilah yang menjadi perhatian utama pemain e-commerce.

“Karena kalau transaksi naik, jadi lumayan kenanya [biaya]. Mungkin sebaiknya ada paket atau harga progresif, jadinya akan lebih menarik memperbanyak early adopter,” kata dia kepada DailySocial.

Hal yang senada diutarakan CTO Jualio Fahmi Bafadhal. Menurutnya, keterbukaan bank mengenai akses API dapat memicu inovasi terhadap kemudahan pembayaran yang makin banyak. Terlebih transaksi terbesar pemain e-commerce kebanyakan masih berasal dari bank transfer.

Dari sisi pembeli, sambung Fahmi, akan lebih nyaman menggunakan akun bank-nya dan seharusnya makin minim kesalahan.

“Dari sisi harga, pastinya memberatkan. Cuma lagi-lagi bisa dibandingkan dengan cost yang keluar jika harus hire CS untuk cek bank transfer. Mungkin strateginya yang perlu di-adjust.”

BCA sebagai pelopor

Semangat yang ingin disampaikan BCA adalah memungkinkan para pelaku fintech ataupun e-commerce dapat terkoneksi dengan layanan perbankan BCA dan berkesempatan menikmati beragam informasi dan transaksi BCA secara cepat dan mudah.

“Pengembangan sudah dilakukan sejak tahun lalu. API nanti mudah bisa untuk lihat saldo, mutasi, rekening, cek valuta asing, nanti ada pengembangan sehingga developer e-commerce tinggal pakai API kita langsung bisa nyambung,” terang Wakil Presiden Direktur BCA Armand W Hartono.

Data terakhir menyebut ada 17 layanan e-commerce yang tergabung dalam API BCA. Hingga akhir 2017, BCA berharap dapat menggandeng 100 layanan e-commerce sebagai pengguna API BCA.

BCA telah menginvestasikan sekitar Rp4 miliar untuk membangun sistem API. Tiap tahunnya, investasi BCA untuk pengembangan IT naik 7%-8%. “Kalau untuk digital banking investasinya pasti nggak akan berakhir,” kata Executive Vice President Information Technology BCA Hermawan Tendean.

Ia mengaku saat ini kontribusi API terhadap revenue memang masih kecil karena sekali akses dikenakan biaya. Pihaknya mengaku akan kembali mengevaluasi karena ada masukan dari industri yang mengatakan harganya terlalu mahal.

“Itu aja ada masukan dari industri bahwa terlalu mahal. Kami evaluasi lagi berapa nilai ideal supaya bisa diterima mereka.”

Berdasarkan catatan BCA, per Desember total transaksi digital per hari mencapai 18 juta transaksi. Sedangkan frekuensi transaksi ATM mencapai 153 juta dengan nilai Rp 170 triliun. Transaksi mobile banking sebanyak 65 juta per bulan dengan nilai Rp 60 triliun. Lalu untuk transaksi di internet banking tembus 129 juta dengan nilai Rp 77 triliun.

Adapun total nasabah BCA yang sudah memanfaatkan layanan perbankan digital mencapai separuh dari total nasabah yang kini berjumlah 14 juta orang.

Jualio Siapkan Layanan Chatbot dan Platform Berjualan Berbentuk Instagram

Platform jual beli online lewat media sosial Jualio mengumumkan rencana bisnis terbarunya agar dapat menjaring lebih banyak penjual. Perusahaan akan meluncurkan layanan chatbot yang nantinya bakal tersedia di aplikasi chat Line, Telegram, Facebook Messenger, dan SMS. Selain itu, perusahaan akan menambahkan platform berjualan yang berbentuk seperti Instagram.

Sebenarnya, platform tersebut merupakan hasil integrasi dari akun Instagram milik penjual dengan teknologi Jualio. Penjual akan diberikan link khusus yang bisa dapat digunakan untuk berjualan. Semua foto yang dipajang di akun Instagram secara otomatis akan tersambung dengan link tersebut.

Hal ini akan memudahkan penjual, sehingga mereka tidak perlu satu per satu menggunggah foto dalam platform jualan mereka. Dalam platform tersebut juga sudah dihubungkan dengan escrow account untuk berbagai metode pembayaran, diantaranya bank transfer, kartu kredit, e-banking, dan e-wallet.

“Kedua layanan ini akan kami luncurkan pada akhir Februari 2016 mendatang,” ucap CEO Jualio Nukman Luthfie kepada DailySocial.

Sebelumnya, sambung Nukman, Jualio baru menyediakan platform media sosial Twitter dan Facebook saat pertama kali berdiri di 2015. Penjual hanya dipersyaratkan untuk membuat akun di platform Jualio dan mengunggah foto produknya di halaman profil mereka.

Setiap produk memiliki link pendek tersendiri, di mana nantinya setiap pembeli yang meng-klik link itu akan di bawa ke halaman produk. Pembeli dapat melihat detil produk yang dijual, informasi penjual, harga, dan link pembayaran. Pembeli tidak perlu mendaftar untuk melakukan pembelian, bila suka dengan produk yang jual, tinggal klik link dan menyelesaikan pembayaran.

Saat ini Jualio sudah menghimpun 3.500 penjual yang tersebar di Jakarta dan Jawa Barat. Sayangnya, Nukman enggan membeberkan lebih detil mulai dari perolehan pendapatannya hingga target dari meluncurkan produk terbarunya.

Dia hanya mengatakan untuk monetisasi, perusahaan memperoleh fee dari transaksi yang terjadi dalam platform saja. Adapun besaran fee yang didapat oleh Jualio per transaksi sebesar Rp4 ribu, angka tersebut adalah flat rate tanpa memandang nilai transaksi yang berhasil dicetak oleh penjual.

Implementasi chatbot

CTO Jualio Fahmi Bafadhal menambahkan layanan chatbot yang bakal disediakan Jualio ini nantinya akan mampu menangani seluruh percakapan konsumen hingga pembayaran selesai dilakukan.

Sebagai gambarannya, dari nomor penjual nantinya akan terhubung dengan teknologi chatbot yang sudah dikembangkan oleh Jualio. Nomor tersebut dapat di-add oleh pembeli dari berbagai platform chat messanging, seperti Line, Telegram, Facebook Messenger, dan SMS.

Bot tersebut akan mampu mendiagnosa ucapan pembeli, mulai dari harga produk, lokasi, ongkos kirimnya berapa, asal produk dari mana, apakah bisa ditawar, dan sistem pembayarannya mau pilih apa.

“Semua ucapan itu akan dijawab oleh bot. Ketika pembeli mengucapkan kata “oke, saya mau beli” bot akan mampu inisiasi sistem pembayarannya tanpa harus keluar dari aplikasi chat, kecuali bila memilih kartu kredit,” terang Fahmi.

Sekadar informasi, Jualio berdiri secara resmi sejak Mei 2015. Jualio baru pertama kali mendapat suntikan dana segar dari angel investor lokal tepat pada saat mereka berdiri dengan nilai yang tidak disebutkan. Hingga kini, strategi pemasaran Jualio cenderung masih dikerjakan secara konvensional, mulai dari referensi mulut ke mulut hingga ketemu langsung dengan calon penjual.

Fahmi mengungkapkan, saat ini pihaknya sedang dalam tahap mencari investor untuk mendapatkan dana segar. “Pas Jualio baru berdiri, kami dapat suntikan dari angel investor. Sekarang kami pakai bootstrap dan sedang mencari-cari VC sih,” pungkasnya.