Tag Archives: farah suraputra

Ketersediaan platform uang elektronik closed loop memudahkan startup mengelola pilihan pembayaran, pemberian diskon, dan akuisisi pelanggan

Sejumlah Startup Masih Terus Kembangkan Fitur Uang Elektronik “Closed Loop”

Meskipun sempat menjadi polemik, eksistensi uang elektronik berkonsep closed loop tetap berkembang , khususnya di antara startup non-finansial. Dengan konsep closed loop, uang elektronik (biasanya berbentuk kredit) bisa digunakan untuk bertransaksi di dalam platform (internal) saja dan memiliki nominal dana kelolaan dengan limitasi tertentu.

Menurut CEO Dana Vincent Iswara, salah satu platform uang elektronik (open loop) terdepan di Indonesia, perkembangan platform uang elektronik closed loop ini bisa dianggap sebagai hal positif. Salah satunya adalah semakin terbiasanya konsumen berbelanja secara digital.

“Konsep transaksi digital yang makin banyak diadopsi oleh masyarakat ini menjadi pertanda bahwa masyarakat tidak lagi resisten dengan transaksi nontunai. Kecenderungan mereka untuk memiliki lebih dari satu aplikasi dalam ponsel mereka pun harus disambut dengan baik, dengan begitu kita bisa sama-sama melihat kemampuan mereka beradaptasi,” kata Vincent.

Potensi platform berbasis closed loop

Salah satu platform yang mengembangkan konsep closed loop ini adalah Strongbee melalui Strongbee Credit. Menurut Founder Strongbee Farah Suraputra, sejak diluncurkan bulan Juli 2020 lalu, saat ini penggunaan Strongbee Credit komposisinya 50-50% dibandingkan dengan pilihan pembayaran lainnya.

Strongbee mengembangkan fitur Credit untuk mempermudah pengguna bertransaksi di dalam aplikasi. Fitur ini sangat mendukung promosi-promosi perusahaan, misalnya in-app purchase yang lebih murah jika menggunakan Strongbee Credit dibanding metode pembayaran lainnya.

“Sampai saat ini Strongbee Credit hanya bisa digunakan untuk transaksi booking di aplikasi Strongbee. Strongbee Credit itu bukan berupa dompet digital karena Strongbee Credit tidak bisa diuangkan. Bentuknya juga closed loop, hanya bisa untuk pembayaran dari pelanggan ke kita dan bukan untuk pembayaran dari kita ke partner,” kata Farah.

Sementara menurut CEO D-Laundry Ridhwan Basalamah, D-Pay, yang sebelumnya bernama D-Wallet, digunakan untuk mengisi D-Laundry Coin.

“[..] D-Pay yang sudah terhubung ke berbagai bank, fintech, dan instansi layanan masyarakat sehingga pengguna D-Laundry memiliki banyak pilihan untuk melakukan pengisian D-laundry Coin,” kata Ridhwan.

D-Pay disebut dirancang untuk melengkapi ekosistem yang sudah ada. Selain bekerja sama dengan platform pembayaran yang sudah ada, D-Pay berkomitmen merambah kolaborasi ke berbagai instansi untuk memudahkan konsumen menggunakan layanan ini.

Sementara semenjak diluncurkan Oktober 2018 lalu, perkembangan Ralali Wallet diklaim mendapatkan feedback positif. Sampai Q3 2020 terdapat lebih dari 200 ribu pengguna Ralali yang sudah mengaktifkan fitur ini. Kontribusi metode pembayaran melalui wallet ini rata-rata 30,13% dari jumlah transaksi setiap bulannya. Angka ini yang mendorong pihak internal untuk melakukan banyak pembaruan fitur.

“Pada awal peluncuran Wallet, fitur ini [..] sesuai visi untuk memberikan solusi untuk market B2B di Indonesia khususnya di area financial business. Fitur ini bisa memudahkan Ralali users untuk melakukan pembayaran order pesanan mereka secara cepat dan terintegrasi. Akun wallet ini juga bisa menjadi wadah untuk menerima cashback promo untuk loyal user Ralali,” kata CTO Ralali Irwan Suryady.

Ralali melihat aspek finansial adalah salah satu hal fundamental di pasar B2B. Ralali Wallet berencana memperkuat KYC dan KYB pengguna dengan standarisasi yang berlaku. Ralali Wallet akan menjadi wadah disbursement untuk pilihan pembayaran paylater yang terkoneksi dengan beberapa mitra fintech.

Regulasi

Saat ini D-Pay sudah memiliki lisensi dari Bank Indonesia sehingga mempermudah D-Laundry memperluas fungsi uang elektronik closed loop ini untuk

“Ekspansi kami baru dimulai pada awal tahun 2020 ini sejak diluncurkannya fitur pembayaran cashless, yang sebelumnya [..] hanya bisa melakukan pembayaran secara tunai. Tahun ini, kami mendapatkan lisensi dari Bank Indonesia untuk D-Pay dan diterapkan kepada seluruh produk dan layanan kami,” kata Ridhwan.

Sementara Strongbee belum berniat mendaftarkan fitur miliknya ke regulator.

“Fungsi dari dompet itu sendiri untuk setiap dana yang diisikan hanya bisa dipakai untuk booking atau pemesanan saja. Sehingga setiap transaksi akan jadi lebih mudah, lebih ringkas, dan instan dibandingkan pembayaran menggunakan payment method lainnya. Pengguna pun bisa menikmati tambahan dana, senilai 40% dari nilai yang dibayarkan,” kata Farah.

Aplikasi STRONGBEE

Aplikasi STRONGBEE Mudahkan Pencarian dan Pemesanan Fasilitas Olahraga

Berawal dari kegemarannya berolahraga, Farah Suraputra kemudian menginisiasi STRONGBEE. Tujuannya untuk memfasilitasi orang yang hobi berolahraga dengan informasi komprehensif terkait fasilitas olahraga dan kebugaran. Menurutnya kondisi saat ini informasi tersebut belum tersebar merata. Kebanyakan masih bergantung pada word-of-mouth dan search engine, sehingga terkadang jadi kurang terstruktur dan kredibel.

“Dengan alasan itulah saya bersama dengan Co-Founder Rian Bastian mengembangkan STRONGBEE, untuk membantu para pecinta olahraga menemukan fasilitas sports, fitness, dan wellness sesuai dengan lokasi [terdekat]. Pengguna pun dapat melihat dan memberikan penilaian untuk membantu pengguna lain dalam menentukan fasilitas,” kata Farah.

Secara model bisnis, STRONGBEE menerapkan pendekatan B2B dan B2C. Direalisasikan dengan model kemitraan dengan penyedia fasilitas (mengenakan komisi) dan layanan berlangganan di aplikasi.

Hingga saat ini STRONGBEE telah memiliki sekitar 5 ribu pengguna aktif setiap bulannya. Mereka juga telah menjangkau 200 studio, gym, dan lapangan; serta merangkul 300 pelatih olahraga profesional.

“Mitra STRONGBEE kini masih terkonsentrasi di Jakarta, namun kami juga memiliki mitra di Bandung, Malang, dan Bali. Kami berencana terus menyebarluaskan layanan ke seluruh Indonesia,” kata Farah.

Berbeda dengan platform lainnya seperti ClassPass, R FitnessR Fitness, Doogether dan FitCo, STRONGBEE mengklaim tidak hanya menawarkan kelas-kelas fitness, namun juga pelatih pribadi, lapangan olahraga, mengakomodasi acara, serta fisioterapi.

Untuk pilihan berlangganan, mereka juga menyediakan kelas-kelas berbentuk single visit dan subscription, dengan harapan memberi kesempatan untuk mereka yang ingin mencoba kelas baru maupun yang ingin berlangganan.

STRONGBEE Wallet

Untuk pilihan pembayaran, STRONGBEE menawarkan pilihan yang cukup beragam. Mulai dari pembayaran tunai, kartu kredit, GoPay, virtual account, transfer bank, hingga melalui STRONGBEE Wallet.

Disinggung seperti apa cara kerja dompet digital STRONGBEE tersebut, Farah menyebutkan ketika pengguna telah melakukan pendaftaran berlangganan bisa melakukan proses top up sesuai dengan metode pembayaran yang disediakan platform. Nantinya nilai berlangganan atau subscription tersebut akan di konversi menjadi dana di dompet STRONGBEE.

“Untuk dompet milik kami saat ini belum terdaftar di Bank Indonesia, karena fungsi dari dompet itu sendiri untuk setiap dana yang diisikan hanya bisa dipakai untuk booking atau pemesanan saja. Sehingga setiap transaksi akan jadi lebih mudah, lebih ringkas, dan instant dibandingkan pembayaran menggunakan payment method lainnya. Pengguna pun bisa menikmati tambahan dana senilai 40% dari nilai yang dibayarkan,” kata Farah.

Tahun ini ada beberapa target yang ingin dicapai oleh perusahaan, di antaranya adalah melakukan penggalangan dana. STRONGBEE juga berencana untuk segera meluncurkan SaaS untuk mitra yang dapat mempermudah manajemen bisnis baik dalam mengolah pemesanan maupun informasi layanan mitra.

“Saat pandemi ini kami juga telah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hidup sehat. Kami dengan senang hati memfasilitasi kebutuhan tersebut baik dengan menyediakan kelas olahraga online maupun menyebarkan informasi terkait melalui blog dan juga media sosial kami,” tutup Farah.

Application Information Will Show Up Here