Tag Archives: Faried Ismunandar

Bisnis Umrah di Tengah Covid-19

Perjalanan Umrah Berhenti Sementara, PergiUmroh Lakukan Penyesuaian Bisnis

Karena penyebaran Covid-19, Kerajaan Saudi Arabia memutuskan untuk menutup sementara kegiatan umrah dari luar Saudi sejak tanggal 27 Februari 2020. Kondisi ini berdampak langsung pada sejumlah agen perjalanan umrah, tak terkecuali PergiUmroh. Untuk tetap mempertahankan bisnis, sejumlah rencana sudah disiapkan.

Co-founder dan CEO PergiUmroh Faried Ismunandar berbagi cerita kepada DailySocial tentang kondisi ini. Menurutnya kondisi ini hadir di tengah industri perjalanan umrah yang sedang dalam tren pertumbuhan yang cukup signifikan. Sejak tahun 2018 jamaah umrah Indonesia disebut sudah mencapai 1 juta untuk tiap tahunnya. Termasuk juga pembelian melalui platform digital seperti PergiUmroh.

Di kuartal keempat tahun 2019, pertumbuhan terus terjadi. Bahkan sampai Januari 2020 pembelian mencapai rekor tertinggi. Namun sayang, setelah itu pembelian berhenti total.

“Industri secara keseluruhan juga mengalami goncangan, mungkin tidak semua travel agents umrah bisa bertahan. Salah satu yang masih kami syukuri adalah cancelation rate di PergiUmroh sendiri masih bisa dibilang manageable, hanya sekitar 30% yang melakukan cancel dan sisanya masih setuju untuk reschedule. Ini menandakan konsumen yang sudah mempersiapkan diri untuk umrah masih mempunyai keinginan untuk tetap menjalankan umrah walaupun harus tertunda,” terang Faried.

Mengantisipasi perubahan yang menerpa industri, pihak PergiUmroh tidak tinggal diam. Beberapa langkah mulai diambil di awali dengan memastikan semua konsumen mendapatkan informasi yang cukup dan memproses keinginan konsumen.

“Secara bisnis, issue terutamanya adalah main revenue source kami masih belum ada indikasi kapan lagi kita bisa dapatkan. Sehingga yang harus kami lakukan adalah revisit roadmap kami, dan hasilnya adalah kami menarik project yang rencananya kami baru lakukan tahun 2021 – yaitu e-commerce muslim –ke sekarang, karena dari analisa kami ini  salah satu yang feasible untuk menggerakkan perusahaan,” papar Faried.

Perubahan industri dan sejumlah layanan baru

Pandemi sudah berjalan lebih dari setengah tahun. Belum ada tanda-tanda penurunan angka penularan di Indonesia. Tentunya ini berakibat pada ketidakpastian industri umrah. Toh jika suatu saat dibuka perjalanan umrah akan terdapat banyak penyesuaian, seperti pembatasan umum, kuota dalam satu rombongan, dan semacamnya. Kondisi ini akan berdampak pada naiknya biaya umrah.

Sadar kondisi tampak belum segera membaik, PergiUmroh gerak cepat untuk mengupayakan dua hal, pertama mencari revenue stream baru dengan cepat, kedua menguatkan fitur dan layanan di platform. Sehingga ketika waktunya sudah tiba, umrah sudah dibuka, pengalaman dan perjalanan pengguna diharapkan bisa lebih baik lagi.

“Untuk revenue stream baru kami meluncurkan PergiBelanja, reward platform for muslim shoppers. Ini adalah cashback platform belanja dengan target produk dan konsumen muslim pertama. Setiap pembelian di brands partner melalui PergiBelanja, konsumen pasti akan mendapatkan ‘bagi hasil’  yang langsung didapatkan dan kemudian bisa dicairkan ke rekening bank, uang digital, ataupun pulsa. Kami bekerja sama tidak hanya dengan brand besar tapi juga penjual barang dan jasa yang selama ini mengoptimalkan melalui media sosial mereka. Harapannya selain konsumen dapat benefit yang lebih, partner kami juga terbantu dalam penjualan,” jelas Faried.

Sedangkan untuk peningkatan fitur dan layanan, ini mencakup produk (travel halal), metode pembayaran, dan perencanaan seperti tabungan, cara pemesanan, kanal penjualan hingga jumlah mitra yang bergabung. Menurut Faried, belum semua fitur di atas diluncurkan. Ada beberapa yang masih dalam proses. Tak hanya itu, PergiUmroh juga sudah memiliki sejumlah rencana untuk pendanaan.

“Jadi setelah tahun lalu kita masuk di Grab Ventures Velocity, tahun ini PergiUmroh juga masuk dalam program akselerasi oleh Telkom melalui Indigo Creative Nation. Kami sedang persiapan untuk melakukan raise fund juga, segera,” kata Faried.

Belajar dari Co-Founder & CEO PergiUmroh M. Faried Ismunandar di sesi #SelasaStartup tentang strategi menjalin kepercayaan

Strategi Menjaring Kepercayaan bagi Marketplace Umrah

Banyak industri yang belum terjamah sepenuhnya teknologi, salah satunya adalah umrah. Dia adalah blue ocean yang potensinya sangat besar karena menggarap seluruh umat Islam sebagai target konsumen. Tiap tahunnya Indonesia mengirim kurang lebih 1 juta jamaah umroh. Per April 2019 disebutkan telah tembus di angka 849 ribu jamaah.

Angka ini besar dibandingkan negara tetangga, namun bila melihat jumlah populasi umat Muslim di Indonesia ini belum sebanding. Artinya, masih ada pangsa pasar yang selama ini belum terjamah oleh pemain jasa tur umrah. Potensi tersebut bisa dimanfaatkan oleh pemain teknologi, salah satunya adalah PergiUmroh.

Co-Founder & CEO PergiUmroh M. Faried Ismunandar hadir mengisi sesi #SelasaStartup edisi pekan pertama Oktober 2019. Di sini dia banyak bercerita perjalanan awal PergiUmroh menjaring penyedia tour umrah dan bagaimana meyakinkan mereka untuk bergabung.

Seleksi mitra

Masih ada 1000 penyedia tur umrah beredar di Indonesia. Itu yang berlisensi resmi, belum termasuk hitungan yang tidak punya lisensi. Faried memprediksi jumlahnya lebih dari 3 ribu. Lantas, apakah semua penyedia tour ini harus digaet PergiUmroh? Jawabannya belum tentu.

Faried justru lebih memilih untuk seleksi mitra. Alasannya banyak mitra yang memiliki standar SLA (Service Level Agreement) di bawah kebutuhan konsumen PergiUmroh.

Beberapa SLA tersebut sebelumnya bukan menjadi fokus utama mereka karena selama ini bermain di ranah offline. SLA semacam ini tentunya bisa menguntungkan konsumen dan pemain itu sendiri. Oleh karena itu, untuk bisa bergabung ada beberapa persyaratan yang harus mereka penuhi.

“Misalnya kita dorong mereka untuk berlisensi resmi, punya rekam bisnis yang bersih dan tidak pernah wanprestasi.”

Terhitung PergiUmroh telah menjaring 32 pemain tur umrah dan menyediakan lebih dari 400 jenis produk. Rencananya pada tahun depan akan menambah angkanya jadi 50 pemain, dengan menyasar kota-kota baru.

Beri berbagai nilai tambah

Faried menjelaskan selama bertahun-tahun pemain tur umrah bisa tetap hadir karena mengandalkan agen offline untuk memasarkan produknya. Mereka merasa sudah aman dengan itu, padahal di luar sana makin berkembang platform e-commerce yang lambat laun akan mengurangi bisnis mereka tanpa disadari, bila tidak ikut terjun.

Sebenarnya, mereka sadar dengan itu, tapi kondisi di lapangan sangat berbeda. Entah karena terhalang oleh biaya yang harus dikeluarkan untuk membuat situs e-commerce atau memang belum ingin terjun ke situ.

Pendekatan yang diambil PergiUmroh dalam menyediakan nilai tambah buat mereka adalah merilis fitur yang bisa meringankan pekerjaan jasa jour umrah yang sifatnya administratif dan permudah sistem pembayaran.

Fitur ini lahir karena sebagian besar travel umrah itu kompetisinya ketat, tapi resource mereka terbatas. Ambil contoh, untuk memberangkatkan ratusan orang dalam setahun itu hanya ada lima sampai enam orang saja.

“Ada beberapa pekerjaan yang bisa kita lakukan untuk permudah mereka, seperti pembayaran dan administrasinya. Tujuannya supaya mereka tetap bisa fokus ke pekerjaan utamanya, melayani pemberangkatan hingga kembali lagi ke Tanah Air,” katanya.

Menarik pemain tur umrah pada tahap awal sangat menantang. Saat PergiUmroh diresmikan, pihaknya telah menggandeng delapan pemain jasa umrah berlisensi resmi dari total 1000 pemain yang ada di Indonesia.

Di samping itu, PergiUmrah juga memberikan insight buat mitra tentang kondisi di industri. Apa saja produk yang sedang dicari konsumen pada saat itu, bagaimana persaingan harga, dan insight lainnya yang bisa mereka pakai untuk berinovasi. Insight seperti ini tidak bisa didapat ketika berjualan secara offline.

“Ujungnya adalah mengenai bisnis, jadi kita perlebar channeling dengan mitra lain dan menggandengnya dengan pemain tour untuk buka peluang bisnis lainnya. Ini cukup diapresiasi dengan bergabung di PergiUmroh, ada benefitnya dari sisi komersial dan bantu bisnisnya.”

Jaga loyalitas mitra dan konsumen

Setelah memiliki jaringan penyedia tur, tantangan berikutnya adalah menjaga loyalitas mereka karena pada akhirnya ini akan sangat penting. Tim PergiUmroh menyiapkan tim account management yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan divisi yang lain.

Tugas berikutnya adalah melakukan banyak aktifitas di sisi permintaan dengan memproduksi konten yang sifatnya lebih soft selling. Perlu disadari, umrah bukanlah kegiatan impulsif. Perlu banyak pertimbangan buat semua orang karena mengingat biayanya yang tidak murah, beda halnya dengan situs e-commerce.

“Umrah sudah jadi kebutuhan orang, tapi cara komunikasinya harus dengan cara yang kasual sesuai target pasarnya. Fokus kita sekarang ada onboarding dalam bentuk konten dan share ke media sosial.”

Faried mengaku 90% pembeli jasa di PergiUmroh adalah mereka yang pertama kali umrah. Dari kebiasaan mereka, jarang sekali konsumen langsung pergi memilih jasa mana yang sesuai kebutuhan. Pasti butuh beberapa kali.

Agar tetap menjaga konsumen kembali ke PergiUmroh, timnya menyediakan fitur komparasi produk tiga sekaligus untuk mempermudah mereka sebelum memutuskan paket mana yang akan dipilih.

Hal terkecil yang juga diberikan PergiUmroh untuk mitra adalah mengubah kurs mata uang dari dollar menjadi Rupiah. Ini berguna untuk tetap menarik loyalitas konsumen dengan penawaran harga jual yang stabil. Beda halnya dengan dollar yang fluktuatif.

PergiUmroh marketplace terkurasi untuk paket perjalanan umroh dan haji

PergiUmroh Hadirkan Marketplace Terkurasi untuk Layanan Haji dan Umroh

Belakangan ini di Indonesia muncul berbagai berita mengenai penipuan agen perjalanan travel yang sudah merugikan konsumen. Banyak yang tergiur janji berangkat umroh dengan biaya murah namun belum mendapat kepastian keberangkatan. Permasalahan ini tampaknya yang coba diselesaikan oleh PergiUmroh dengan layanannya. Mereka menghadirkan curated marketplace untuk jasa perjalanan umroh dan haji.

PergiUmroh sendiri menawarkan kemudahan akses dan sistem yang bisa dipantau langsung oleh pengguna. PergiUmroh akan melakukan kurasi kepada agen travel yang menjadi mitra untuk kemudian disajikan ke para penggunanya.

“Kami memberikan layanan yang mudah diakses calon jamaah dari laman web. Calon jamaah dapat memilih paket yang diinginkan berdasarkan preferensi, memantau prosesnya secara mandiri dari awal pendaftaran hingga akhir menuju keberangkatan. Tanpa harus diribetkan mengenai proses yang menyusahkan,” terang Public Relations PergiUmroh Salwa Shahab.

Untuk memastikan kualitas layanannya proses seleksi agen pihak PergiUmroh menganut ketentuan “5 Pasti” yang dicanangkan oleh Kemendagri, yakni pasti berizin travelnya, pasti jadwalnya, pasti terbangnya, pasti hotelnya dan pasti visanya. Selain itu pihak PergiUmroh juga berusaha menyaring agen perjalanan didasarkan dari histrorical track record selama beberapa tahun terakhir.

Saat ini PergiUmroh sudah memiliki enam mitra agen perjalanan yang tergabung, di antaranya Madinah Iman Wisata, UMI Tour and Travel, Pena Tour, Patih Indo Permai, Sarana Tour, dan Basmah Tour. PergiUmroh juga juga menyediakan fitur Pantau untuk memudahkan pengguna memantau rencana ibadah mereka.

“Melihat pasar Indonesia sebagai pasar jamaah umroh yang terbesar yaitu sebanyak 634.990 orang memberikan kesempatan baik bagi kami. Kini umroh cenderung menjadi tren traveling di Indonesia. Beberapa insiden penipuan pada agen haji dan umroh menyadarkan kami bahwa umat muslim di Indonesia butuh jasa yang bisa diandalkan,” imbuh Salwa.

Saat ini PergiUmroh dikomandoi oleh Faried Ismunandar sebagai CEO, Abdul Almaujudy sebagai COO, dan Daus Gonia sebagai Head of Technology. Di tahun 2018 PergiUmroh tengah mengupayakan untuk menambah lebih banyak mitra dan produk yang ditawarkan, menambah metode pembayaran dan tipe pembiayaan untuk lebih mudahkan penggunanya.