Tag Archives: fast8 group

Perusahaan SaaS Fast8, induk dari Gadjian dan Hadirr, melakukan rebranding untuk platfrom employee benefits Benefide menjadi Payuung

Benefide Berubah Nama Jadi Payuung, Perluas Cakupan Solusi “Employee Benefits”

Pergeseran manajemen kerja semenjak pandemi dari offline ke online, mendongkrak kinerja perusahaan SaaS di Indonesia. Tingginya antusiasme tersebut membuat Fast8 untuk melakukan rebranding salah satu layanan di bawahnya yakni Benefide yang kini menjadi Payuung.

Pemilihan nama Payuung dikarenakan untuk menggambarkan misi platform, yaitu membantu kesejahteraan masyarakat Indonesia dengan menyediakan aneka solusi keuangan yang terjangkau, mudah dipahami, dapat diakses dan dibeli secara digital.

Dalam wawancara terpisah bersama DailySocial, CEO Fast8 Afia Fitriati menjelaskan Payuung pertama kali dirintis lewat uji coba untuk modul pinjaman karyawan di platform Gadjian sekitar 2018. Lalu diikuti dengan riset pasar lebih mendalam, dan iterasi pertama platform Payuung diluncurkan di awal 2020 kemarin.

Hasil dari peluncuran Payuung, mampu tumbuh melampaui produk existing di Fast8. Afia merinci bisnis SaaS perusahaan tumbuh 200% pada tahun lalu, sementara Payuung tumbuh hingga 1000%. Pertumbuhan signifikan ini terjadi karena perusahaan banyak menambah cakupan produk dan layanan, bekerja dengan berbagai lembaga jasa keuangan.

Beberapa mitra tersebut adalah KoinWorks, Capital Life, Prudential, dan Asuransi Sinarmas. Alhasil ada produk pinjaman karyawan, asuransi, jaminan pensiuan, serta investasi yang dapat diakses oleh pengguna Payuung.

Proposisi Payuung berbeda dengan kebanyakan platform employee benefits lainnya di industri SaaS. Payuung telah terintegrasi data secara otomatis dengan platform Gadjian dan Hadirr. Sehingga bagi pengguna kedua platform tersebut, memudahkan transaksi dan pengelolaan data transaksi. “Bagi para partner kami, integrasi ini membuat produk yang ditawarkan di platform bisa lebih tepat sasaran.”

Ke depannya, Payuung akan dilengkapi dengan lebih banyak aneka solusi financial wellness untuk karyawan. “Kami juga akan terus menambah varian produk keuangan yang dihadirkan di platform. Perkembangan platform inilah yang kami harap terwakili dalam pergantian nama dari Benefide menjadi Payuung.”

Terkait penggalangan dana segar seperti yang diberitakan sebelumnya, Afia hanya menuturkan bahwa proses tersebut masih berlangsung dan berhasil menarik beberapa investor. “Karena animo terhadap isu financial wellness terus meningkat di masa pandemi ini,” tutupnya.

Putaran dana segar terakhir yang diumumkan perusahaan terjadi pada 2016 lalu. Saat itu, Gadjian mendapat pendanaan tahap awal yang dipimpin oleh Golden Gate Ventures, diikuti Maloekoe Ventures dengan nilai dirahasiakan.

Rutinitas pagi para founder menentukan produktivitas sepanjang hari

Tips Mengawali Hari dari Founder Fabelio, Gadjian, dan eFishery

Selain membawa pertumbuhan untuk bisnisnya, founder startup memiliki tugas lain yang tak kalah penting, yakni selalu tampil prima sepanjang hari. Produktivitasnya selalu dituntut 100%, selain karena demi bisnis yang mereka kelola tetapi juga sebagai contoh tim yang lain. Hari yang produktif sangat dipengaruhi bagaimana pagi dilewati. Kebiasaan-kebiasaan di pagi hari yang baik tidak hanya membuat mood sepanjang hari jadi lebih baik tetapi juga dipercaya membuat hari menjadi terorganisasi dengan baik.

DailySocial mengumpulkan tips yang mungkin bisa jadi rujukan bagi para pembaca, baik sebagai founder maupun mereka yang tengah menghadapi masalah dengan manajemen waktu, dari founder Fabelio, Gadjian, dan e-Fishery.

Tips yang pertama datang dari Christian Sutardi. Salah satu pendiri Fabelio ini memiliki rutinitas pagi yang cukup unik. Ia selalu bangun pagi tanpa alarm setelah menjalani tidur berkualitas selama tujuh jam. Selanjutnya, membuka laporan KPI Fabelio hari sebelumnya sambil memesan Iced Americano tanpa gula, diikuti memeriksa pesan yang diterima tentunya dengan urutan berdasaran urgensi.

“Setelah itu saya pergi ke ruang tamu, mengambil segelas besar air dan memeriksa headline berita; biasanya berita internasional di aplikasi Bloomberg. Saya mulai dengan politik internasional, pembaruan Covid-19, pasar saham, dan berita apa pun yang disarankan Google. Preferensi berita saya ditetapkan untuk furnitur, startup, pasar saham, sepak bola, dan olahraga lainnya, ” terang Christian.

Christian “secara resmi” menjalani kerjanya mulai pukul 8.30. Untuk menjaga produktivitasnya Christian juga menerapkan sebuah framework produktivitas yang disebut dengan “eat the frog first“. Frog yang dimaksud adalah task penting atau pekerjaan yang memiliki urgensi tinggi. Secara sederhana framework tersebut berisikan instruksi, tentukan pekerjaan apa yang paling penting. Cukup satu saja. Kemudian segera kerjakan task tersebut sebagai yang pertama di pagi hari. Sebisa mungkin task tersebut harus selesai saat itu juga, sehingga esok hari bisa menyelesaikan hal penting lainnya.

Tips selanjutnya datang dari co-founder dan CEO Fast8 Group (Gadjian, Hadirr & Benefide) Afia Fitriati. Bagi Afia, tidur yang cukup adalah faktor penting dalam menjaga produktivitas. Menurutnya dengan memberikan waktu tidur yang cukup, otak bisa beristirahat setelah bekerja keras seharian, sekaligus mengendapkan proses berpikir agar tetap bisa melihat suatu masalah dengan jernih.

“Waktu sih gak akan pernah cukup, jadi kemampuan menentukan prioritas sangatlah penting bagi seorang founder atau siapa pun yang bekerja di startup. Kalau salah menentukan prioritas, kita akan membuang waktu yang sangat berharga dan tidak bisa ditarik kembali untuk melakukan aktivitas yang kurang signifikan. Jadi, tips dari saya, setiap hari kita harus menanyakan ulang: apakah yang saya lakukan hari ini hal penting atau tidak?” cerita Afia.

Tips terakhir datang dari CEO dan Founder eFishery Gibran Huzaifah. Sama seperti keduanya Gibran termasuk morning person yang selalu mengawali hari dengan sempurna. Kondisi badan dan pikiran yang masih fresh dimanfaatkan Gibran untuk berolahraga, merencanakan hari, dan mempelajari hal baru.

“Pagi adalah waktu paling cerah, bening, dan bergairah dalam hari kita, makanya saya selalu memulai dengan aktivitas yang biasanya bikin semangat: exercise, day planning. Exercise ini kadang bisa lari di sekitar rumah atau dengan 7-minute workout. Workout ini membantu menambah energi dan menjaga kesehatan mental.”

“Setelah itu, saya ada slot waktu untuk membaca atau belajar. Kalau tidak membaca, saya ikut online course di Udemy. Di hari sabtu dan minggu, saya ada slot 4 jam untuk learning activities semacam ini, pagi dan malam hari. Dan dengan adanya slot ini, saat ada role atau tasks baru, kita jadi lebih paham dan kompeten karena meluangkan waktu untuk terus belajar,” cerita Gibran.

Gibran juga percaya bahwa segala sesuai yang urgent atau big impact harus dikerjakan di pagi hari, seperti strategic thinking, planning, dan sejenisnya. Dilanjutkan dengan update internal dan membantu tim menyelesaikan masalah. Selanjutnya, jika ada project kunci atau metrik yang didelegasikan untuk orang lain, di sore hari Gibran akan meluangkan waktu untuk nudging project, problem solving atau membuat sesuatu hal yang berkaitan dengan hal terssebut.

“Bagian terpenting lainnya ada di malam hari, di mana setelah family time dan saat anak lagi mau tidur, saya melakukan retro untuk agenda hari itu, mana yang berjalan optimal, mana yang tidak. Biasanya pertanyaannya sederhana: ‘apa yang perlu saya lakukan supaya besok bisa 5–10% lebih baik dari sekarang?’. Khusus di akhir minggu, saya juga punya satu sheet untuk tracking apakah waktu yang dibuat sesuai dengan yang direncanakan atau tidak. Setelah itu, saya membuat improvement plan untuk pekan depan,” lanjut Gibran.

Ketiga narasumber sepakat bahwa manajemen waktu adalah kunci. Bagi Gibran, membentuk sistem kerja yang baik membantu kita mengelola pikiran, energi, dan waktu. Termasuk di dalamnya membangun rutinitas yang baik setiap harinya dan evaluasi setiap waktu.

“Mayoritas hidup kita habis untuk hal-hal yang kita lakukan di pekerjaan. Dengan menjadi lebih produktif, kita bisa melakukan lebih banyak hal dalam waktu yang lebih singkat sehingga kita punya lebih banyak waktu untuk melengkapi dimensi kehidupan kita yang lain dan merealisasikan sepenuhnya potensi kita sebagai manusia, atau membuat sebanyak-banyaknya amalan dan karya yang bisa kita tinggalkan,” tutup Gibran.