Tag Archives: fb

Legit Group Konfirmasi Pendanaan Seri A dari MDI Ventures, SMDV, dan East Ventures

Legit Group merampungkan pendanaan seri A sebesar $13,7 juta (sekitar 205,3 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh MDI Ventures, serta partisipasi dari SMDV, East Ventures, dan Winter Capital. Pengumuman ini sekaligus mengonfirmasi pemberitaan sebelumnya terkait pendanaan baru yang diperoleh operator cloud kitchen ini.

Dalam keterangan resminya, dana segar ini akan digunakan Legit Group untuk menghadirkan lebih banyak makanan di berbagai tempat, sambil terus berinovasi dan meningkatkan teknologi untuk mencapai sistem operasi yang lebih efisien. Pada 2021, Legit Group telah mengantongi pendanaan tahap awal (seed) senilai $3 juta dari East Ventures dan AC Ventures.

“Kami antusias memiliki kelompok investor yang kuat untuk mendukung kami dalam menciptakan merek yang mengusung visi ‘food for everyone’ atau ‘makanan untuk semua’,” kata Chairman Legit Group Bram Hendrata.

Didirikan pada 2021, saat ini Legit Group telah mengoperasikan empat merek, mulai dari Pastaria, Sei’ Tan, Sek Fan, dan Ryujin yang berlokasi di lebih dari 30 titik di Jabodetabek. Keempat merek ini tidak memiliki gerai offline, melainkan hanya dapat dipesan secara online.

“Kolaborasi ini diharapkan dapat menciptakan sinergi positif dan kesuksesan
lebih besar bagi kedua belah pihak. Investasi ini juga merupakan upaya MDI Ventures untuk memberikan dampak sosial yang positif terhadap pertumbuhan sektor agrikultur di Indonesia,” kata CEO MDI Ventures Donald Wihardja.

Ia menambahkan, pengalaman pendiri Legit Group di dunia F&B selama 15 tahun, serta kemampuan mereka dalam mengembangkan produk dan strategi pemasaran yang inovatif dan efektif, diyakini dapat memperkuat posisi Legit Group di industri F&B dan mengakselerasi pertumbuhan bisnis mereka.

Rencana ekspansi

Sejak diluncurkan, Legit Group mencatat pertumbuhan bisnis yang positif. Pihaknya mengklaim telah mengantongi transaksi penjualan hingga tiga kali lipat dalam waktu satu bulan, dan meluncurkan merek baru.

Dengan fokus pada pemanfaatan teknologi untuk memaksimalkan keuntungan, Legit Group meyakini pengembangan merek F&B ini akan memberikan keunggulan kompetitif di pasar cloud kitchen. Saat ini, kebanyakan pemain serupa lebih fokus ekspansi ke wilayah baru.

Tahun ini, Legit Group berencana ekspansi dengan mengambil target di wilayah Jabodetabek dan kota-kota lainnya yang memiliki potensi pasar pengiriman yang besar, setelah sebelumnya 95% gerai Legit Group tersebar di beberapa titik di area Jakarta.

“Melalui dukungan dari berbagai pihak, pendekatan yang strategis serta komitmen kami terhadap keunggulan kualitas produk, kami yakin bisa terus menghasilkan produk yang relevan dengan kualitas terbaik di lebih banyak daerah di Indonesia,” tutup Bram.

Dalam beberapa tahun terakhir, cloud kitchen muncul sebagai layanan potensial dalam industri layanan makanan. Dapur virtual ini memungkinkan beberapa merek restoran beroperasi di bawah satu atap, tanpa memerlukan ruang makan fisik. Konsep inovatif ini telah mendapatkan popularitas karena sifatnya yang hemat biaya dan fleksibel, memungkinkan restoran memenuhi permintaan yang meningkat untuk pesan-antar dan bawa makanan online.

Platform yang menawarkan layanan serupa di Indonesia turut dioperasikan oleh tujuh pemain di Jakarta antara lain adalah Yummy Kitchen, Hangry, Eden Kitchen, GrabKitchen, dan Dapur Bersama GoFood.

Mangkokku

Klaim Profitable, Mangkokku Rencanakan Galang Dana Seri B

Setelah menjalankan bisnis selama lebih dari tiga tahun, startup F&B Mangkokku mengklaim telah mencapai titik profitabilitas. Pandemi yang sempat mengganggu jalannya bisnis, membuat tim bergerak cepat melakukan adaptasi, berdampak pada akselerasi bisnis perusahaan sampai saat ini.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO Mangkokku Randy Kartadinata mengungkapkan, tahun ini selain memperluas area layanan di pulau Jawa mereka juga ingin melihat potensi di daerah lainnya. Menurutnya perusahaan telah memiliki framework yang akurat ketika memutuskan untuk menambah toko offline atau layanan di lokasi baru.

“Saat ini kita telah memiliki 64 outlet di 19 kota. Di kuartal 4 tahun lalu Mangkokku juga telah hadir di pulau Sumatera, tepatnya di wilayah Lampung, Medan, dan Palembang,” kata Randy.

Diklaim olehnya, usai menerima pendanaan seri A tahun 2022 lalu, secara pipeline perusahaan sudah berada pada jalur yang tepat. Pengembangan produk, menjadi fokus perusahaan saat ini dan ke depannya. Mangkokku juga telah memiliki dua brand baru yang dikembangkan sendiri, yaitu Numinum dan Puedes.

Fokus kepada core-business

Puedes salah satu extra brand / Mangkokku

Meskipun saat ini industri F&B di Indonesia sudah sangat tersaturasi, karena kemudahan bagi semua kalangan untuk memiliki bisnis kuliner, ternyata kondisi ini tidak menjadi kendala bagi Mangkokku untuk mengembangkan bisnis mereka. Dilihat dari masih besarnya potensi industri F&B untuk terus berkembang di Indonesia.

“Di Indonesia paling gampang bikin restoran atau bisnis makanan, berbeda dengan negara lain. Mungkin hal tersebut yang membuat kondisinya saturated banyak pemain baru dengan motif yang tidak jelas membangun bisnis kuliner tapi ujung-ujungnya banyak di antara mereka yang tidak bertahan,” kata Randy.

Saat pandemi perusahaan juga mencatatkan pertumbuhan positif untuk pesanan online. Memanfaatkan marketplace dan food aggregator untuk pemesanan dan pengiriman makanan kepada pembeli, perusahaan belum memiliki rencana untuk merilis aplikasi sendiri.

Sebagai platform F&B, selama ini Mangkokku cukup konsisten dengan menu khas nusantara. Memanfaatkan central kitchen yang digunakan perusahaan untuk mengelola permintaan online dan offline, perusahaan saat ini sudah memiliki dua central kitchen yang terletak di Jakarta dan Surabaya.

Untuk memberikan menu yang relevan dan bervariasi, perusahaan juga telah memiliki 100 bank menu yang mereka kelola memanfaatkan R&D. Dengan demikian dalam waktu satu tahun ke depan sudah bisa diprediksi menu apa yang akan mereka luncurkan.

Agar bisnis bisa terus bertahan dan tentunya tetap relevan, diperlukan inovasi dan langkah strategis yang kemudian wajib untuk dilakukan oleh bisnis. Salah satu cara yang kemudian diterapkan oleh Mangkokku adalah menciptakan resep yang unik namun menyesuaikan selera saat ini. Kehadiran selebriti atau tokoh yang sudah dikenal oleh kalangan masyarakat untuk mempromosikan brand juga memiliki peranan penting saat awal membangun bisnis.

Namun pada akhirnya produk yang memiliki cita rasa yang lezat dan terbaik, menjadi pilihan bagi pelanggan. Mangkokku sendiri saat ini didukung oleh chef selebriti seperti Arnold Poernomo serta dua putra presiden Joko Widodo yaitu Gibran Rakabuming dan Kaesang Pangarep.

Disinggung apakah perusahaan memiliki rencana untuk melancarkan brand aggregator, menurut Randy untuk saat ini Mangkokku masih fokus mengembangkan produk milik sendiri. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan, brand aggregator akan juga mereka terapkan dalam perusahaan.

“Kita memiliki opsi untuk itu, namun saat ini belum menjadi fokus. Kita lebih memiliki kredibilitas untuk meluncurkan extra brand milik sendiri untuk saat ini,” kata Randy.

Rencana penggalangan dana seri B

Sebagai platform yang didukung oleh perusahaan modal ventura, Mangkokku masih memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana tahapan lanjutan seri B. Masih dalam penjajakan dengan investor strategis, jika dana segar tersebut bisa mereka peroleh tahun ini, rencananya akan digunakan perusahaan untuk melakukan ekspansi di kota lainnya di Indonesia. Mangkokku berharap bisa mengantongi sekitar $10-20 juta dari investor.

“Kita melihat VC sebagai mitra strategis bukan hanya memberikan modal saja tapi juga networking,” kata Randy.

Sebelumnya Mangkokku telah mendapatkan pendanaan seri A sebesar $7 juta atau sekitar 101 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Alpha JWC Ventures dan EMTEK, serta partisipasi dari Cakra Ventures. Melalui pendanaan ini, Mangkokku akan menambah jumlah outlet fisik dan membangun ekosistem brand kuliner untuk menjadi grup perusahaan F&B terbesar di Indonesia.

Sebagai informasi, sebelumnya Mangkokku telah mengantongi investasi tahap awal dari Alpha JWC Ventures sebesar $2 juta atau sekitar 29 miliar Rupiah di 2020.

Selain penggalangan dana dan ekspansi, tahun ini perusahaan juga memiliki rencana untuk melakukan evaluasi kepada produk mereka. Telah memiliki sekitar 18 menu, tahun ini perusahaan berencana untuk merampingkan beberapa menu, sambil mendorong pemasaran menu favorit mereka. Mangkokku juga memiliki rencana untuk mengembangkan dua brand F&B mereka yaitu Numinum dan Puedes lebih besar lagi.

DishServe Pivot

Alasan di Balik DishServe Pivot dari Bisnis Cloud Kitchen

Perubahan model bisnis (pivot) adalah langkah terlogis bagi startup yang ingin berkelanjutan ketika mereka gagal memonetisasi secara maksimal. Malah menjadi langkah yang baik apabila dilakukan oleh startup tahap awal, karena pada akhirnya dapat menguntungkan semua pihak. DishServe adalah salah satunya yang baru-baru ini mengumumkan pivot-nya secara resmi kepada publik.

Kini DishServe fokus menyediakan solusi otomatisasi operasional restoran, kafe, dan dapur khusus layanan pengiriman (delivery only). Sejak berdiri pada Desember 2020, startup ini membantu pebisnis F&B skala UMKM untuk berkembang dengan memanfaatkan jaringan cloud kitchen yang berasal dari rumahan.

Dalam wawancara bersama DailySocial.id, Co-founder &  CEO DishServe Rishabh Singhi menuturkan ada tiga temuan yang ditemukan di lapangan dan mendorong perusahaan untuk mengeksplorasi pendekatan strategis baru, yakni:

  • Margin kecil karena keuntungan diserap oleh aplikasi pengiriman makanan;
  • Pebisnis kuliner skala kecil tidak punya kapasitas untuk scale up produk (R&D) karena minim sumber daya;
  • Tidak konsisten dalam menjaga kualitas makanan karena proses memasak yang manual, alhasil sering kelabakan ketika menerima pesanan dalam jumlah besar.

Singhi menegaskan, ketiga alasan di atas menjadi alasan terkuat untuk pivot, bukan dari inti bisnis cloud kitchen itu sendiri yang dianggap tidak bakal mencetak keuntungan. Menurutnya, implementasi bisnis pada dasarnya tidak berpengaruh oleh perbedaan budaya atau lainnya bila diterapkan di Indonesia atau bukan.

“Kami tidak melihat ada penurunan pesanan di dalam DishServe [alasan lain di balik pivot]. Justru melihat dari perspektif pebisnis F&B bahwa mereka tidak bisa scale up karena limit produksi, tidak punya produk yang konsumen sukai, dan terlalu banyak middleman,” terangnya.

CEO & Co-Founder DishServe Rishabh Singhi / DishServe

Transformasi bisnis baru ini pertama kali terjadi pada Juli 2022, kemudian rampung pada tiga bulan kemudian tepatnya September 2022. Dengan model bisnis baru, kini struktur perusahaan jauh lebih ringan. Jalur menuju profitabilitas pun jadi jauh lebih cepat, bukan kejar titik impas lagi. Laba yang dicetak ini nantinya dapat digunakan perusahaan untuk diputar kembali untuk kebutuhan ekspansi, sehingga tidak terlalu bergantung pada pendanaan eksternal dari investor.

Perusahaan menargetkan dapat cetak untung pada kuartal III 2023 ini. Target ini jauh lebih cepat bila sepenuhnya mengandalkan model bisnis lama yang diprediksi baru akan terjadi pada 2026 alias butuh enam tahun sejak DishServe berdiri.

“Jadi rencana pertama kita adalah cetak untung, sehingga kami tidak bergantung pada pendanaan eksternal untuk mempertahankan bisnis kami. Namun kami akan secara oportunistik melihat penggalangan dana tergantung pada situasi pasar dan rencana ekspansi ke depannya.”

Perusahaan terakhir kali mengumumkan pendanaan yang diperoleh dari pra-seri A pada November 2021. Beberapa investor yang terlibat di antaranya, Genting Group, Insignia Venture Partners, Stonewater Ventures, Ratio Ventures, Rutland Ventures, 300x Ventures, MyAsiaVC, dan beberapa angel investor.

Model bisnis baru

Kini DishServe mengembangkan serangkaian inovasi untuk membantu mitra dapur mengoptimalkan penjualan dengan menyediakan solusi satu atap. Mulai dari:

  • Merek F&B berkualitas tinggi, pelatihan, sistem operasional/SOP, peralatan, dan dukungan untuk mitra dapur;
  • Aplikasi terintegrasi yang menyediakan akses bagi mitra dapur untuk mengelola menu, harga, promosi, inventaris, dukungan pelanggan, dan integrasi semua aplikasi pengiriman makanan;
  • Solusi pembayaran komprehensif, meliputi solusi makan di tempat berbasis kode QR yang meningkatkan pengalaman pelanggan, titik penjualan (POS), dan sistem rekonsiliasi keuangan otomatis dan memudahkan rekonsiliasi dari berbagai kanal.

Target penggunanya pun luas, tidak terbatas pada bisnis kuliner rumahan saja, tapi juga bisnis yang berada di skala lebih tinggi. Tak terlepas juga bisnis yang sudah punya kehadiran toko offline juga tak liput dari incaran, sehingga DishServe tidak sepenuhnya bergantung pada bisnis pesan antar makanan saja.

Untuk melayani segmen delivery only, perusahaan telah membangun sederet merek F&B yang fokus untuk memproduksi makanan berkualitas tinggi dengan meningkatkan akses, harga terjangkau, dan cita rasa enak. Merek DishServe diklaim mampu meningkatkan daya jangkau konsumen dengan skema manufaktur massal di dapur terpusat (central kitchen), sehingga menurunkan biaya produksi sekaligus mempertahankan kualitas secara konsisten.

Central Kitchen DishServe / DishServe

Seluruh proses makanan dibuat dan dikemas di dapur terpusat DishServe yang berlokasi di Gambir, Jakarta Pusat. Kemudian didistribusikan ke lebih dari 200 jaringan cloud kitchen yang bergabung tersebar di 10 kota, seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, dan Medan. Radius mitra dapur ini rata-rata sekitar 2 km dari pemukiman konsumen.

Merek DishServe seluruhnya adalah menu makanan sehat. Nama-namanya adalah KitFit, LIT, Uncle Tam, Bing Bing, dan Chickass. Khusus merek yang terakhir ini bakal dirilis resmi ke publik dalam waktu dekat. KitFit adalah merek pertama yang dirilis perusahaan dan diklaim menjadi kontributor pendapatan terbesar sejauh ini.

Singhi menjelaskan alasan pihaknya tertarik masuk ke menu sehat karena masih sulitnya akses masyarakat untuk mengkonsumsi makanan sehat dengan harga terjangkau. Terlebih itu jumlah pemainnya juga belum banyak.

Maka dari itu, perlu upaya untuk mendemokratisasi makanan sehat yang mudah dicari dengan harga terjangkau, sama seperti kondisi saat ini yang sangat mudah menemukan makanan cepat saji. Sebab, mengonsumsi makanan sehat harus dilakukan secara rutin bukan sesekali saat berkunjung ke mal saja, tapi di mana saja konsumen berada.

Menurut data FAO, rata-rata masyarakat Indonesia mengonsumsi 122 gram sayur dan 92 gram buah setiap hari. Tingkat konsumsi tersebut lebih rendah dari tingkat asupan harian yang direkomendasikan, yaitu 300-400 gram sayur dan 100-150 gram buah.

“Dari perspektif kita mau menyelesaikan masalah di atas dengan menciptakan menu makanan sehat yang enak, harga terjangkau, dan mudah diakses dari rumah mereka. Anggap kami sebagai McD [McDonald’s], rasanya seperti McD, dan mudah ditemukan seperti McD.”

Perusahaan pun juga akan menambah satu merek sehat yang sedang dipersiapkan untuk tahun ini. Nantinya DishServe akan mengoperasikan enam merek yang siap dipilih konsumen.

Salah satu menu di KitFit / DishServe

Industri pesan-antar makanan

Menurut dia, potensi bisnis dapur delivery only sangat besar dengan lebih dari 300.000 kafe dan restoran UKM di Indonesia. Data internal menunjukkan, mitra dapur DishServe mampu menghasilkan pendapatan tambahan sebesar $2 ribu per bulan. Perusahaan berencana menambah 4 ribu jaringan mitra dapur hingga 2026 untuk mencapai pendapatan tahunan sebesar $100 juta.

Kendati industri pesan antar dihantui dengan tren perlambatan karena aktivitas luar rumah yang kembali tinggi pasca-pandemi menunjukkan penurunan kasus. Seperti yang dipaparkan oleh Momentum Works, industri pesan antar makanan di Asia Tenggara (secara GMV) tumbuh single digit sebesar 5% (year-on-year) atau mencapai $16,3 miliar pada 2022.

Pada dua tahun sebelumnya, industri ini mencetak pertumbuhan double digit, berturut-turut sebesar 11,9% (2020) dan 15,5% (2021). Faktornya tak lain pembatasan aktivitas di luar rumah yang mendorong orang-orang untuk memesan makanan dari rumah.

“Pertumbuhan pengiriman makanan menjadi normal ke tingkat pra-pandemi setelah dua tahun mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pembukaan kembali pasca-covid (kembalinya makan di luar rumah, pengurangan subsidi untuk ongkos pengiriman), dan lanjutan dari rasionalisasi pasar, mengakibatkan pertumbuhan rendah,” tulis laporan tersebut.

Di samping itu, bisnis kuliner memang pada dasarnya memerlukan kehadiran fisik agar lebih mudah dikenali masyarakat. Hipotesis tersebut melandasi sejumlah pemain startup cloud kitchen yang awalnya online kini masuk ke segmen tersebut apalagi bila mereka ingin masuk ke kota lapis dua dan tiga yang masyarakatnya masih digandrungi dengan budaya nongkrong sembari kulineran. Beberapa yang sudah menerapkan adalah Hangry dan DailyBox. Bahkan banyak dari mereka yang meluncurkan berbagai merek makanan di dalam dapurnya.

Terkait dengan kondisi tersebut, Singhi menyampaikan, “Seperti yang disebutkan, kami membantu semua jenis dapur, seperti restoran kafe dan dapur delivery only. Sekitar 10% mitra dapur kami adalah bisnis kafe. Fokus kami adalah membantu semua jenis dapur.”

Salah satu keuntungan paling signifikan dari cloud kitchen multi-merek adalah memungkinkan perusahaan menawarkan beberapa masakan berbeda dari tempat yang sama. Karena tidak ada front-of-house sama sekali, cloud kitchen multi-merek telah berevolusi untuk memenuhi selera pelanggan yang berbeda, masing-masing berfungsi di bawah merek terpisah.

Misalnya, satu perusahaan cloud kitchen dapat mengoperasikan tiga merek, masing-masing berspesialisasi dalam masakan India, Italia, dan Cina, dari satu unit. Namun bagi pelanggan, tampaknya ini adalah merek independen dengan operasi independen yang menyajikan masakan berbeda. Karena ini adalah format pengiriman saja, biaya awal dan pemasaran yang rendah sering disebut sebagai pengubah permainan terbesar.

Dengan hambatan masuk minimum dan biaya modal rendah, cloud kitchen multi-merek lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan restoran tradisional atau bahkan cloud kitchen mandiri. Cloud kitchen multi-merek melayani basis pelanggan yang lebih luas dan memiliki kapasitas untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan dari satu unit dapur. Pemanfaatan sumber daya yang efisien, tingkat persediaan yang memadai, dan biaya makanan yang terkendali memberikan prediktabilitas yang lebih baik dalam bisnis.

Konsep DishServe ini kurang lebih mirip juga sudah diterapkan oleh Wahyoo, melalui unitnya Wahyoo Kitchen Partner. Wahyoo memanfaatkan kemitraan dengan UMKM kuliner yang selama ini telah menjadi bagian dari perusahaan, dan menggaet mereka yang ingin mengutilisasi dapurnya yang “senggang”. Dalam arti mereka tidak sibuk dan masih bisa melayani konsumer melewati platform lain. Wahyoo jadi tidak perlu berinvestasi di sisi properti karena sudah punya jaringan UKM.

Wahyoo memasarkan produk-produknya melalui GrabFood, GoFood, dan ShopeeFood. Tak hanya itu, perusahaan juga mempersilakan mitranya untuk menjual secara offline untuk dine-in dan take away. Dengan demikian, mereka tidak perlu mengandalkan sepenuhnya platform online untuk penjualannya.

Application Information Will Show Up Here
Jajaran founder Legit Group / Legit Group

MDI, SMDV, dan East Ventures Dikabarkan Beri Pendanaan Lanjutan ke Legit Group

Perusahaan F&B lokal Legit Group dikabarkan mengantongi pendanaan yang melibatkan MDI Ventures, SMDV, dan East Ventures. Berdasarkan informasi terkini yang dilaporkan ke regulator, penggalangan dana lanjutan ini tersebut telah terkumpul $10,35 juta atau sekitar 155 miliar Rupiah.

Sebelumnya pada akhir 2021, Legit Group telah mendapatkan pendanaan tahap awal sebesar $3 juta (senilai Rp43 miliar) yang dipimpin oleh East Ventures dengan partisipasi dari AC Ventures.

Kami sudah mencoba meminta konfirmasi pihak terkait mengenai pendanaan ini, namun tidak bersedia berkomentar.

Legit Group merupakan konseptor dan operator cloud kitchen multi-brand yang didirikan oleh Sumarno Ngadiman, Monica Evanti, dan Asrul Abraham Hendrata. Perusahaan juga telah menjalin kerja sama strategis dengan Ismaya Group, Yummy Corp, dan GK Hebat.

Saat ini, Legit Group mengoperasikan tiga brand, yakni Pastaria, Sei’Tan, dan Juju Chikin yang telah tersebar di 45 titik distribusi. Mereka mendesain bisnisnya dengan memanfaatkan solusi pesan-antar yang tengah mendapatkan kesempatan besar sepanjang pandemi ini.

Memanfaatkan momen tersebut Legit Group percaya tren adopsi layanan pesan-antar makanan akan tetap ada hingga pandemi usai. Penjualan Legit Group telah tumbuh 9,5x sejak awal berdiri, dan mengalami peningkatan pendapatan hingga 61% dari Juni hingga Juli 2022 saja.

Bisnis cloud kitchen

Tercatat dalam laporan yang dirangkum oleh e-Conomy 2020, industri transportasi dan pengiriman makanan bakal bernilai $16 miliar (secara GMV) pada 2025 mendatang, dari $5 miliar di 2020. Mesin utama ekonomi digital di negara ini masih didominasi oleh perdagangan lewat platform e-commerce yang diproyeksikan akan bernilai $83 miliar.

Secara khusus konsep cloud kitchen adalah menggunakan dapur komersial untuk tujuan menyiapkan makanan hanya untuk diantar atau dibawa pulang, tanpa pelanggan makan di tempat. Cloud kitchen memungkinkan pemilik restoran untuk memperluas jumlah restoran yang sudah ada atau memulai brand virtual dengan biaya minimal.

Dengan konsep cloud kitchen, biaya operasional bisnis menjadi rendah. Karena tidak diperlukan pengaturan makan di tempat, sehingga dapat menghemat uang untuk ruang duduk, pemeliharaan/desain interior tempat dan lainnya. Konsep ini menjadi menarik untuk diterapkan di Indonesia. Beberapa pemain cloud kitchen yang masih terus eksis hingga saat ini di antaranya adalah Yummy Corp, Hangry, GrabKitchen, DishServe, Dailybox, dan lainnya.

Haus! Rampungkan Pendanaan Baru di 2023, Siap Ekspansi 1.300 Toko

Setelah mengantongi putaran seri B1 pada Juni 2022, startup F&B di segmen new tea & bobba Haus! akan merampungkan pendanaan seri B2 pada awal 2023. Sebelumnya Haus! telah mendapatkan pendanaan seri A senilai Rp30 miliar dari BRI Ventures melalui Dana Sembrani Nusantara.

Kepada DailySocial, CEO Haus! Gufron Syarif mengungkapkan dana segar tersebut akan digunakan untuk eskpansi di Indonesia. Saat ini, Haus! telah memiliki sekitar 229 toko, dan akan menambah sekitar 1.300 toko baru.

“Kami sedang finalisasi penggalangan dana tahapan B2 yang sudah kami jajaki sejak bulan Oktober dan November tahun ini. Harapannya, kami bisa closing putaran pendanaan ini di kuartal I 2023,” katanya.

Tahun depan, Haus! juga berencana meluncurkan aplikasi dan memperluas produk melalui sister brand Hot Oppa yang telah dirilis pada November lalu. Varian produk makanan ke depannya akan menjadi fokus perusahaan untuk meningkatkan growth store dan vertikal penjualan.

Goal kami ke depan adalah menjadi F&B Holding. Berbeda dengan brand lainnya, kami akan fokus pada pasar menengah ke bawah. Dilihat dari model bisnis yang kami terapkan, perhitungannya saat ini adalah setiap square meter ruko yang kami sewa, harus dioptimasi revenue-nya,” tambahnya.

Selama pandemi, perusahaan mengklaim mengalami pertumbuhan yang positif. Salah satu alasan mereka tidak terpengaruh terhadap aturan PSBB adalah, gerai Haus! berlokasi di kawasan perumahan, bukan di dalam mal yang terkena imbas cukup besar saat pandemi.

Meluncurkan aplikasi

Untuk memperluas ekosistemnya, Haus! akan meluncurkan aplikasi di kuartal pertama 2023. Perusahaan memutuskan untuk menggunakan aplikasi karena ingin memahami kebiasaan dan loyalty pelanggan. Secara bertahap, aplikasi akan diluncurkan dengan fokus awal pada pick-up dan delivery, menyusul nanti pada fitur loyalty dan tambahan fitur lain.

Meskipun saat ini Haus! banyak mengandalkan pemesanan dan pengantaran dari agregator pihak ketiga, sejak September hingga sekarang ada pegeseran kebiasaan pelanggan Haus! yang melakukan pembelian secara offline.

“Hal ini berhubungan dengan financial health dari kebanyakan agregator pihak ketiga, yang mulai mengurangi cash burning dan subsidi. Akhirnya subsidi ongkir berkurang demikian juga dengan subsidi diskon. Saat ini kami mencatat porsinya sudah 50-50 antara pembelian offline dan online,” kata Gufron.

Dengan aplikasi sendiri, Haus! berharap bisa mendapatkan sekitar 25% dari 50% pelanggan online yang sudah ada saat ini. Disinggung apakah ke depannya akan lebih banyak pelanggan yang melakukan pembelian dengan opsi pick-up atau offline, Gufron menyebutkan akan tetap ada pelanggan yang memilih untuk melakukan pembelian secara online, tetapi pilihan pick-up dan langsung ke konter diperkirakan juga makin meningkat.

Saat ini perusahaan mengklaim telah profitable meski jumlahnya belum terlalu mature dibandingkan dengan brand yang sudah lebih dulu menjalankan bisnis. Sejak awal berdiri sebagai startup food tech, Haus! akan tetap fokus kepada profitabilitas dan memanfaatkan tren dari coffee chain hingga new tea & bobba.

“Secara kategori new tea & bobba secara global sedang meningkat. CAGR telah berjumlah hingga dua digit setiap tahunnya. Dan Indonesia baru hadir tahun 2010 lalu, tetapi saat ini mulai bergeser dari tren menjadi kebiasaan dan ke depannya akan menjadi kultur.” Tutup Gufron.

Pendanaan Seri B Wahyoo

Wahyoo Dikabarkan Galang Pendanaan Seri B

Platform digitalisasi warung “Wahyoo” dikabarkan tengah menggalang pendanaan seri B. Dari data yang sudah dimasukkan ke regulator, saat ini putaran tersebut telah membukukan sekitar $6 juta atau setara 92 miliar Rupiah.

Sejumlah investor berpartisipasi di pendanaan ini, seperti Eugene Investment, Intudo Ventures, Asia Horizon, PT Trinity Optima, East Ventures, Indogen Capital, dan sejumlah lainnya.

Terakhir, Wahyoo secara resmi mengumumkan pendanaan dalam putaran seri A senilai 73 miliar Rupiah dipimpin Intudo Ventures pada Agustus 2020 lalu. Founder & CEO Wahyoo Peter Shearer mengungkapkan, strategi bisnis dan rencana startupnya adalah memberikan dampak sosial kepada pelaku UMKM di Indonesia, khususnya pemilik warung makan.

Melansir data di situsnya, sejak didirikan tahun 2017 saat ini sudah ada lebih dari 27 ribu usaha F&B dengan sekala mikro s/d menengah yang telah dilayani Wahyoo. Salah satu layanan yang kini digenjot adalah e-commerce pemenuhan bahan baku, menyediakan lebih dari 2000 bahan segar — dengan area cakupan baru di seputar Jabodetabek dan Karawang.

Selain itu, Wahyoo telah mengembangkan unit bisnis “Bikin Tajir Group” untuk memanfaatkan aset dapur mitra UMKM kuliner guna mengoperasikan usaha cloud kitchen. Beberapa brand yang telah berjalan seperti Bebek Goreng Bikin Tajir dan Bakso Bikin Tajir yang dapat dioperasikan oleh mitra UMKM kuliner Wahyoo.

Untuk menambah potensi bisnis, Wahyoo juga telah lakukan sejumlah aksi penting. Salah satunya pada awal tahun 2022 mereka mengakuisisi Alamat.com — sebuah startup yang telah membantu 35 ribu pemilik bisnis offline mengadopsi teknologi online. Kolaborasi kedua startup dinilai dapat meningkatkan kehadiran warung dan pemilik usaha F&B naik kelas lewat platform digital yang dikembangkan bersama.

Di tengah pandemi, Wahyoo juga sempat menghadirkan platform online grocery B2C Langganan.co.id. Namun demikian, platform tersebut ditutup tahun lalu dengan dalih fokus Wahyoo ingin menggarap segmen B2B.

Dalam sebuah wawancara bersama DailySocial.id, Peter pernah mengatakan, “Memang warung makan tradisional terlihat kecil, tapi ternyata banyak sekali permasalahan yang perlu dibenahi dan mereka perlu dibantu. Kami percaya ketika mereka terbantu, efek ekonomi, efek lingkungan, efek sosial budaya yang lebih baik akan secara otomatis membuat Indonesia lebih baik.”

“Saat ini kami menargetkan [membantu] seluruh UMKM Kuliner, tidak hanya warung makan tapi juga mungkin tempat makan dan rumah makan yang skalanya kecil dan menengah. Dengan adanya infrastruktur yang sudah terbangun selama 4 tahun, dengan pengalaman dan kemampuan yang kami miliki, kami ingin dampak yang lebih luas lagi,” kata Peter.

Application Information Will Show Up Here
getKupon optimalkan NFT dan blockchain untuk hadirkan sistem loyalty

getKupon Ingin Fasilitasi Pembelian Kupon Manfaatkan NFT dan Blockchain

Bertujuan untuk memberikan opsi baru melalui teknologi blockchain dan NFT (Non-Fungible Token), platform yang menyediakan kupon dan voucher digital bernama getKupon resmi meluncur di Indonesia. Didirikan oleh Arlinda Juwitasari, Reza Primasatya, Puja Arsana Sujana, dan Septiyan Andika, platform tersebut menawarkan NFT dalam bentuk kupon atau voucher yang dibuat merchant.

Kepada DailySocial.id, Co-founder getKupon Arlinda Juwitasari mengungkapkan, platformnya ingin menawarkan layanan dan pilihan produk yang lumayan mainstream. Mulai dari pembelian kopi di jaringan coffee shop, tatoo artist, dan masih banyak lagi.

Meskipun saat ini NFT masih banyak didominasi oleh gamers dan industri terkait lainnya, melalui getKupon mereka ingin menawarkan pilihan baru kepada pengguna baru, transaksi aman, nyaman, dan mudah memanfaatkan kripto.

Ingin mengembangkan pilihan pembayaran IDR

Untuk saat ini getKupon masih menggunakan pilihan United States Dollar Tether (USDT) untuk bisa melakukan transaksi. Proses tersebut disebutkan oleh Arlinda memang cukup menyulitkan pengguna, terutama mereka pengguna baru. Namun bulan depan mereka memiliki rencana untuk meluncurkan pilihan IDR.

Cara kerjanya pun mudah, dengan mengakses platform getKupon, pengguna bisa memilih memilih kupon dan melakukan transaksi. Proses reedem yang dilakukan pun cukup dengan melakukan scan QR Code di outlet merchant.
Dengan kupon berbentuk NFT, transaksi antara merchant dan pengguna juga lebih akurat dan cepat karena divalidasi oleh smart contract.

“Semua sudah disesuaikan dengan smart contract, nanti blockchain akan memberikan notifikasi transaksi yang berhasil dilakukan. Semua proses tersebut terbilang cepat dan mudah hanya sekitar 15 detik saja,” kata Arlinda.

Untuk memudahkan proses transaksi, pengguna juga bisa menghubungkan wallet mereka masing-masing dengan getKupon. Dalam hal ini getKupon tidak membatasi wallet jenis atau tipe apa yang bisa terintegrasi dengan platformnya. Tercatat wallet seperti Metamask dan Transwallet yang banyak digunakan oleh pengguna di getKupon.

Untuk merchant sendiri semua proses tersebut bisa memudahkan mereka, terutama jika merchant memiliki lebih dari satu outlet. Semua proses transaksi dilakukan secara terpisah, berdasarkan transaksi di masing-masing outlet. Merchant yang telah bergabung dengan getKupon saat ini adalah Kopi Oey dan Damantraz Tattoo Studio.

Saat ini juga sudah mulai banyak pemilik bisnis yang tertarik untuk menerapkan teknologi blockchain ke dalam bisnis mereka. Namun masih banyak di antara mereka yang kesulitan untuk mendapatkan akses hingga pilihan untuk melakukan integrasi teknologi tersebut ke dalam bisnis mereka.

“Ke depannya juga kita akan menambah pilihan merchant lainnya, bukan hanya F&B dan tattoo artist saja, tapi juga fesyen, ticketing platform untuk event online/offline. dan masih banyak lagi,” kata Co-founder getKupon Reza Primasatya.

Untuk pengguna yang telah melakukan pembelian kupon namun belum sempat digunakan, getKupon juga menawarkan pengembalian berupa cashback ke wallet mereka. Sehingga tidak ada kupon yang hangus seperti yang banyak terjadi dengan kupon secara konvensional.

Strategi monetisasi yang diterapkan oleh getKupon adalah revenue sharing dengan merchant dari setiap kupon yang di reedem dan cashback dari kupon yang sudah habis masa berlakunya.

Rencana penggalangan dana pre-seed

Saat ini getKupon tengah menjajaki proses penggalangan dana tahapan pre-seed. Arlinda enggan menyebutkan lebih lanjut siapa investor yang terlibat dalam putaran pendanaan kali ini. Namun jika sesuai rencana, penggalangan dana akan final pada kuartal dua tahun ini. Jika nantinya dana segar telah dikantongi, getKupon ingin mengakuisisi lebih banyak merchant, pengguna dan mengembangkan produk yang relevan untuk pengguna dan merchant.

Untuk membesarkan ekosistem yang ada, getKupon juga ingin menjalin kolaborasi lebih luas lagi dengan merchant, pelaku dan pemain blockchain hingga pihak terkait lainnya. Sehingga bisa tumbuh bersama menawarkan penerapan teknologi blockchain dan NFT kepada masyarakat umum.

“Edukasi kepada pengguna masih menjadi tantangan yang kami hadapi. Untuk itu kami ingin fokus untuk melakukan kegiatan ini, agar lebih banyak lagi pengguna yang memahami proses pembelian kupon memanfaatkan teknologi blockchain dan NFT di getKupon,” kata Arlinda.

Jingga Syrup, Brand Sirup Lokal Setara Impor yang Punya Sejuta Misi

Jingga Syrup merupakan brand sirup lokal yang hadir sejak 2019. Brand sirup yang dirintis oleh pemuda berusia 27 tahun asal Malang, Jawa Timur, Chistian Bobby Chandra atau akrab disapa Bobby ini, menyediakan beragam varian produk sirup untuk berbagai kebutuhan.

Bisnis yang dirintisnya dari nol ini menyasar sesama pelaku industri kuliner atau food and beverages (F&B) seperti coffee shop, kafe, restoran, hingga hotel sebagai target marketnya. Selain itu, juga menerima pesanan untuk kebutuhan konsumen pribadi.

“Mulanya, Jingga Syrup menargetkan segmentasi market menengah ke bawah, tapi seiring berjalan waktu, brand ini turut menjangkau market menengah ke atas. Mulanya juga hanya sebagai menu di kedai kopi sendiri, kini bisa jadi supplier untuk usaha lain,” jelas Bobby.

Dengan menyediakan berbagai kebutuhan menu usaha, mulai dari produk sirup dengan beragam varian rasa, powder sirup, powder kopi, gelas dan kebutuhan bar lainnya. Saat ini, Jingga syrup saat ini sukses memiliki banyak cabang di sejumlah wilayah Jawa Timur, dari Malang, Blitar, Jombang dan Banyuwangi.

Pandai Baca Peluang dari Tren Pasar

Saat awal mendirikan bisnis, Bobby selaku owner Jingga Syrup, membuka usaha kedai kopi bernama Kopi dari Jingga. Lalu, pada 2018, ia mengamati kedai kopi lain sebagai kompetitor bisnisnya kian menjamur di Malang.

Guna memenangkan persaingan pasar saat itu, Bobby berniat melakukan inovasi menu agar menjadi keunggulan bisnisnya kala itu. Ia lalu bereksperimen membuat sirup sendiri, berdasarkan riset dan keahliannya.

Menurutnya, pembuatan menu minuman dengan bahan dasar sirup sangat mudah dan cepat. Cukup dengan menuangkan sirup, es batu dan susu, minuman siap disajikan, kata Bobby. Sementara, pada bahan lain, perlu melewati proses menimbang, melarutkan dan sebagainya yang memakan waktu cukup lama.

“Saya juga lihat peluang di industri F&B, menu minuman menggunakan bahan sirup sedang naik daun, tetapi pemain sirup lokal masih jarang. Saat itu, pelaku bisnis di industri F&B kebanyakan ambil produk impor untuk dapat sirup berkualitas bagi menu mimumannya,” ujar Bobby.

Lahirkan Produk Sirup Lokal Setara Impor

Mulanya, Bobby mengamati bisnis coffee shop dengan konsep takeway express sedang sangat digandrugi konsumen. Saat itu, banyak brand kopi yang menyediakan menu dengan bahan dasar flavour powder atau bubuk perasa.

Ketika ia melakukan riset soal bahan dasar tersebut, ia mendapati bahwa ternyata pembuatan minuman dengan bahan dasar flavour powder itu membutuhkan waktu yang lama. Sehingga, menurutnya kurang efisien dan dapat menghambat produktivitas.

“Lalu, saya buat semacam solusi dari sirup yang varian rasanya serupa dengan yang ada di bahan dasar powder. Alasannya, agar pembuatan minuman menjadi lebih cepat dengan menggunakan sirup,” kata Bobby.

Akhirnya, pada 2019, Bobby mulai memasarkan produk hasil eksperimennya itu. Di tahun yang sama, bisnis kedai kopinya yang semula bernama ‘Kopi dari Jingga’ rebranding menjadi ‘Jingga Syrup’ yang bertahan hingga kini.

Produk Jingga Syrup mulai digemari pasar karena keunikan dan solusi efisiensi yang ditawarkannya. Selain itu, dari segi kualitas, produk sirup lokal satu ini menerapkan standar yang bagus, setara dengan produk impor.

“Produk lokal dengan standar yang hampir sama dengan sirup impor itu jarang sekali. Produk Jingga Syrup punya kualitas yang sama dengan produk impor, tapi dijual dengan harga yang terjangkau,” kata Bobby.

Produk Jingga Syrup dijual dengan kisaran harga mulai dari 50 hingga 85 ribu rupiah per liter. Sementara, kompetitor dari brand sirup asing seperti dari Perancis, Malaysia dan lainnya, menjual dengan kisaran harga 120 ribu ke atas untuk ukuran 750ml saja.

Rintis dari Bawah, Kini Bantu UMKM Lain Naik Kelas

Selain karena berbagai keunggulan produknya, Bobby mengatakan, salah satu kunci sukses Jingga Syrup adalah karena keunggulan pelayanannya. Sebagai brand sirup lokal dengan ambisinya bersanding sebagai kompetitor asing, Jingga Syrup menawarkan kualitas pelayanan yang lebih unggul.

“Kami tak sekadar menjual sirup, tetapi juga memberikan product knowledges. Kami membantu pelaku bisnis sebagai konsumen kami dalam menciptakan dan mengembangkan menunya. Itu yang tidak didapatkan dari brand sirup impor,” jelas Bobby.

Jingga Syrup mengaku memiliki misi membantu UMKM atau kedai-kedai kecil yang ingin naik kelas, melalui eksplorasi menu. Misalnya, dengan membuat menu kopi rasa buah-buahan, seperti kopi susu rasa durian, kopi susu rasa pisang, dan semacamnya.

Selain itu, brand sirup lokal satu ini juga mengajari UMKM di industri serupa terkait cara menghitung harga produk atau harga pokok penjualan (HPP). “Saya bantu mereka hitung costing produk, saya beri menu dengan HPP murah, dengan kualitas rasa yang bagus,” kata Bobby.

Menurutnya, hal itulah yang membuat Jingga Syrup unggul di mata konsumen. Umumnya, pembekalan pengetahuan yang diberikan oleh brand sirup impor akan dikenakan tarif khusus. Sementara, Jingga Syrup memberi pengetahuan terkait eksplorasi menu itu secara gratis.

Tak sampai di situ, Jingga Syrup juga membuka kesempatan bagi UMKM yang ingin bekerja sama, seperti titip jual. UMKM yang belum memiliki toko sendiri dapat menitipkan produknya di toko Jingga Syrup. Ada pun produk yang dititipkan biasanya berupa keperluan bar, teh, kopi, gelas, dan lainnya yang masih berkaitan dengan produk brand sirup satu itu.

Terus Berkembang Berkat Digitalisasi

Dengan sejuta misi yang dimilikinya, Jingga Syrup tak terbatas pada penjualan offline di ke empat cabangnya di wilayah Jawa Timur. Brand sirup ini juga melebarkan pasarnya dengan merambah pasar digital lewat e-commerce.

Jingga Syrup memulai toko online-nya di sejumlah e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak dan Lazada saat itu dari nol. Tanpa mengeluarkan modal seperti untuk iklan atau yang lainnya.

“Kami juga memiliki reseller dan konsumen e-commerce yang tersebar di setiap daerah di Indonesia, mulai dari Jabodetabek, Yogyakarta, Bali, Maluku hingga beberapa wilayah Kalimantan,” ungkapnya.

Menurut Bobby, hingga kini Jingga Syrup telah berkembang jauh sejak awal merintis. Ia mengungkapkan, dahulu ia masih kesulitan mengatur manajemen keuangan bisnisnya. Secara brandnya benar-benar berangkat dari nol dengan modal awal hanya 300 ribu rupiah, tanpa investor, tanpa pinjaman modal.

“Jadi memang kami mengembangkan bisnis ini tidak bisa terlalu cepat. Perlahan namun ada progress yang baik. Ini berkat adanya e-commerce juga, yang membantu penjualan kami. Terlebih, saat dilanda pandemi Covid-19 dengan segala peraturannya saat itu,” papar Bobby.

Misi Sosial Berdayakan Masyarakat Lewat Sirup

Dengan segala tantangan bisnis yang dihadapi Jingga Syrup, Bobby bersama timnya yang saat ini berjumlah 25 orang, berhasil mempertahankan bahkan mengembangkan brand sirup lokal tersebut hingga seperti sekarang ini.

“Sebenarnya yang membuat kita bertahan sampai sekarang itu, karena prinsip awal Jingga Syrup yang simpel. Intinya, kalau kami tidak berjualan, kami besok tidak bisa makan. Itu mindset yang saya terapkan kepada tim saya juga,” katanya.

Tim Jingga Syrup sendiri tak sedikit yang berasal dari anak-anak komunitas punk yang tidak sekolah, tidak lulus sekolah, tetapi punya potensi diri. Misalnya, anak punk yang mempunyai skill desain dan lainnya.

“Jadi saya punya misi memberdayakan masyarakat, saya sangat mendukung komunitas dalam kota, seniman dalam kota, dan UMKM lokal. Melalui prinsip Jingga Syrup yang simpel iti, saya upayakan bantu mereka agar bisa terus berkembang,” jelas Bobby terkait ambisinya.

pelaku bisnis kuliner

Kiat Go Digital bagi Pelaku Bisnis Kuliner dari Kacamata Startup Kuliner

Bisnis kuliner atau F&B menjadi salah satu bisnis yang berkembang sangat pesat. Seiring dengan perkembangannya, banyak pelaku bisnis kuliner mulai berinovasi untuk mengembangkan bisnisnya secara digital (go digital) atau disebut juga sebagai digitalisasi bisnis.

Pelaku bisnis kuliner kini memang sudah seharusnya memanfaatkan teknologi digital dalam bisnisnya, demi mengikuti kemajuan zaman. Maka dari itu, penting bagi pelaku bisnis khususnya yang bergerak di bidang kuliner, untuk memahami kiat-kiat berbisnis secara go digital, sebagaimana berikut ini.

Persiapan Bisnis Kuliner Sebelum Go Digital

Proses go digital dalam berbisnis kuliner dilakukan dalam banyak hal. Mulai dari penggunaan media sosial sebagai media promosi atau pemasaran, metode transaksi tanpa mengeluarkan uang tunai, metode pemesanan dan pengiriman, hingga metode pengelolaan bisnis.

CEO sekaligus Founder startup enabler industri F&B Wahyoo, Peter Shearer mengatakan, adopsi teknologi digital bagi pelaku bisnis kuliner saat ini terbilang cukup mudah. Sudah banyak perusahaan yang mempermudah akses teknologi, untuk berbagai kebutuhan bisnis termasuk bisnis kuliner.

“Kemudahan akses ini dibuktikan dengan persiapan adopsi teknologi yang bisa dilakukan hanya dengan memiliki smartphone. Namun, selain itu, pemilik usaha kuliner baiknya juga mempersiapkan tenaga kerja yang sudah melek teknologi digital,” katanya.

Hal ini didukung oleh pernyataan Founder marketplace kuliner Lokaya, Gendro Salim. Menurutnya, hal yang perlu dipersiapkan oleh pelaku bisnis kuliner adalah tim yang menguasai omnichannel, seperti marketplace, media sosial dan platform pembayaran.

“Selain itu, alat teknologi dan jaringan yang memadai, kemampuan produksi yang berkualitas, konsisten dan cepat, hingga strategi brand dan pemasaran yang memadukan insight dari sisi konsumen, brand dan juga pasar atau industri,” tambah Gendro.

Kelebihan dan Kekurangan Digitalisasi Bisnis

Peter menambahkan, digitalisasi bisnis saat ini sangat penting untuk perkembangan usaha di berbagai sektor, termasuk usaha kuliner. Dengan digitalisasi, operasional usaha kuliner dapat berjalan lebih efisien dan optimal.

“Selain itu, usaha kuliner dapat menjangkau customer yang lebih luas. Dengan begitu, pemilik usaha dapat lebih fokus memikirkan langkah pengembangan usaha berikutnya. Sehingga, bisa mendatangkan pertumbuhan pendapatan,” jelasnya.

Sedangkan, menurut Gendro, digitalisasi bisnis dapat menjadikan bisnis lebih ekonomis dan efisien. Bisnis dapat dilakukan di mana saja, selama dapat akses transportasi untuk pengiriman. Sehingga, perlu memiliki tempat usaha yang strategis dengan biaya sewa yang mahal.

Meski begitu, Gendro juga menambahkan beberapa kekurangan digitalisasi bisnis. Di antaranya, yakni bisnis perlu pengelolaan ekstra, seperti untuk integrasi antar berbagai platform ecommerce dan social commerce.

“Tak hanya itu, pelaku bisnis juga perlu mengantisipasi saat penjualan ramai hanya saat ada promo saja. Cara mengantisipasinya dengan memaksimalkan data konsumen yang sudah menjadi customer, misalnya melalui program top up pembelian pasca promo, program loyalty, referral, dan lainnya,” paparnya.

Layanan Digital yang Dapat Dimanfaatkan Bisnis F&B

Bagi pelaku bisnis yang ingin mengembangkan bisnisnya melalui digitalisasi, kini terdapat berbagai platform dengan beragam layanan yang dapat memfasilitasi pelaku bisnis dalam mengembangkan usaha. Antara lain:

  • Pemasaran Digital

Baik menurut Peter maupun Gendro, keduanya sepakat dalam digitalisasi bisnis, pelaku bisnis dapat memulainya dengan memperluas jangkauan terhadap pelanggan. Misalnya, seperti penggunaan media sosial, seperti Facebook, Instagram, dan Tiktok untuk promosi dan pemasaran, hingga mendaftar di Google My Business.

  • Pemesanan dan Pengantaran Kuliner Online

Saat ini terdapat banyak platform yang dikembangkan perusahaan teknologi, yang mendukung pelaku bisnis kuliner, melalui layanan pesan antar makanan online. Layanan itu memungkinkan pelaku bisnis kuliner untuk membuka toko online.

  • Pendukung Operasional Bisnis

Dari segi operasional, pengusaha kuliner dapat memanfaatkan platform pencatatan pesanan dan keuangan atau point of sales (POS) seperti MOKA, Buku Warung dan lainnya. Lalu, platform pembayaran digital dengan QRIS seperti Dana, Ovo, dan lainnya. Hingga platform distribusi seperti Wahyoo dan marketplace seperti Lokaya.

Tips Sukses Go Digital bagi Pelaku Bisnis Kuliner

Sebelum menjalani bisnis kuliner yang go digital, selain dengan memperhatikan hal-hal di atas, pelaku bisnis kuliner juga perlu mengetahui serangkaian tips agar sukses saat menjalani bisnis kuliner secara online. Di antaranya, sebagai berikut:

  • Strategi yang Matang

Gendro mengatakan pelaku bisnis kuliner perlu menyusun strategi dan rencana kerja yang matang saat memulai bisnis. Ia menilai, saat menjalankan bisnis hanya ada dua kemungkinan, yakni berhasil atau belajar untuk menjadi berhasil atau sukses.

“Selain itu, perhatikan user generated content (UGC), hal ini sangat penting di mata konsumen. Jaga agar UGC brand selalu positif. Buat pengalaman konsumen dengan brand kita selalu baik, termasuk di media sosial, e-commerce, servis pengiriman barang, dan lainnya,” jelasnya.

  • Fokus Ikuti Tren

Selain itu, Peter turut menambahkan, tips sukses menjalani bisnis kuliner adalah fokus mengikuti tren. Tujuannya agar terus relevan dengan pasar dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan pelanggan, sehingga tak tertinggal dengan perkembangan zaman dan persaingan dengan kompetitor.

“Mengadopsi teknologi digital adalah langkah awal bagi usaha kuliner untuk mengikuti perkembangan zaman. Akan tetapi, perubahan dan perkembangan tren selalu bergerak cepat. Sehingga, penting bagi pemilik usaha kuliner untuk selalu memantau tren yang ada,” jelas Peter.

  • Manfaatkan Platform Digital

Pelaku bisnis kuliner juga dapat memanfaatkan platform digital seperti Wahyoo dan Lokaya. Wahyoo merupakan platform enabler usaha kuliner, yang berfokus menyediakan jaringan distribusi dan jaringan penjualan. Sedangkan, Lokaya merupakan marketplace kuliner yang fokus meningkatkan eksistensi merek UMKM di pasar lokal maupun mancanegara.

Wahyoo

Wahyoo fokus pada dua layanannya, yakni jaringan distribusi dan penjualan. Dalam distribusi, startup ini mempermudah pelaku bisnis kuliner untuk mengakses ribuan bahan baku berkualitas. Misalnya, bahan pokok termasuk beras, minyak goreng, sayuran, daging ayam dan produk siap jual (FMCG), hingga produk makanan beku atau frozen food.

Lalu, dalam penjualan, Wahyoo bekerja sama dengan Bikin Tajir Group, untuk memberikan akses kepada mitra usaha kuliner memiliki usaha kuliner tambahan. Sehingga, para mitra bisa memperoleh penghasilan lebih.

Ada pun kriteria, syarat hingga ketentuan bagi pelaku bisnis kuliner yang ingin memanfaatkan platform Wahyoo dalam mendapatkan bahan baku atau memiliki usaha tambahan, antara lain sebagai berikut:

  1. Usaha kuliner berlokasi di Jabodetabek.
  2. Merupakan usaha kuliner berskala mikro, seperti warung makan dan warung tegal kecil, usaha pangan rumahan, rumah makan menengah, seperti restoran ternama.
  3. Memiliki alamat tetap atau menggunakan bangunan permanen untuk mempermudah pengiriman.

Sementara, alur pendaftaran bagi pelaku bisnis kuliner yang hendak menjadi mitra Wahyoo adalah sebagai berikut:

  1. Download aplikasi Wahyoo.
  2. Lengkapi data-data usaha secara lengkap.
  3. Unggah foto usaha.
  4. Setelah selesai mengisi data, mitra akan dihubungi oleh tim verifikasi dalam waktu 3 x 24 jam.
  5. Begitu akun mitra terverifikasi, mitra akan bisa melakukan pembelanjaan.

Lokaya

Lokaya dapat membantu pelaku bisnis kuliner dalam mempertajam sasaran konsumen. Lalu, melakukan kerja sama dengan ‘Pahlawan Ekonomi’ sebutan untuk anggota yang bergabung dalam komunitas Lokaya, agar produk kuliner diterima oleh target market yang tepat.

Berikut alur pendaftaran bagi pelaku bisnis kuliner yang hendak menjadi mitra Lokaya:

  1. Persiapkan produk dan brand kuliner Anda.
  2. Daftarkan diri dan usaha di platform resmi Lokaya melalui lokaya.net.
  3. Ikuti berbagai pelatihan dan proses transformasi brand.
  4. Dapatkan kode referral dengan cara membeli produk Lokaya.

Ada pun bentuk kerja sama antara Lokaya dengan pelaku bisnis kuliner sebagai mitra, yakni sebagai berikut:

  1. Daftar & ikut seleksi menjadi anggota Lokaya.
  2. Mengikuti coaching atau pelatihan.
  3. Mempersiapkan produk dan izin usaha.
  4. Mengikuti proses tarnsformasi brand.
  5. Menjadi ‘Local Hero’, beserta memperoleh pengakuan dari pemerintah dan masyarakat.
  6. Memberikan pengakuan berupa profit sharing.

Demikian serangkaian kiat-kiat digitalisasi bisnis atau go digital yang dapat dilakukan pelaku bisnis kuliner. Semoga bermanfaat.