Tag Archives: feat-steer

Salah satu cara mencari engineer untuk startup adalah memanfaatkan komunitas untuk menyaring engineer bertalenta

Tips Mencari Engineer untuk Startup Tahap Awal

Tim engineer yang solid dan berkualitas adalah salah satu kunci utama perusahaan teknologi. Tanpa mengurangi peran penting tim di bagian lain, tim engineer merupakan nafas penting perusahaan teknologi. Nama-nama seperti Go-Jek, Grab, Tokopedia, Bukalapak dan startup populer lainnya di Indonesia pasti memiliki tim yang solid. Mereka dibangun dan dikembangkan dengan kultur masing-masing untuk membawa pertumbuhan dan inovasi.

Membangun tim engineer bukanlah perkara mudah. Terlebih jika startup masih dalam tahap awal dan membutuhkan banyak usaha. Merekrut developer merupakan tindakan krusial. Satu kesalahan bisa mendorong “kapal” karam lebih cepat, bahkan sebelum berlayar.

Berikut ini adalah persiapan-persiapan dalam merekrut engineer atau developer. Tidak hanya untuk mendapatkan yang terbaik, tetapi mendapatkan yang sesuai dengan kebutuhan.

Mencari sambil melihat ke dalam

Sudah menjadi rahasia umum banyak perusahaan yang mengeluhkan kualitas developer atau engineer di Indonesia. Alasan yang sering dimunculkan adalah kurikulum pendidikan tinggi yang masih belum sesuai dengan kebutuhan industri. Sebagai perusahaan baru, mencari engineer dengan kualitas mumpuni adalah soal memenuhi kebutuhan perusahaan. Tidak hanya soal gaji, tetapi juga mengenai tim.

Jadi sebelum mencari dan memfilter kualitas kandidat yang ada, alangkah baiknya untuk menengok ke dalam. Bagaimana nanti bisnis mampu mengelola talenta ini dengan baik. Sudahkan bisnis memiliki kultur yang baik untuk belajar dan berkembang. Jangan sampai ketika berhasil mendapat kandidat terbaik mereka malah merasa sia-sia karena karier mereka tidak berkembang. Apa saja yang bisa ditawarkan perusahaan untuk mendapatkan talenta yang berkompeten.

Kanal lowongan kerja

Sekarang ada banyak kanal lowongan pekerjaan yang bisa digunakan untuk mencari talenta. Namun untuk kasus startup baru ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan. Salah satu caranya adalah melalui komunitas.

Di Indonesia komunitas developer, programmer atau engineer sudah banyak berkembang. Banyak acara meetup, gathering atau talkshow yang diselenggarakan oleh dan untuk para developer. Forum atau grup di media sosial juga menjadi salah satu kanal paling banyak digunakan komunitas untuk berkomunikasi.

Founder atau co-founder yang memiliki latar belakang teknis bisa langsung masuk dan bergabung dengan komunitas. Di komunitas ini founder bisa mencari kandidat engineer atau developer. Jadi tidak hanya soal skill, founder bisa langsung menyaksikan bagaimana kepribadian kandidat.

Cara lain yang banyak dianjurkan adalah menyembunyikan lowongan pekerjaan di tempat yang hanya mungkin dilihat oleh mereka yang benar-benar teknis. Misalnya menyembunyikan lowongan pekerjaan di custom HTTP header atau menuliskannya di log console javascript. Cara ini biasanya akan menyaring mereka yang menggunakan produk sekaligus mereka yang memperhatikan secara teknis bagaimana produk dibangun.

Menulis kode

Untuk menjamin kualitas engineer dari mana pun ia mengajukan pendaftaran mengujinya dengan menulis kode adalah kewajiban. Beri mereka permasalahan dan biarkan mereka menyelesaikannya dalam waktu satu hingga dua jam.

Selain memberikan kasus untuk diselesaikan, menguji calon developer bisa dilakukan dengan cara code pairing atau mensimulasikan kerja dengan tim engineer yang ada. Selain mengetahui sejauh mana skill kandidat tersebut, code pairing juga memiliki fungsi untuk mengetahui style atau bagaimana cara kandidat menggunakan tools yang ada.


Sumber: Inc, Blog Engineer Go-Jek

Pameran menjadi salah satu kegiatan dari media yang dapat diikuti startup / DailySocial

Tips Relasi Media untuk Startup (Bagian 2): Menemukan Kesempatan Belajar

Selain membantu startup mempublikasikan informasi pembaruan inovasi, media bisa juga dimanfaatkan sebagai bagian dari pengembangan startup — khususnya media yang secara spesifik membahas bisnis dan teknologi. Jika diamati, saat ini media teknologi tidak hanya berfokus pada produksi tulisan saja, melainkan mencakup komponen pendukung lain, mulai dari menyajikan riset, mengadakan acara, menjadi kanal pekerjaan dan lain-lain.

Tulisan kali ini akan membedah beberapa kegiatan relasi media yang dapat dijadikan ajang peningkatan kapabilitas startup.

Mendapatkan sumber daya pembelajaran

Banyak media startup yang menyajikan ragam tulisan komprehensif mengenai tips pengembangan startup. Mulai yang bersifat teknis seperti pengembangan produk, bersifat pribadi seperti tentang kepemimpinan, hingga seputar bisnis seperti pemasaran. Di DailySocial sendiri, kami menempatkan tips tersebut ke dalam tiga kategori akses, yakni Start, Scale, dan Steer. Di kanal Start, berisi tips sederhana seputar pengembangan startup di tahap awal, berisi berbagai cara untuk mengembangkan tim, melakukan uji coba MVP, dan lain-lain.

Selanjutnya di kanal Scale, berisi kiat-kiat tentang pengembangan startup yang sudah memiliki kematangan produk. Di sini dibahas tentang pendanaan hingga membangun kerja sama dengan unsur eksternal. Terakhir adalah kanal Steer, berisi kiat-kiat untuk pengembangan startup di level lebih lanjut. Misal tentang pengembangan bisnis hingga otomasi pemasaran. Tulisan yang ada biasanya menyadur dari kisah sukses startup yang sudah ada atau mengutip ide dari para pakar di berbagai bidang.

Membuka kesempatan berkembang

Media juga dapat dimanfaatkan startup untuk menemukan berbagai kesempatan baru, mulai dari bertemu komunitas, investor, hingga mentor. Salah satunya dengan mengikuti kegiatan-kegiatan berbasis meet-up yang sering diadakan. Biasanya kegiatan tersebut terbagi menjadi dua jenis, yakni gathering dan workshop. Kegiatan gathering cocok diikuti manakala tujuannya ialah membangun relasi publik, bertemu orang-orang baru, dan menemukan inspirasi. Sementara kegiatan workshop dapat diikuti untuk menambah pengetahuan secara langsung.

Beberapa media juga rutin mengadakan pameran yang dapat diikuti oleh startup, misalnya e27 setiap tahun mengadakan ajang Echelon yang berisi kompetisi startup, sesi keynote, hingga networking. Sedangkan untuk workshop, secara rutin DailySocial mengadakan kegiatan bertajuk #SelasaStartup, yakni kegiatan singkat yang diisi langsung oleh para pakar dari kalangan startup. Membahas dari urusan teknis hingga urusan bisnis.

Memperlihatkan kondisi industri

Ulasan mendalam tentang vertikal industri juga kerap disajikan oleh media. Misalnya baru-baru ini hangat dibahas regulasi yang tengah disusun pemerintah untuk fintech, dan masih banyak lagi. Hal seperti ini sering terlewat oleh founder saat membangun startup, yakni upaya untuk comply dengan regulasi – terutama untuk startup yang menangani proses bisnis kritis, seperti di bidang finansial atau layanan publik.

Lanskap persaingan juga acap kali disampaikan dalam rangkaian tulisan analisis dan riset oleh media. Sebagai contoh untuk lanskap on-demand pasca Uber diakuisisi, DailySocial mengadakan survei mengenai transisi konsumen untuk mengetahui ke mana mereka berlabuh dan tren kecenderungan pasar dalam menghadapi penghentian layanan. Membaca laporan riset seperti ini juga penting untuk memahami pangsa pasar secara umum, melihat kesempatan dari ujung ke ujung.

Picture1

Pengembangan bisnis untuk startup / Pixabay

Pengembangan Bisnis untuk Startup (Bagian 4 – Penutup)

Menjadi tulisan seri penutup tentang pengembangan bisnis untuk startup, artikel kali ini akan mencoba merangkum dan mengulas kembali apa yang sejatinya dibutuhkan startup ketika membangun fondasi bisnisnya. Pada bagian pertama disampaikan bahwa cakupan pengembangan bisnis (business development) tidak hanya berkutat pada penjualan (sales). Lebih dari itu di sana ada peran krusial untuk memastikan produk dan merek startup diminati pangsa pasar.

Di tahapan tersebut ada beberapa hal yang harus dilakukan seorang yang bertanggung jawab pada pengembangan bisnis. Pertama ialah memahami pangsa pasar atau dalam istilah teknisnya disebut “Know Your Customer”, alokasikan waktu khusus untuk melakukan riset tentang itu. Pergi ke luar, tanya kepada orang-orang yang akan menjadi basis pengguna dari layanan. Tampung masukan sebanyak-banyaknya sebelum proses bisnis benar-benar dimulai.

Kedua, lakukan analisis terhadap pesaing. Ini penting, pasalnya dengan produk yang dikembangkan startup sering kali merasa “unik” dan tidak punya pesaing. Padahal pesaing itu bisa saja merupakan pesaing langsung dan pesaing tidak langsung. Pesaing langsung adalah mereka yang menyajikan produk atau layanan serupa. Sedangkan pesaing tidak langsung adalah mereka yang menyediakan produk atau layanan alternatif sebagai pengganti.

Kemudian sebagai founder startup harus memiliki pola pikir yang terbuka. Permasalahannya tidak sedikit founder yang merasa sudah berada di pasar yang niche, artinya tidak banyak pemain di sana dan pangsa konsumennya adalah kalangan khusus. Justru harus berpikir sebaliknya, ceruk pasar khusus itu pada akhirnya akan ditemukan secara alami ketika startup berhasil menelusuri pangsa pasar yang luas, membandingkan satu dengan yang lainnya.

Sebelum berjalan keluar atau go-to-market, pastikan pekerjaan rumah di internal startup sudah selesai. Misalnya tentang pembagian peran dalam pengembangan bisnis. Sehingga masing-masing orang tahu ke mana harus melaporkan dan ke mana harus menghubungkan. Buat ide bisnis berjalan efektif dengan mendefinisikan secara jelas porsi pekerjaan dan target yang harus dicapai dalam periode waktu tertentu.

Infografik Tips untuk Startup

Memulai pengembangan bisnis

Pengembangan bisnis juga dapat didefinisikan sebagai sebuah proses penyampaian solusi pada orang yang tengah mengalami masalah tertentu. Sehingga ini menjadi faktor penting dalam pemilihan pendekatan yang dilakukan. Hadirkan merek startup sebagai solusi atas sebuah masalah. Hal lain yang perlu untuk selalu diingat, dalam pengembangan bisnis tidak selalu mematok tujuan akhir pada penjualan, ada komponen lain yang bisa dibawa untuk memperkuat startup, misalnya relasi bisnis, kerja sama strategis, hingga jalan untuk perluasan pangsa pasar.

Menjalankan sebuah pengembangan bisnis juga tidak bisa dilakukan sendiri. Rekrut orang yang tepat, dalam waktu yang tepat, untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan terkait pengembangan bisnis. Misalnya bagian penjualan, relasi publik, hingga representatif untuk membantu konsumen. Orang-orang tersebut penting, pasalnya tugas pengembangan bisnis tidak hanya berhenti sampai deal terjadi, melainkan ada post-deal management yang juga menjadi faktor krusial. Bayangkan jika produk yang dikembangkan startup direkomendasikan oleh konsumennya kepada orang lain.

Di tulisan bagian kedua telah dibahas bagaimana tim pengembangan bisnis melakukan perencanaan pemasaran. Perencanaan ini sangat penting, untuk memastikan setiap tujuan menjadi lebih jelas dengan capaian yang dapat diukur. Beberapa pendekatan dapat dilakukan, terlebih untuk startup dengan produk digital. Namun setiap pangsa pasar unik, misalnya startup menggarap model bisnis B2B, kalangan bisnis membutuhkan waktu untuk penentuan keputusan pembelian. Bantu mereka dengan menyajikan sumber daya yang memberikan pengetahuan tentang penyelesaian masalah tertentu, misalnya dengan mengirimkan newsletter berupa whitepaper atau market research.

Beruntung saat ini startup disajikan dengan berbagai macam alat digital untuk pemasaran. Melalui situs online, media sosial, atau email bisa dilakukan apa yang disebut dengan otomasi pemasaran. Bagian ini dibahas dalam tulisan ketiga. Otomasi pemasaran adalah sebuah mekanisme yang dapat dilakukan pemasar untuk menghadirkan traksi melalui pendekatan yang lebih “halus”. Model tersebut berusaha memberikan pemahaman tentang permasalahan dan solusi yang diberikan kepada konsumen.

Kesimpulannya pengembangan bisnis adalah serangkaian proses terpadu, tujuan akhirnya ialah mendorong startup mendapatkan berbagai komponen untuk membuat bisnis dapat berkembang – tidak hanya target penjualan. Karena untuk berkembang bisnis memang membutuhkan banyak hal, pemasukan agar operasional berjalan, mitra untuk melancarkan ekspansi, hingga konsumen loyal yang selalu merekomendasikan solusi dengan testimoni terbaik mereka.

Pengembangan bisnis untuk startup / Pixabay

Pengembangan Bisnis untuk Startup (Bagian 3)

Bisnis memerlukan alur yang memungkinkan konsumen baru selalu datang secara reguler untuk meningkatkan performa keuntungan. Namun kadang peran tim pemasaran sudah disibukkan untuk melayani konsumen prospektif yang sudah dalam bidikan sebelumnya, atau konsumen yang sudah berlangganan sehingga harus dibina hubungannya. Untuk itu dibutuhkan cara efektif dalam mengeksplorasi calon konsumen baru.

Seiring dengan perkembangan dunia pemasaran, kini dikenal konsep “Marketing Automation” (atau otomasi pemasaran), sub kegiatan pemasaran yang membantu bisnis memanfaatkan alat dan teknologi untuk membuat program yang efektif. Dengan perangkat lunak khusus, pemasar dapat memprioritaskan dan melaksanakan tugasnya secara lebih efektif dan efisien. Tujuan utama dari otomasi pemasaran ialah melakukan konversi dan transaksi atas prospek bisnis yang dihadirkan melalui lalu lintas situs web, interaksi email, dan kanal lainnya.

Cara lama yang dilakukan – baik digital atau tradisional – biasanya pemasar melakukan distribusi masal informasi tentang produk atau layanan, misalnya melalui kampanye email atau membagi brosur. Namun ada beberapa risiko yang mungkin terjadi, misalnya kontak yang disasar bukan orang yang tertarik terhadap produk yang ditawarkan. Kurang efektif untuk saat ini, sehingga disempurnakan dengan otomasi pemasaran.

Hal yang perlu digarisbawahi bahwa otomasi pemasaran ini tidak meninggalkan alat-alat yang sebelumnya digunakan, hanya saja membenahi proses yang dilakukan. Sebagai contoh dalam sebuah proses pemasaran email, bisa saja alurnya dibuat menjadi seperti ini:

Contoh proses pemasaran dengan email
Contoh proses pemasaran dengan email

Misi utama dari kegiatan ini ialah membuat hubungan yang lebih personal kepada calon konsumen. Cara paling mudah memvalidasi ialah membayangkan saat diri kita menjadi konsumen, informasi seperti apa yang lebih suka diterima ketika mendapati penawaran sebuah produk baru.

Cara di atas adalah dasar dari otomasi pemasaran, untuk memungkinkan pemasaran menargetkan kontak yang relevan dan mengirimkan konten yang didasarkan pada perilaku mereka. Jadi otomasi pemasaran adalah tentang membina konsumen, bukan secara “kasar” melakukan penjualan.

Menyiapkan otomasi pemasaran

Memahami siapa saja yang ada di basis data kontak juga menjadi salah satu tantangan para pemasar. Di startup biasanya kontak-kontan tersebut berbaur, dikumpulkan dari berbagai macam sumber. Tidak ada cara yang paling efektif untuk memulai selain mengelompokkan sesuai karakteristik tertentu. Secara lebih mendalam, pemasar masih harus mengelompokkan segmentasi pelanggan, umumnya didasarkan pada persona dan lifecycle.

Persona didefinisikan untuk mencari tahu perbedaan antar kelompok konsumen tersebut. Umumnya didapat melalui kegiatan pemasaran atau penjualan. Persona biasanya mendefinisikan seperti lanskap industri, ukuran perusahaan, lokasi dan detail lainnya. Sedangkan lifecycle mengacu pada proses pembelian yang dilakukan oleh konsumen tersebut. Proses ini baru tahapan paling awal untuk otomasi pemasaran.

Setelah mendapatkan pengelompokan basis data kontak, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Pertama ialah melakukan “target email content“, mengirimkan masing-masing segmen pelanggan dengan konten email menarik. Beberapa yang disarankan adalah tulisan blog yang relevan, tawaran yang menitikberatkan pada permasalahan konsumen, hingga tawaran konsultasi gratis. Kedua dapat melakukan “target website content“, menggiring calon konsumen ke situs dengan iming-iming konten, misalnya sumber daya berupa white paper atau kebutuhan promosi lain.

Rangkaian proses otomasi pemasaran dan kanalnya / HubSpot
Rangkaian proses otomasi pemasaran dan kanalnya / HubSpot

Dari dua kegiatan di atas, didapatkan interaksi, selanjutnya untuk mengajak target prospektif mendalami potensi penggunaan produk lakukan kampanye yang melibatkan mereka secara lebih dalam. Salah satu cara efektif yang bisa dilakukan saat ini ialah dengan menyelenggarakan webinar – sesi online untuk melakukan konsultasi, presentasi, dan demonstrasi produk. Atau bahkan adakan acara pertemuan langsung dengan calon konsumen prospektif tadi melakukan berbagai kampanye yang sekiranya juga memberikan manfaat berupa pengetahuan secara umum dan produk.

Proses otomasi pemasaran akan terjadi di sini. Sehingga prosesnya dapat disimpulkan: menggiring target dengan cara yang tepat, lalu membawanya lebih dalam memahami tentang produk atau layanan yang ingin dijual. Semuanya dilakukan secara kolektif, namun tidak menutup kemungkinan harus ada follow up berupa marketing 1-to-1 untuk kebutuhan khusus.


Baca juga:

Cerita MailTarget dan Dicoding mengenai rekrutmen talenta

Cerita MailTarget dan Dicoding Soal Rekrutmen Talenta

Selalu ada hal menarik yang bisa dipelajari dari startup yang sedang berkembang. Dalam seri tips merekrut karyawan kali ini, DailySocial berkesempatan mendapatkan beberapa informasi dan tips dari dua startup yang tengah berkembang di Indonesia, yakni MailTarget (startup yang menyediakan solusi otomasi email marketing) dan Dicoding (platform untuk belajar pemrograman. Keduanya secara garis besar memiliki kesamaan perihal merekrut karyawan, tetapi memiliki pendekatan masing-masing.

MailTarget yang tengah berkembang dan merencanakan ekspansi  membutuhkan sumber daya yang tidak hanya banyak tetapi juga berkompetensi. Untuk itu tak heran jika Yopie Suryadi, Founder MailTarget, menyebutkan bahwa MailTarget is always hiring. Mereka selalu membuka kesempatan untuk menemukan talenta-talenta yang cocok dan melengkapi tim MailTarget saat ini.

Ada beberapa kondisi mengapa MailTarget terlihat agresif. Pertama untuk menggantikan mereka yang mengundurkan diri atau demi investasi untuk mengerjakan lini produk baru, perluasan dan percepatan bisnis, dan beban pekerjaan yang terus bertambah. Hal ini juga yang melatarbelakangi MailTarget tidak hanya membuka lowongan melalui situs pencari kerja dan email, tetapi mencari talenta dengan pendekatan personal, seperti pada saat event offline.

Pendekatan yang sedikit berbeda dilakukan Dicoding. Dari penuturan Narenda Wicaksono, pendiri Dicoding, mereka biasanya mengumumkan lowongan melalui newsletter. Selanjutnya kandidat harus sudah pernah lulus di salah satu academy Dicoding. Hal ini dinilai sangat penting oleh Narenda karena bisa membuktikan kemampuan self learning dari kandidat.

“Lulusnya seseorang kandidat dari kelas academy online kami adalah indikasi dia memiliki kemampuan self learning yang bagus. Tentu kami hanya memanggil lulusan terbaik saja. Tahap kedua adalah magang dengan durasi maksimum satu tahun on the job training memberikan impact edukasi 80% dibandingkan teori. Jadi selama ini program magang cukup efektif memberikan edukasi kepada calon pegawai sambil melihat dia fit untuk role apa. Tahap ketiga adalah probation dengan durasi maksimum tiga bulan. Pada tahap ini kandidat sudah mendapatkan benefit maksimal sebagai karyawan,” terang Narenda.

Bagi MailTarget, mereka memiliki proses tersendiri untuk menyeleksi pelamar. Mulai dari memproses lamaran tidak lebih dari satu minggu, interview, tes psikologi  dan proses-proses lainnya.

“Jika ada email lamaran yang masuk, akan kami proses tidak lebih dari seminggu, setelah itu interview, tes psikologi, dan lain-lain yang diperlukan untuk mengetahui personality-nya, skill dan kompetensinya, dan kecocokannya pada tim, dan terahir ada tes yang dibawa pulang untuk dikerjakan tidak lebih dari 24 jam. Tidak kurang dari seminggu akan kami kabari lulus atau tidaknya di seleksi kami,” terang Yopie.

Sejauh ini Dicoding kurang lebih sudah 10 kali melakukan perekrutan karyawan. Sementara MailTarget sudah lebih dari 20 kali. Kedua startup tersebut tentu punya prioritas masing-masing dalam membangun tim mereka, seperti kedewasaan dalam bekerja bagi MailTarget dan kemampuan self learning bagi Dicoding.

Selain self learning, Narenda menjelaskan, saat ini mereka mencari kandidat yang memiliki kemampuan-kemampuan lain meliputi loyalitas dan seorang pejuang. Bahkan Dicoding bersedia mengembangkan bakat talenta mereka dengan memberikan pendidikan ke luar negeri.

“Kalau loyal dan pejuang, kami rela untuk mendidik mereka. Kami tidak segan untuk mengirimkan karyawan ke Singapura, Malaysia, India, hingga Amerika untuk menuntut ilmu,” lanjut Narenda.

Tips untuk merekrut karyawan baru

Selain berbagi mengenai bagaimana perjalanan dan kisah mengenai startup-nya, pihak MailTarget juga membagikan beberapa poin yang bisa dijadikan pertimbangan kapan seharusnya startup mempekerjakan anggota baru. Disampaikan Masas Dani, co-founder sekaligus CTO MailTarget berikut beberapa poin yang harus dipertimbangkan ketika memutuskan untuk menambah anggota tim:

  • Menambah orang akan menambah cost. Apakah value yang diberikan orang tersebut di team jauh lebih besar?
  • Merekrut anggota baru seperti membawa orang ke dalam kapal, artinya kita bertanggung jawab atas hidupnya di lautan. Seberapa besar kapal sekarang, untuk berapa orang kapal ini?
  • Apakah sanggup menampung kesejahteraannya sampai pensiun ?
  • Apakah siap ditinggal di tengah jalan ?

Sementara itu Narenda memberikan saran mengenai apa yang harus dilakukan startup yang memulai bisnisnya secara bootstrap seperti yang dilakukan Dicoding hingga saat ini. Menurutnya startup yang berstatus bootstrap tidak bisa berkompetisi dengan iming-iming uang.

“Bagi yang ingin mengambil jalur seperti kami, perlu diketahui bahwa kita tidak bisa berkompetisi mencari talenta dengan iming iming benefit uang. Biarkan para unicorn yang bertarung disana. Perlu diketahui ada banyak talenta bagus yang mencari benefit seperti keberkahan rezeki, bisa shalat di masjid tepat waktu, atau kedamaian dalam bekerja. Carilah talenta yang hidupnya “berjuang”. Biasanya mereka sangat menghargai setiap jerih payah yang dilakukan. Loyalitas dan kemampuan self learning seorang talenta adalah mandatory. Agar kita semua bisa mencapai puncak bukit dengan kecepatan yang sama tanpa perlu takut ada yang tertinggal,” tutur Narenda.

Narenda juga menceritakan di Dicoding mereka memiliki beberapa hal dalam membentuk tim yang meliputi:

  • Pertama, harus berusaha untuk mengerti personality setiap anggota. Apa yang mereka butuhkan, seperti keakraban dan kepastian.
  • Kedua, mempelajari teknik persuasif agar tim paham kenapa sebuah pekerjaan harus dikerjakan. Keinginan mereka untuk mengerjakan adalah indikasi teknik kita berhasil.
  • Ketiga, usahakan untuk tetap sopan (menjaga emosi) dan profesional. Jangan sampai menjatuhkan harga diri seseorang di depan anggota tim yang lain.
  • Keempat, harus sering mendelegasikan pekerjaan dan mempercayakan tim untuk mengerjakan task yang sulit.
  • Terakhir, kita sebagai composer tidak boleh takut tim kita salah salah. Musik dalam sebuah orkestra harus terus mengalir dan sejak awal harus memiliki ekspektasi bahwa nothing is perfect. Growing ke arah perfect adalah keniscayaan dan harus dirancang agar dapat berjalan secara kontinyu.
Cara tepat menerapkan kegiatan mobile marketing startup / Pexels

Menyimak Langkah Strategis saat Melakukan “Mobile Marketing”

Dalam definisinya, mobile marketing bisa diartikan sebagai kegiatan multi-channel di smartphone, tablet dan mobile device lainnya yang dilakukan menyasar target pengguna. Platform yang digunakan pun beragam, mulai dari memanfaatkan aplikasi, media sosial, email dan SMS. Makin besarnya penetrasi smartphone saat ini sudah mengubah kegiatan pemasaran konvensional dan umum.

Kini, penggunaan mobile marketing sudah makin masif dilakukan guna mempromosikan produk, menambah jumlah pengguna, hingga meningkatkan engagement dengan pelanggan. Penurunan penggunaan desktop juga menjadi alasan mengapa startup sudah mulai memanfaatkan kegiatan pemasaran secara mobile.

Dalam survei yang dilakukan Marketo disebutkan, sebanyak 80% pengguna internet memiliki lebih dari satu smartphone. Sementara mobile platform seperti smartphone dan tablet sudah menguasai sebanyak 60% dari total media digital. Survei lainnya yang berhasil dirangkum adalah 48% dari responden menyebutkan hal yang pertama kali dilakukan pengguna saat membuka smartphone adalah melihat laman pencarian dan 95% orang dewasa memanfaatkan smartphone mereka untuk melihat konten menarik dan konten berita. Sementara itu sebanyak 65% pengguna smartphone membuka email dari smartphone mereka.

Besarnya jumlah penggunaan mobile atau smartphone menciptakan peluang bagi startup melancarkan kegiatan pemasaran dan branding. Berikut ini adalah tips melakukan mobile marketing yang telah kami himpun.

Lakukan A/B testing

Sebelum kegiatan pemasaran bakal difokuskan kepada mobile, ada baiknya untuk melakukan persiapan dan langkah strategis terlebih dahulu. Di antaranya adalah melakukan A/B testing untuk mengetahui konten mana yang paling efektif untuk mencapai tujuan.

A/B testing mampu untuk melakukan perbandingan dua versi kampanye marketing di channel tertentu dan memberikan informasi akurat tentang performa kepada calon pelanggan. Dari kegiatan tersebut juga akan dapat dilihat platform yang paling favorit, waktu ideal yang banyak dilihat target pengguna, hingga berapa jumlah view yang didapatkan.

“Hal lain yang harus dipikirkan adalah untuk selalu membuat konten yang relevan dan bermanfaat bagi pengguna. Lakukan juga tes di banyak channel sekaligus untuk mengetahui channel mana yang paling efektif untuk mencapai obyektif [tujuan] pemasaran,” kata VP of Enterprise Business Agate Shieny Aprilia.

Hal senada juga diungkapkan Key Account Specialist HELPTASK Seino Prasetyo. Konten yang menarik dan bermanfaat bisa menciptakan customer layolty dan engagement.

“Yang paling utama atau wajib kita terapkan saat melakukan kegiatan mobile marketing pastinya berkenaan dengan target segmentation product kita sendiri ya. Bahkan sejak awal perusahaan berdiri, kita harus mengetahui betul siapa target market kita. Kedua, kita baru beranjak dan fokus terhadap konten yang ingin kita sampaikan. Jangan sampai konten yang kita sampaikan terkesan murah bahkan jadinya memperburuk citra perusahaan sendiri,” ungkap Seino.

Seino menambahkan, perhatian khusus terhadap display ads sangat krusial, terutama bagi startup yang ingin memasarkan aplikasi. Apakah sudah user friendly, metode pembayaran yang efisien, dan lainnya.

Retention versus engagement

Hal penting lain yang perlu dipertimbangkan sebelum melakukan kegiatan pemasaran di platform mobile adalah menentukan prioritas, apakah mengedepankan retention atau engagement. Menurut Seino, kepuasan pelanggan adalah cara yang paling tepat untuk menciptakan brand loyalty dan retention akan produk. Fokus lainnya tergantung pada prinsip perusahaan masing-masing.

“Jika kita berbicara mengenai produk HELPTASK, kami selalu menumbuhkan retention itu dari akar, yaitu dengan mengedepankan delivering service quality yang di lakukan oleh helper HELPTASK yang didukung SOP kepada customer sebagai bahan evaluasi yang selalu kita lakukan secara berkala dan berkelanjutan.”

Sementara menurut Shieny, semua tergantung kepada obyektif kegiatan pemasaran perusahaan. Bagi Agate yang mengembangkan aplikasi game berbayar, engagement lebih penting dibandingkan retention, karena semakin lama pengguna menghabiskan waktu di game tersebut, berarti pengguna sangat menikmati game yang sudah dia beli.

“Untuk aplikasi game gratis dengan in-app purchase, retention sedikit lebih penting daripada engagement, karena semakin sering pengguna kembali ke game tersebut, semakin loyal dia dan semakin besar kemungkinan dia untuk membeli in-app purchase,” kata Shieny.

Konten dan platform ideal

Lantas konten seperti apa yang ideal untuk ditampilkan saat melakukan kegiatan mobile marketing? Selain bermanfaat untuk pengguna, konten yang menarik dan disukai pengguna juga bisa menjadi cara tepat untuk merekrut pengguna baru. Formatnya pun bisa beragam, bisa dalam bentuk infografis atau video.

Visual interaction will increase your engagement. Tentu hal ini dapat memberikan pengetahuan lebih kepada konsumen mengenai produk sekaligus brand calling terhadap produk yang sudah ada,” kata Seino.

Dari sekian banyak platform yang tersedia untuk melakukan mobile marketing saat ini, baik Seino dan Shieny menyebutkan media sosial merupakan platform paling favorit. Selain gratis, media sosial juga mampu menciptakan efek viral dan menjangkau pasar yang lebih luas.

“Namun demikian kembali lagi semua tergantung kepada produk tersebut dan siapa siapa target customer kita. Untuk produk game, selain media sosial, kami juga memanfaatkan aplikasi untuk mobile marketing,” kata Shieny.

Tren mobile marketing

Ke depannya diperkirakan akan banyak cara dan teknologi baru yang bakal diterapkan saat melakukan kegiatan pemasaran secara mobile. Di antaranya, menurut Shieny, adalah akan semakin banyak augmented reality ads. Pengguna bisa mendapatkan experience mengenai produk dengan lebih imersif.

“Kemudian gamification di mana pengguna bisa mencoba produk atau mendapat informasi mengenai produk melalui permainan. Dan machine learning di mana ads platform dapat melakukan optimasi konten dan channel marketing secara otomatis.”

Hal tersebut juga diungkapkan Seino, yang melihat tren mobile marketing ke depannya akan mengacu kepada digital.

“Bisa dilihat dari sekitar kita. Masyarakat sekarang melihat berita bukan lagi melalui koran, namun melalui smartphone mereka. Karena smartphone dan media sosial telah menjadi gaya hidup kita semua, sehari-hari, dan digital marketing tidak akan menurun ke depannya.”

Founder MailTarget Yopie Suryadi / DailySocial

Menangkap Peluang Email untuk Kegiatan Pemasaran

Seringkali email marketing disamakan strateginya dengan social media marketing. Padahal sebenarnya keduanya itu adalah sangat berbeda jauh. Email bisa dikatakan sebagai channel pemasaran yang tertua, namun memiliki conversion rate dan menghasilkan ROI (return of investment) tertinggi.

Hanya saja, awareness yang kurang karena masuk ke kotak masuk. Beda halnya dengan sosial media yang memiliki conversion rate yang kecil, akan tetapi awareness yang tinggi.

Dari penawaran yang ditawarkan email ini, sebenarnya seberapa besarkah peluang email untuk kegiatan pemasaran? Lalu bagaimana tipsnya untuk memastikan email tidak masuk ke dalam spam?

Dalam #SelasaStartup edisi kali ini, seluruh pertanyaan tersebut dijawab oleh Founder MailTarget Yopie Suryadi. MailTarget adalah startup SaaS yang bergerak sebagai penyedia layanan otomasi email untuk pemasaran yang sudah berdiri sejak akhir 2016.

Mengapa melirik email marketing?

Dari berbagai sumber yang dikutip Yopie, ada beberapa fakta pendukung mengapa Anda perlu melirik email sebagai channel marketing. Misalnya, jumlah akun email di seluruh dunia yang diprediksi bakal terus bertambah tiap tahunnya, disebutkan pada 2016 jumlah akun email mencapai 4,3 miliar.

Fakta berikutnya, karyawan menghabiskan waktu setidaknya 13 jam setiap minggu untuk mengecek inbox di akun email mereka. Lalu sekitar 90% email yang terkirim langsung ke inbox penerima, sementara hanya 2% dari pengikut dari akun Facebook Anda yang melihat setiap unggahan di Newsfeed mereka.

Email 40 kali lebih efektif mendapatkan konsumen baru daripada lewat Facebook dan Twitter. Email menempati posisi kedua untuk channel marketing terefektif untuk mengeksekusi pemasaran digital setelah lewat situs. Kemudian diikuti oleh media sosial, pencarian organik, pencarian berbayar, mobile, dan iklan.

“Ada studi di Amerika Serikat yang menyebut, sekarang sudah 0 orang yang mau mengunduh aplikasi baru di smartphone mereka. Kecenderungannya mereka lebih memilih newsletter agar tetap terhubung dengan brand tanpa harus mengunduh aplikasinya. Itu anginnya lagi ke sini [peluang dari email marketing].”

Konten memegang unsur terpenting

Menurut Yopie, email marketing itu fondasi dasarnya adalah konten. Bila tidak menguasai itu, ujung-ujungnya yang akan terjadi adalah hard selling. Anda bisa memakai konten berisi tips yang ringan untuk menggiring terjadinya akuisisi pengguna baru.

Maka dari itu sebelum membuat tips, pastikan Anda tahu betul strategi yang tepat sesuai dengan tipe konsumen. Ada tiga istilah, cold audience, warm, dan hot audience.

Beberapa inspirasi yang bisa Anda masukkan untuk dimasukkan ke dalam email, seperti video tutorial, e-book, akses masuk ke webinar/podcast, kupon, atau sesuatu yang membuat orang rela membeli, dan sebagainya. Sebab konten ini adalah cara untuk mendapatkan leads mengenai data dari calon konsumen.

“Konten itu raja, sementara data adalah ratu, dan otomasi adalah putra mahkotanya.”

Pahami alur email marketing

Sebelum membuat konten, Yopie menyarankan Anda untuk membuat landing page yang bertugas untuk menangkap data dari calon konsumen. Dalam istilah pemasaran digital, landing page adalah satu halaman web yang muncul sebagai respons dari meng-klik hasil pencarian mesin pencari yang dioptimalkan atau iklan online.

Di dalamnya perlu berisi konten, dengan berbagai persyaratan untuk mencegah email tersebut masuk ke dalam kotak spam penerima. Sebaiknya tulis konten dengan bahasa yang personal (atau tidak), singkat, namun menarik. Lalu ketika mendapatkan calon konsumen, Anda bisa mengelola data mereka untuk meng-otomasi kegiatan email marketing.

Ambisi akhirnya adalah dari email tersebut konsumen tetap bisa terhubung dengan perusahaan Anda dengan terus membeli produk-produk yang Anda tawarkan.

“Di dalam konten harus tentukan isinya mau bagaimana, bisa weekly newsletter, promosi, ucapan selamat ulang tahun, email series, info acara, dan sebagainya. Jangan sampai email dari kita itu ditandai spam oleh penerima.”

Menurut hasil riset MailTarget, sambung Yopie, jam terbaik untuk mengirim email marketing adalah jam 10 pagi, 8 malam, dua siang, atau jam enam pagi. Sedangkan untuk harinya, yang terbaik adalah hari Selasa, Kamis, dan Rabu.

Itu berlaku untuk global, sementara di Indonesia yang terbaik adalah hari Senin. Setiap hari Senin, tingkat kunjungan email adalah tertinggi dibandingkan hari-hari lainnya.

Teknik menghindari spam

Hal paling menakutkan dari email marketing adalah apabila frekuensi pengiriman email terlalu sering maka konsumen akan jengah sampai akhirnya menandai email Anda sebagai spam. Apalagi, saat ini algoritma Gmail semakin pintar sehingga apabila ada kesalahan kata, secara otomatis akan masuk ke dalam spam.

Pada dasarnya, menurut Yopie, ada tiga faktor yang menyebabkan email dideteksi sebagai spam. Yakni, domain dan reputasi alamat IP, konten, dan frekuensi.

Untuk mengatasi itu, Anda harus pandai-pandai menggunakan hashbusting yaitu memakai karakter spesial untuk mengganti huruf (cont. Fre3e W!nn*r / Free Winner). Berikutnya hindari bad link, dengan mengganti situs yang tidak memiliki reputasi baik atau konten, dengan menggunakan penyingkat url.

Hindari subject email yang menyesatkan, dan memakai solusi “Re:” atau “Fwd:” untuk menghubungi konsumen yang belum pernah berkomunikasi dengan Anda sebelumnya.

“Menggunakan gambar terlalu banyak juga bisa dideteksi sebagai spam, makanya perlu menyematkan teks di dalam gambar atau mengirim email tanpa teks.”

Hal yang dipertimbangkan startup ketika merekrut karyawan

Pertimbangan Startup Saat Merekrut Karyawan

Ketika memutuskan untuk berlari kencang, salah satu yang perlu dihindari adalah batu sandungan yang mungkin membuat kita tersungkur. Demikian juga ketika menjalankan startup dan memutuskan untuk segera mendapatkan pertumbuhan, salah satu batu sandungannya mungkin anggota tim yang tidak cocok. Faktor yang membuat tidak cocok ini tidak cuma soal kemampuan atau kompetensi, ritme kerja, visi dan juga ambisi memiliki peran yang cukup besar. Perlu kehatian-hatian dalam proses rekrutmen untuk menghindari hal tersebut dan itu butuh banyak pertimbangan. Tidak hanya sekedar intuisi saat proses wawancara.

Di artikel sebelumnya mengenai rekrutmen karyawan, mengenalkan budaya dan kultur perusahaan menjadi salah satu hal yang disarankan. Berbeda dengan perusahaan ternama, untuk mendapatkan talenta terbaik startup tidak hanya  menawarkan gaji yang terbaik, tetapi juga visi dan budaya kerja yang baik. Dengan mengenalkan budaya kerja dan menampilkan visi bisnis, motivasinya tidak hanya uang tetapi juga pencapaian visi dan misi bersama.

Mempekerjakan mereka yang penuh  passion

Frasa passion yang bisa berarti gairah atau semangat yang menggebu atau bahkan kesenangan saat mengerjakan sesuatu bisa menjadi menjadi kunci pertama dalam proses menyeleksi karyawan. Mungkin tidak semua orang menunjukkan secara nyata dan gamblang passion mereka tugas rekruter adalah mencari tahu dan menggali lebih dalam.

Tidak semua orang yang tidak memiliki passion berarti tidak bisa bekerja dengan baik, hanya saja startup di awal membutuhkan semangat dan kegembiraan dalam bekerja karyawan baru untuk tetap menjaga laju tetap dalam jalur yang benar. Karena semangat dalam bekerja tidak hanya memompa produktivitas pribadi tetapi juga mampu menular ke seluruh anggota tim. Bukankah tim yang semangat dan percaya diri adalah modal baik bagi startup di tahap awal?

Punya keinginan berkembang dan mampu bekerja secara tim

Sudah menjadi rahasia umum bahwa kandidat yang dicari para perusahaan adalah mereka yang mampu berkembang secara individu kemudian mampu memberikan efek kepada perusahaan juga mereka yang mampu menjadi bagian dari sebuah tim, sederhananya mampu bekerja dengan tim. Kondisi tersebut juga bisa menjadi salah satu indikator jika startup ingin merekrut anggota tim baru.

Mempunyai keinginan berkembang ini sangat erat kaitannya dengan passion. Salah satu ciri yang terlihat dari calon kandidat yang sangat ingin berkembang adalah mereka yang tidak ragu untuk berinovasi dan belajar. Salah satu poin tersendiri jika menemukan karyawan yang mampu menggali potensinya sendiri dan mengembangkan diri bersamaan dengan pertumbuhan bisnis.

Sementara itu salah satu kriteria dalam hal mampu bekerja sama dengan tim adalah kemampuan berkomunikasi. Jika melakukan serangkaian test atau ujian kepada kandidat karyawan aspek yang harus ada adalah menguji bagaimana kemampuan mereka berkomunikasi. Kemampuan tersebut memegang peran penting untuk bisa membantunya masuk ke dalam ritme kerja ke dalam tim yang sudah ada.

Mempertimbangkan mereka yang juga menjadi pengguna

Startup adalah produk digital yang berpotensi mudah dikenal masyarakat karena kegunaannya. Dalam proses mencari karyawan atau anggota tim baru salah satu yang mungkin bisa dipertimbangkan adalah mereka yang juga menggunakan produk atau mengenal bisnis Anda sebagai pengguna.

Hal tersebut menggambarkan dua hal. Pertama mereka memperhatikan produk ada sehingga mampu mengetahu kekurangan produk dari sisi pengguna, yang kedua karyawan yang juga adalah pengguna tertarik untuk berkontribusi dan mengembangkan produk menjadi lebih baik lagi.


Sumber: Entrepreneur, Quora

Mengenal istilah growth hacking

Mengenal Strategi “Growth Hacking” untuk Mendongkrak Pertumbuhan Startup

Growth hacking adalah istilah yang mulai banyak dikenal di kalangan startup. Maknanya sebagai kegiatan yang bisa membantu proses pertumbuhan startup. Intinya menambah lebih banyak pengguna dan lebih banyak menjual produk. Dalam prosesnya growth hacking membutuhkan banyak energi, terutama dalam hal analisis data dan pendekatan yang dilakukan. Pada dasarnya, growth hacking bisa diartikan sebagai sebuah strategi marketing yang kreatif dan mengandalkan data sebagai komponen utama.

Sebagai bagian dari strategi pemasaran, growth hacking tidak hanya soal tools atau hal-hal berbau instan, tapi sebuah pemikiran, pendekatan, dan proses. Proses dalam membangun strategi dibangun lebih mendekati terstruktur dan penuh perhitungan sehingga prosesnya lebih mendekati penuh perhitungan, cepat dan berulang di banding dengan istilah instan.

Apa yang ditawarkan growth hacking adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan startup, yakni berkembang dengan signifikan. Di balik itu semua ada pemikiran kreatif yang dikembangkan, ada data-data yang diolah untuk mendapatkan perhitungan dan ada tindakan yang terukur yang penuh berhitungan. Atau penuh dengan percobaan dan pertaruhan jika memang diperlukan.

Mindset dan cara berproses

Berbicara mengenai growth hacking tidak lepas dari soal data. Tentang berapa pengguna terdaftar, berapa yang mereka bayar per bulan, apa yang menyebabkan mereka kembali, dari mana mereka datang, dan hal-hal lainnya terkait dengan pengguna. Data-data itu juga bisa disusun dalam sebuah metrik yang bisa menjadi sebuah alat ukur keberhasilan sebuah strategi. Tidak ada aturan pasti untuk ini karena pada akhirnya semua akan bermuara pada pertumbuhan.

Growth hacking adalah sebuah mindset, karena itu jika ingin membangun tim khusus, mereka di dalamnya harus diberi pemahaman yang sama. Pola pikir yang kreatif tentang data yang ada adalah kunci, selanjutnya susunan metriks yang ditentukan bisa jadi sebuah cara yang tepat untuk melakukan pengukuran dan evaluasi.

Data secara umum bisa jadi hanya akan dipandang sebagai sebuah informasi sepele. Jika ingin melakukan strategi growth hacking, mulailah memandang data dengan sudut pandang yang lain. Proses growth hacking adalah proses yang sekali dicoba langsung selesai. Langsung ada keputusan gagal atau tidak. Growth hacking adalah strategi berproses. Ada iterasi di sana, ada perbaikan dan ada evaluasi. Jadi selama perusahaan ingin terus tumbuh dengan strategi growth hacking, evaluasi dan perbaikan adalah mutlak. Rasa ingin tahu dan semangat untuk berkembang adalah perpaduan yang pas jika ingin mencari seseorang untuk ditempatkan di bagian ini.

Tanggung jawab semua

Inti meningkatkan penjualan produk atau akusisi pengguna adalah membuat produk yang dibutuhkan orang banyak. Hal ini tidak hanya menjadi tanggung jawab tim pemasaran. Demikian halnya dengan growth hacking, yang secara sederhana dipahami sebagai proses pendekatan berbasis data untuk mengetahui apa yang dibutuhkan pengguna dan berangsur-angsur menciptakannya.

Di proses awal, mengetahui proses pengguna membutuhkan banyak data. Tidak hanya soal transaksi tetapi juga kebiasaan pengguna dalam mengakses sebuah situs atau aplikasi. Hal ini membutuhkan peran engineer di bidang UI/UX untuk mengamati pola dan menciptakan UI/UX yang nyaman dan sesuai kebutuhan.

Contoh lain adalah bagaimana bisnis bisa mengoptimalkan kanal pemasaran. Di sini mungkin tim pemasaran bisa terlibat, tetapi untuk membangun sebuah alat analisis dan membuatnya menjadi mudah dibaca memerlukan peran tim teknologi dan produk. Jadi mempertimbangkan pengunaan growth hacking, kumpulkanlah orang-orang dari berbagai macam spesialisasi.

Memahami dasar-dasar pertumbuhan

Growth hacking adalah sebuah upaya atau strategi untuk memacu pertumbuhan bisnis. Untuk mengoptimalkannya, pemahaman akan dasar-dasar pertumbuhan sangat penting. Salah satunya adalah menggunakan growth models. Growth models yang banyak digunakan adalah menggabungkan beberapa layer pertumbuhan seperti Acquisition, Activation, Retention, Referral, dan Revenue.

Pondasi selanjutnya adalah tetap menjaga pengguna terikat dengan produk atau layanan kita. Tugas yang cukup berat, tetapi bukan hal yang mustahil. Pondasi pertumbuhan juga bisa dilihat dari pengguna yang bahagia dan merasa terbantu dengan produk yang diberikan.


Sumber: Techcrunch, Startup Grind

Strategi Mendorong Pertumbuhan Bisnis

Di tahap awal startup pasti memiliki target untuk bertumbuh. Baik bertumbuh dari segi jumlah pengguna atau bertumbuh dari segi perusahaan. Banyak hal yang bisa diupayakan untuk menghasilkan pertumbuhan. Banyak pendekatan yang harus dicoba dan disesuaikan.

Berikut beberapa pendekatan yang bisa dicoba untuk membantu mendorong atau mengakselerasi pertumbuhan bisnis.

Tujuan dan keuntungan berjalan beriringan

Startup dibangun dengan sebuah tujuan. Biasanya startup hadir dengan solusi yang bisa memecahkan permasalahan-permasalahan yang ditemui. Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan untuk mengembangkan bisnis adalah dengan mulai beranggapan bahwa tujuan dan keutungan akan berjalan beriringan.

Startup di era sekarang biasanya dekat dengan teknologi dan digital. Keduanya sebagai alat dimaksimalkan untuk membantu masyarakat memecahkan masalah yang ditemui sehari-hari. Fokus pada memberikan layanan atau solusi berkualitas bisa dijadikan hal utama. Pada dasarnya perjalanan startup tidak selalu soal keuntungan, tetapi juga mencapai sesuatu yang berharga dan berguna.

Tetap dalam perhitungan

Pada saat proses tumbuh terkadang harus ada beberapa hal yang kembali disesuaikan, salah satunya adalah rancangan dan strategi di masa depan. Saat bertumbuh kondisinya tentu tak lagi sama dengan awal memulai semuanya, ada yang berubah dan harus ada yang diperbaruhi. Di titik ini ada kalanya perlu untuk berhenti sejenak untuk fokus pada pelanggan yang ada, demi kualitas, sembari merancang strategi baru untuk tumbuh lebih besar.

Berinvestasilah pada tim

Aspek penting dalam pertumbuhan startup ada pada orang-orang di belakangnya. Tim yang solid, yang menggunakan segenap kemampuannya untuk memberikan yang terbaik bagi bisnis. Jika bertumbuh adalah sebuah hal yang diperjuangkan tidak ada salahnya untuk berinvestasi pada tim. Carilah personel-personel baru untuk bergerak semakin cepat.

Namun yang perlu diperhatikan adalah kecocokan. Ubah sudut pandang, jangan cari karyawan, carilah rekan, carilah orang yang nantinya bisa diajak bekerja sama dengan membawa visi dan misi yang sama. Ini akan bekerja baik dalam memudahkan proses penyesuaian dan tentunya pengelolaan ke depannya. Karena tidak ada yang lebih baik dibanding memiliki tim yang sama-sama memiliki gairah, visi, dan misi yang berada di jalan yang sama.