Tag Archives: fesyen

Co-Founder & CEO Rentique Dea Amira / Rentique

Aplikasi Rentique Jembatani Pengguna dengan Desainer dan Brand Fesyen

Besarnya minat perempuan Indonesia untuk bisa menyewa bahkan membeli produk fesyen desainer dan berbagai brand, menjadi salah satu alasan utama mengapa Rentique didirikan. Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO Rentique Dea Amira mengungkapkan, layanannya juga ingin membantu desainer lokal untuk mengenal lebih jauh siapa pelanggan mereka melalui aplikasi.

“Platform penyewaan produk fesyen ini bukan hanya menawarkan produk berkualitas milik Rentique dan mitra desainer lokal, namun juga menyediakan layanan pengiriman, pengembalian, hingga laundry kepada pelanggan dan mitra. Saat ini Rentique sudah tersebar hampir di seluruh Indonesia dengan lebih dari 55 ribu pengguna aktif.”

Secara umum Rentique memiliki dua pilihan, yaitu one time rental dan dream closet. Pelanggan bisa mendapatkan produk fesyen berkualitas dengan harga terjangkau. Dari sisi demografi kebanyakan pelanggan Rentique adalah perempuan Indonesia yang berusia 20-40 tahun dan profesional atau mereka yang bekerja.

“Memanfaatkan sepenuhnya aplikasi, kami ingin mempermudah proses penyewaan produk fesyen bahkan pembelian kepada perempuan Indonesia,” kata Dea.

Untuk mempercepat pengiriman dan pengembalian barang, Rentique juga menjalin kemitraan dengan Gojek dan Shipper. Untuk pilihan pembayaran Rentique menawarkan pilihan seperti bank transfer, kartu kredit, dan Ovo. Saat ini Rentique telah mendapatkan pendanaan dari venture capital dan beberapa angel investor, namun enggan untuk menyebutkan detailnya.

Pemanfaatan data

dea22

Berbeda dengan platform serupa lainnya yang menawarkan layanan penyewaan hingga pembelian produk fesyen hingga produk preloved, Rentique yang sepenuhnya memanfaatkan proses secara digital, mengelola data pelanggan mereka yang diperoleh melalui aplikasi untuk membantu mitra desainer lokal hingga brand.

“Kebanyakan platform lainnya hanya beli-putus kepada desainer hingga brand. Sementara kami ingin membantu mereka mitra kami meningkatkan bisnis mereka dengan bergabung bersama Rentique. Desainer dapat menambah pendapatan baru, setiap bulannya menghasilkan keuntungan lebih dari 20%,” kata Dea.

Rentique juga membagikan informasi terkait quality control kepada desainer, hal-hal sederhana seperti tren pasar, atau cara agar jahitan kancing dapat diperkuat, mereka meyakini hal tersebut dapat membantu desainer untuk meningkatkan daya tahan barang, dan sebagai bahan pengambilan keputusan yang lebih baik untuk koleksi di masa mendatang.

Dengan demikian diharapkan ke depannya, para mitra bisa mengetahui lebih jelas, siapa pelanggan mereka, produk yang menjadi pilihan dan desain yang diinginkan. Untuk strategi monetisasi yang diterapkan Rentique berupa komisi dari mitra.

Untuk pelanggan dengan mengedepankan proses melalui aplikasi, diharapkan bisa memudahkan mereka mencari dan pada akhirnya melakukan transaksi melalui aplikasi Rentique. Sejak didirikan akhir tahun 2019 lalu, saat ini Rentique telah memiliki lebih dari 5000 produk fesyen dari desainer internasional maupun lokal, dan telah bekerja sama dengan lebih dari 60 brand lokal selama pandemi. Yang mana kebanyakan brand tersebut dipimpin oleh wanita.

Meskipun sempat mengalami penurunan bisnis saat awal masa pandemi tahun lalu, namun saat ini bisnis Rentique kembali pulih dan mulai menerima permintaan dari pelanggan untuk penyewaan produk fesyen secara online.

“Selain produk fesyen ke depannya kita juga ingin menghadirkan produk lifestyle kepada pelanggan. Kami ingin menjadi one stop platform untuk produk fesyen dan lifestyle di Indonesia,” kata Dea.

CEO Yuna & Co Winzendy Tedja saat acara peluncuran Yuna / DailySocial

Aplikasi Yuna Resmi Meluncur sebagai Asisten Virtual Kebutuhan Fesyen

Besarnya minat kalangan perempuan di Indonesia mengonsumsi produk fesyen dan kecantikan membuat banyak layanan startup lokal hingga asing melirik peluang tersebut. Salah satu startup lokal yang baru meluncur memanfaatkan peluang tersebut adalah Yuna. Yakni dengan menghadirkan aplikasi mobile yang didukung teknologi Artificial Intelligence.

Dalam acara temu media hari ini (13/12), CEO Yuna & Co Winzendy Tedja mengungkapkan, bahwa ide dibuatnya aplikasi fesyen yang berfungsi seperti “matchmaker” ini berawal dari pengalaman pribadinya melihat kebiasaan dan tren di kalangan perempuan terkait dengan fesyen.

“Untuk bisa membuat style lebih personal saya pun kemudian bersama dengan co-founder lainnya memutuskan untuk membuat aplikasi yang bisa mempertemukan brand dengan pengguna berdasarkan kesukaan dan preferensi.”

Aplikasi yang saat ini sudah bisa diunduh di platform Android dan iOS ini menampilkan pilihan gaya sesuai dengan selera dari pengguna. Nantinya berdasarkan gaya personal tersebut, data yang dikumpulkan oleh Yuna akan mencocokkan pengguna dengan produk dari sekitar 40 brand yang saat ini sudah terdaftar di Yuna.

“Secara keseluruhan brand yang bergabung di Yuna adalah brand premium, atau mereka yang memiliki toko di layanan e-commerce hingga toko fisik. Kami sengaja menghadirkan koleksi yang premium menargetkan kalangan perempuan yang membutuhkan asisten pribadi dalam hal menentukan fesyen yang sesuai,” kata Winzendy.

Asisten virtual Yuna berbentuk chatbot

Berbasis chat message, mulai proses awal pendaftaran, pemilihan gaya yang sesuai, hingga memandu ke brand yang sesuai, chatbot Yuna cukup aktif tampil di aplikasi, membantu pengguna layaknya asisten pribadi yang sesungguhnya.

Disinggung tentang perbedaan yang signifikan antara personal assistant Yuna dengan layanan e-commerce, Winzendy menegaskan fitur chatbot Yuna bisa dimanfaatkan brand untuk berkomunikasi secara langsung dengan pengguna atau calon pembeli.

“Dengan demikian memungkinkan untuk brand mengetahui dengan langsung keinginan dan selera dari calon pembeli dari aplikasi,” kata Winzendy.

Dengan fitur yang tergolong unik, aplikasi fesyen dengan konsep matchmaking ini diklaim merupakan yang pertama di Indonesia. Aplikasi Yuna bisa digunakan secara gratis oleh pengguna. Sementara untuk melancarkan monetisasi, Yuna akan memberlakukan subscription fee untuk brand, yang membutuhkan data serta fitur menarik lainnya dari Yuna.

“Berapa komisi yang kami dapatkan dari brand tidak bisa saya ungkapkan, namun kami menjamin brand bisa mendapatkan akses yang akurat seputar consumer behaviour dan fitur menarik lainnya yang bisa membantu mendorong penjualan,” kata Winzendy.

Target Yuna tahun 2018

Sejak meluncurkan aplikasi versi iOS bulan Mei 2017, fokus Yuna saat ini masih kepada peningkatan jumlah brand yang bergabung di Yuna. Ditargetkan pada kuartal kedua 2018 mendatang, Yuna bisa mendapatkan sekitar 100 brand lokal dan asing yang terdaftar. Secara keseluruhan hingga kini terdapat 50 ribu SKU dengan 1 juta kombinasi produk di Yuna.

“Selain itu kami juga akan menghadirkan fitur-fitur terbaru, melakukan kolaborasi dengan influencer, fashion blogger, brand dan komunitas terkait lainnya untuk memperluas bisnis kami,” tutup Winzendy.

Application Information Will Show Up Here

Marketplace Fesyen Asia Tenggara Zilingo Resmikan Kehadiran di Indonesia

Zilingo, pemain marketplace fesyen Asia Tenggara, meresmikan kehadirannya di Indonesia dengan badan hukum PT Zillion Tech Indonesia yang berlokasi di Jakarta. Co-Founder dan CEO Zilingo Ankiti Bose menjelaskan sementara ini Zilingo baru bisa diakses lewat situs resminya. Untuk aplikasi mobile dalam waktu dekat akan segera dirilis, baik untuk platform Android maupun iOS.

Hadirnya Zilingo di Indonesia merupakan bagian ekspansi pasca perolehan dana Seri A tahun lalu. Saat ini Zilingo melayani konsumen yang berlokasi di Jabodetabek saja, namun rencananya pada Maret 2017 mendatang akan menjangkau seluruh konsumen di seluruh Pulau Jawa. Adapun dari sisi penjual, jumlahnya telah mencapai lebih dari 2700 penjual dengan total 100 merek lokal.

Tak hanya itu, para penjual dari Tiongkok, Thailand, dan Taiwan telah menunjukkan keseriusannya untuk ikut berjualan lewat platform Zilingo Indonesia.

“Proses pembuatan situs Zilingo Indonesia lebih cepat dari negara lainnya, kurang dari seminggu sebelum jadwal peluncuran. Kami juga telah menjaring lebih dari 100 pesanan tiap harinya. Sampai akhir tahun ini, kami menargetkan dapat menjadi pemain marketplace fesyen nomor satu di Indonesia,” kata Ankiti.

Menerapkan strategi pelokalan

Bersaing dengan kompetitor, seperti Sale Stock dan Shopee, Zilingo memiliki kiat tersendiri dalam menjalani bisnisnya di Indonesia. Ankiti menerangkan, kunci utamanya adalah melakukan pelokalan untuk seluruh lini. Dia mengaku Zilingo tidak akan berjalan sukses tanpa adanya model pernikahan integrasi sistem teknologi dari Singapura dan India untuk menciptakan nuansa pasar Indonesia.

Untuk menyeriusi bisnis Zilingo di Indonesia, pihaknya telah menempatkan tim lokal mulai dari posisi Country Manager, penjualan, pemasaran, operasional, dan customer care. Beberapa lainnya berasal dari tim pusat tinggal di Indonesia guna memahami dan mengintegrasikan proses bisnis Zilingo dan menciptakan fitur-fitur yang inovatif.

Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan, Zilingo telah melakukan kerja sama dengan perusahaan logistik untuk metode pengirimannya. Tak hanya itu, untuk menyesuaikan dengan budaya orang Indonesia, Zilingo juga menyediakan opsi pembayaran lewat transfer ATM dan kolom khusus untuk koleksi Batik.

“Pelokalan telah menjadi kekuatan inti kami sejak pertama kali ekspansi di 2015 untuk menciptakan platfom sesuai kebutuhan lokal. Ekspansi akan kami lakukan bertahap, dengan menciptakan basis bisnis yang kuat di Jabodetabek sebelum ekspansi ke daerah lainnya.”

Ankiti mengklaim kebanyakan pemain e-commerce fesyen di Indonesia bermain di segmen horizontal. Mereka hanya menjual produk dari barang bermerek atau label pribadi. Zilingo menawarkan product discovery yang lebih mudah bagi para penjual. Mereka berharap bisa mendorong pemain fesyen yang sudah lama dikenal masyarakat untuk go online.

Konsep yang dianut Zilingo adalah membantu penjual UKM offline dapat berjualan secara online. Mereka menyediakan dukungan back end secara penuh untuk para penjual, mencakup pusat penjual online dan aplikasi yang dapat digunakan untuk mengunduh daftar produk, mengelola inventaris, jadwal pickup dan melakukan layanan pelanggan dan pemasaran.

“Seperti penawaran kami di Zilingo Singapura dan Thailand, kami berencana untuk memperkenalkan layanan lintas-batas di Indonesia. Konsumen dapat berbelanja di platform Zilingo di seluruh Asia Tenggara dan penjual dapat menjual produknya di sana,” pungkas Ankiti.

Strategi Reebonz Tarik Perhatian Para Fashionista Indonesia

Pertumbuhan orang kaya di Indonesia terus naik membuat perusahaan e-commerce fesyen asal Singapura, Reebonz, terus melakukan strategi pendekatan agar semakin dilirik, terutama oleh kalangan fashionista. Salah satunya, pelayanan dengan mengusung konsep lokalisasi.

Daniel Lim, co-founder Reebonz, menjelaskan konsep lokalisasi dibuat dengan tujuan pengguna dapat dimudahkan saat hendak melakukan transaksi. Bentuk konsep tersebut tercermin dengan dihadirkannya mata uang lokal, pembayaran dengan bank transfer, dan penggunaan bahasa Indonesia.

“Dengan melakukan pendekatan berkonsep lokal, pengguna tidak akan merasa awam karena interface-nya sesuai dengan budaya lokal Indonesia. Kami hanya menyediakan pembayaran dengan bank transfer hanya di Indonesia. Di negara lain umumnya lebih fasih bertransaksi memakai kartu kredit,” terangnya di Jakarta, Jumat (22/7).

Menurutnya, pasar Indonesia sangatlah unik sehingga tidak bisa sembarang strategi bisa diterapkan, apalagi mendekati kalangan orang kaya. Hal tersebut sekaligus menjadi tantangan karena perlu adanya jaminan keamanan mengingat barang yang dijual tidak sembarang.

Lim menyebutkan pihaknya membangun kepercayaan mulai dari situs, pelayanan, kemasan, hingga pengiriman.

Secara jumlah, anggota Reebonz yang terdaftar di Indonesia mencapai 550 ribu orang dari total anggota dari seluruh kawasan Asia Pasifik sebesar 4,9 juta orang. Adapun dari skala umurnya antara 25 tahun hingga 40 tahun.

Dari skala bisnis, lanjutnya, transaksi pengguna Reebonz di Indonesia diklaim tumbuh rata-rata dua kali lipat per kuartalnya sejak pertama kali diluncurkan pada lima tahun lalu. Kendati demikian Lim enggan membeberkan nilai target transaksi yang ingin dicapai tahun ini.

Untuk urusan barang dagangan, produk yang mayoritas dibeli orang kaya Indonesia secara berurutan adalah tas, sepatu, jam tangan, dan perhiasan. Sementara dari segi merk, Michael Kors, Balenciaga, dan Prada adalah merk-merk yang populer.

Barang preloved

Selain menjual barang premium, kini perusahaan menghadirkan pelayanan baru yakni menjadi fasilitator barang preloved antara pembeli dan penjual. Lim menjelaskan, barang-barang yang hendak dijual sebelumnya harus mendapat otentifikasi dari seorang atelier yang datang mengecek keaslian barang.

Hal itu dimaksudkan agar pembeli tidak ditipu oleh barang palsu sekaligus menjaga nama baik Reebonz itu sendiri. Setelah itu, penjual baru bisa menjual barangnya lewat menu yang khusus dihadirkan, yakni Closets.

Atelier itu sendiri disediakan khusus untuk masing-masing negara tempat Reebonz berada, seperti Australia, Singapura, Malaysia, Thailand, Myanmar, dan Indonesia.

Lim membeberkan negara selanjutnya yang akan disasar adalah Tiongkok dan Timur Tengah. “Kami masih pelajari struktur demografinya, belum bisa dipastikan kapan waktu yang tepat untuk menyasar tersebut,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi Fesyen LYKE Tembus 1 Juta Unduhan

Aplikasi fesyen teranyar di Indonesia, LYKE telah diunduh hingga 1 juta kali sejak pertama kali diluncurkan pada lima bulan lalu, Februari 2016. Alhasil, jumlah pesanan yang tercatat hingga kini telah menembus 30.000 pesanan dalam sebulannya.

Bastian Purrer, pendiri LYKE, mengatakan pihaknya bangga karena telah mencapai tonggak sejarah dalam periode yang cukup singkat. “Dengan hadirnya LYKE, kami ingin memberikan pengalaman baru untuk konsumen cara berbelanja yang termudah. Selain itu, bagi mitra penjual fesyen pun dimudahkan karena semakin didekatkan dengan konsumen,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial, Rabu (20/7).

Semangat yang ingin ditularkan, lanjutnya, mitra dapat terus berkembang dari segi bisnisnya mengingat masih banyak dari mereka yang belum tersentuh LYKE yang disokong Rocket Internet. Pihaknya mengklaim, seluruh produk fesyen yang tersedia mencapai 120.000 item, mulai dari pakaian, aksesori, hingga kosmetik.

Purrer berharap semakin lengkapnya produk dapat membantu konsumen saat berbelanja.

Secara statistik, lebih dari 60% pengguna internet di Indonesia berselancar di dunia maya lewat smartphone. Melihat potensi tersebut, membuat LYKE akhirnya dikembangkan hanya untuk smartphone saja berplatform Android dan iOS.

 

Di Indonesia, sudah cukup banyak layanan e-commerce dengan bisnis inti yang serupa dengan LYKE. Sebut saja, Lazada, Berrybenka, Zalora, HijUp, dan lainnya. Berbeda dengan layanan tersebut, LYKE hanya bisa diakses melalui perangkat mobile. Pesaing terdekat LYKE, yang ujung tombaknya berbasis mobile, adalah Shopee, Carousell, dan Coral.

Application Information Will Show Up Here