Turnamen Free Fire Master League (FFML) Season 4 Divisi 1 saat ini sudah memasuki paruh musim. 3 Minggu jalannya turnamen dilalui dengan pertempuran yang seru. Pada minggu ketiga ini pertandingan terjadi antara grup A dan C (matchday 5) serta grup B dan C (matchday 6).
Pada matchday 5 yang mempertemukan tim dari grup A dan C, tim dari grup C mendominasi 3 round awal. KINGS Esports, Island of Gods, dan RRQ Hades masing-masing mendapatkan 1 Booyah. Namun dalam 3 round berikutnya permainan tim grup A mulai membaik. BONAFIDE Esports berhasil mencuri 1 Booyah! Sementara NXL Ligagame berhasil mengamankan 2 Booyah! di 2 round terakhir.
Pada matchday 6 yang mempertemukan tim dari grup B dan C, terjadi kebalikan dari minggu lalu. Minggu lalu tim grup B berhasil tampil perkasa dan mendominasi tim dari grup C. Kini giliran tim grup C yang melakukannya. Dari 6 round yang dipertandingkan, 5 di antaranya berhasil dimenangi oleh tim grup C. Island of Gods, Siren GPX, dan KINGS Esports berhasil mendapatkan 1 Booyah. Kemudian The Prime Esports berhasil membawa 2 Booyah di hari itu. Sementara itu 1 Booyah lainnya berhasil dicuri oleh ONIC Olympus dari grup B.
Dengan hasil itu, peta persaingan FFML Season 4 Divisi 1 semakin sengit lagi. Tim-tim masih mempunyai peluang yang sama untuk mengamankan posisi puncak masing-masing grup. Di grup A posisi pertama klasemen paruh musim berhasil diduduki oleh SES Alfaink dengan 67 poin. Di bawahnya ada BONAFIDE Esports dan NXL Ligagame dengan poin 58 dan 57 poin.
Kemudian di grup B posisi puncak sementara berhasil diamankan oleh ONIC Olympus dengan 70 poin. EVOS Divine membuntuti di posisi kedua dengan 65 poin. Sementara di grup C Siren GPX dan KINGS Esports masih mengamankan 2 posisi atas klasemen dengan 65 dan 64 poin.
Pertandingan minggu keempat yang akan dilaksanakan pada 11 dan 12 September 2021 mendatang sepertinya akan semakin sengit lagi. Tim-tim peserta FFML Season 4 ini akan mengerahkan kekuatannya di paruh akhir turnamen. Mereka berusaha untuk mengamankan 2 posisi atas klasemen tiap grup untuk mendapatkan slot otomatis menuju turnamen Free Fire Indonesia Master (FFIM) Fall 2021.
Free Fire Master League (FFML) Season 4 Divisi 1 saat ini sudah memasuki minggu yang kedua. Pada minggu kedua ini tim-tim papan atas sudah mulai menunjukan keunggulannya dari tim lain. Mereka berusaha memperjauh jarak poin yang diraih.
Pada hari pertama minggu kedua, pertandingan mempertemukan tim-tim dari grup B dan C. Pada pertandingan ini tim-tim dari grup B berhasil mendominasi jalannya pertandingan. Dari 6 ronde yang dipertandingkan 5 ronde di antaranya berhasil dimenangi oleh tim dari grup B yakni Rimo Arjuna, ONIC Olympus, MBR Aerowolf, EVOS Divine, dan Red Bull Rebellion. Sementara 1 ronde sisanya berhasil dimenangi oleh Island of Gods dari grup C.
Kemudian pada hari kedua minggu kedua, pertandingan mempertemukan tim-tim dari grup A dan B. Pada hari kedua ini tim-tim dari grup B juga mendominasi jalannya permainan dan berhasil menyapu bersih 6 ronde yang ada. EVOS Divine dan Red Bull Rebellion masing-masing berhasil meraih dua Booyah, sementara sisanya sukses direbut oleh ONIC Olympus dan MBR Aerowolf.
Kemenangan tim-tim dari grup B ini membuat peta persaingan grup ini menjadi semakin sengit. Tim-tim dari grup B mampunyai kemampuan yang lebih untuk mendapatkan kemenangan. Sayangnya setiap grup hanya merebutkan 2 slot menuju Free Fire Indonesia Master (FFIM) 2021.
Pada grup A SES Alfaink berhasil meraih poin penuh lagi dan mengumpulkan total 57 poin. Sementara penantang terberatnya yakni BONAFIDE Esports tampil buruk dan hanya mampu menambah 4 poin saja di minggu kedua ini dan total mengumpulkan 41 poin.
Pada grup B, 3 tim teratas hanya terpaut 9 poin saja. Pemuncak klasemen sementara yakni ONIC Olympus mengumpulkan 50 poin. Kemudian di bawahnya ada EVOS Divine dengan 48 poin. Sementara di posisi ketiga ada Red Bull Rebellion dengan 41 poin.
Pada grup C Siren GPX dan RRQ Hades sebagai 2 tim terkuat bersaing ketat untuk menjadi pemuncak klasemen. Kedua tim mempunyai poin yang sama yakni 34 poin. Semenatara tim peringkat ketiga ada Kings Esports yang tertinggal 10 poin dari posisi puncak dengan 24 poin.
Persaingan di FFML Season 4 Divisi 1 ini sepertinya akan semakin menarik lagi di minggu ketiga yang akan dimulai pada 4 September 2021 mendatang. Kita lihat saja apakah tim-tim yang dijagokan juara akan terus menguasai jalannya turnamen FFML Season 4 Divisi 1 ini. Ataukah akan ada tim-tim lain yang membuat kejutan dengan menggulingkan tim besar?
PUBG Mobile dan Free Fire adalah dua game yang kerap diperdebatkan soal siapa yang lebih baik atau keren. Namun konotasi “baik” atau “keren” sebenarnya relatif dan subjektif. Maka dari itu mari kita mencoba lebih objektif dalam membandingkan dua game tersebut. Dalam artikel ini kita akan bicara data dan fakta, serta membahas bagaimana perkembangan ekosistem esports-nya, sampai memprediksi nasib masa depan yang mungkin terjadi bagi kedua game tersebut.
Tanpa berlama-lama lagi, mari kita mulai membahas dua game Battle Royale terpanas di mobile tersebut, dimulai dari kulit terluarnya.
Mengupas Kulit Luar PUBG Mobile dan Free Fire
Sebelum membahas ke aspek yang lebih “dewasa”, mari kita bahas kulit terluar dari dua game tersebut terlebih dahulu yaitu gameplay. Dua game tersebut sama-sama Battle Royale. Apa itu Battle Royale? Bagaimana cara bermainnya?
Battle Royale adalah genre yang cukup unik, bahkan bagi para gamers sekalipun. Ketika konsep permainan tersebut pertama kali diperkenalkan 2017 lalu, konsep ini segera menjadi tren baru yang diadaptasi ke dalam berbagai bentuk oleh berbagai developer. Dalam ranah mobile, dua yang paling besar dan gencar persaingannya adalah PUBG Mobile dan Free Fire.
Apa bedanya Battle Royale dengan genre game lain? Game kompetitif pada umumnya menggunakan konsep permainan tim vs tim beranggotakan 5 orang. Pertandingan bisa dilakukan dalam permainan MOBA (Mobile Legends contohnya) atau First-Person Shooter (Point Blank atau Counter-Strike). Battle Royale sedikit berbeda.
Mode kompetitif Battle Royale mempertandingkan 14 tim sekaligus. Masing-masing tim berisikan 4 pemain. Tujuan yang harus dicapai masing-masing tim adalah menjadi tim yang bertahan hidup paling terakhir. Cara bertahan hidup bisa bervariasi, bisa dengan bersembunyi, ataupun secara agresif mengalahkan tim lain. Dalam PUBG Mobile dan Free Fire, cara mengalahkan tim lain adalah menembaki musuh-musuhnya dengan menggunakan senjata.
Lalu apa yang jadi perbedaan utama antara PUBG Mobile dengan Free Fire? Perbedaan tersebut datang dari sisi cara memainkan game-nya (disebut juga mekanik permainan). Sebagai game tembak-tembakkan, kemampuan pemain untuk mengarahkan lalu menembakkan senapan ke arah musuh sangatlah diutamakan.
Dalam Free Fire, proses mengarahkan dan menembak musuh banyak dibantu oleh sistem game-nya sendiri. Beberapa contoh bantuannya sendiri adalah: bidikan (crosshair) senjata yang akan berubah warna saat mengarah tepat ke musuh dan bantuan untuk mengarahkan kembali bidikan ke arah musuh apabila melenceng terlalu jauh (disebut juga aim-assist). Hentakan senjata (disebut juga weapon recoil) juga sengaja dibuat lebih bisa diprediksi agar pemain bisa menembaki musuhnya dengan lebih mudah.
Lalu bagaimana dengan PUBG Mobile? Mekanisme menembak di PUBG Mobile cenderung lebih sulit. Mekanismenya jadi lebih sulit karena minimnya bantuan dari sistem game. Bantuan yang seperti apa? Warna bidikan di PUBG Mobile akan tetap sama ke manapun arahnya, walau tetap memberi timbal balik visual apabila tembakan Anda mengenai orang lain atau objek-objek yang bisa dihancurkan (kendaraan misalnya). PUBG Mobile sebenarnya juga punya aim-assist, tetapi bantuan dari sistem game untuk mengarahkan kembali bidikan yang melenceng tergolong minim. Selain itu, fitur aim-assist di dalam PUBG Mobile juga bisa dimatikan, tidak seperti di Free Fire yang bersifat permanen. Hentakan senjata di PUBG Mobile juga dibuat layaknya senjata di dunia nyata sehingga pemain cenderung lebih sulit untuk menembaki musuh.
Karena perbedaan mekanisme perrmainan tersebut, PUBG Mobile dan Free Fire cenderung menciptakan segmentasi yang berbeda. PUBG Mobile cenderung lebih digandrungi oleh pemain yang kompetitif, suka tantangan, dan cenderung lebih dewasa. Pada sisi lain, Free Fire lebih digandrungi oleh pemain tipe casual yang cenderung lebih muda, walau tetap bisa dinikmati secara kompetitif juga.
Di luar dari gameplay, PUBG Mobile dan Free Fire juga punya beberapa perbedaan aspek visual. Tema visual dan perlengkapan persenjataan di dalam PUBG Mobile cenderung lebih realistis dan militaristik. PUBG Mobile tetap menyajikan skin warna-warni, tapi persenjataan di PUBG Mobile tetaplah persenjataan yang lazim digunakan di dunia milier (seperti granat, flashbang, dan berbagai jenis senjata api yang memang ada di dunia nyata).
Free Fire punya tema visual yang lebih berwarna-warni dan dilengkapi dengan beberapa perlengkapan yang bersifat futuristik dan fantasi. Free Fire sebenarnya tetap memiliki senjata yang berasal di dunia nyata, tetapi beberapa persenjataan lain adalah sesuatu yang bersifat fantasi. Beberapa contohnya seperti: Gloo Wall yang memungkinkan pemain memunculkan tembok es untuk bertahan, karakter yang punya berbagai macam kemampuan, ataupun kendaraan-kendaraan yang terlihat futuristik.
Setelah membahas kulit luarnya, mari kita menyelam ke dalam pembahasan “dewasa” yang tadi saya janjikan, yaitu aspek ekosistem esports, perkembangan jumlah pemain, dan pemasukan dari kedua game tersebut.
Ekosistem Esports PUBG Mobile vs Free Fire
Skema ekosisstem esports PUBG Mobile sudah sempat kita bahas pada kesempatan sebelumnya. Lalu bagaimana dengan ekosistem esports Free Fire? Ada turnamen apa saja? Bagaimana skema dari sisi kompetitifnya? Free Fire punya empat kompetisi di Indonesia. Ada Free Fire Masters League dan Free Fire Indonesia Masters sebagai dua kompetisi kasta utama yang dibuat oleh pihak pertama yaitu Garena Indonesia selaku publishergame. Free Fire Masters League bisa dikatakan sebagai babak Regular Season dari satu musim kompetisi, sementara Free Fire Indonesia Masters adalah babak Playoff-nya.
Selain dua kompetisi utama tersebut, Garena Indonesia juga punya dua jenis kompetisi lain. Ada Free Fire The One yang menjadi wadah kompetisi bagi solo player dan Free Fire Royale Combat sebagai wadah kompetisi tim-tim amatir. Sistem kompetisi esports yang diadopsi oleh skena Free Fire sendiri sebenarnya bisa dibilang sebagai sistem campuran.
Garena Indonesia menerapkan sistem tertutup untuk Free Fire Masters League. Liga FFML tergolong sebagai sistem tertutup karena seleksi dilakukan secara terbatas. Selain itu, tim yang ingin ikut serta juga tidak bisa cuma modal jago saja. Christian Wihananto selaku Produser Free Fire dari Garena Indonesia sempat menjelaskan proses masuk ke dalam FFML pada konfrensi pers peluncuran FFML Season 1 yang dilakukan pada awal Januari 2020 lalu. Chris menjelaskan adanya seleksi administratif dan keharusan buy-in slot seharga Rp50 juta bagi tim yang ingin masuk ke dalam liga FFML.
Tetapi ada sedikit perbedaan antara sistem tertutup yang diterapkan di Free Fire Masters League dengan Franchise League yang diterapkan Mobile Legends: Bang-Bang pada liga MPL. Model franchise dalam liga MPL menetapkan 8 tim yang bertanding di dalamnya sebagai peserta tetap, tanpa adanya sistem promosi ataupun relegasi.
Sementara investasi ke dalam Free Fire Masters League hanya berlaku untuk satu musim saja. Seiring perkembangannya, Free Fire Masters League di musim ke-3 bahkan memperkenalkan FFML Divisi 2 dan menyertakan sistem promosi-relegasi. Karenanya peserta FFML Divisi 2 yang memiliki performa baik akan punya kesempatan untuk naik ke divisi 1 dan sebaliknya (Tim divisi 1 yang berperforma buruk akan turun ke divisi 2 pada musim berikutnya). Maka dari itu liga FFML sendiri memang tidak bisa dibilang sebagai franchise league murni.
Dalam wawancara yang saya lakukan, Christian Wihananto mengatakan bahwa dirinya lebih suka menyebut liga FFML sebagai buy-in model. Selain itu, skena esports Free Fire juga menyertakan sistem terbuka lewat kompetisi Free Fire Indonesia Masters (FFIM). Kompetisi FFIM mempertandingkan 12 tim terbaik se-Indonesia. 12 tim yang bertanding terdiri dari 6 tim yang datang dari Free Fire Masters League dan 6 tim sisanya dari babak Play-Ins.
Bagaimana dengan ekosistem bisnis esports Free Fire? Model bisnis ekosistem esports Free Fire sebenarnya bisa dikatakan masih mirip dengan PUBG Mobile ataupun Mobile Legends: Bang-Bang. Kemiripannya terlihat dari besarnya peran publisher (yaitu Garena Indonesia) di dalam bisnis esports Free Fire. FFML, FFIM, sampai turnamen-turnamen tingkat grassroot seperti FFRC dan FF The One, semuanya diselenggarakan oleh Garena Indonesia sendiri.
Namun demikian, salah satu perbedaan cukup terlihat ketika kita membicarakan turnamen tingkat pelajar/mahasiswa di dalam skena PUBG Mobile dan Free Fire. Dalam ekosistem PUBG Mobile, kompetisi tingkat pelajar/mahasiswa juga diselenggarakan oleh Tencent Games selaku publishergame tersebut di Indonesia. Turnamen tersebut adalah PUBG Mobile Campus Championship atau PMCC.
Sementara pada sisi lain, kebanyakan turnamen pelajar di ekosistem Free Fire diselenggarakan oleh pihak ketiga, bahkan beberapa di antaranya melibatkan badan pemerintah. Beberapa contohnya adalah seperti Dunia Games Campus League (2019) dan IEL University Series (2020).
Selain itu, segmentasi dua game tersebut sebenarnya juga cukup terlihat dari penyelenggaraan kompetisi tingkat pelajar/mahasiswa. Seperti yang sebelumnya saya sebut, PUBG Mobile cenderung menyasar anak kuliahan lewat penyelenggaraan turnamen seperti PMCC.
Sementara itu kompetisi Free Fire cenderung menyasar anak sekolah. Selain dua contoh yang saya sebut di atas, Free Fire juga punya turnamen-turnamen yang diikuti oleh anak sekolah. Beberapa contohnya seperti Piala Pelajar (khusus pelajar setingkat SMA) atau Piala Menpora Esports (terbuka untuk pelajar setingkat SMA dan mahasiswa). Sama seperti sebelumnya, dua turnamen tersebut juga diselenggarakan oleh pihak ketiga.
Kelanjutan soal segmentasi akan saya bahas pada sub-pembahasan berikutnya. Sekarang mari kita melihat presensi global kedua game tersebut dari segi esports.
Tahun 2020 lalu dua game tersebut sama-sama menyelenggarakan turnamen internasional secara online. PUBG Mobile menyelenggarakan PUBG Mobile World League pada bulan Juli hingga Agustus 2020 lalu, sementara Free Fire mengadakan FF Continental Series di bulan November.
Dua turnamen tersebut sama-sama membagi pesertanya berdasarkan regional agar memudahkan teknis penyelenggaraan turnamen internasional secara online. PMWL membagi turnamennya menjadi dua bagian: East Region (negara-negara Asia dan sekitarnya) dan West Region (negara-negara barat dan sekitarnya). FFCS membagi turnamennya menjadi tiga bagian: EMEA (Timur tengah dan sekitarnya), Americas (Amerika Latin dan sekitarnya), dan Asia (SEA dan sekitarnya).
Walaupun Free Fire punya lebih banyak region pertandingan, tetapi PUBG Mobile ternyata punya lebih banyak perwakilan negara. Mengutip dari data Liquidpedia, tercatat ada 31 negara yang terwakilkan melalui pemain-pemain yang tergabung dalam PWML: West Region dan 13 negara untuk PMWL East Region. Maka dari itu, total ada 44 negara negara terwakili di dalam gelaran PMWL.
Masih mengutip dari Liquidpedia jumlah negara yang terwakilkan di FFCS lebih sedikit. Tercatat ada 12 negara terwakilkan melalui pemain-pemain yang jadi peserta di FFCS: Americas, 13 negara di FFCS: EMEA, dan 7 negara di FFCS Asia. Maka dari itu total ada 32 negara terwakilkan di dalam gelaran FFCS.
Presensi global esports kedua game tersebut juga bisa kita lihat salah satunya melalui jumlah tayangan bahasa lokal yang disajikan kedua turnamen tersebut. Mengambil data menggunakan fitur pro dari Esports Charts, PMWL memiliki total 16 tayangan bahasa lokal (tidak termasuk bahasa Inggris) dengan 9 bahasa untuk PMWL East dan 7 bahasa untuk PMWL West.
Beralih ke Free Fire, FFCS memiliki total 10 tayangan bahasa lokal (tidak menyertakan bahasa Inggris) dari 3 region yang dipertandingkan tersebut. Dari total 10 tayangan bahasa lokal tersebut, pembagiannya adalah 2 bahasa untuk FFCS: EMEA, 6 bahasa untuk FFCS: Asia, dan 2 bahasa untuk FFCS: Americas.
Lalu bagaimana jika bicara dari viewership secara internasional? Untuk bagian ini saya kembali menggunakan data dari Esports Charts. Secara angka, Free Fire memang punya jumlah viewers yang lebih banyak ketimbang PUBG Mobile. Namun keduanya memiliki kesamaan yaitu sama-sama memiliki basis penggemar terbesar di Asia. Menurut catatan Esports Charts, PMWL: East berhasil mebukukan 1,1 juta lebih peak viewers sementara FFCS: Asia membukukan 2,5 juta lebih peak viewers. Data lebih lengkapnya bisa Anda lihat pada gambar yang saya sajikan di atas.
Data Jumlah Pemain dan Pemasukan PUBG Mobile vs Free Fire
Dua game tersebut sedari awal memang sudah membedakan segmentasinya. Hal itu dapat kita lihat buktinya melalui laman Google Play. Dari laman Google Play, kita bisa melihat PUBG Mobile memiliki rating 16+ sementara Free Fire memiliki rating 12+. Karenanya jadi tidak heran juga kenapa Free Fire menyajikan gameplay yang lebih sederhana yang dilengkapi dengan aspek visual yang warna-warni, futuristik, juga bersifat fantasi.
Walaupun punya dua segmentasi yang berbeda, kedua game tersebut menjalani persaingan yang ketat dari segi angka. Mari kita lihat dulu dari segi jumlah pemain. Mengutip dari Invenglobal yang merujuk ke Business of Apps, jumlah pengguna harian PUBG Mobile sempat mencapai angka 65 juta pemain (peak Daily Active Users) pada tahun 2020 lalu.
Untuk Free Fire, SEA (perusahaan induk Garena) sempat mempublikasikan laporan keuangan perusahaan mereka pada bulan Agustus 2020 lalu. Dalam laporan tersebut dituliskan bahwa Free Fire sempat mencapai 100 juta pengguna harian (peak Daily Active Users). Masih mengutip dari laporan keuangan tersebut, dikatakan juga bahwa Free Fire berhasil masuk daftar Top Grossing di Amerika Latin dan Asia Tenggara. Free Fire juga masuk peringkat 3 most downloaded dalam kategori mobilegames secara global.
Setelah membahas jumlah pemainnya, sekarang mari melanjutkan pembahasan dari segi pendapatan dari kedua game. Walaupun PUBG Mobile kalah jumlah pemain, tapi game yang dikembangkan oleh Lightspeed & Quantum tersebut ternyata lebih menguntungkan ketimbang Free Fire, mengutip dari data pemasukan terakhir kedua game tersebut.
Sensor Tower melaporkan pada bulan Desember 2020 lalu bahwa PUBG Mobile berhasil mencetak US$2,6 miliar. Catatan pendapatan tersebut merupakan gabungan dari game PUBG Mobile yang dirilis secara global dan pendapatan dari Peacekeeper Elite yang merupakan versi lokal Tiongkok atas game tersebut. Dengan total pendapatan tersebut, PUBG Mobile pun menjadi game dengan pendapatan tertinggi di atas Honor of Kings (AOV versi Tiongkok), Pokemon GO, dan 3 gamecasual lainnya (Coin Master, Roblox, dan Monster Strike).
Sementara itu, Free Fire sempat berhasil membukukan pendapatan sebesar US$2,13 miliar berdasarkan dari data yang dikeluarkan oleh SuperData. Karenanya Free Fire digolongkan sebagai gamefree-to-play paling menguntungkan di tahun 2020 bersama dengan Pokemon GO, Roblox, League of Legends, dan lain sebagainya.
Dari kedua data tersebut, kita bisa melihat bahwa Free Fire dan PUBG Mobile tergolong punya kesuksesannya masing-masing di ranah genre Battle Royale untuk mobile. Free Fire berhasil menggaet banyak pemain berkat gameplay yang lebih casual dan beragam skin serta kolaborasi yang dilakukan. Pada sisi lain, walaupun punya jumlah pemain yang lebih sedikit, pemain PUBG Mobile cenderung lebih mudah untuk dikonversi menjadi paid-user yang mungkin terjadi berkat segmentasi pemainnya yang lebih dewasa.
Dengan berbagai kesuksesan yang mereka dapatkan di tahun 2020 lalu, bagaimana iklim perkembangannya di masa depan? Mari kita berlanjut ke sub-topik berikutnya untuk mendiskusikan masa depan kedua game tersebut dari sisi esports ataupun daya tarik masyarakat.
Menatap Masa Depan Battle Royale dan Iklim Perkembangan PUBG Mobile vs Free Fire.
Dari sisi iklim perkembangannya, game PUBG Mobile sebenarnya bisa dikatakan kurang beruntung. Game PUBG Mobile sempat mengalami banyak kontroversi secara internasional ataupun lokal.
Secara internasional, PUBG Mobile kerap kali dianggap sebagai game yang memberikan “dampak negatif.” PUBG Mobile sempat diblokir di Pakistan gara-gara hal tersebut. Selain itu, PUBG Mobile juga diblokir di India walau karena perkara yang berbeda. Lalu dari tingkat lokal, PUBG Mobile juga dicap haram oleh Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh sejak bulan Juni 2019 lalu.
Dalam kasus lokal, mengutip dari Kompas.com, PUBG Mobile diblokir karena dianggap menyebabkan kecanduan. Dalam kasus internasional, masalahnya juga sama. Mengutip India.com, dikatakan bahwa salah satu alasan Pakistan memblokir PUBG Mobile adalah karena masyarakat menganggap game tersebut bersifat adikfif dan berpotensi memberi dampak buruk terhadap kesehatan fisik dan psikis anak.
Pandangan negatif tersebut memang sering tercetus di masyarakat, terutama apabila membahas soal gameonline. Walaupun sering dicetuskan, namun pandangan negatif itu sebenarnya lemah argumentasinya. Pembahasan lebih panjangnya bisa Anda lihat pada artikel Hybrid.co.id yang satu ini.
Di luar dari itu, menurut opini saya pribadi, konten game yang cenderung realistis dan bersifat militaristik mungkin jadi alasan munculnya rasa paranoid atas PUBG Mobile. Apabila Anda memainkan PUBG Mobile tanpa skin, kosmetik, atau konten tambahan yang disajikan Lightspeed & Quantum, Anda bisa lihat sendiri bagaimana PUBG Mobile menyajikan dunia yang kelam, berisi peperangan, dan penuh kekerasan.
Gara-gara konten perang dan kekerasan tersebut, PUBG Mobile sendiri sebenarnya sempat diblokir di negara asal pengembangnya yaitu Tiongkok. Karena hal tersebut, PUBG Mobile pun kini berganti nama menjadi Peacekeeper Elite di Tiongkok dan meminimalisir konten kekerasan di dalamnya.
Tencent selaku publisher dan Lightspeed & Quantum selaku developer mungkin sadar bahwa salah satu alasan banyaknya kontroversi terhadap PUBG Mobile adalah karena konten peperangan yang disajikan. Maka dari itu, seiring perkembangannya, PUBG Mobile pun berusaha untuk memberi lebih banyak warna ke dalam game PUBG Mobile. Salah satu usaha untuk memberli lebih banyak warna ke dalam game adalah dengan menghiasi PUBG Mobile menggunakan berbagai skin bertema futuristik. Salah satu contohnya mungkin bisa Anda lihat dari konten Royale Pass Season 18 yang baru saja dirilis.
Bagaimana dengan Free Fire? Walaupun sama-sama Battle Royale, Free Fire cenderung lebih minim kontroversi. Dari sisi konten, game Free Fire memang terlihat realistis pada awalnya. Namun seiring waktu, Free Fire juga terus berusaha mengembangkan kontennya ke arah game fantasi yang bersifat futuristik. Selain itu, Garena selaku publisher juga giat melakukan kolaborasi konten untuk semakin mengedepankan unsur fantasi ke dalam game tersebut.
Free Fire sempat berkolaborasi dengan serial Money Heist dari Netflix, pesepak bola Christiano Ronaldo untuk menghadirkan karakter Chronos, sampai anime Attack on Titan untuk menampilkan karakter Eren Jaeger ke dalam game. Free Fire sebenarnya juga sempat diblokir pemerintah India, namun pemblokiran tersebut lebih ke arah bentuk pemboikotan India terhadap produk-produk besutan Tiongkok yang terjadi karena masalah konflik perbatasan India-Tiongkok.
Sebagai pembahasan terakhir, hal yang menjadi pertanyaan mungkin adalah bagiamana nasib genre Battle Royale dan esports atas game tersebut ke depannya? Dari sisi esports, walaupun genre Battle Royale memang sempat mendapat kritik ketika saat dikompetisikan, namun perkembangan pesat Free Fire dan PUBG Mobile sebagai esports sebenarnya sudah jadi bentuk bukti minat pasar ke esports Battle Royale.
Namun demikian, seiring perkembangannya, baik PUBG Mobile ataupun Free Fire kerap kali melakukan perubahan format. Tetapi perubahan dan evolusi tersebut sebenarnya bisa dianggap positif mengingat posisi genre Battle Royale sebagai esports yang masih belia sehingga terus butuh perubahan untuk menemukan format terbaiknya.
Dalam kasus PUBG Mobile misalnya, saya sempat membuka diskusi membahas kemungkinan penggunaan mode First-Person Perspective untuk pertandingan esports-nya. Dari pembahasan tersebut, kita bisa melihat bahwa memang masih ada ruang untuk membuat esports genre Battle Royale jadi lebih baik lagi. Pembahasan tersebut masih baru satu aspek saja. Masih ada aspek lain yang sebenarnya juga bisa dipertanyakan seperti format turnamen yang tepat ataupun format pemberian poin yang adil baik untuk Free Fire ataupun PUBG Mobile.
Lalu bagaimana dengan genre Battle Royale sendiri? Apakah game dengan genre tersebut akan pudar popularitasnya di masa depan? Sebenarnya agak sulit untuk memprediksi hal tersebut.
Untuk menjawab perkara ini, sepertinya saya akan kembali mengutip pembahasan saya soal kausalitas antara game gratis dengan esports. Dari pembahasan tersebut kita bisa menyadari bahwa memang kehadiran ekosistem esports bisa membuat sebuah game (atau genre game) jadi lebih panjang hajat hidupnya. Selama esportsgame Battle Royale masih ada, maka pemain baru untuk genre tersebut mungkin akan terus muncul, entah karena ingin menjadi pemain esports atau sekadar ingin menjajal gara-gara menonton pertandingannya.
Many sports events are disturbed by the pandemic. However, it’s not the case with esports. Indeed, esports tournaments were halted for a while. Now, it resumes, even though it’s held online. In fact, the number of esports viewers is getting bigger since many countries encourage their citizens to stay at home.
That’s why I will discuss the viewer trends of esports leagues in 2020 so far. Those leagues are Mobile Legends Professional League, PUBG Mobile Professional League, and Free Fire Master League. Why esports leagues? Because an esports league run for weeks, unlike competition with tournament format which will be finished in days. These leagues are chosen because they are official from the publishers. Besides that, it’s worth noting that we only choose to count the data from YouTube and Facebook because it’s opened to the public.
To see the viewers trend from those 3 leagues, I monitor the number of views on MPL ID Season 5 and Season 6, PMPL ID Season 1 and Season 2, then, FFML Season 1 and 2. The data here is collected on 24 August 2020.
Mobile Legends Professional League Indonesia
At the beginning of 2020, MPL ID started its fifth season. At that time, MPL was broadcasted through a couple of official channels. However, because I don’t have the viewers data from the others, I would only count the data from Mobile Legends: Bang Bang YouTube Channel and also MPL Indonesia Facebook account.
During the season, MPL reached a total view of 73.6 million. The video with the most views is the last day of Playoffs, featuring the grand final, with 5.4 views. Considering the grand final featured RRQ vs EVOS, it’s no wonder the viewers were enormous.
Every week in the whole season, viewers number of MPL is constant. For 8 weeks (without Playoffs), the total views reach 59.6 million, with weekly average views 7.4 million.
Except for the Day 3 on Week 7, the viewers of MPL ID Season 5 are never under 1 million. Meanwhile, on the first and second days of Playoffs, the views numbers reach 2.4 million and 2.8 million, respectively.
Those numbers only count from YouTube. If added from the official Facebook page, the number of views in the Playoffs could get 3.9 views (on the first day) and 4.5 million views (on the second day).
At the time of writing, MPL ID S6 just finished its Week 2, and there are some changes in terms of content distribution compared with the previous season. There are 2 official YouTube channel in this season, Mobile Legends: Bang Bang and MLBB Esports. Season 6 is also broadcasted on Facebook. The number of MPL ID S6 viewers from Mobile Legends: Bang Bang YouTube channel is more significant than the MLBB Esports channel. However, the number of views on MLBB Esports is still greater than on Facebook.
During two weeks of MPL ID S6, the number of views of this competition already reach 9.4 million views (MLBB YouTube), 4.1 million views (MLBB Esports), and 2.9 million views (Facebook).
Interestingly, even though broadcasted through more channels, season 6 doesn’t bring more viewers compared to the previous season. For the first two weeks, MPL ID S5 reached 17.4 million views while season 6 only got 16.5 million views.
As you can see on the graphic above, besides in Day 3 Week 2, the number of weekly views from season 5 is bigger than season 6.
PUBG Mobile Professional League
Let’s turn into PMPL. Similar to MPL, PMPL is also broadcasted through its official channels, YouTube and Facebook. Interestingly, PUBG Mobile esports fans prefer Facebook rather than YouTube. The views of PMPL on Facebook outnumber the views on YouTube. On YouTube, the views of PMPL Season 1 could reach 9 to 300 thousand. Meanwhile, on Facebook, that league could reach hundreds of thousands or even millions in a day.
During the first season, PMPL got 32.5 million views. It’s worth noting that when I’m collecting viewership data for PMPL Season 1, I can’t find the video for Day 5 Week 3 on Facebook — even though it’s on YouTube.
As you would guess, the last day of the league could generate the most views. The video from the previous day of the league gets 12 million views. Considering PMPL ID S1 ran for 5 weeks, the weekly average views are 6.5 million.
PMPL ID Season 2 is running currently. At the end of last weekend, that league reached the second week. So far, this league already generated 9.2 million. As with the previous season, most of the views — around 8.3 million views — come from Facebook. However, views from YouTube are also increased.
Unfortunately, if compared to the first two weeks of PMPL ID Season 1, views number of PMPL ID S2 is fewer. In the first two weeks, PMPL ID S1 could reach 10 million views. On the other hand, PMPL ID S2 only got 9.2 views. Maybe, one of the reasons is that PMPL ID S2 has fewer days compared to the previous season. PMPL ID S1 Week 2 had 5 days. While PMPL ID S2 only had 3 days.
Free Fire Masters League
The last league that I will discuss here is the Free Fire Master League. FFML Season 1 was held at the end of January until February 2020. Meanwhile, Season 2 is currently running, August 2020. For the viewership data, I could only find the data on season 1 from FF Esports ID YouTube channel since there is no video found on their Facebook fan page.
Compared to the Mobile Legends or PUBG Mobile league, FFML Season 1 get the fewest number of views. During the first season, FFML only got 792 thousand views — far fewer than MPL and PMPL that can reach millions of views. However, FFML is the esports league that shows the most significant growth in viewership number.
To distribute the matches on FFML Season 2, Garena doesn’t just use YouTube, but also Facebook. Although YouTube still gives a more significant contribution. For comparison, views from FFML S2 on Facebook only reach hundreds of thousands. Meanwhile, views on YouTube are always bigger than a million.
Currently, FFML Season 2 just finished its third week. However, the number of views already reach 9 million — which is even larger than the total views of FFML Season 1 altogether. Sadly, so far, the viewership trend on FFML is declining. That being said, MPL ID S5 and PMPL ID S1 show a similar trend. The views will increase on the last day of the league. The same pattern could also be found in the Ramadhan Month with the Tarawih Prayer: it’s only crowded at the beginning and the end.
Closing
Compared to the previous season, both currently running MPL and PMPL show decreasing numbers of views. There are some possible reasons for that trend.
First, since three esports leagues are running together, esports fans have to choose which one to watch. However, it’s different with shows broadcasted on TV. Videos on the internet could be watched anytime you want. Even many people reupload the same videos. Besides that, if you wish, you could open some tabs at the same time.
The second reason, physical distancing policy is eased up. So people are no longer staying at home or at least have options for other activities. For example, they hang out with friends or other activities in the crowd that give bigger chances of someone getting COVID-19.
The original article is in Indonesian, translated by Yabes Elia
Sore tadi (7 Agustus 2020), Garena mengumumkan paruh kedua musim kompetitif Free Fire. Bertajuk Free Fire Fall Season 2020, Garena mengumumkan akan ada 3 buah kompetisi yang hadir pada paruh kedua musim kompetitif Free Fire. Tiga kompetisi tersebut kurang lebih masih memiliki fomat, dan hirarki yang mirip dengan paruh musim pertama kemarin (Spring Season). Dimulai dengan Free Fire Master League Season 2, dilanjut dengan Free Fire Indonesia Masters Fall, yang ditutup oleh kompetisi internasional.
Free Fire Master League Season 2 (FFML S2) sudah diumumkan tanggal 5 Agustus 2020 lalu. Bertanding dengan format liga, FFML akan mempertandingkan organisasi esports profesional yang ada di Indonesia. Musim lalu ada 24 tim memperebutkan total hadiah sebesar 1,2 miliar rupiah. Pada FFML Season 2 ada penurunan jumlah peserta dan jumlah hadiah. Akan ada 18 tim peserta, yang akan bertanding untuk memperebutkan total hadiah sebesar 1 miliar rupiah pada FFML Season 2.
Musim lalu, Free Fire Master League menyertakan “Commitment Fee” sebesar 50 juta rupiah untuk masing-masing peserta. Untuk FFML S2, Christian Wihananto selaku Produser Garena Free Fire Indonesia mengatakan bahwa biaya commitment fee tersebut masih ada, dengan nilai yang sama yaitu 50 juta rupiah.
Setelah FFML, pertandingan akan dilanjutkan ke Free Fire Indonesia Master (FFIM) 2020 Fall Season, yang bisa dikatakan sebagai “kejuaraan nasional” bagi Free Fire Indonesia. Nantinya 6 tim peringkat teratas dari babak Regular Season FFML S2 akan langsung melaju ke babak FFIM 2020 Fall Season Grand Finals. Semetara 12 sisanya akan bertanding ke babak FFML Playoff.
Dari babak Playoff, 6 tim teratas akan melaju ke babak FFIM 2020 Fall Season Play-ins, dengan 6 tim sisanya akan melaju ke babak Free Fire Indonesia Masters Final Grup. Jika Anda kebingungan, Anda bisa lihat struktur turnamennya lewat gambar di bawah ini.
Nantinya peringkat teratas dari turnamen FFIM 2020 Fall Season akan mendapat kesempatan untuk bertanding di tingkat interasional. Pada paruh musim pertama seharusnya ada Free Fire Champions Cup 2020 yang diselenggarakan di Indonesia. Namun berhubung situasi pandemi menjadi semakin genting, turnamen tersebut dibatalkan, yang digantikan dengan Free Fire Asia All-Stars 2020.
Untuk paruh musim kedua, Garena Indonesia sendiri belum menjelaskan soal turnamen internasional yang akan diadakan, namun diperkirakan akan diselenggarakan pada November 2020 mendatang. Babak Regular Season FFML 2020 Season 2 akan diselenggarakan mulai esok hari, 8 Agustus hingga 19 September 2020 mendatang. Setelah itu pertandingan akan dilanjut dengan FFIM 2020 Fall pada September– Oktober2020, ditutup dengan turnamen internasional yang akan diadakan November2020.