Tag Archives: FIFgroup

Bareksa segera jual obligasi korporasi bersama FIFGroup, emas bersama IndoGold, reksa dana untuk nikah dari Bridestory dan umroh untuk mitra pengemudi Grab

Bareksa Segera Jual Obligasi Korporasi, Emas, Reksa Dana untuk Nikah dan Umroh

Bareksa bergerak aktif mengembangkan produk dan layanannya dengan segera meluncurkan marketplace untuk obligasi korporasi, emas online, serta reksa dana yang dibalut untuk nikah dan umroh. Perusahaan akan bekerja sama dengan berbagai mitra dan produk secara bergilir hadir sampai akhir tahun ini.

Co-Founder dan CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra menjelaskan inovasi tersebut merupakan bagian dari ambisi perusahaan yang ingin memberikan akses kepada masyarakat terhadap berbagai produk investasi, tidak hanya berhenti di reksa dana dan obligasi ritel online saja.

“Ke depannya, Bareksa akan tumbuh lebih cepat daripada saat awal berdiri. Sebab, teknologi dan segmen ritel memiliki peranan yang penting dalam investasi online,” sebutnya, kemarin (27/5).

Penjualan obligasi korporasi ini akan dilakukan secara perdana bersama anak usaha Grup Astra, FIFGroup. Tidak menutup kemungkinan perusahaan lain bisa turut masuk untuk menjual obligasinya lewat Bareksa.

Karaniya melihat FIF termasuk ke dalam korporasi kedua teraktif di Indonesia yang menerbitkan obligasi untuk membiayai kredit motor. Secara total nilai obligasi yang telah dirilis FIF mencapai Rp42 triliun, dengan outstanding sekitar Rp9 triliun.

Ratingnya pun cukup menjanjikan, idAAA (triple A) dari Pefindo, merepresentasikan kemampuan obligor (penerbit obligasi) untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka panjang atas efek utang. Rating tersebut dianggap sangat aman sama seperti membeli surat hutang pemerintah.

VP Corporate Finance and Treasury Division FIFGroup Jerry Fandy menambahkan, perseroan tertarik untuk menarik investor ritel lantaran pertumbuhannya yang cukup signifikan tiap tahunnya. Kendati secara nominal tidak sebesar korporasi, namun pertumbuhannya yang stabil menjadi fakta yang menarik.

“Pasarnya besar sekali. Kita juga lihat dari pertumbuhan orang yang beli deposito lewat bank, dapat berapa bunganya, apalagi ada pajak. Sementara di obligasi, yield-nya pasti lebih tinggi,” kata Jerry.

Dari sisi investor korporasi, terjadi kejenuhan yang dikhawatirkan akan mengurangi minat untuk membeli obligasi. Selama ini FIF selalu mengandalkan investor korporasi dan asing. Meski begitu, perseroan masih dalam tahap edukasi untuk meningkatkan partisipasi dari investor ritel.

Obligasi korporasi ini rencananya akan dijual dalam platform Bareksa paling lambat kuartal akhir 2019. Harganya dimulai dari Rp500 ribu, lebih rendah dari pembelian SBN dan sukuk sebesar Rp1 juta.

Untuk tenornya maksimal 1 tahun, meski belum ada keputusan final. Begitupun dari sisi bunga yang ditawarkan. Biasanya FIF menawarkan bunga sekitar 7,55% per tahun untuk investor korporasi.

Jenis investor yang nantinya disasar adalah first market, artinya mereka yang membeli lewat masa penawaran. Tidak ada ketentuan khusus untuk menjadi pembeli, hanya saja perlu menyiapkan NPWP.

Belum ditentukan berapa besar porsi yang disiapkan untuk investor ritel dalam pelaksanaan obligasi yang bakal digelar FIF. Namun, saat ini perseroan memiliki jatah untuk penerbitan obligasi dalam rangkaian Penawaran Umum Berkelanjutan IV (PUB IV) dengan total plafon Rp15 triliun yang berlaku selama dua tahun.

Perseroan masih dalam masuk masa book building untuk penerbitan obligasi sebesar Rp1,5 triliun. Nah, sekitar kuartal III 2019 akan kembali menerbitkan obligasi dengan nilai yang masih dirahasiakan.

“Belum bisa ngomong karena tergantung market di masa book building ini. Semoga semester dua kondisi bisa lebih jelas dan stabil pasca pemilu dan ada kejelasan dari perang dagang.”

Pengembangan produk lainnya

Di saat yang bersamaan, Karaniya juga mengungkapkan perusahaan melakukan perluasan kerja sama dengan berbagai mitra untuk menarik lebih banyak nasabah baru hingga satu juta orang sampai akhir tahun ini. Serta, penyempurnaan sistem pembayaran dengan Ovo agar nasabah lebih mudah bertransaksi.

Bareksa bekerja sama dengan Bridestory untuk memudahkan impian pengguna Bridestory yang ingin menikah tanpa kredit. Underlying produk yang dipakai adalah reksa dana pasar uang dengan kestabilan keuntungan yang terukur.

Begitupun untuk produk umroh, Bareksa secara khusus bekerja sama dengan Grab untuk para mitra pengemudi. Bareksa telah gaet penyedia jasa umroh terpercaya demi mencegah penipuan yang marak terjadi.

“Dua produk ini disebut Dream Investing, mewujudkan impian dengan berinvestasi reksa dana. Produk umroh ini rencananya akan dirilis Juni 2019, sudah lapor ke OJK terkait mekanismenya. Sementara dengan Bridestory, rencananya kuartal IV 2019.”

Penjualan emas online dalam Bareksa rencananya akan hadir bersamaan dengan Bridestory. Perusahaan bekerja sama dengan IndoGold sebagai agen penjual emas bersertifikasi resmi dari Antam. IndoGold juga menjadi mitra untuk BukaEmas di Bukalapak.

Produk reksa dana di Bareksa juga akan segera tersedia di aplikasi Ovo pada kuartal III 2019. Karaniya berharap pengguna Ovo bisa memutar uang elektroniknya yang idle ke dalam produk reksa dana, sehingga bisa memberikan nilai tambah.

Dalam waktu dekat Ovo juga akan segera hadir sebagai opsi pembelian reksa dana di Bareksa. Selama ini, setiap membeli reksa dana nasabah harus transfer manual ke rekening bank kustodian dan melaporkan bukti transfer ke Bareksa.

“Secara teknis kami sudah siapkan [untuk kerja sama dengan Ovo].”

Selama lima tahun berdiri, perusahaan kini telah memiliki 510 ribu orang nasabah. Diklaim merepresentasikan 40% dari total investor reksa dana se-Indonesia. Dari angka tersebut, sekitar 17 ribu orang membeli obligasi pemerintah (sukuk dan SBR).

Jumlah dana masyarakat yang telah diinvestasikan mencapai lebih dari Rp2,9 triliun dengan total dana Asset Under Management (AUM) melampaui Rp1,1 triliun. Ada 212 produk reksa dana yang dijual lewat Bareksa bekerja sama dengan 43 manajer investasi (MI).

Dari segi kemitraan, perusahaan telah bekerja sama dengan Tokopedia, Bukalapak, Doku, Kementerian Keuangan, dan CekAja untuk distribusi produk investasi.

Application Information Will Show Up Here

DMSUM Gandeng FIFGroup Resmikan Aplikasi Marketplace Mentimun

Anak usaha Indivara Group PT Dinamika Mitra Sukses Makmur (DMSUM) menggandeng PT Federal International Finance (FIFGroup) meresmikan aplikasi marketplace Mentimun, untuk menghubungkan penjual toko ritel offline ke ranah online. Tak hanya itu, dengan dukungan dari FIF Spektra, brand khusus pembiayaan multiguna di bawah naungan FIFGROUP, setiap transaksi bisa dilakukan lewat cicilan tanpa kartu kredit.

Ada 40 kategori barang yang dijual dalam Mentimun, mulai dari gadget, komputer, televisi, busana, motor, hingga jasa tur. Tak hanya itu, Mentimun juga menyediakan fasilitas dompet digital (e-wallet) yang dinamai Mentimun Pay (MPAY).

Jusuf Sjariffudin selaku CEO Indivara Group menjelaskan MPAY memiliki fungsi sebagai akun virtual di bank dengan memanfaatkan nomor ponsel pengguna sebagai identitas akun untuk pembayaran yang terjadi di aplikasi Mentimun. Untuk menambah saldo MPAY, pengguna dapat melakukan top-up di seluruh jaringan ATM yang sudah bekerja sama dengan ALTO, PRIMA, dan ATM Bersama.

“Mentimun menggunakan teknologi kode pembayaran virtual account, sehingga konsumen tidak perlu melakukan konfirmasi pembayaran karena sudah terverifikasi otomatis secara real-time,” ucapnya, Selasa (6/12).

Jusuf berharap MPAY bisa menjangkau seluruh masyarakat Indonesia yang berada di lokasi 2nd tier dan 3rd tier, dan belum bankable untuk merasakan transaksi pembayaran secara online. Adapun realisasinya dengan memanfaatkan kehadiran agen Mentimun, sebagai mitra perpanjangan dari perusahaan untuk menjangkau konsumen di kalangan tersebut.

Agen Mentimun dapat menjadi pihak yang dapat pengirim atau pencair dana konsumen, serta penjual barang. Pembayaran komisinya pun akan ditransfer lewat fitur Dompet Komisi yang terdapat dalam aplikasi. Saat ini, total agen Mentimun mencapai 3 ribu orang yang tersebar di 18 titik, misalnya Jabodetabek, Bandung, Samarinda, dan Padang.

Tak hanya digunakan untuk membayar transaksi di Mentimun, MPAY juga dapat dipakai untuk isi pulsa, bayar listrik, dan cicilan kredit FIF Spektra. Pengguna MPAY juga dapat memanfaatkan e-wallet ini untuk transfer dana kepada siapapun lewat nomor ponsel, meski penerima belum menjadi pengguna MPAY.

“MPAY itu bisa dipakai untuk kirim saldo antar pengguna hanya dengan nomor ponsel saja. Nanti ada notifikasi SMS yang masuk ke nomor penerima, meski dia belum jadi pengguna MPAY dana akan tetap ada sampai jatuh tempo satu bulan. Bila dana belum dicairkan, akan di-bounce back kembali ke pengirim.”

Sebagai jalur pemasaran tambahan

Darwan Tirtayasa, Direktur Utama FIF Spektra, menambahkan kemitraan strategis dengan DMSUM ini menjadi langkah baru untuk jalur pemasaran perusahaan. Saat ini kebanyakan pembiayaan kredit dilakukan lewat toko elektronik ritel yang sebelumnya sudah menjadi mitra FIF Spektra.

Menurutnya sebenarnya perusahaan sudah mulai menerima pembayaran kredit lewat Mentimun sejak Maret 2016. Adapun transaksi yang diterima mencapai 9 ribu per bulannya dengan rata-rata pengajuan kredit sekitar Rp2,5 juta per konsumen. Per November 2016, jumlah kucuran kredit yang telah disalurkan FIF Spektra lewat Mentimun sudah mencapai Rp19 miliar.

Darwan berharap, pada tahun depan nilai kucuran kredit yang disalurkan perusahaan lewat Mentimun dapat menembus angka Rp 120 miliar per bulannya.

“Kami sangat optimis, masih banyak peluang dari pembiayaan elektronik yang bisa dikembangkan. Lewat kerja sama ini, jangkauan pasar mitra ritel kami makin luas, dari yang awalnya pengajuan aplikasi kredit lewat jalur offline, sekarang bisa dengan online,” ujar dia.

Untuk pengajuan kredit multiguna di FIF Spektra lewat Mentimun cukup mudah dan tanpa jaminan. Konsumen tinggal memasukkan data diri dan KTP secara online, nanti secara sistem, konsumen akan mendapat notifikasi.

Karena proses pengajuan yang mudah, dikhawatirkan dapat berpotensi jadi kredit macet. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pihak FIF Spektra akan mengintegrasikan sistem pengajuan kredit secara host-to-host lewat database konsumen yang dikelola perusahaan.

Setiap pengajuan yang masuk lewat Mentimun secara sistem akan disaring konsumennya. Apabila sebelumnya konsumen sudah pernah mengambil kredit di FIF dan memiliki sejarah yang kurang baik, secara otomatis akan di blacklist.

“Dari pemanfaatan database konsumen yang kami kelola, tidak semua konsumen bisa langsung kami terima aplikasinya meski sudah diajukan lewat proses online, sebab kami perlu mitigasi profil risiko mereka. Bila ada sejarah yang kurang baik, akan kami tolak,” pungkas dia.

Saat ini rasio kredit bermasalah (non performing financing/NPF) FIF Spektra berada di kisaran 1,9%.

Layanan Pembiayaan FIFGroup Segera Bentuk Modal Ventura (Updated)

Ekosistem bisnis startup di Indonesia mulai dilirik banyak pihak. Mulai dari pelaku startup sendiri yang melihat keuntungan yang menjanjikan hingga para investor. Dalam beberapa tahun belakangan ini, layanan finansial dan perbankan mulai melihat ekosistem startup semakin feasible secara bisnis dan berniat masuk sebagai venture capital. Yang teranyar, seperti diberitakan Bisnis, PT Federal International Finance (FIFGroup) akan turut serta di hiruk-pikuk industri startup sebagai modal ventura.

Modal ventura sebagai pihak yang memberikan modal bagi perusahaan rintisan atau startup yang sedang tumbuh dinilai bisa mendatangkan keuntungan bagi institusi finansial, termasuk FIFGroup. Presiden Direktur dan CEO FIFGroup Suhartono menyebutkan bahwa pihaknya tengah menyiapkan blue print untuk rencana pengembangan bisnis perusahaannya ini.

“FIFGroup sudah menyiapkan blue print pengembangan bisnis itu,” ujar Suhartono.

Saat dikonfirmasi pihak Dailysocial Suhartono juga menjelaskan bahwa kondisi startup di Indonesia juga cukup baik, dan juga masih membutuhkan dukungan dari berbagai pihak seperti pemerintah dan swasta.  Tak hanya FIFGroup, sejak tahun lalu bank-bank besar mulai melirik ekosistem startup teknologi Indonesia. Sebut saja Bank Mandiri yang meluncurkan Mandiri Capital dengan membawa modal awal sebesar Rp 500 miliar dan akan berfokus pada pengembangan layanan pembayaran inovatif yang sesuai dengan perkembangan industri e-commerce.

Bank-bank lain, seperti BRI dan BCA, diberitakan juga tertarik untuk mendirikan modal ventura untuk membiayai startup. Sikap kooperatif pemerintah yang menjanjikan insentif pajak bagi modal ventura bisa menjadi salah satu hal yang meringankan langkah kehadiran perusahaan modal ventura. Belum lagi OJK yang menyiratkan keinginan pembuatan regulasi khusus pasar modal guna membantu UKM dan startup mendapatkan investasi.

Perusahaan modal ventura di Indonesia sendiri jumlahnya saat ini sudah cukup banyak, dengan dua buah asosiasi perusahaan modal ventura yang telah diresmikan. Mereka adalah AMVI dan Amvesindo.

Update : Konfirmasi kepada pihak FIFGroup