Tag Archives: FinAccel

Krom Bank adalah rebrand dari Bank Bisnis Internasional, resmi diumumkan pada 20 September 2022 pasca RUPSLB

Bank Digital Milik Kredivo “Krom Bank” Mulai Unjuk Diri Sebelum Resmi Dirilis

Krom Bank, bank digital milik induk Kredivo, mulai menunjukkan diri ke publik melalui situs resminya. Meski produknya belum bisa diakses, publik bisa mengetahui bahwa layanan perbankan yang akan dihadirkan nantinya adalah Tabungan Utama, Tabungan, Deposito berjangka, Transfer, dan Top up & Tagihan.

Dalam situsnya dijelaskan, “Krom dibuat khusus agar kamu bisa dengan mudah mengalokasikan dana dan merencanakannya sesuai dengan tujuan keuanganmu. Mulai dari alokasi kebutuhan harian, rencana jangka pendek, hingga rencana masa depan.”

Layanan yang disediakan Krom Bank pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan kebanyakan bank digital lainnya tawarkan. Patut ditunggu nilai lebih yang ditawarkan apalagi terhubung dengan solusi Kredivo.

Krom Bank adalah rebrand dari Bank Bisnis Internasional, resmi diumumkan pada 20 September 2022 pasca RUPSLB yang digelar pada lima hari sebelumnya. Dalam rapat juga memutuskan empat bidang usahanya. Yakni, sebagai bank umum konvensional, penyedia jasa pembayaran, memindahkan dana, dan menerbitkan surat pengakuan utang, dan kegiatan lainnya.

Selain itu juga menyetujui perubahan susunan pengurus perseroan. Rapat memberhentikan Sugijarto Lukman sebagai Komisaris Independen, digantikan dengan Zainal Abidin. Juga mengangkat Masa Paskalis Lingga sebagai Presiden Komisaris. Masa merupakan bankir veteran yang pernah bekerja di sejumlah perusahaan fintech, di antaranya Uang Teman, LinkAja dan OneAset.

Presiden Direktur tetap dipegang oleh Laniwati Tjandra, Alvin James Kurniawan dan Wisaksana Djawi, keduanya sebagai Direktur.

PT FinAccel Teknologi Indonesia resmi menjadi pengendali saham Bank Bisnis Internasional dengan kepemilikan 75% pada Maret 2022. Pembelian dilakukan secara bertahap sejak 2021 hingga April 2022. Pada 2021, perusahaan telah menggenggam 40% saham.

Kemudian, pada 31 Maret 2022 dan 8 April 2022 kembali meningkatkan kepemilikannya sebanyak 35% dengan membeli harga saham seharga Rp1.646 per lembar saham. Dengan begitu, FinAccel menggelontorkan dana sebesar Rp1,9 triliun untuk mengambil alih 35% saham.

Krom Bank saat ini menggelar penawaran umum terbatas III (PUT III) dalam rangka rights issue. Perusahaan menerbitkan 14,06% saham dari total modal ditempatkan atau disetor dengan nominal saham Rp100 per saham. Dana hasil rights issue akan digunakan sepenuhnya untuk tambahan modal kerja. Langkah tersebut diambil dalam rangka memenuhi pemenuhan modal inti minimum sebesar Rp3 triliun yang batas waktunya berakhir pada akhir Desember 2022.

Kredivo galang pendanaan

Di satu sisi, baru-baru ini FinAccel dikabarkan tengah menggalang pendanaan seri D. Menurut sumber, saat ini total dana sekitar $140 juta atau setara 2,5 triliun Rupiah telah terkumpul dari sejumlah investor termasuk Mirae Asset, Square Peg, Jungle Ventures, Openspace Ventures, dan beberapa nama lainnya.

Dengan pendanaan ini, diperkirakan valuasi FinAccel telah menyentuh $1,6 miliar. Pendanaan ekuitas terakhir yang diumumkan FinAccel adalah seri C pada akhir 2019, membukukan dana $90 juta dari MDI Ventures, Square Peg, Telkomsel Mitra Inovasi, dan investor lainnya.

Setelah itu mereka lebih banyak menerima pendanaan debt dan loan channeling untuk meningkatkan kemampuan layanan lending yang dimiliki. Salah satu yang terbesar adalah pinjaman 1,4 triliun Rupiah dari Victory Park Capital. Mereka juga mendapat komitmen joint financing dari DBS Indonesia senilai 2 triliun Rupiah pada tahun 2021 lalu.

Di Indonesia, FinAccel mengoperasikan dua unit bisnis utama, yakni paylater lewat Kredivo dan fintech cashloan lewat Kredifazz.

Application Information Will Show Up Here
Pendanaan Seri D Kredivo

Induk Kredivo Dikabarkan Galang Pendanaan Seri D Lebih dari 2,5 Triliun Rupiah

Induk pengembang layanan paylater Kredivo, FinAccel, dikabarkan tengah menggalang pendanaan seri D. Menurut sumber, saat ini total dana sekitar $140 juta atau setara 2,5 triliun Rupiah telah terkumpul dari sejumlah investor termasuk Mirae Asset, Square Peg, Jungle Ventures, Openspace Ventures, dan beberapa nama lainnya.

Dengan pendanaan ini, diperkirakan valuasi FinAccel telah menyentuh $1,6 miliar. Pendanaan ekuitas terakhir yang diumumkan FinAccel adalah seri C pada akhir 2019, membukukan dana $90 juta dari MDI Ventures, Square Peg, Telkomsel Mitra Inovasi, dan investor lainnya.

Setelah itu mereka lebih banyak menerima pendanaan debt dan loan channeling untuk meningkatkan kemampuan layanan lending yang dimiliki. Salah satu yang terbesar adalah pinjaman 1,4 triliun Rupiah dari Victory Park Capital. Mereka juga mendapat komitmen joint financing dari DBS Indonesia senilai 2 triliun Rupiah pada tahun 2021 lalu.

Di Indonesia, FinAccel mengoperasikan dua unit bisnis utama, yakni paylater lewat Kredivo dan fintech cashloan lewat Kredifazz. Berdasarkan keterbukaan yang diinformasikan, per Agustus 2022 Kredifazz telah menyalurkan pinjaman 31,51 triliun Rupiah dengan pemberi peminjam di kisaran 4,23 juta akun dan peminjam aktif 1,6 juta akun.

Adapun aplikasi Kredivo saat ini sudah diunduh puluhan juta kali di Google Playstore. Layanannya juga telah terintegrasi di lebih dari 50 layanan marketplace dan e-commerce populer di Indonesia.

Potensi paylater masih besar

Menurut data yang dihimpun DSInnovate dalam “Indonesia Paylater Ecosystem Report 2021“, adopsi layanan paylater di Indonesia terus meningkat dari 2021-2028 dengan CAGR 27,4%. Di tahun 2021, kapitalisasi pasar yang berhasil dibukukan bisnis ini telah mencapai $1,5 miliar. Tingkat awareness layanan paylater juga sudah sangat baik, dari survei yang dilakukan 95% responden mengatakan telah memahami bagaimana mekanisme kerjanya.

Kredivo berhasil menjadi unicorn pertama dari segmen paylater di Indonesia. Kendati demikian, kini ia tengah bersaing dengan sejumlah platform lain mulai dari Akulaku, Gopaylater, Indodana, SPaylater, dan lain sebagainya.

Di tengah persaingan pasar ini, masing-masing mencoba menghadirkan proposisi nilai yang kuat. Beberapa pemain mengandalkan basis pengguna di platformnya — misalnya SPaylater untuk pengguna Shopee dan Gopaylater untuk pengguna Tokopedia/Gojek.

Adapun Atome memilih konsep O2O, mereka mengoptimalkan kehadiran untuk melayani pembayaran di ritel offline. Saat ini 60%+ total transaksi Atome berasal dari ritel offline. Meskipun demikian, Kredivo pun juga mulai melakukan penetrasi di ranah offline. Terbaru Kredivo menggandeng jaringan ritel Ramayana.

Application Information Will Show Up Here
Kredivo Bank Digital

Induk Kredivo Resmi Menguasai 75% Saham Bank Bisnis Internasional

PT FinAccel Teknologi Indonesia atau dikenal dengan induk Kredivo, resmi menguasai 75% saham PT Bank Bisnis Internasional Tbk (IDX: BBSI) setelah sebelumnya mengajukan penambahan kepemilikan saham ke Bursa Efek Indonesia (BEI). Menurut mereka, aksi korporasi ini menjadi langkah signifikan perusahaan untuk menawarkan produk keuangan digital yang lebih variatif, dari kredit digital dan paylater hingga pinjaman dengan plafon lebih tinggi di masa depan.

Diberitakan sebelumnya, FinAccel mengakuisisi saham Bank Bisnis secara bertahap. Akuisisi pertama dilakukan pada Mei 2021 sebesar 24% dan menjadi 40% pada Oktober 2021. Kemudian, perusahaan kembali meningkatkan porsi kepemilikannya sebesar 1,15 miliar lembar saham atau setara 35% pada Februari 2022.

Dengan demikian, struktur kepemilikan saham setelah pengambilalihan saham menjadi sebagai berikut; FinAccel Teknologi Indonesia memiliki 75% dengan kepemilikan 2,48 miliar lembar saham, Sundjono Suriadi memiliki 4,91% dengan 162,4 juta lembar saham, PT Sun Antarnusa 4,17% (138 juta lembar), dan publik 15,92% (526,3 juta lembar).

Dalam keterangan resminya, Group CEO & Co-founder FinAccel Akshay Garg menargetkan proses akuisisi rampung pekan ini. Semua persetujuan regulator untuk akuisisi Bank Bisnis, termasuk dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), telah diperoleh.

“Meski Kredivo telah memimpin penyedia kredit digital lewat bisnis paylater dalam beberapa tahun terakhir, digitalisasi layanan perbankan di Indonesia baru saja dimulai. Sejalan dengan misi kami untuk memberikan layanan keuangan dengan cepat, terjangkau, dan luas, kami siap melayani pengguna dengan produk perbankan bertaraf dunia ke depannya,” ungkap Akshay.

Sementara itu, perwakilan pemegang saham dari keluarga Suriadi menambahkan, “Bank Bisnis memiliki sejarah panjang dan membanggakan. Di saat sektor perbankan secara cepat mengarah ke digitalisasi, kami sangat senang menyambut FinAccel sebagai pemegang saham mayoritas baru Bank Bisnis. Kami mendukung visi mereka untuk membangun franchise digital bank terdepan di Indonesia,” demikian pernyataannya.

Fenomena fintech akuisisi bank

Sebagaimana dipaparkan pada artikel sebelumnya, akuisisi FinAccel akan memungkinkan Bank Bisnis untuk dapat memanfaatkan teknologi, data, dan customer base yang telah dimiliki oleh FinAccel untuk mengincar pasar yang selama ini belum terlayani oleh merchant-merchant online di Indonesia.

Saat ini, FinAccel menaungi produk paylater Kredivo dan lending Kredifazz. Kredivo tercatat punya 5 juta pengguna tahun lalu dengan ketersediaan layanan di lebih dari 1.000 merchant di Indonesia.

Dihubungi oleh DailySocial.id, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyebutkan ada sejumlah alasan mengapa startup fintech gencar mengakuisisi bank di Indonesia, terutama startup yang menyalurkan pinjaman, baik ke pengguna maupun modal bagi pelaku UMKM

Sebagai konteks, kami mencatat ada beberapa aksi serupa induk Kredivo, di antaranya Akulaku dan Bank Neo Commerce, WeLab dan Bank Jasa Jakarta, dan yang baru-baru ini diberitakan Amartha dan Bank Victoria Syariah (belum terkonfirmasi). Startup fintech di bidang investasi, Ajaib juga mengakuisisi Bank Bumi Artha pada November 2021.

Pertama, OJK mengatur batasan maksimum pinjaman oleh fintech lending sebesar Rp2 miliar. Apabila meminjam ke perbankan, plafon yang ditawarkan bisa lebih tinggi.

Fintech tidak bisa terus-menerus berharap pada lender ritel karena biaya bunga yang diberikan cukup mahal. Sementara, pendanaan fintech yang bersumber dari institutional lender dibatasi OJK. Maka itu, fintech mengakuisisi bank sehingga sumber pendanaan dari simpanan nasabah bank dapat mendorong penyaluran pinjaman fintech,” paparnya.

Jika dilihat, kebanyakan bank yang dicaplok adalah bank kecil. Selain lebih mudah untuk melakukan transformasi karena infrastruktur dan kantor cabangnya kecil, bank kecil dijual murah karena tidak mampu memenuhi syarat modal minimum yang ditetapkan OJK.

Dalam gambaran menyeluruh, aksi korporasi di atas bermuara pada satu misi yang sama, yakni mendorong inklusi keuangan ke segmen underbanked dan unbanked. “Perbankan selalu kesulitan mendorong pinjaman ke segmen mikro karena biaya operasional terlalu mahal. Sementara, fintech banyak menggarap segmen mikro. Jadi, bank tidak perlu report channeling pinjaman mikro ketika merger dengan startup.”

Application Information Will Show Up Here
Kredivo Batal IPO SPAC di Amerika Serikat

Induk Kredivo Batal Merger dengan Perusahaan SPAC, Tunda Rencana Go-Public

Langkah FinAccel untuk segera melantai di bursa saham NASDAQ terpaksa tertunda. Induk usaha Kredivo ini mengumumkan batal merger dengan perusahaan cek kosong (SPAC), yakni VPC Impact Acquisition Holdings II (VPCB). Sebagai gantinya, Victory Park Capital akan memberikan pendanaan ke Kredivo dengan memimpin sebesar $145 juta atau sekitar 2 triliun Rupiah.

Sebagai informasi, VPCB merupakan afiliasi dari Victory Park Capital (VPC), firma investasi global yang sudah beberapa kali memberikan fasilitas kredit kepada Kredivo.

Pernyataan pembatalan merger ini disampaikan kemarin, Senin (14/3) oleh kedua belah pihak dengan alasan situasi pasar yang sedang tidak menguntungkan dan proses merger yang tertunda. Menurut Co-CEO VPCB dan Partner di VPC Gordon Watson, kedua faktor ini membuat FinAccel dan VPC tidak dapat menutup transaksi sesuai ketentuan perjanjian yang disepakati.

“Kami berupaya melaksanakan proses ini agar dapat memenuhi kepentingan para pemegang saham sebagai prioritas utama kami. Namun, situasi pasar dan proses yang tertunda di luar kendali kami telah memengaruhi jadwal transaksi kedua belah pihak dalam menyelesaikan penggabungan bisnis ini,” ujar Watson seperti dilansir DealStreetAsia.

Sementara itu, Co-founder dan CEO FinAccel Akshay Garg menambahkan, pihaknya tetap berupaya memperkuat hubungan erat dengan VPC dan investor-investor terbaik lewat putaran pendanaan baru meskipun rencananya untuk go public harus tertunda dulu saat ini.

Lebih lanjut, baik FinAccel maupun VPCB tengah mempertimbangkan opsi alternatif lainnya untuk merealisasikan rencana merger dengan kendaraan SPAC. Apabila VPC dilikuidasi, Kredivo akan menerbitkan penny warrant sehingga dapat mengakuisisi saham setara dengan 3,5% dari ekuitas Kredivo yang sepenuhnya terdilusi.

Rencana ekspansi FinAccel

FinAccel pertama kali mengumumkan rencana IPO pada Agustus 2021. Saat ini, perusahaan menyebut telah memasuki tahap perjanjian definitif untuk menggabungkan bisnisnya usai VPCB menyelesaikan IPO pada Maret 2021. Kedua belah pihak telah mengajukan dokumen kepada Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (US Securities and Exchange Commission/SEC)

Sejak awal,  perusahaan mengincar IPO di bursa Amerika Serikat (AS) agar memiliki kesempatan mendapatkan likuiditas yang jauh lebih besar. Apalagi bursa AS selama ini identik sebagai “rumah” bagi banyak perusahaan teknologi global. FinAccel pun membuka opsi untuk dual listing alias melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) meski belum ada kepastian lebih lanjut.

Merger dengan perusahaan SPAC diestimasi membawa valuasi FinAccel di kisaran $2,5 miliar, asumsinya tidak ada penebusan. Lewat IPO ini, perusahaan membidik dana segar sebesar $430 juta atau lebih dari Rp6,1 triliun dalam bentuk tunai pada neraca keuangan perusahaan gabungan. 

Kala itu, Garg mengungkap dana tersebut akan dimanfaatkan untuk memperkuat posisi FinAccel di kawasan Asia Tenggara, terutama lewat Kredivo yang saat ini memimpin pasar BNPL (Buy Now Pay Later) di Indonesia.

FinAccel juga tengah mempersiapkan langkahnya untuk masuk ke bank digital di tahun ini dengan resmi menjadi pengendali Bank Bisnis Internasional Tbk (IDX: BBSI). Sebelumnya, FinAccel mencaplok 24% saham Bank Bisnis pada Mei 2021. Kemudian, perusahaan kembali meningkatkan porsi kepemilikannya menjadi 40% pada Oktober 2021. Dengan demikian, FinAccel kini menguasai 75% saham Bank Bisnis.

Application Information Will Show Up Here

Kredivo to Go-Public via SPAC, Aiming for 6.1 Trillion Rupiah Funding

Kredivo’s parent company FinAccel, announced to become a public company on the NASDAQ through SPAC. Kredivo is to merge with VPC Impact Acquisition Holdings II (NASDAQ: VPCB) shell company, an affiliate of Victory Park Capital (VPC), a global investment firm provided credit facilities to Kredivo several times.

Both FinAccel and VPCB have entered a definitive agreement for merger and filed documents with the US Securities and Exchange Commission (SEC). VPCB alone has completed its IPO in March 2021.

With this merger, FinAccel will have a pro-forma equity valuation around $2.5 billion, assuming no redemption. FinAccel will be the next unicorn startup from Indonesia once the transaction is finalized.

In a virtual press conference held by the company for several media (03/8), FinAccel’s Co-Founder and CEO, Akhsay Garg explained that the opportunity to become a public company arrived as FinAccel and VPC have a strong business relation. He values VPC as a quality and reputable firm.

Moreover, in terms of a huge fresh funds at one time is not possible for a company if it is only through private funding. Therefore, when this opportunity arrived, FinAccel wanted to make the most of it.

“We did not choose to IPO, but the best funding option. This is not a sudden decision, but an opportunity appeared at its finest,” Garg said.

Regarding the NASDAQ listing process, this transaction is expected to generate over $430 million (over 6.1 trillion Rupiah) in cash on the company’s combined balance sheet. The total funds represents a contribution of up to $256 million in cash sent into the account of the VPCB representative (assuming no PVCB shareholders redeem their shares).

Furthermore, $120 million in private placement (PIPE) led by Marshall Wace, Corbin Capital, SV Investment, Palantir Technologies, Maso Capital, and VPC sponsors, along with an additional $55 million equity commitment from former investor NAVER (via NAVER Financial) and Square Peg.

Garg explained that the market access opening on the US stock exchange creates opportunities for companies to get much greater liquidity. The United States Stock Exchange is indeed the “home” for many big tech companies worldwide. From Asia alone, Sea, Alibaba, and Grab ware to be listed in the near future.

He also stated dual listing is an option, by going public on the Indonesia Stock Exchange. Although the decision is yet to be further specified.

Furthermore, Garg explained that the merger’s fresh funds will later become the company’s ammo to strengthen its position in Southeast Asia, there will be regional expansion plans to Vietnam and Thailand, and the development of new business lines.

His comments on the unicorn status in the future, Garg confirms this. However, he said, unicorn and IPOs were not something the first company’s target since the establishment. He wants to continue the company’s vision of deepening the penetration of digital credit cards, which still have wide opportunities in Southeast Asia.

Kredivo’s growth

PayLater becomes a popular payment option for Indonesia’s e-commerce / Kredivo-Katadata

In its track record, Kredivo disburses instant credit financing to users for e-commerce purchases and offline as well as cash loans, based on real-time decisioning powered by self-made AI technology. The company’s total user has nearly reached 4 million and collaborates with 8 of the 10 leading e-commerce platforms in Indonesia.

Kredivo’s user base has doubled over the past 10 months and its annual revenue has also doubled over the past seven months. The company claims to lead the Buy Now, Pay Later (BNPL) industry, with a wallet share of at least 50% in the majority of e-commerce merchants in Indonesia.

In Indonesia, credit card user penetration from the middle class segment is less than 10%, through a partnership with Kredivo, merchants are able to increase the value of their consumer spending.

The surveyed Kredivo merchants were able to record an increase over two times up in average number of purchases (average basket size), up to three times increase in the frequency of transactions, with more than 50% of these merchants saying Kredivo could increase its cart conversion rate or the number of transactions they made. successful at checkout time.

SPAC trends

SPAC becomes a buzzword since the beginning of this year. Besides Kredivo, other local companies are also interested to use this scheme, including Tiket.com. The company, which is now valued at more than $1 billion, is reportedly considering SPAC to be its vehicle for listing on the stock exchange. Rumor has it that they will cooperate with the COVA Acquisition Corp. (COVA) blank check company, forming a combined company worth more than $2 billion.

In addition, in a statement quoted by Kumparan, GoTo CEO Andre Soelistyo said the Gojek-Tokopedia joint company is also targeted to be listed on the stock exchange before the end of 2021.

And as previously known, other unicorns Traveloka and Bukalapak have also reportedly started exploring the option of going public with SPAC vehicles.

SPAC popularity arises as the conventional IPO process is considered more complicated, expensive, and time-consuming for tech startups. In the United States, 2020 is a significant growth momentum for going public through blank check vehicles. There are more than 200 SPACs raising approximately $799 billion.

However, currently there is a decline in SPAC prices and institutional investors’ interest in entering PIPE; it is possible for startups to rethink going public through this mechanism.

Withersworldwide partner Joel Shen argues that the resurgence of SPAC’s popularity can be attributed to low interest rates, abundant liquidity in the market due to the stimulus from the US central bank system, and an increase in the number of acquisition targets, especially in the technology sector.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Kredivo IPO SPAC

Kredivo Segera Go-Public via SPAC, Bidik Dana Segar 6,1 Triliun Rupiah

FinAccel, induk dari Kredivo, mengumumkan langkahnya untuk menjadi perusahaan publik di NASDAQ melalui skema SPAC. Kredivo akan merger dengan perusahaan cangkang VPC Impact Acquisition Holdings II (NASDAQ: VPCB) yang merupakan afiliasi dari Victory Park Capital (VPC), firma investasi global yang sudah beberapa kali memberikan fasilitas kredit untuk Kredivo.

Baik FinAccel dan VPCB telah memasuki tahap perjanjian definitif untuk penggabungan bisnis mereka dan mengajukan dokumen kepada Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (US Securities and Exchange Commission/SEC). VPCB sendiri telah menyelesaikan IPO pada Maret 2021.

Dengan penggabungan ini, FinAccel akan memiliki valuasi pro-forma ekuitas di kisaran $2,5 miliar, dengan asumsi tidak ada penebusan. FinAccel akan menjadi startup unicorn berikutnya dari Indonesia setelah transaksi ini selesai.

Dalam konferensi pers virtual yang diselenggarakan perusahaan untuk sejumlah media pada hari ini (03/8), Co-Founder dan CEO FinAccel Akhsay Garg menjelaskan kesempatan untuk menjadi perusahaan terbuka ini datang karena FinAccel dan VPC punya hubungan bisnis yang kuat. Ia melihat VPC sebagai firma yang berkualitas dan reputasi baik.

Lagipula, untuk mendapatkan dana segar dalam jumlah banyak dan dalam satu waktu tidak memungkinkan bagi sebuah perusahaan bila dilakukan melalui pendanaan secara privat. Oleh karena itu, kesempatan ini datang dan ingin dimanfaatkan FinAccel sebaik mungkin.

“Jadi kita bukan memilih untuk IPO, tapi memilih opsi pendanaan yang terbaik. Keputusan ini pun tidak mendadak tapi ada kesempatan yang datang dengan sendirinya,” ujar Garg.

Terkait proses listing di NASDAQ, transaksi ini diharapkan akan menghasilkan dana segar lebih dari $430 juta (lebih dari 6,1 triliun Rupiah) dalam bentuk tunai pada neraca keuangan perusahaan gabungan. Dari total dana tersebut, menggambarkan kontribusi hingga $256 juta secara tunai yang telah masuk dalam rekening perwakilan VPCB (dengan asumsi tidak ada pemegang saham PVCB yang menebus sahamnya).

Kemudian, sebesar $120 juta dalam bentuk private placement (PIPE) yang dipimpin oleh Marshall Wace, Corbin Capital, SV Investment, Palantir Technologies, Maso Capital, dan sponsor VPC, bersamaan dengan tambahan komitmen ekuitas sebesar $55 juta dari investor terdahulu, yakni NAVER (melalui NAVER Financial) dan Square Peg.

Garg menjelaskan dengan terbukanya akses pasar di bursa Amerika Serikat membuka kesempatan bagi perusahaan untuk mendapatkan likuiditas yang jauh lebih besar. Bursa Amerika Serikat memang menjadi “rumah” untuk banyak perusahaan teknologi besar di seluruh belahan dunia. Dari Asia saja, terhitung sudah hadir Sea, Alibaba, dan Grab dalam waktu dekat.

Ia pun membuka opsi untuk dual listing, dengan ikut melantai di Bursa Efek Indonesia. Meski keputusan tersebut belum bisa dispesifikkan lebih lanjut.

Lebih lanjut, Garg menerangkan dana segar hasil merger ini nantinya akan menjadi amunisi perusahaan untuk memperkuat posisinya di Asia Tenggara, akan ada rencana ekspansi regional ke Vietnam dan Thailand, dan pengembangan lini bisnis baru.

Komentarnya mengenai label unicorn yang akan disandang perusahaan, Garg mengonfimasi hal tersebut. Tapi menurutnya, label unicorn dan IPO bukanlah hal yang ingin dibidik perusahaan sejak awal didirikan. Ia ingin melanjutkan visi perusahaan dalam memperdalam penetrasi kartu kredit digital yang masih begitu luas kesempatannya di Asia Tenggara.

Perkembangan Kredivo

Paylater jadi opsi pembayaran yang makin diminati untuk pengguna e-commerce di Indonesia / Kredivo-Katadata

Dalam rekam jejaknya, Kredivo menyalurkan pembiayaan kredit instan kepada pengguna untuk pembelian di e-commerce dan offline serta dana pinjaman tunai, berdasarkan real-time decisioning yang didukung oleh teknologi AI buatan sendiri. Total penggunanya hampir mencapai 4 juta orang dan kerja sama dengan 8 dari 10 platform e-commerce terdepan di Indonesia.

Basis pengguna Kredivo tumbuh dua kali lipat selama 10 bulan terakhir dan pendapatan tahunan yang juga tumbuh dua kali lipat selama tujuh bulan terakhir. Diklaim perusahaan, memimpin industri untuk kategori Buy Now, Pay Later (BNPL), dengan wallet share setidaknya 50% di mayoritas merchant e-commerce di Indonesia.

Di Indonesia, penetrasi pengguna kartu kredit dari segmen kelas menengah kurang dari 10%, melalui kemitraan dengan Kredivo, merchant mampu meningkatkan nilai pembelanjaan konsumennya.

Merchant Kredivo yang disurvei mampu mencatatkan peningkatan untuk rata-rata jumlah pembelian (average basket size) lebih dari dua kali lipat, peningkatan frekuensi transaksi hingga tiga kali lipat, dengan lebih dari 50% merchant tersebut mengatakan Kredivo dapat memperbesar cart conversion rate atau jumlah transaksi yang berhasil pada waktu checkout.

Tren SPAC

SPAC menjadi kata kunci yang ramai sejak awal tahun ini. Selain Kredivo, perusahaan lokal yang ikut tertarik ada Tiket.com. Perusahaan yang kini telah bervaluasi lebih dari $1 miliar tersebut dikabarkan juga mempertimbangkan SPAC untuk menjadi kendaraannya melantai ke bursa saham. Rumornya mereka akan menggandeng perusahaan cek kosong COVA Acquisition Corp. (COVA), membentuk gabungan perusahaan bernilai lebih dari $2 miliar.

Selain itu, dalam sebuah keterangan yang dikutip Kumparan, CEO GoTo Andre Soelistyo mengatakan perusahaan gabungan Gojek-Tokopedia juga ditargetkan bisa melantai ke bursa sebelum akhir tahun 2021.

Dan seperti diketahui sebelumnya, unicorn lain Traveloka dan Bukalapak juga sudah dikabarkan mulai menjajaki opsi go-public dengan kendaraan SPAC.

Popularitas SPAC muncul akibat proses IPO konvensional dinilai lebih rumit, mahal, dan memakan waktu lebih banyak bagi startup teknologi. Di Amerika Serikat, tahun 2020 menjadi momentum pertumbuhan signifikan go-public lewat kendaraan cek kosong. Ada lebih dari 200 SPAC mengumpulkan sekitar $799 miliar.

Kendati demikian, saat ini terlihat adanya penurunan harga SPAC dan minat investor institusi untuk masuk ke PIPE; berkemungkinan para startup berpikir ulang untuk go-public lewat mekanisme ini.

Partner Withersworldwide Joel Shen berpendapat, kebangkitan popularitas SPAC dapat dikaitkan dengan suku bunga rendah, likuiditas yang melimpah di pasar karena stimulus dari sistem bank sentral AS, dan peningkatan jumlah target akuisisi, terutama di bidang teknologi.

Mirae Asset Capital Is Said to Contribute to Kredivo’s Series C Round

Kredivo, an online lending platform with no collateral (KTA), today (11/15) announced to secure funding from Mirae Asset Capital with an undisclosed amount. Based on DealStreetAsia‘s statement, this is still a part of the ongoing Series C round. As previously reported, Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) and MDI Ventures have started this round last July.

FinAccel (Kredivo’s parent company) team avoids leaking any information to DailySocial.

The Series C funding aims to strengthen its business in Indonesia and create a new market share in the Philippines. The expansion plan has rumored since last year after they raised Series B investment worth of 435 billion Rupiah.

In early September 2019, the company led by Akhsay Garg also announced to receive debt funding/debt financing from Partners for Growth V, L.P (PFG) worth of 283 billion Rupiah. The smooth distribution cannot be separated from its business growth in Indonesia. Kredivo’s Commissioner, Umang Rustagi said during the last 18 months, their transactions have increased by 40%.

Regarding the expansion plan, Kredivo’s Co-Founder, Alie Tan said the Philippines was appointed due to similar market characteristics with Indonesia. In fact, the name Kredivo will also be used in there. In addition, there are two more countries for business expansion, Singapore and Thailand.

Although it’s a different LP, Mirae Asset used to participate in the previous rounds involving Indonesian startups. The recent one is Bukalapak and HappyFresh – they secured funding from Mirae Asset-Naver Asia GrowthFund, Mirae’s managed funds with Korea-Japan tech company, Naver.

In Indonesia, Kredivo competes with Akulaku. Earlier this year, Akulaku is reportedly raised Series D funding worth of 1.4 trillion Rupiah led by Ant Financial, a fintech company under the giant retail Alibaba Group.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

 

Sebelum Mirae Asset Capital, Telkomsel Mitra Inovasi dan MDI Ventures telah membuka putaran pendanaan seri C Kredivo pada Juli 2019 lalu.

Mirae Asset Capital Dikabarkan Terlibat di Putaran Pendanaan Seri C Kredivo

Kredivo, startup pengembang layanan kredit tanpa agunan (KTA) online, hari ini (15/11) dikabarkan telah mengamankan pendanaan dari Mirae Asset Capital dengan nilai yang tidak disebutkan. Menurut pemberitaan DealStreetAsia, ini masih termasuk dalam putaran seri C yang tengah digalang. Seperti diberitakan sebelumnya, Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) dan MDI Ventures telah membuka putaran ini pada Juli 2019 lalu.

Kepada DailySocial, pihak FinAccel (induk perusahaan Kredivo) masih enggan memberikan tanggapan.

Pendanaan seri C digalang FinAccel untuk menguatkan bisnisnya di Indonesia dan membuka pangsa pasar baru di Filipina. Rencana ekspansi ini memang sudah disampaikan sejak akhir tahun lalu, pasca membukukan investasi seri B senilai 435 miliar Rupiah.

Awal September 2019 lalu, perusahaan yang dinahkodai oleh Akshay Garg juga mengumumkan perolehan debt funding/debt financing dari Partners for Growth V, L.P (PFG) senilai 283 miliar Rupiah. Lancarnya penambahan modal ke Kredivo tidak terlepas dari pertumbuhan bisnisnya di Indonesia. Dalam sebuah kesempatan Komisioner Kredivo Umang Rustagi mengatakan selama 18 bulan terakhir transaksi meningkat 40%.

Terkait rencana ekspansi, Co-Founder Kredivo Alie Tan menyampaikan, pemilihan Filipina tidak terlepas dari karakteristik pasar yang mirip dengan Indonesia. Bahkan merek “Kredivo” juga akan digunakan di sana. Selain itu, ada dua negara lainnya yang sudah dipertimbangkan untuk perluasan bisnis, yakni Singapura dan Thailand.

Kendati bersama LP berbeda, nama Mirae Asset sendiri sebelumnya sudah terdengar di beberapa putaran investasi yang melibatkan startup di Indonesia. Salah satunya pada penggalangan dana terbaru Bukalapak dan HappyFresh — mereka mendapatkan pendanaan dari Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund, dana kelolaan Mirae dan perusahaan teknologi Korea-Jepang Naver.

Di Indonesia, layanan Kredivo bersaing langsung bersama Akulaku. Awal tahun ini Akulaku dikabarkan memperoleh pendanaan seri D senilai 1,4 triliun Rupiah yang dipimpin oleh Ant Financial, perusahaan teknologi finansial di bawah naungan raksasa ritel Alibaba Group.

Application Information Will Show Up Here

Telkomsel’s Venture Capital Debut Investment for Kredivo

Today (7/3) Telkomsel, through the investment arm, Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) announced new investment for FinAccel (Kredivo). It is supported by MDI Ventures, the investment arm of Telkom Group. There is no further detail or nominal of the funding.

As of the current news, Kredivo’s latest funding was Series B worth 435 billion Rupiah, led by Square Peg Capital involving MDI Ventures, Atami Capital, and its previous investors. Earlier, they also received Series A funding from some investors including Jungle Ventures, Alpha JWC Ventures, 500 Startups, and many more.

“The collaboration between Telkomsel and Kredivo aims to provide payment solutions while maintaining to accelerate thousands of Indonesian retail entrepreneurs by providing alternative financial services for a broaden customer segment,” TMI’s CEO, Andi Kristianto said.

MDI Ventures’ CEO, Nicko Widjaja said, “There are some collaborations and synergies we identified as capable to bring great benefits for Telkomsel and FinAccel. It brought benefits because both parties can go-to-market at once, reaching out to Telkomsel’s broad customers and providing services with significant added value to them.

TMI was officially announced on May 2019. The amount of $40 million (equivalent to 576 billion Rupiah) is prepared to invest in startups operating in Indonesia. Under the initiative, Telkomsel partnered with MDI Ventures and Singtel Innov8. Previously, funding is to focus on big data, IoT, and entertainment industry startups.

Kredivo comes with the right innovations amidst the e-commerce momentum in Indonesia. The service offers “virtual credit cards” for various shopping demand. Regarding market penetration, they currently available in Greater Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Palembang, Medan, Bali, Yogyakarta, and Solo.

The credit given is within 30 days, 3 months, 6 months and 1-year tenor. Interest per month is up to 2.95%. Currently, the platform has been implemented in almost all kinds of e-commerce operating in Indonesia. Recently, the company founded by Akshay Garg, Alie Tan, and Umang Rustagi also launched a new product of cash loan.

Previously, the one rumored to invest in Kredivo is its series A round investor, Jungle Venture, worth 2.5 trillion Rupiah. However, it seems that it hasn’t been realized until now.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Pendanaan Kredivo oleh Telkomsel Mitra Inovasi

Modal Ventura Milik Telkomsel Berikan Pendanaan Perdananya untuk Kredivo

Hari ini (03/7) Telkomsel melalui unit investasinya Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) mengumumkan telah memberikan pendanaan baru untuk FinAccel (Kredivo). Pendanaan tersebut juga didukung MDI Ventures, yang merupakan unit investasi milik Telkom Group. Mengenai detail dan nominal pendanaan tidak dipaparkan.

Sebagai informasi, pendanaan terakhir yang didapatkan Kredivo senilai 435 miliar Rupiah dalam putaran seri B, dipimpin Square Peg Capital dengan partisipasi MDI Ventures, Atami Capital, dan investor lamanya. Sebelumnya mereka juga telah mendapatkan pendanaan seri A dari sejumlah investor termasuk Jungle Ventures, Alpha JWC Ventures, 500 Startup dll.

“Kerja sama Telkomsel dan Kredivo tidak hanya bertujuan untuk menyediakan solusi pembayaran, tapi sekaligus  untuk memajukan ribuan pengusaha ritel Indonesia dengan memberikan alternatif layanan finansial yang dapat menjangkau segmen pelanggan yang lebih luas,” CEO TMI Andi Kristianto.

CEO MDI Ventures Nicko Widjaja mengatakan, “Terdapat sejumlah kolaborasi dan sinergi yang telah kami identifikasi yang mampu menghasilkan manfaat besar bagi Telkomsel dan FinAccel. Kerja sama ini sangat menguntungkan karena kedua belah pihak dapat ‘go-to-market’ secara bersama-sama, menjangkau pelanggan Telkomsel yang luas dan memberikan layanan dengan nilai tambah yang signifikan kepada mereka.”

Inisiatif TMI diumumkan pada Mei 2019 lalu. Dana sebesar $40 juta (setara dengan 576 miliar Rupiah) disiapkan untuk diinvestasikan ke sejumlah startup yang beroperasi di Indonesia. Dalam inisiatif tersebut, Telkomsel bermitra dengan MDI Ventures dan Singtel Innov8. Awalnya pemberian dana akan difokuskan untuk startup di bidang big data, IoT, serta industri hiburan.

Kredivo sendiri hadir dengan inovasi yang pas di tengah momentum e-commerce di Indonesia. Layanannya menawarkan “kartu kredit virtual” untuk beragam kebutuhan belanja. Terkait penetrasi pasar, saat ini mereka baru melayani pengguna di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Semarang, Palembang, Medan, Bali, Yogyakarta, dan Solo.

Kredit yang diberikan berdurasi 30 hari, 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun. Bunga per bulan yang diterapkan mencapai 2,95%. Saat ini platform Kredivo sudah diterapkan di hampir semua e-commerce besar yang beroperasi di Indonesia. Belum lama ini perusahaan yang didirikan oleh yang didirikan oleh Akshay Garg, Alie Tan, dan Umang Rustagi tersebut juga meluncurkan produk baru berupa pinjaman tunai.

Sebelumnya yang dikabarkan hendak menyuntik pendanaan baru untuk Kredivo adalah investor lamanya di putaran seri A, yakni Jungle Venture dengan nilai hampir 2,5 triliun Rupiah. Namun tampaknya belum terealisasi sampai saat ini.

Application Information Will Show Up Here