Tag Archives: Finspire

Direktur Ukirama Kevin Eka Putra bersama tim / Ukirama

Ukirama dan Misinya Menghadirkan Layanan ERP Lokal untuk UKM

Meningkatnya pertumbuhan UKM di Indonesia saat ini membuat kebutuhan layanan teknologi untuk bisnis pun meningkat. Salah satu layanan yang saat ini tengah diminati dan makin banyak pertumbuhannya adalah berbasis SaaS (Software as a Service). Teknologi yang sepenuhnya memanfaatkan komputasi awan ini, mulai banyak dikembangkan oleh startup yang menyasar berbagai sektor, salah satunya fintech.

Startup lokal yang bergerak di bidang SaaS ERP (Enterprise Resource Planning) salah satunya adalah Ukirama. Produknya menawarkan sistem aplikasi lengkap berbasis komputasi awan yang menyediakan kemampuan mengontrol dan mengatur data transaksi pembelian, penjualan, manajemen stok, akuntansi, keuangan, reparasi, manufaktur, proyek, dan HRD yang membantu mengelola kegiatan administrasi bisnis, khususnya di tingkat UKM.

Kepada DailySocial  Direktur Ukirama Kevin Eka Putra mengungkapkan, pada awalnya model bisnis Ukirama bukan SaaS. Di awal tahun 2017 ini, Ukirama mengubah bisnis model menjadi SaaS.

“Kita melihat pertumbuhan pengguna yang sangat baik. Beberapa minggu yang lalu, Ukirama mengikuti ajang Mandiri Finspire 2017 dan menempati juara ke 3,” kata Kevin.

Mengembangkan software ERP

Berawal dari pengalaman pribadi ketika kembali ke Indonesia, Kevin melihat bisnis orang tuanya yang masih menggunakan cara yang sangat tradisional. Semua transaksi bisnis dicatat manual, mulai dari penjualan, pembelian, inventori stok, customer base, dan lainnya.

Saat itu Kevin mulai mencari software yang bisa digunakan untuk membantu bisnis orang tua, tetapi bisnis software ERP sangat mahal. Banyak software di Indonesia yang harganya lebih murah tapi tidak saling terintegrasi. Saat bersamaan juga di Indonesia 99% adalah UKM dan banyak di antara mereka yang menggunakan cara manual dan belum ada otomatisasi administrasi menggunakan software.

“Maka dari itu saya melihat ini sebagai masalah yang bisa dibantu dengan adanya ERP yang cocok untuk kondisi di Indonesia dengan harga terjangkau. Saya dan tim memutuskan untuk membuat software bisnis ERP berbasis komputasi awan yang terintegrasi untuk UKM di Indonesia dengan harga yang terjangkau,” kata Kevin.

Cara kerja Ukirama

Sebagai layanan yang berbasis komputasi awan, Ukirama memberlakukan biaya berlangganan kepada penggunanya. Sementara pilihan pembayaran untuk pengguna Ukirama menyediakan pilihan bank transfer dan akan mengembangkan auto debit dengan online payment gateway.

“Kita kenakan biaya per concurrent user. Misalnya dalam satu perusahaan ada 20 staf, semua staf bisa buat user tidak dibatasi, hanya saja yang kita batasi berapa jumlah pengguna yang sign in dan aktif menggunakan sistem pada saat bersamaan,” kata Kevin.

Nantinya concurrent atau existing user bisa menentukan sendiri, berapa concurrent user yang akan bisa menggunakan sistem tersebut. Biaya berlangganan akan dikenakan setiap bulannya untuk per concurrent user.

Pada saat ini kebanyakan yang menggunakan Ukirama adalah perusahaan berukuran menengah hingga besar dengan jumlah karyawannya berkisar 100 – 1500 orang. Secara keseluruhan Ukirama telah memiliki lebih dari 50 klien perusahaan dengan jumlah pengguna berkisar 600 – 800.

Keunggulan layanan Ukirama

Saat ini sudah banyak produk ERP di pasaran, kebanyakan didominasi oleh brand asing. Disinggung tentang perbedaan Ukirama dengan kompetitor yang ada saat ini Kevin menyebutkan Ukirama memberikan harga yang lebih terjangkau dan pengguna mendapatkan banyak fitur-fitur menarik lainnya, sementara produk ERP lainnya cenderung lebih mahal harganya.

“ERP Ukirama secara khusus dibuat untuk bagian distributor, retail, simple, manufacturing, contractors, dan services, jadi banyak fitur yang dibuat untuk membantu mereka, cocok sekali untuk perusahaan yang sudah mulai ada pembagian divisi dan mau mengembangkan bisnis mereka,” kata Kevin.

Rencana fundraising dan target Ukirama

Saat ini Ukirama masih belum memiliki investor dan menjalankan bisnis sepenuhnya mengandalkan pendapatan dari pelanggan berbayar. Namun demikian untuk mempercepat pertumbuhan bisnis dan penetrasi pasar, Ukirama berencana untuk melancarkan kegiatan penggalangan dana. Selain fundraising, Ukirama juga memiliki rencana lainnya, seperti fokus untuk menambah user base.

“Selain itu kami juga ingin menyematkan business inteligence dan machine learning ke dalam ERP Ukirama, untuk membantu memajukan bisnis pelanggan. Kami akan fokus untuk memperkenalkan produk ERP kita ke pasar terlebih dulu,” tutup Kevin.

Upaya Bank Mandiri Mengejar Geliat Fintech

Perkembangan teknologi finansial (fintech) yang masif pada akhirnya membuat korporasi yang telah mapan sebelumnya harus mampu mengadaptasi kemajuan tersebut. Seperti halnya yang dilakukan oleh Bank Mandiri, guna mendekatkan dengan para pemain fintech, pihaknya berniat untuk menyuntikkan pendanaan kepada tiga startup fintech pada akhir tahun ini. Tak hanya itu, Bank Mandiri juga akan menggelontorkan dana segar senilai Rp 150 miliar ke anak usaha modal venturanya, yakni Mandiri Capital Investasi (MCI) pada tahun depan. Sehingga, dana kelolaan MCI bakal mencapai Rp500 miliar.

Kartika Wirjoatmodjo selaku Direktur Utama Bank Mandiri mengatakan bahwa pergerakan fintech yang sangat terasa di Bank Mandiri. Hal ini terlihat dari pergeseran transaksi perbankan, sebelum tahun 2000-an kebanyakan nasabah melakukan transaksi di kantor cabang. Kemudian, pada awal tahun 2000 mulai banyak yang beralih ke ATM, dan terakhir di 2015 banyak nasabah bank yang menggunakan transaksi mobile.

“Pergeseran transaksi nasabah yang kini sudah mulai digital. Pada akhirnya membuat bank mulai fokus mengembangkan teknologi digital. Baru-baru ini kami mulai masif gerakkan banyak kerja sama dengan perusahaan teknologi seperti Grab dan Line untuk meningkatkan penggunaan transaksi uang elektronik,” ujarnya saat membuka acara Finspire, Rabu (9/11).

Direktur Keuangan dan Treasury Bank Mandiri Pahala Mansyuri menambahkan perusahaan melihat bahwa untuk bisa berkembang di digital tidak bisa dilakukan secara sendiri-sendiri. Menurutnya perlu adanya kolaborasi antara bank dengan pelaku startup fintech.

Dalam peta jalan perusahaan, sampai akhir tahun ini akan menambah tiga perusahaan fintech baru dalam portofolio. Ketiga perusahaan tersebut bergerak untuk solusi alat pembayaran dan usaha kecil menengah (UKM). Adapun suntikan modal tahap awal untuk ketiga perusahaan ini masing-masing akan mendapat dana sekitar Rp 5 – 10 miliar.

“Dalam pipeline kami sampai akhir tahun ini bakal ada tiga penambahan startup fintech yang akan kami suntik lewat MCI, sekarang sudah di tahap due diligence,” ujar Pahala.

Eddi Danusaputro, Direktur MCI mengatakan MCI sebelumnya sudah menyuntikkan investasi tambahan untuk dua startup yang sejak awal sudah berada di bawahnya, yakni PT Mitra Transaksi Indonesia sebuah perusahaan patungan yang fokus ke penyediaan mesin EDC (electronic data capture) dan PT Digital Artha Media yang mengelola bisnis E-cash.

Bila ditotal, kini kedua perusahaan tersebut sudah mendapat suntikan modal sebesar 250 miliar Rupiah dari MCI.

Eddi melanjutkan, MCI memiliki preferensi tersendiri saat hendak berinvestasi di perusahaan fintech. Pihaknya mengaku konservatif, lebih menyukai perusahaan yang sudah berdiri paling tidak satu hingga dua tahun lamanya dan memiliki bisnis yang matang.

“Agak riskan kalau mau berinvestasi di startup fintech yang baru berumur bulanan. Kami memang agak berbeda dibanding venture capital lainnya.”

Hal ini juga terlihat dari pemilihan 10 finalis Finspire, secara rata-rata mereka adalah perusahaan yang sudah matang dari segi umur dan bisnisnya. Salah satu di antaranya adalah Taralite.

Eddi menjelaskan, juara 1 kompetisi Finspire akan mendapatkan uang tunai sebesar Rp 125 miliar dan juara 2 Rp 75 miliar. Para pemenang juga mendapatkan golden tiket untuk mengikuti program inkubator selama 6 bulan untuk mengembangkan bisnis. Melalui program inkubator, pemenang akan mendapatkan free co-working space, potential investment dan sinergi dengan Mandiri Group.

Resmikan kerja sama dengan Bukalapak

Pada hari yang sama, Bank Mandiri juga meresmikan kerja sama dengan Bukalapak untuk kemudahan transaksi perdagangan untuk Mandiri Clickpay dan E-cash di dalam marketplace tersebut. Dalam waktu dekat, para Pelapak juga akan mendapat fasilitas pembiayaan berupa pinjaman yang dapat membantu mereka dalam mengelola cash flow bisnisnya.

“Kerja sama ini sangat baik dalam mendorong pertumbuhan industri e-commerce di Indonesia karena Bukalapak merupakan salah satu marketplace terbesar. Langkah ini juga sejalan dengan keinginan kami untuk memajukan UKM melalui pengembangan bisnis lewat e-commerce,” ujar Pahala.

Achmad Zaky, Founder dan CEO Bukalapak menambahkan kerja sama ini diharapkan dapat membuat Pelapak dan pembeli semakin terbiasa dengan pemanfaatan digital, baik melalui aplikasi Bukalapak maupun pembayaran dengan Mandiri Clickpay dan E-cash.

Hingga September 2016 pengguna aktif E-cash mencapai 1,7 juta pengguna atau naik 297% dibandingkan posisi yang sama di tahun lalu. Volume transaksi Mandiri E-cash hingga September naik lebih dari 200%. Adapun jumlah merchant yang dapat menerima transaksi E-cash lebih dari 110 merchant online dan lebih dari 50 ribu toko ritel.

Dari sisi Bukalapak, penggunanya kini mencapai 9 juta pengguna dengan lebih dari 70 juta produk dan lebih dari satu juta UKM yang tergabung.

4 Workshop untuk Meningkatkan Kualitas Startup Fintech Anda

Mulai dari dompet digital dan platform crowdfunding, sampai penasihat keuangan atau perencanaan pensiun yang berupa robot, industri teknologi finansial saat ini sudah berkembang dengan pesat. Pertumbuhan dan permintaan layanan fintech (financial technology) mengakibatkan banyaknya perusahaan baru mencari kesempatan untuk memasuki bisnis ini.

Untuk lebih mengenal dan memahami informasi tentang apa yang bisa dunia fintech berikan, mari kita alihkan pandangan kita ke 4 orang berikut; Vidit Agrawal (UBER), Rahmat Broto Triaji (Bank Mandiri), Samuel Hall (StartupBootCamp Fintech), and Dondi Hananto (Unitus Impact); masing-masing memiliki keahlian di bidangnya untuk berkontribusi ke dunia startup dan fintech.

Finspire: Frontrunners 2016 (dipersembahkan Mandiri Capital Indonesia dan diselenggarakan oleh e27) akan menjembatani keempat pembicara ini. Mereka akan menuntun workshop mereka sendiri dan membagikan ilmu, pengalaman, dan juga pandangan tentang bidang yang mereka yang mereka kuasai dan fintech.

1. Vidit Agrawal, Strategic Vehicle Partnerships APAC, Uber

Vidit Agrawal memegang keistimewaannya sebagai karyawan Uber pertama di Asia. Saat ini, Vidit bertanggung jawab untuk meningkatkan kerja sama perluasan armada Uber dan juga bertanggung jawab untuk pertumbuhan bisnis.

Workshop: Di workshop-nya, Anda akan mendapatkan penjelasan tentang siklus perkembangan bisnis (business development cycle), dari outreach sampai pengembangan dan formalisasi sebuah kerja sama. Belajar untuk membangun dan mengelola sebuah alur pengembangan bisnis, menegakkan apa yang membuat perkembangan bisnis dan juga perkembangan tim menjadi lebih baik, dan juga lebih mengenal bahwa perkembangan bisnis teknologi berbeda dengan industri lain.

2. Rahmat Broto Triaji, SVP of Digital Banking and Financial Inclusion Bank Mandiri

Rahmat telah memegang bermacam-macam posisi di Bank Exim sebelum pindah ke Bank Mandiri pada tahun 1999. Sejak itu, Rahmat telah menjabat sebagai Product Manager, Vice President, dan juga e-Banking Head Group sebelum memegang posisinya saat ini.

Workshop: Di workshop ini, Rahmat akan mengajak anda melihat pengalaman nya di dunia fintech di Indonesia. Rahmat akan membagikan apa yang Bank Mandiri dan MCI cari dalam fintech dan juga akan membagikan pandangannya tentang masa depan fintech di Indonesia dan bagaimana bank berperan dalam memberikan manfaat bagi startup fintech.

3. Samuel Hall, Program Director, Startupbootcamp FinTech Singapore

Samuel adalah seorang mentor dan penasihat untuk startup tahap awal dan tahap lanjutan, yang berfokus pada validasi model bisnis, pengembangan produk dan strategi go-to market.

Workshop: Di workshop-nya, Anda akan mendapatkan pemahaman secara umum tentang ekosistem fintech di Asia Tenggara, mulai dari membentuk pemain-pemain andalan sampai bermacam-macam definisi di dunia fintech. Dapatkan pelajaran dan pandangan dari pengalaman Startupboocamp bermitra dengan perbankan.

4. Dondi Hananto, Early Stage VC, Unitus Impact

Dengan pengalaman lebih dari sepuluh tahun di industri fintech, Dondi adalah bankir yang sekarang menjadi investor. Dondi telah mendanai bermacam-macam startup di Indonesia, aktif dalam pembangunan ekosistem kewirausahaan Indonesia, dan juga mendanai perusahaan di tahap awal.

Workshop: Di workshop ini, Dondi akan menyajikan pandangan seorang investor/venture capitalist tentang industri fintech dan membagikan metode bagaimana agar pitching startup fintech Anda untuk menarik perhatian para investor.

Ikuti Finspire: Frontrunner 2016 secara gratis tanggal 7 November 2016, mulai jam 8 pagi sampai jam 7 malam di Rumah Mandiri Inkubator Bisnis, Indonesia.

Tertarik untuk memahami lebih lanjut? Lihat agenda lengkapnya di sini.

Anda berpikir untuk berkompetisi di Finspire: Frontrunners? Cari tahu bagaimana (Psst.. tidak dipungut bayaran untuk berpartisipasi*)

Detil hadiah adalah sebagai berikut:

Hadiah Finspire: Frontrunners
Hadiah Finspire: Frontrunners

*Semua pelamar akan diperiksa untuk memenuhi kriteria yang telah ditentukan


Disclosure: Artikel ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan e27 yang disponsori MCI. Artikel aslinya bisa diakses di sini.

e27 adalah organizer FINSPIRE: Summit 2016