Tag Archives: fintech aggregator

GoBear Indonesia

Klarifikasi Country Director: GoBear Tidak Menutup Bisnisnya di Indonesia

Kemarin (20/11) platform agregator produk finansial GoBear ramai diperbincangkan setelah dua co-founder mereka menyatakan pengunduran diri. Salah satu rumor yang beredar adalah rencana penutupan operasional GoBear di Indonesia.

Namun hari ini (22/11) rumor tersebut dibantah olah Country Director GoBear Indonesia Tris Rasika. Dalam pernyataannya kepada DailySocial, ia mengatakan GoBear tidak akan menutup bisnisnya di Indonesia.

“GoBear sangat berkomitmen untuk menjalankan misi perusahaannya, yaitu meningkatkan kesehatan finansial masyarakat melalui literasi keuangan, yang juga sesuai dengan hasil temuan GoBear FHI yang kami luncurkan Oktober lalu,” ujar Tris.

Layanan GoBear memudahkan pengguna untuk menemukan dan membandingkan berbagai produk asuransi, kartu kredit, dan pinjaman. Secara berkala, mereka juga mempublikasikan mengenai promo-promo layanan finansial yang dapat dimanfaatkan masyarakat.

Dalam operasionalnya, GoBear Indonesia telah terdaftar dan diawasi OJK. Saat ini mereka juga menjadi bagian dari Asosiasi Fintech Indonesia.

LinkAja jadi mitra pertama yang cicipi Ayopop Open API, ada 33 mitra yang masih proses penyelesaian kerja sama / Ayopop

LinkAja Jadi Opsi Pembayaran Primer di Aplikasi Ayopop, Menggantikan AyoSaldo

Startup agregator pembayaran tagihan online Ayopop hari ini (08/8) mengumumkan kerja sama strategis bersama perusahaan e-wallet LinkAja. Kemitraan tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan terkait integrasi kedua platform.

Kepada LinkAja, Ayopop akan memberikan akses 1000 produk tagihan yang dimiliki melalui mekanisme Open API. Nantinya memungkinkan pengguna melakukan pembayaran berbagai produk dan/atau tagihan yang sebelum ada di Ayopop lewat aplikasi LinkAja.

Ayopop Open API yang baru saja diluncurkan merupakan sebuah inisiatif baru untuk membuka akses ke lebih dari 1000 produk/tagihan yang saat ini dimiliki kepada mitra. LinkAja adalah mitra pertama untuk Ayopop Open API. Saat ini ada 33 mitra lainnya dalam proses penyelesaian kerja sama.

Sistem e-wallet LinkAja juga akan diintegrasikan ke aplikasi Ayopop sebagai metode pembayaran primer, menggantikan AyoSaldo. Model ini mirip yang dilakukan Tokopedia dan Ovo dalam kerja sama strategisnya, menggantikan TokoCash.

“Dalam tiga tahun terakhir Ayopop telah memfasilitasi pembayaran tagihan untuk lebih dari 5 juta masyarakat Indonesia. Kami sangat senang dapat berbagi teknologi dengan mitra terpilih yang ingin mengintegrasikan pembayaran tagihan ke ekosistem mereka. Kami merasa terhormat dapat bekerja sama dengan LinkAja dan melihat ini sebagai langkah kami untuk menjadi lebih baik,” ujar Founder Ayopop Chiragh Kirpalani.

Ayopop diluncurkan pada tahun 2016 sebagai aplikasi pembayaran tagihan. Saat ini Ayopop menjadi agregator pembayaran tagihan online terbesar di Indonesia. Misi Ayopop adalah mengubah pembayaran tagihan dengan uang tunai menjadi online dengan pendekatan teknologi dan kerja sama. Beberapa sektor yang menjadi fokus adalah residensial dan institusi pendidikan.

Guna memperluas ekosistem pembayaran tagihan online dengan lebih mudah, Ayopop mengembangkan Ayopop Smart Dashboard sebagai solusi digitalisasi untuk UKM serta untuk pembayaran tagihan indekos dan institusi pendidikan. Dasbor ini membantu pemilik bisnis dan juga pelanggan tidak hanya dalam hal pembayaran, tapi juga dilengkapi dengan berbagai fitur, seperti pengingat tagihan.

“Kami berharap LinkAja dapat memberikan akses layanan keuangan yang efisien kepada seluruh lapisan masyarakat di Indonesia, serta membantu meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia hingga 75% pada akhir tahun 2019 sesuai target pemerintah. Kami pun menyambut baik kerja sama dengan Ayopop untuk memperkaya jumlah produk tagihan dan kegunaan LinkAja kepada para pengguna,” ujar CEO LinkAja Danu Wicaksana.

Application Information Will Show Up Here
CEO dan Founder Alami Sharia Dima Djani / DailySocial

“Fintech Aggregator” Alami Sharia Bantu UKM Cari Pinjaman Usaha

Gaya hidup berbasis syariah kian digandrungi masyarakat Indonesia, namun hal tersebut berbanding terbalik dengan ketertarikan untuk menjalani kehidupan finansial berbasis syariah. Atas dasar hal tersebut, Dima Djani bersama teman-temannya mendirikan startup fintech aggregator Alami Sharia.

“Kami melihat banyak UKM yang harus menempuh waktu yang lama setiap kali mereka ingin mendapatkan pinjaman usaha dari bank. Belum lagi ada potensi bakal ditolak. Kami ingin bantu percepat proses tersebut [jadi lebih cepat],” terang CEO dan Founder Alami Sharia Dima Djani, Jumat (18/5).

Alami menjadi agregator untuk menghubungkan pengusaha UKM dengan para institusi keuangan yang bergerak di bisnis syariah, seperti bank dan layanan p2p lending.

Dia menjelaskan, untuk proses penyaluran dana, pengusaha UKM cukup mengisi data yang dibutuhkan lewat situs Alami. Besaran nominal yang bisa diajukan UKM lewat platform Alami dimulai dari Rp200 juta sampai Rp30 miliar.

Pihaknya akan memberikan credit rating dengan menggunakan standar dari perbankan untuk kemudian direkomendasikan kepada para mitra institusi. Mereka dapat memilih UKM yang sesuai dengan preferensi masing-masing.

Pemberian credit rating yang diterapkan Alami sangat mirip dengan apa yang biasa dilakukan bank, dilihat dari kualitatif dan kuantitatif. Seperti berapa lama usaha sudah berdiri, skala usahanya, karakter usaha, rasio keuangan, dan sebagainya.

Credit rating versi Alami akan dinilai ulang oleh setiap institusi keuangan, tapi bisa dipastikan dalam proses ini akan memakan waktu lebih singkat ketimbang saat mereka hitung dari awal.

“Dengan cara ini proses pencairan akan lebih cepat, sekitar 2-3 minggu saja. UKM dapat menjangkau berbagai institusi dengan berbagai penawaran hanya dengan satu kali kerja saja, tidak seperti sebelumnya.”

Untuk monetisasinya, Alami mendapat komisi sebesar 1% untuk setiap penyaluran yang berhasil diterima. Alami juga mempersiapkan tim untuk mengedukasi para pengusaha UKM, mengingat pembukuan yang rapi belum sepenuhnya dipahami dan diterapkan dengan baik. Dima menuturkan perusahaan sedang memproses kerja sama dengan startup software akuntansi untuk bantu UKM dalam pembukuan usaha.

Pencapaian bisnis dan rencana berikutnya

Sejak resmi beroperasi di akhir tahun lalu, Alami telah merealisasikan penyaluran sebesar Rp15,5 miliar untuk lima pengusaha UKM. Rata-rata UKM tersebut bergerak di bidang konstruksi dan bahan kimia berlokasi di Jabodetabek.

Dari total penyaluran ini, sekitar 70% di antaranya dilakukan oleh bank dan sisanya oleh fintech p2p lending. Alami baru bekerja sama dengan dua bank syariah, yaitu BNI Syariah dan Bank Mega Syariah, dan fintech syariah Kapital Boost.

“Dari sisi mitra institusi, keberadaan kami cukup dibutuhkan karena mereka tidak perlu susah-susah cari calon debitur.”

Untuk sementara perantara Alami masih sebatas penghubung antara institusi keuangan syariah dengan pengusaha UKM. Tak ingin sampai di situ, dalam tahun ini Alami akan menambah layanan monitoring demi mencegah terjadinya kredit macet pasca pencairan berhasil dilakukan.

Dima menuturkan pihaknya juga akan perbanyak mitra institusi agar semakin banyak pelaku UKM yang bisa dibantu mendapat pinjaman usaha. Ditargetkan sampai akhir tahun ini Alami bisa memiliki enam mitra bank dan dua mitra fintech.

Adapun untuk realisasi penyalurannya diharapkan bisa tumbuh minimal empat kali lipat dibandingkan pencapaian saat ini, atau menjadi Rp100 miliar sampai akhir tahun. Penyaluran tersebut akan diarahkan untuk membantu 20-30 mitra UKM.

“Kami akan perlahan-lahan masuk ke daerah, sebelum sampai ke seluruh Indonesia. Kami juga ingin ekspansi ke luar negeri.”

Saat ini Alami telah menerima investasi tahap pre-seed dari sejumlah angel investor dan hibah dari ajang INSEAD Venture Competition, setelah terpilih menjadi juara kedua. Rencananya Alami akan secara resmi hadir pertengahan tahun ini.