Tag Archives: Fintech API

Impact Credit Solution Indonesia

Impact Credit Solution Jembatani Perusahaan Teknologi dengan Lembaga Finansial

Besarnya kebutuhan pelaku UMKM untuk menambah modal usaha mereka, dipandang sebagai peluang bagi platform fintech, institusi finansial, dan perbankan untuk memenuhi permintaan tersebut. Salah satu layanan fintech yang ingin menghadirkan solusi terkait adalah Impact Credit Solution (ICS).

Didirikan oleh Reinier Musters (CEO) dan Mackenzie Tan (COO), startup asal singapura tersebut Singapura ingin menjembatani perbankan dan perusahaan teknologi finansial dan nonfinansial yang ingin memberikan akses pinjaman modal kepada pelanggan/mitra mereka. Indonesia dinilai menjadi pasar yang memiliki potensi besar bagi mereka untuk menghadirkan solusi tersebut.

Untuk memaksimalkan bisnisnya di Indonesia, mereka juga telah menunjuk Dewi Wiranti sebagai Country Head.

Reinier Musters, Mackenzie Tan dan Dewi Wiranti dari ICS / ICS

Kepada DailySocial.id, Mackenzie bercerita bahwa dengan memanfaatkan pelanggan atau merchant yang dimiliki perusahaan teknologi di masing-masing platform, ICS melalui Single API menghadirkan teknologi dan koneksi antara dua pihak pinjaman kepada pelanggan.

“ICS adalah perusahaan teknologi keuangan yang memungkinkan pinjaman UMKM di Asia Tenggara. Kami membangun embedded lending solution yang dapat digunakan oleh perusahaan teknologi, P2P, atau bank mana pun untuk membuat produk pinjaman.”

Secara khusus solusi ICS memungkinkan pembuatan produk, alur kerja, dan pengambilan keputusan yang seamless di seluruh proses peminjaman. Kemampuan ICS mencakup mesin analisis kredit yang dibangun di atas jutaan dataset UMKM.

Terintegrasi dengan penyedia layanan internal dan eksternal, memberikan klien dari ICS satu titik kontak untuk semuanya mulai dari onboarding hingga collection. Strategi monetisasi yang dilancarkan adalah, mengenakan biaya berlangganan berbasis SaaS kepada pelanggan berdasarkan volume pinjaman.

Salah satu kendala yang banyak ditemui oleh UMKM ketika ingin mengajukan proses pinjaman adalah proses persetujuan yang panjang. ICS ingin memangkas proses tersebut menjadi lebih cepat dan mudah. ICS juga telah menjalin kerja sama strategis dengan sejumlah bank ternama di Indonesia.

Untuk startup, mereka juga telah bermitra dengan platform ALAMI. Kerja sama tersebut bertujuan untuk menyediakan pembiayaan syariah untuk rumah sakit, klinik, apotek, dan pemain lain dalam rantai pasokan layanan kesehatan di Indonesia.

Terkait kegiatan penggalangan dana, ICS saat ini telah mengumpulkan pendanaan dari bank dan perusahaan modal ventura terkemuka termasuk BCA, Patamar Capital, 500 Startup, Mitra Integra, Mitra M Venture, dan lainnya.

“Kami juga telah menerima dukungan dari U.S. Development Finance Corporation, USAID, dan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia,” imbuh Mackenzie.

Mendukung perusahaan teknologi dan perbankan

Dalam prosesnya, konsumen akhir tidak akan terhubung langsung ke platform ICS, karena sifatnya di backend. Aplikasi melakukan pre-approved dan pre-scoring, kemudian ICS akan mengelola semua termasuk menghubungkan perusahaan-perusahaan P2P ke bank yang relevan. Dari pihak perbankan sendiri, hanya calon peminjam yang telah lolos kriteria yang kemudian layak untuk mendapatkan modal usaha.

“Sebagai embedded lender, kami tidak harus berinteraksi langsung dengan peminjam akhir. Klien kami memaksimalkan loyalitas pelanggan mereka karena pelanggan mereka hanya melihat brand dan platform. Mereka tidak melihat solusi ICS yang memungkinkan end-to-end lending process,” kata Mackenzie.

ICS berfungsi sebagai perusahaan fintech dan perbankan one-stop-solution untuk pinjaman. Single API ICS memungkinkan klien untuk membuat produk pinjaman dipesan lebih dahulu yang memenuhi kebutuhan spesifik pelanggan mereka, sambil memberi mereka akses ke modal bank berbiaya rendah untuk mendanai pinjaman.

Potensi pinjaman untuk UMKM

Dengan hampir 60 juta jumlah pelaku UMKM di Indonesia, potensi penyaluran kredit produktif memang menjadi layan dieksplorasi. Dari data yang dihimpun OJK, sejauh ini nominal pinjaman produktif yang diberikan platform fintech lending terus meningkat triliunan Rupiah. Tentu ini memberikan dampak baik, karena tidak semua pelaku UMKM bisa mengakses pinjaman dari institusi seperti bank.

Penyaluran pinjaman produktif oleh fintech lending sepanjang paruh pertama 2021 / OJK

Adanya upaya penyaluran melalui platform teknologi (dengan bekerja sama dengan perusahaan fintech) juga dapat dipandang sebagai angin segar peningkatan inklusi keuangan. Apalagi adanya platform berbasis open finance memungkinkan terjadinya kolaborasi antar institusi keuangan, termasuk dengan perbankan.

Ayoconnect Secures 143 Billion Rupiah Pre Series B Funding

The startup developer of the fintech API platform, Ayoconnect, today (01/9) announced to close a pre-series B funding round of $10 million or equivalent to 143 billion Rupiah. This news also confirms the information we previously received regarding Ayoconnect’s fundraising in early August.

A number of investors participated in this round, including Mandiri Capital Indonesia, Patamar Capital, and angel investors including Ilham Akbar Habibie, Paul Bernard, Jeff Lin, and several others. In addition, there are some previous investors, including BRI Ventures, AC Ventures, Kakaku, and Finch Capital.

The fresh funds will be focused on increasing company’s growth, recruitment, and product development. With this new investment, the company has raised $15 million in total. Furthermore, according to the sources, the estimated valuation of the company has reached around $34 million.

“Ayoconnect is now one of Indonesia’s few companies receiving investment from the two largest banks in Indonesia, Bank Mandiri and Bank BRI. Their presence as investors is a big support in our efforts to build an infrastructure layer that allows interoperability between various Indonesian companies providing financial services, such as financial institutions, fintech, and startups,” Ayoconnect’s Co-Founder & CEO, Jakob Rost said.

Ayoconnect was founded in 2016 by Jacob with his two colleagues Chiragh Kirpalani (Co-Founder and COO) and Adi Vora (Co-Founder and CTO) with a focus on building API-based solutions for bill payments and other digital products. The company currently provides API services for various needs, which they refer to as Full Stack APIs (including: Financial APIs, Bill APIs, Open Finance APIs, and Insights APIs).

To date, Ayoconnect claims to have more than 100 API clients, while connecting more than 1000 companies through its API network.

Fintech’s new era through open finance

Fintech services in the form of APIs are starting to develop, forming an open finance ecosystem for a more accessible financial system. Aside from Ayoconnect, there are several other players in Indonesia that offer similar solutions with a unique focus, from Brick, Brankas, Finantier, and others.

This model allows application developers to insert various financial technology capabilities more efficiently, instead of developing their own which would be time-consuming and expensive, not to mention having to ensure compliance with regulatory standards.

The business potential is getting interesting to observe, especially since Bank Indonesia has launched the national Open API standard. According to BI’s Governor, Perry Warjiyo, the existence of the Payment Open API standardization can create a healthy, competitive and innovative payment system industry, therefore, it can provide payment system services that are efficient, safe, and reliable to the public.

Bank Indonesia’s open API standard plan in Fintech Report 2020 / DSInnovate

With API solutions, these fintechs can reach various groups, ranging from digital companies to banking. The Autobilling API service from Ayoconnect, for example, has been used by Bank Mandiri to boost their credit card performance. Enables customers to make payments for various billing transactions automatically at more than 200 merchants from 8 product categories.

“Ayoconnect’s vision to democratize open finance in Indonesia has convinced us to take a role in this investment. We’ve formed our trust with Ayoconnect from its long experience in building APIs, the ability to collaborate with various leading companies, as well as its continuous efforts to enter the open banking business segment,” Mandiri Capital Indonesia’s CEO, Eddi Danusaputro said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pendanaan Pra-Seri B Ayoconnect

Ayoconnect Umumkan Pendanaan Pra-Seri B Senilai 143 Miliar Rupiah

Startup pengembang platform fintech API, Ayoconnect, hari ini (01/9) mengumumkan telah menutup putaran pendanaan pra-seri B senilai $10 juta atau setara 143 miliar Rupiah. Kabar ini sekaligus mengonfirmasi informasi yang sebelumnya kami dapat, terkait penggalangan dana yang tengah dilakukan Ayoconnect pada awal Agustus kemarin.

Sejumlah investor bergabung dalam putaran ini, termasuk Mandiri Capital Indonesia, Patamar Capital, dan angel investor meliputi Ilham Akbar Habibie, Paul Bernard, Jeff Lin, dan beberapa lainnya. Selain itu turut bergabung juga investor sebelumnya meliputi BRI Ventures, AC Ventures, Kakaku, dan Finch Capital.

Disampaikan dana segar akan difokuskan untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan, perekrutan, dan pengembangan produk. Dengan investasi baru ini, secara total perusahaan berhasil mengumpulkan $15 juta dalam pendanaan. Lalu, menurut sumber yang kami dapat, estimasi valuasi perusahaan telah mencapai sekitar $34 juta.

“Ayoconnect kini menjadi satu dari sedikit perusahaan di Indonesia yang mendapat investasi dari dua bank terbesar di Indonesia, yaitu Bank Mandiri dan Bank BRI. Kehadiran mereka sebagai investor merupakan sokongan besar dalam upaya kami membangun lapisan infrastruktur yang memungkinkan interoperabilitas antara berbagai perusahaan Indonesia penyedia jasa keuangan, seperti institusi keuangan, fintech, dan startup,” ujar Co-Founder & CEO Ayoconnect Jakob Rost.

Ayoconnect didirikan sejak tahun 2016 oleh Jacob bersama dua rekannya Chiragh Kirpalani (Co-Founder dan COO) dan Adi Vora (Co-Founder dan CTO) dengan fokus membangun solusi berbasis API untuk pembayaran tagihan dan produk digital lainnya. Kini perusahaan menyediakan layanan API untuk berbagai kebutuhan, yang mereka sebut sebagai API Full Stack (meliputi: Financial APIs, Bill APIs, Open Finance APIs, dan Insights APIs).

Saat ini, Ayoconnect mengklaim telah memiliki lebih dari 100 klien API, sekaligus menghubungkan lebih dari 1000 perusahaan lewat jaringan API yang dimiliki.

Era baru fintech melalui open finance

Layanan fintech berbentuk API mulai berkembang dewasa ini, membentuk ekosistem open finance untuk sistem keuangan yang lebih mudah diakses. Selain Ayoconnect, ada beberapa pemain lain di Indonesia yang sajikan solusi serupa dengan fokus yang unik, mulai dari Brick, Brankas, Finantier, dan lain-lain.

Model ini memungkinkan pengembang aplikasi untuk menyisipkan berbagai kapabilitas teknologi finansial secara lebih efisien, alih-alih mengembangkan sendiri yang akan memakan waktu dan biaya besar, belum lagi harus memastikan sesuai standar regulator.

Potensi bisnis ini makin menarik diamati, terlebih Bank Indonesia telah meresmikan standar nasional Open API  beberapa waktu lalu. Adanya standardisasi Open API Pembayaran tersebut, menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, dapat menciptakan industri sistem pembayaran yang sehat, kompetitif, dan inovatif, sehingga dapat menyediakan layanan sistem pembayaran kepada masyarakat yang efisien, aman, dan andal.

Rancangan standar open API Bank Indonesia yang dirangkum Fintech Report 2020 / DSInnovate

Dengan solusi API, para fintech tersebut dapat menjangkau berbagai kalangan, mulai dari perusahaan digital, bahkan sampai perbankan.  Layanan Autobilling API dari Ayoconnect misalnya, telah digunakan Bank mandiri untuk mendorong kinerja kartu kredit mereka. Memungkinkan nasabah melakukan pembayaran berbagai transaksi tagihan secara otomatis di lebih dari 200 merchant dari 8 kategori produk.

“Visi Ayoconnect untuk mendemokratisasi open finance di Indonesia telah memantapkan kami untuk mengambil peran dalam investasi ini. Kepercayaan kami terhadap Ayoconnect juga terbentuk dari  pengalaman panjang dalam membangun API, kemampuan mereka dalam menjalin kerja sama dengan berbagai perusahaan terkemuka, serta upaya berkesinambungan mereka dalam memasuki segmen bisnis open banking,” ucap CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro.

Ayoconnect Finalisasi Pendanaan Lanjutan Tahun Ini

Startup fintech penyedia layanan API Ayoconnect tengah merampungkan pendanaan lanjutan. Sejumlah venture capital turut andil di dalamnya. Beberapa nama angel investor ternama juga berpartisipasi di putaran ini.

Menurut data yang kami terima, sebuah impact investor dan sebuah CVC BUMN terlibat di dalam putaran pendanaan kali ini. Selain itu, beberapa angel investor, termasuk anak mantan Presiden, juga berpartisipasi. Yang bersangkutan saat ini menjadi Penasihat perusahaan.

Pihak Ayoconnect mengonfirmasi, putaran investasi ini masih dalam tahap finalisasi. Disebutkan belum ada keputusan final mengenai keterlibatan nama-nama tersebut dan jumlah investasinya. Hal senada disampaikan salah satu investor yang kabarnya terlibat dalam putaran tersebut.

Sebelumnya pendanaan Pra-Seri B diumumkan pada pertengahan tahun 2020 lalu, bersamaan dengan rebranding perusahaan dari Ayopop menjadi Ayoconnect. BRI Ventures memimpin pendanaan tersebut dengan keterlibatan Kakaku.com, Brama One Ventures, dan investor sebelumnya, yakni Finch Capital, Amand Ventures, Strive, dan AC Ventures.

Berbasis API, ekosistem produk open finance yang disediakan Autoconnect cukup beragam. Satu yang paling populer adalah Digital Products API, memungkinkan pengembang aplikasi untuk mengintegrasikan pembayaran ke lebih dari 3000 layanan digital (bill payment). Selain itu mereka menyediakan API untuk berbagai kebutuhan lainnya, seperti auto-billing, payment points, bulk-transaction, pembayaran pendidikan, hingga properti.

Tidak hanya mengelola proses transaksi, Ayoconnect juga menawarkan platform skoring kredit alternatif melalui fitur Insight.

Sebelumnya Ayoconnect juga telah menjalin kemitraan secara khusus dengan Bank Mandiri (induk MCI) untuk integrasi layanan Autobilling API ke Mandiri Power Bill. Solusi ini memungkinkan pengguna kartu kredit Mandiri untuk melakukan pembayaran berbagai transaksi tagihan secara otomatis di lebih dari 200 merchant dari 8 kategori produk.

Dorongan penetrasi e-wallet

Layanan bill payment ini didesain untuk memudahkan berbagai jenis aplikasi untuk menyediakan layanan pembayaran seperti PPOB atau langganan, integrasinya termasuk di e-commerce, fintech, sampai aplikasi produktivitas bagi UMKM. Bagi pelaku bisnis, ini menjadi salah satu kanal yang cukup baik untuk meningkatkan perputaran transaksi dalam aplikasi dan meningkatkan retensi. Kemudian bagi konsumen, adanya opsi pembayaran kebutuhan pokok (seperti listrik, telepon dll.) di aplikasi favoritnya tentu akan memudahkan.

Tingginya penetrasi e-wallet disinyalir menjadi faktor kunci peningkatan adopsi dan penggunaan layanan bill payment ke depannya. Di sisi pengalaman pengguna, metode pembayaran dengan e-wallet tergolong paling memudahkan saat ini, terlebih terintegrasi langsung kepada aplikasi tertentu.

Menurut hasil penelitian yang diterbitkan BCG pada pertengahan tahun lalu, penetrasi e-wallet di Indonesia sendiri telah mendekati tingkat kematangan.

Penetrasi layanan e-wallet di Indonesia mendekati tahap matang / BCG

Pihak Ayoconnect sendiri mengatakan bahwa hingga Desember 2021 mereka menargetkan pertumbuhan hingga 10x lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan traksi, termasuk dengan menyajikan bill payment aggregator. Per H1 2021, total transaksi dari jaringan API mereka diklaim meningkat 600% dari 80 mitra integrasi.

Co-Founder Brick Gavin Tan (CEO) dan Deepak Malhotra (CTO) / Brick

Brick Umumkan Pendanaan Awal, Hadirkan Layanan API Fintech untuk Identifikasi Kesehatan Finansial

Brick adalah startup pengembang layanan pengelolaan data kesehatan finansial berbasis API (Application Programming Interface), kapabilitasnya memungkinkan pelaku fintech atau perusahaan teknologi untuk mendapatkan insight lebih dalam terkait kesehatan keuangan para penggunanya.  Tujuannya untuk membawa aplikasi finansial yang lebih personal dan inklusif.

Hari ini (17/3), Brick mengumumkan telah mendapatkan pendanaan awal dari sejumlah investor, meliputi pemodal ventura dan angel. Dari kalangan pemodal ventura ada Better Tomorrow Ventures, Prasetia Dwidharma, 1982 Ventures, Antler, dan Rally Cap Ventures. Sementara angel investor yang terlibat meliputi Shefali Roy (TrueLayer), Kunal Shah (Cred), Reynold Wijaya (Modalku), Quek Siu Rui (Carousell), dan pendiri Nium, Xfers, Aspire, BukuWarung, ZenRooms, CareemPay.

Startup ini didirikan oleh Gavin Tan (CEO) dan Deepak Malhotra (CTO) pada awal 2020. Keduanya memiliki pengalaman mengembangkan startup teknologi dan keuangan. Dalam keterangannya Gavin menjelaskan, “Kami melihat langsung kurangnya infrastruktur modern yang dibutuhkan untuk memberikan pengalaman fintech yang diminta pelanggan. Karena itu, kami memulai Brick untuk memberdayakan perusahaan fintech generasi berikutnya dengan infrastruktur yang mudah diterapkan, hemat biaya, dan inklusif.”

Lebih lanjut dijelaskan, Brick mengklaim telah kompatibel dengan lebih dari 90% rekening bank besar yang ada di Indonesia dan bekerja dengan lebih dari 250 pengembang, 35 perusahaan teknologi dan klien perusahaan fintech di Indonesia. Saat ini Brick juga tengah mengikuti program akselerasi Sembrani Wira yang digelar oleh BRI Ventures.

Dari gambaran yang diberikan kurang lebih proses implementasinya seperti ini. API disematkan pada aplikasi fintech yang dikembangkan mitra bisnis, untuk menjembatani layanan tersebut dengan sistem pembayaran yang digunakan dalam aplikasi. Data didapat dari proses agregasi sistem pembayaran yang digunakan pengguna akhir (bank, digital wallet, e-commerce dll). Beberapa data yang digunakan seperti identitas, akun, transaksi, saldo, pendapatan, aset finansial, hingga pembayaran kredit.

Gambaran cara kerja layanan API fintech Brick / Brick
Gambaran cara kerja layanan API fintech Brick / Brick

Mengawali debutnya di Indonesia, Brick berambisi untuk membawa layanan ini di Asia Tenggara dan akan menggunakan dana yang terkumpul untuk meningkatkan skala platform, meningkatkan cakupan, dan memperluas ke pasar berikutnya. Akhir tahun ini, mereka juga akan meluncurkan API baru untuk perusahaan telekomunikasi, dompet seluler, platform e-commerce, dan produk keuangan inovatif lainnya.

Layanan fintech API terus bermunculan

Layanan fintech berbasis API memang terus bermunculan di Indonesia, ini sejalan dengan regulasi standar API yang sudah mulai disosialisasikan Bank Indonesia sejak tahun lalu. Regulator menginginkan adanya ekosistem finansial yang lebih terbuka, memungkinkan masing-masing pemain (digital dan konvensional) untuk dapat saling mendukung dalam peningkatan literasi finansial masyarakat di Indonesia.

Misi dari hampir seluruh startup fintech yang ada di Indonesia memang mengentaskan kesenjangan di tengah masih banyaknya kalangan undeserved dan unbankable. Setidaknya saat ini ada lebih dari 400 perusahaan fintech di Indonesia — dan jumlah terus bertambah dari waktu-waktu. Dan salah satu strategi yang harus mereka lakukan untuk memenangkan pasar adalah dengan menghadirkan sistem teknologi yang lebih komprehensif.

Tujuan layanan fintech berbasis API membantu mereka (termasuk perusahaan digital yang ingin menghadirkan fitur finansial) meningkatkan kapabilitas teknologi secara lebih sederhana. Alih-alih mengembangkan dari nol dan membutuhkan waktu dan sumber daya relatif lebih besar, dengan menggunakan sistem API prosesnya akan jauh lebih singkat. Terlebih untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi dan opsi pilihan kanal pembayaran yang hendak disuguhkan kepada pengguna.

Adapun startup yang bermain dengan konsep tersebut sudah ada beberapa, seperti Ayoconnect, Finantier, Xendit, Midtrans, Brankas, dan lain sebagainya. Masing-masing mencoba menyuguhkan proposisi unik dengan kapabilitas tertentu.