Masih besarnya kesenjangan UMKM yang belum layak mendapat pinjaman dari perbankan, membutuhkan dukungan dari ekosistem bisnis keuangan untuk turut serta mengatasi isu tersebut. Besarnya potensi dari pembiayaan produktif ini turut membuat startup p2p lending AdaKami mulai mempertimbangkan untuk menyeriusi sektor yang belum menjadi fokus utamanya pada saat ini.
Dalam wawancara singkat bersama DailySocial.id, Business Development Manager AdaKami Jonathan Krissantosa menyampaikan sejak perusahaan berdiri hingga kini, mereka hanya bergerak di bisnis pinjaman konsumtif dengan jenis cash loan. Namun tidak menutup kemungkinan, penggunaan pinjaman di AdaKami bisa bergeser ke pinjaman produktif.
“Hal ini dikarenakan dari data internal perusahaan sepanjang tahun lalu, terdapat kenaikan penggunaan pinjaman untuk modal usaha sebesar di atas 40% meskipun pinjamannya terkategori konsumtif,” terangnya.
Strategi ini sejalan dengan rencana perusahaan dalam jangka panjang. Secara terpisah, Direkur Utama AdaKami Bernardino Moningka Vega menyampaikan, sejak awal beroperasi, perusahaan membawa visi besar dalam mendukung ekonomi Indonesia semakin inklusif. Karena itu, diperlukan rencana strategis jangka panjang untuk mewujudkan hal tersebut.
“AdaKami terus berupaya untuk mempersempit gap literasi dengan ragam inovasi teknologi serta langkah strategis untuk membuka akses keuangan digital yang semakin mudah, aman, dan dekat dengan masyarakat,” kata dia dalam keterangan resmi yang disampaikan baru-baru ini.
OJK menyebutkan hingga Oktober 2022, lebih dari 130 juta individu masih tergolong dalam kelompok unbanked. Untuk itu, diperlukan dukungan dari para pemangku kepentingan untuk mengkomunikasikan peran strategis p2p lending dalam menjangkau ratusan juta individu unbanked di Indonesia yang sekaligus akan membantu menjawab stigma masyarakat.
“Membahas mengenai penetrasi pasar p2p lending di Indonesia, sejauh ini AdaKami melihat bisnis ini masih dalam proses mengusahakan sesuai dengan target regulator dan pemain industri. Target AdaKami sendiri sebagai salah satu fintech p2p lending di Indonesia ialah inklusi keuangan yang bisa diakses oleh seluruh masyarakat underserved dan unbanked,” tambah Jonathan.
Disebutkan, hingga Februari 2023, perusahaan menyalurkan lebih dari Rp21,1 triliun kepada lebih dari 3,1 juta peminjam. Adapun berdasarkan total akumulasi pinjaman sepanjang tahun berjalan sebesar Rp3,24 triliun dengan total outstanding Rp2,29 triliun.
Perusahaan tidak membuka lender dari kalangan ritel untuk bergabung di AdaKami, sejauh ini sepenuhnya diisi dari kalangan institusi perbankan sebagai super lender. Salah satunya adalah Bank OCBC NISP dengan nilai kerja sama awal Rp100 miliar pada Oktober 2022.
“Saat ini, AdaKami masih berfokus funding dari sisi operasional. Funding dari sisi operasional ini nantinya akan disalurkan kepada user-user AdaKami yang underserved dan unbanked sehingga mereka dapat mengakses keuangan secara inklusif.”
Mengenai komitmen perihal menjaga kualitas pinjaman, Jonathan menjelaskan kunci awalnya terletak dari proses KYC yang memegang peranan penting untuk menentukan kualitas konsumen yang mengajukan di AdaKami.
Menurutnya, AdaKami sendiri baru melakukan optimisasi scoring sejak tahun lalu. Optimasi scoring ini diharapkan Adakami mampu mendukung lebih banyak konsumer yang berkualitas tinggi. Tak hanya itu, tim collection juga memegang peranan penting dalam menjaga TKB90.
“Memang salah satu tantangan di industri ini adalah literasi keuangan di kalangan masyarat termasuk kesadaran untuk membayar pinjaman.”
Data regulator juga menyebutkan terdapat lebih dari 100 pelaku fintech P2P lending yang secara resmi beroperasi di Indonesia, yang mana Tingkat Keberhasilan Bayar 90 hari (TKB90) p2p lending telah meningkat hingga 97,25% per Januari 2023. Di AdaKami sendiri, TKB90 berada di angka 99,88%.
Jumlah para pelaku p2p lending dengan skala TKB90 sebagai dasar operasionalnya juga diyakini akan terus bertumbuh, sehingga diperlukan dukungan dari para pemangku kepentingan untuk mengkomunikasikan peran strategis P2P Lending. Sekaligus akan membantu menjawab stigma masyarakat dalam menjangkau ratusan juta individu unbanked di Indonesia.
Pertumbuhan industri p2p Lending ini juga terlihat dari total penyaluran pinjaman yang terus mengalami kenaikan sepanjang tahun lalu. Pada November 2022, tercatat penyaluran pinjaman hingga Rp18,97 triliun, naik 1,30% dari bulan sebelumnya. Nilai tersebut juga lebih tinggi dibandingkan November 2021, yang hanya mencapai Rp12,98 triliun dan Rp8,59 triliun pada November 2020.