Di titik ini, tidak berlebihan menganggap Slack sebagai platform komunikasi kepercayaan jutaan profesional di dunia, apalagi setelah mengetahui visi mereka yang ingin menjembatani komunikasi antar organisasi yang berbeda. Namun fakta tersebut rupanya tidak sedikit pun mencegah ketertarikan Slack untuk bereksperimen dengan fitur-fitur baru.
Dua yang paling gres baru saja adalah Video Stories dan Anytime Audio. Sesuai tebakan, fitur Video Stories ini benar-benar terinspirasi oleh fitur Stories yang ada di Instagram maupun sejumlah media sosial lainnya. Mungkin dalam hati Anda langsung bertanya-tanya, “Untuk apa harus berbagi story dengan rekan-rekan kerja, dan dalam konteks pekerjaan?”
Menurut Slack, ide di balik Video Stories adalah bagaimana metode asynchronous bisa memfasilitasi kolaborasi secara lebih fleksibel. Jadi kalau memang ada update dari tim tertentu yang ingin disampaikan, pesannya bisa langsung diunggah dalam bentuk video pendek (story) ketimbang harus menunggu sesi video conference massal selanjutnya.
Harapannya adalah masing-masing tim dapat memanfaatkan waktu secara lebih efisien. Tentu saja story di Slack tidak otomatis hilang begitu saja setelah 24 jam, dan filter aneh-aneh juga sama sekali belum ditemukan, setidaknya untuk sekarang.
Lanjut ke Anytime Audio, saat mendengarkan penjelasannya, saya langsung teringat dengan fitur andalan Discord. Dengan Anytime Audio, kita bisa menciptakan channel khusus untuk percakapan lisan (audio-only) yang bisa dimasuki kapan saja diperlukan secara spontan. Kalau Anda pernah merasakan berada di sebuah voice channel di suatu server Discord, saya yakin Anda paham maksud saya bagaimana.
Menurut saya cukup lucu melihat Slack menerapkan fitur ini, sebab dari awal Discord kerap disebut-sebut sebagai “Slack-nya para gamer“, dan sekarang gantian Slack yang belajar dari Discord. Bicara soal Discord, kita juga tidak boleh lupa bahwa platform tersebut sekarang sudah pindah haluan dan tak lagi mau dicap gamer-centric.
Perlu dicatat, baik Video Stories maupun Anytime Audio sifatnya masih eksperimental dan belum dirilis ke publik. Slack sejauh ini juga belum berani memastikan apakah keduanya bakal terus dikembangkan sampai ke tahap final.