Pada hari kedua pegelaran OPPO INNO Day 2021, OPPO akhirnya mengumumkan smartphone flagship foldable atau ponsel lipat pertamanya, mari sambut OPPO Find N. OPPO mengerjakan perangkat foldable ini selama empat tahun dan Find N adalah hasil final dari enam generasi prototipe yang mereka kembangkan.
Pete Lau, Chief Product Officer of OPPO, mengatakan, “Form factor baru mengantarkan era baru yang menarik dalam teknologi smartphone. OPPO telah menginvestasikan banyak waktu dan upaya untuk menghasilkan pendekatan yang lebih baik untuk smartphone foldable, bereksperimen dengan berbagai form factor, desain engsel, material layar, dan aspek rasio, untuk menciptakan perangkat baru yang memenuhi kebutuhan lebih banyak pengguna“.
“Dengan OPPO Find N, kami bertujuan untuk mengubah persepsi orang tentang apa yang dapat ditawarkan oleh smartphone dan mulai membuat perangkat foldable lebih mudah diakses oleh audiens yang lebih besar“, tambahnya.
Fitur dan Spesifikasi OPPO Find N
OPPO Find N mengusung konsep serupa seperti Samsung Galaxy Fold3. Ia memiliki dua layar, satu di luar yang bisa dipakai seperti smartphone pada umumnya dan satu lagi di dalam yang terlipat secara vertikal.
Layar luarnya 5,49 inci menggunakan panel AMOLED 60 Hz dan diproteksi Gorilla Glass Victus. Ditopang resolusi 1972×988 piksel (402 ppi) dalam aspek rasio 18:9 yang lebih proporsional dibandingkan layar luar 6,2 inci milik Galaxy Z Fold3 yang menggunakan aspek rasio 25:9 yang terlalu tinggi dan sempit.
Ketika dibuka, pengguna akan disambut layar bagian dalam berukuran 7,1 inci beresolusi 1792×1920 piksel (370 ppi) dalam rasio yang lebih landscape 9:8.4. Artinya, pengguna dapat menonton video, bermain game, atau membaca buku tanpa harus memutar perangkat. Berdasarkan pengujian terverifikasi dari TUV membuktikan bahwa hampir tidak ada bekas lipatan bahkan setelah 200.000 kali buka tutup.
Di aspek layar, OPPO menggunakan custom Serene Display dengan 12-lapisan dan material kaca yang sangat tipis yakni Flexion Ultra Thin Glass 0.03 mm. Lapisan utama layar adalah LTPO AMOLED yang dapat menyesuaikan refresh rate antara 1 Hz dan 120 Hz agar sesuai dengan konten yang ditampilkan dan touch sampling rate dapat naik hingga 1.000 Hz.
Untuk engsel, OPPO mengembangkan jenis engsel baru yang disebut Flexion Hinge terdiri dari 136 komponen. Desain engsel water-drop yang unik ini menghilangkan celah antara dua bagian saat dilipat dan menawarkan FlexForm Mode, engselnya dapat menahan dua bagian pada sudut mana pun antara 50 derajat dan 120 derajat.
Dapur pacunya ditenagai oleh chipset Qualcomm Snapdragon 888 dengan RAM 12GB LPDDR5 dan penyimpanan internal UFS 3.1 512GB. Kapasitas baterainya 4.500 mAh dengan dukungan pengisian cepat 33W SuperVOOC, nirkabel 15W AirVOOC, dan reverse charging 10W.
Selain itu, total ada lima kamera yang menempel pada bodi OPPO Find N. Tiga di bagian belakang dan dua kamera selfie di layar luar dan dalam. Kamera utamanya menggunakan sensor Sony IMX766 50MP (1/1.56 inci, piksel 1.0 µm). Berpadu kamera 16MP dengan lensa ultrawide 14mm (IMX481), dan kamera 13MP dengan lensa telephoto 52mm (S5K3M5).
OPPO Find N akan tersedia di pasar Tiongkok mulai tanggal 23 Desember 2021. Harganya mulai dari RMB 7.699(Rp17,3 jutaan) untuk versi 8GB/256GB dan RMB 8.999 (Rp20,2 jutaan) untuk versi 12GB/512GB. Belum ada informasi kapan OPPO Find N meluncur ke pasar global dan ketersediaannya di Indonesia.
Tahun 2021 ini, Canon hanya merilis satu model kamera mirrorless saja. EOS R3 namanya, kamera mirrorless full frame flagship yang dirancang untuk para fotografer profesional yang mementingkan kecepatan, kualitas gambar tinggi, dan tangguh untuk pengambilan gambar di segala medan. Contohnya seperti fotografi olahraga, margasatwa, dan jurnalisme foto.
Boleh dibilang ia adalah titisan dari kamera DSLR flagship termutakhir dari Canon yakni EOS-1D X Mark III, yang hadir dengan sistem kamera EOS R dan teknologi yang jauh lebih canggih. Beberapa fitur unggulannya antara lain continuous shooting 30 fps, Eye Control AF, Vehicle Priority AF, dan hingga perekaman 6K RAW.
Dalam acara peluncuran virtual bertajuk ‘Built for Speed‘, Canon melalui pt. Datascrip sebagai distributor tunggal produk pencitraan digital Canon di Indonesia, telah menghadirkan EOS R3 yang dibanderol dengan harga Rp117.370.000 untuk body only dan bergaransi 2 tahun dari Datascrip.
Fitur Unggulan Canon EOS R3
Dari segi spesifikasi, Canon EOS R3 mengusung sensor back-illuminated stacked CMOS 24,1MP generasi baru hasil rancangan dan produksi Canon sendiri yang dipadukan dengan prosesor DIGIC X.
Electronic shutter pada kamera ini mampu memotret pada mode continuous shooting hingga 30 fps pada resolusi penuh, dengan autofocus (AF) dan auto exposure(AE) yang tetap aktif. Kecepatan maksimum electronic shutter-nya mencapai angka 1/64.000 detik.
EOS R3 juga dapat mengurangi distorsi rolling shutter, teknologi sensor terbarunya membuat pengguna dapat dengan nyaman tanpa terganggu blackout pada layar. Sementara, kalau menggunakan shutter mekanik, kecepatannya turun menjadi 12 fps dan kecepatan shutter maksimumnya sampai 1/8.000 detik.
Sistem autofocus-nya menggunakan teknologi Dual Pixel CMOS AF II dan EOS R3 menawarkan fitur yang sangat menarik yaitu Eye Control AF. Fitur ini mampu membuat pengguna untuk memilih titik fokus menggunakan gerakan mata melalui electronic viewfinder (EVF).
Sebagai salah satu jurnalis foto yang telah mencoba EOS R3, Mast Irham merasa Canon EOS R3 sangat mendukung dan memudahkan meraih momen terbaik. “Teknologi Eye Control AF ini sangat berguna bagi saya yang membutuhkan titik fokus secara cepat, lebih cepat daripada memindahkan titik fokus melalui tombol di kamera. Kini dengan hanya menggerakan bola mata ke arah subjek yang saya inginkan, titik fokus dapat dengan cepat dan mudah didapat,” ujarnya.
Untuk framing, EOS R3 menyediakan electronic viewfinder dengan panel OLED beresolusi 5,76 juta titik dan didukung refresh rate 120 fps yang memberikan pengalaman memotret yang alami. Pengguna juga bisa leluasa melakukan pengambilan gambar dari berbagai sudut dengan adanya LCD sentuh vari-angle 3,2 inci 4,14 juta titik.
Selain itu, Mast Irham juga sangat terkesan dengan fitur Vehicle Priority AF. Canon terus mengembangkan EOS iTR (Intelligent Tracking & Recognition) AF X dengan teknologi deep-learning. Selain fitur Eye Detection AF dan Animal Detection AF, EOS R3 memiliki fitur baru yang sangat didambakan para penggemar fotografi aksi cepat otomotif yaitu Vehicle Priority AF.
Sistem autofocus pada EOS R3 dapat mendeteksi mobil dan sepeda motor yang bergerak cepat, bahkan untuk fokus yang lebih spesifik pada helm si pengemudi. Kamera ini memiliki deteksi AF hingga EV -7.5 yang sangat membantu pengguna mendapatkan fokus saat membidik di kondisi minim cahaya.
Dengan rentang ISO 100-102.400 yang dapat ditingkatkan hingga 204.800, sensor baru pada kamera ini memiliki kapabilitas untuk memotret pada kondisi minim cahaya tanpa khawatir dengan noise pada ISO tinggi.
Untuk memenuhi kebutuhan video profesional, EOS R3 mampu merekam video dengan format 6K 60p RAW atau 4K 120p 10-bit tanpa crop. Pengguna bisa mendapatkan video 4K 60p yang memiliki kualitas lebih tinggi dengan oversampling dari format 6K. Canon Log 3 dan HDR PQ 10bit 4:2:2 juga tersedia untuk memberikan fleksibilitas dan kemudahan pengguna dalam menyesuaikan berbagai alur kerja pascaproduksi.
Seperti EOS R5 dan R6, EOS R3 juga dilengkapi dengan 5 AXIS In-Body Image Stabilization hingga 5,5 stop dan saat dipasangkan dengan lensa RF yang kompatibel, efektivitasnya bisa mencapai 8 stop. Teknologi IS ini sangat dirasakan manfaatnya oleh Mike Sidharta sebagai fotografer profesional yang telah mencoba EOS R3 untuk Birding Photography.
“Kombinasi teknologi Image Stabilization hingga 8 stop dengan lensa RF membuat kamera ini dapat diandalkan dalam pengambilan foto yang membutuhkan stabilisasi tinggi. Canon EOS R3 juga memiliki resolusi 24MP yang makin membuat saya nyaman pada ukuran file yang dihasilkan, termasuk kualitas gambar yang dihasilkan pada ISO tinggi,” ujar Mike.
Selain itu, Mike juga terkesan dengan bodi yang lebih ringkas dan ringan yakni 822 gram (R3) dibanding 1.250 gram (1D X Mark III) tanpa lensa. Sistem kontrol yang familier dan fitur Animal Detection AF sangat membantunya dalam mendeteksi burung.
Untuk penyimpanan, EOS R3 menyediakan dua slot kartu memori CFexpress Type B dan kartu SD. CFexpress Type B ini untuk mendukung mendukung transfer data berkecepatan tinggi hingga 2GB/detik. Dengan media ini pengambilan gambar secara burst hingga ribuan gambar dalam format RAW atau RAW+JPEG secara continuous dapat diwujudkan, serta mampu merekam video 6K RAW berkualitas tinggi.
Demi memastikan efisiensi dan efektivitas saat digunakan, EOS R3 dibekali baterai LP-E19 berkapasitas besar 2700 mAH untuk memastikan pengambilan gambar dalam waktu yang lama. Jika dibutuhkan, baterai juga dapat diisi menggunakan power bank yang mendukung Power Delivery (PD) melalui kabel USB-C yang kompatibel.
Motorola telah mengumumkan lima smartphone seri Moto G generasi terbaru. Namun yang paling menonjol adalah perangkat flagship Moto G200 5G karena ditenagai oleh chipset terbaik dari Qualcomm saat ini, Snapdragon 888+. Ditandemkan RAM LPDDR5 8GB dan penyimpanan internal UFS 3.1 128GB atau 256GB.
Spesifikasi lainnya, Moto G200 5G mengusung layar IPS 6,8 inci beresolusi 1080×2460 piksel dalam aspek rasio 20:9 dengan screen-to-body ratio 89%. Layarnya memiliki refresh rate tinggi 144Hz, mengantongi sertifikasi HDR10, dan mendukung color space DCI-P3.
Untuk mengabadikan momen, Moto G200 5G mengandalkan tiga unit kamera di belakang. Kamera utamanya 108MP f/1.9 yang secara default menghasil foto 12MP dengan piksel besar 2,1 µm. Kamera sekunder 8MP f/2.2 dengan lensa ultrawide 120 derajatnya dilengkapi autofocus dan dapat membidik foto macro pada jarak 3 cm. Satunya lagi 2MP f/2.4 sebagai depth sensor dan kamera depannya 16MP f/2.2.
Perangkat ini menjalankan sistem operasi Android 11 dan disuplai baterai 5.000 mAh dengan pengisian cepat TurboPower 33W. Motorola turut membekalinya dengan fitur Ready For yang memungkinkan pengguna menghubungkan smartphone ke layar yang lebih besar, baik itu monitor, laptop, ataupun Smart TV.
Saat ini, Moto G200 5G sedang menuju ke pasar Eropa dan Amerika Latin, harganya €450 atau sekitar Rp7,2 jutaan dalam opasi warna stellar blue dan glacier green.
Motorola Moto G71 5G
Beralih ke Moto G71 5G, ia ditenagai oleh salah satu chipset 5G kelas menengah terbaru dari Qualcomm yakni Snapdragon 695. Penerus Snapdragon 690 ini menjanjikan kekuatan CPU 15% dan GPU 30% lebih tinggi. Tentu performa tersebut dicapai berkat sokongan RAM 6GB atau 8GB dan penyimpanan internal 128GB.
Fitur menarik lainnya termasuk sajian panel AMOLED 6,4 inci FHD+, sayangnya refresh rate-nya sebatas 60Hz. Kemudian ada tiga unit kamera belakang, dengan kamera utama 50 MP f/1.8, 8MP f/2.2 dengan lensa ultrawide 118 derajat, dan 2MP f/2.4 untuk macro, serta kamera depan 16MP f/2.2.
Tanki baterainya menampung daya 5.000 mAh dan dapat diisi dengan pengisian cepat 30W. Harga Moto G71 5G dibanderol €300 atau sekitar Rp4,8 jutaan.
Motorola Moto G51 5G
Sama seperti Moto G71 5G, perangkat yang satu ini juga ditenagai salah satu chipset 5G terbaru milik Qualcomm, yakni Snapdragon 480+. Didukung oleh opsi RAM 4GB, 6GB, dan 8GB, serta opsi penyimpanan internal 64GB atau 128GB.
Layar Moto G51 5G masih berjenis IPS, tetapi sudah dibekali refresh rate 120Hz. Membentang seluas 6,8 inci beresolusi FHD+ dalam rasio 20:9.
Balik ke belakang terdapat tiga unit kamera, yang utama beresolusi 50MP f/1.8, ditemani 8MP f/2.2 dengan lensa ultrawide 118 derajat, dan 2MP f/2.4 untuk macro. Kapasitas baterainya 5.000 mAh, tetapi pengisiannya lambat hanya 10W. Harga Moto G51 5G dijual €230 (Rp3,7 jutaan).
Motorola Moto G41
Boleh dikatakan bahwa Moto G41 ialah versi hemat dari Moto G71 5G. Sebab ia juga mengemas layar AMOLED 6,4 inci FHD+ dengan refresh rate 60Hz.
Dijual dengan harga €250 (Rp4 jutaan), spesifikasinya pun mengalami penyesuaian. Dapur pacunya hanya menggunakan chipset MediaTek Helio G85 tanpa kemampuan 5G, dengan RAM 4GB atau 6GB, dan penyimpanan internal 64GB atau 128GB.
Tiga unit kamera belakangnya meliputi kamera utama 48MP f/1.7 dilengkapi OIS, 8MP f/2.2 dengan lensa ultrawide 118 derajat, dan 2MP f/2.4 untuk macro. Selain itu, baterai 5.000 mAh didukung pengisian cepat 30W.
Motorola Moto G31
Spesifikasinya lumayan mirip dengan Moto G41. Termasuk layar AMOLED 6,4 inci FHD+ 60Hz, ditenagai chipset MediaTek Helio G85 tanpa 5G, RAM 4GB, dan penyimpanan internal 64GB atau 128GB.
Perbedaannya, kamera utamanya menggunakan sensor 50MP seperti Moto G71 5G, bersama kamera 8MP dengan lensa ultrawide, dan 2MP macro. Namun baterai 5.000 mAh yang dibawanya hanya didukung pengisian daya 10W. Harga Moto G31 paling murah dari para saudaranya, yakni €200 (Rp3,2 jutaan).
Vivo telah mengkonfirmasi akan meluncurkan smartphone kamera flagship X50 series mereka ke Indonesia, tepatnya pada tanggal 16 Juli mendatang. Buat yang belum mengetahui, Vivo X50 series merupakan smartphone yang mengusung teknologi stabilisasi gimbal.
Inovasi teknologi stabilisasi gimbal ini pertama kali muncul pada smartphone konsep Vivo APEX 2020. Namun pada X50 series, Vivo berhasil membuat ukuran lensanya 40 persen lebih kecil guna menekan ketebalan X50 series agar tetap tipis.
Bila dibandingkan dengan Optical Image Stabilization (OIS), teknologi stabilisasi gimbal pada Vivo X50 series diklaim 3.2x lebih baik dalam meredam getaran. Karena seperti halnya gimbal, seluruh sistem kamera akan bergerak sehingga lensa berada di posisi yang stabil untuk menghasilkan foto yang tajam dan tidak kabur.
Selain mengunggulkan teknologi stabilisasi gimbal, Vivo X50 series juga akan membawa fitur kamera pendukung lainnya. Antara lain Extreme Night Vision, seperti yang kalian ketahui saat mengambil foto malam kita harus memegang smartphone dengan stabil, teknologi stabilisasi gimbal tentunya akan meningkatkan tingkat keberhasilan untuk mendapatkan foto malam secara optimal.
Lalu, X50 series juga membawa kemampuan memperbesar gambar 5x optical zoom dan 60x Hyper Zoom. Serta Pro Sport Mode, untuk menangkap foto dengan objek yang bergerak cepat. Nah yang membuat saya begitu penasaran ialah seberapa baik penerapannya pada sisi videografi.
Kalau dari aspek tampilan, Vivo X50 series mengadopsi X-Class design yang dibalut dengan warna Alpha Grey. Sebetulnya masih ada banyak lagi fitur yang diusung X50 series dan untuk spesifikasi maupun harga nanti akan kita bahas lebih lanjut pada hari peluncuran resminya.
Jelang peluncuran Vivo X50 series pada 16 Juli mendatang, Vivo telah membuka program Blind Pre-Order sejak tanggal 7 Juli hingga 15 Juli dengan menawarkan keringanan down payment sebesar Rp500.000. Dengan berbagai benefit tambahan dan hadiah menarik bagi konsumen yang ingin lebih dulu memiliki Vivo X50 series, seperti seperti Blibli Voucher senilai hingga Rp500.000, Vivo TWS Neo, dan Speaker Pintar Google Nest mini 2.
Realme telah meluncurkan smartphone flagship penerus X2 series mereka, disebut Realme X3 SuperZoom. Sesuai namanya, perangkat ini mengunggulkan kemampuan memperbesar gambar 5x optical zoom dan hingga 60 hybrid zoom.
Kamera belakang Realme X3 SuperZoom ada empat unit. Kamera utamanya beresolusi 64MP f/1.8, dengan sensor berukuran 1/1.76 inci, dan piksel 1.8µm. Bersama kamera 8MP f/3.4 dengan lensa periscope telephoto 124mm, 8MP f/2.3 dengan lensa ultra wide 16mm yang menyuguhkan bidang pandang 119 derajat, dan 2MP dengan lensa macro.
Kamera utama Realme X3 SuperZoom punya fitur Nightscape 4.0 dengan mode Pro, yang mana pengaturan ISO, shutter speed, white blance, dan fokus bisa disesuaikan secara manual. Juga membawa mode tripod dan mode AI yang serba otomatis memberikan pengaturan terbaik sesuai kondisi pemotretan.
Beralih ke depan, perangkat ini membawa panel IPS bukan AMOLED, berukuran 6,57 inci beresolusi 1080×2400 piksel dengan refresh rate 120HZ. Di pojok kiri atas layar bisa dijumpai dua lubang kamera depan yaitu 32MP dengan sensor Sony IMX616 dan 8MP dengan lensa ultra wide.
Sementara, dapur pacunya mengandalkan chipset Qualcomm Snapdragon 855+, bersama RAM 12GB, penyimpanan internal USF 3.0 256GB dengan Turbo Write, dan sistem pendingin vapor chamber cooling. Kapasitas baterainya 4.200 mAh dengan fast charging 30W melalui USB Type-C.
Berapa harganya? Realme X3 SuperZoom dibanderol dengan harga €499 atau sekitar Rp8 jutaan. Tersedia dalam pilihan warna glacier blue serta arctic white, dan dalam satu varian saja 12GB/256GB.
OnePlus telah mengumumkan smartphone flagship terbaru mereka, OnePlus 8 beserta varian Pro-nya. Diotaki chipset teranyar Qualcomm Snapdragon 865, keduanya pun mendukung konektivitas 5G dan WiFi 6.
Dari desain, tampilan OnePlus 8 dan 8 Pro terlihat identik. Bagian muka mengemas Fluid AMOLED dengan panel 10-bit dan dukungan HDR+. Tak ada pop up camera, digantikan dengan punch hole yang terletak di pojok kiri atas untuk kamera depan 16MP. Kabar baiknya, perubahan tersebut membuat body OnePlus 8 Pro tahan air dengan sertifikasi IP68.
Perbedaan kedua terletak pada panel OnePlus 8 memiliki refresh rate 90Hz dan berukuran 6,55 inci dengan resolusi 1080×2400 piksel. Sementara, varian Pro mengusung panel 120Hz dan touch sampling rate 240Hz yang lebih ideal untuk aktivitas gaming. Ukurannya 6,78 inci beresolusi 1440×3168 piksel.
Sistem operasi yang dijalankan adalah Android 10 dengan user interface OxygenOS versi 10.0. Untuk sistem keamanannya mengandalkan fingerprint under display. Dapur pacunya Snapdragon 865 yang dibuat pada 7nm+ delapan inti. Meliputi 1x 2,84 GHz Kryo 585, 3x 2,42 GHz Kryo 585, dan 4x 1,8 GHz Kryo 585, serta GPU Adreno 650.
Keduanya punya dua varian, RAM 8GB dengan penyimpanan UFS 3.0 128GB dan RAM 12GB dengan storage UFS 3.0 256GB. Sebagai catatan, jenis RAM pada OnePlus 8 adalah LPDDR4X dan OnePlus 8 Pro LPDDR5. Soal baterai, OnePlus 8 berkapasitas 4.300 mAh dan 8 Pro 4.510 mAh dengan teknologi fast charging 30W yang sanggup mengisi 50 persen dalam 22 menit atau 23 menit untuk versi Pro.
Pada sektor kamera, OnePlus 8 membawa setup triple camera. Kamera utamanya menggunakan sensor Sony IMX586 beresolusi 48MP (0.8µm, f/1.8) dan sensornya berukuran 1/2.0 inci. Kamera sekunder 16MP f/2.2 dengan lensa ultra wide 13mm yang memberikan bidang pandang 116 derajat, dan satu lagi 2MP f/2.4 dengan lensa macro.
Setup camera OnePlus 8 Pro lebih powerful dengan empat kamera. Kamera utamanya menggunakan sensor Sony sensor IMX689 beresolusi 48MP f/1.8 dan memiliki ukuran sensor lebih besar 1/1.4 inci, ukuran tiap pikselnya pun menjadi 1.12µm.
Lalu, kamera dengan lensa ultra wide 13mm juga beresolusi 48MP f/2.2 yang menyuguhkan bidang pandan 120 derajat dan juga berfungsi ganda sebagai lensa macro pada jarak 3cm. Selanjutnya, 8MP f/2.4 dengan lensa telephoto yang memberikan kemampuan 3x optical zoom. Satu lagi, 5MP f/2.4 sebagai depth sensor.
Perekaman videonya mendukung sampai 4K pada 30/60 fps dan 1080p pada 30/60/240 fps. Lengkap dengan fitur Single Shot 3-HDR, serta punya paduan image stabilization berbasis optical dan electronic. Sementara, kamera depan 16MP hanya mendukung perekaman video 1080p 30 fps.
Mengenai harga dan ketersediaannya, keduanya akan tersedia mulai tanggal 24 April di AS. OnePlus 8 varian RAM 8GB dibanderol US$700 dan US$800 untuk RAM 12GB dalam warna Interstellar Glow dan Glacial Green. Sedangkan, OnePlus 8 Pro dibanderol US$899 untuk RAM 8GB dan US$999 untuk RAM 12GB dan penyimpanan 256GB, serta tersedia dalam warna Ultramarine Blue, Glacial Green, dan Onyx Black.
Huawei Mate 30 Pro adalah smartphone Android, namun tanpa Google Mobile Services. Artinya, tanpa aplikasi bawaan Google seperti YouTube, Chrome, Drive, Gmail, dan layanan Google lainnya – termasuk toko aplikasi Play Store.
Sebagai gantinya, Mate 30 Pro menggunakan Huawei Mobile Services dan menyediakan AppGallery sebagai toko aplikasinya. Namun, Anda tetap tidak akan menemukan aplikasi Google di sini dan tidak semua aplikasi di Play Store ada di AppGallery.
Saya ambil contoh aplikasi populer yang sering digunakan seperti WhatsApp, Instagram, Facebook, Lightroom, Netflix, Spotify, bahkan Gojek dan Grab pun tidak tersedia di AppGallery. Termasuk game-game populer seperti Mobile Legends: Bang Bang, PUBG, dan Call of Duty Mobile.
Ya, kita mungkin bisa mengunduh file APK-nya di website APK mirror misalnya. Namun, kita harus menginstal ulang aplikasi saat ada update aplikasi. Perlu dicatat juga, tanpa Google Mobile Services sejumlah aplikasi mungkin tidak berjalan optimal, beroperasi dengan beberapa keterbatasan, bahkan tidak bisa bekerja sama sekali.
Solusi lain, pengguna Mate 30 Pro bisa mengganti Huawei Mobile Services menjadi Google Mobile Services. Metodenya agak merepotkan bagi sebagian orang, serta mungkin ada resiko keamanan dan tersusup malware.
Kurang lebih itu yang harus kalian dipahami sebelum memutuskan untuk membeli Huawei Mate 30 Pro, konsekuensi berat tanpa dukungan Google. Desain cantik dengan layar melengkung, chipset yang super powerful, dan kemampuan kamera dengan label Leica menjadi beberapa daya tarik smartphone ini. Berikut review Huawei Mate 30 Pro selengkapnya.
Desain
Ada beberapa hal yang menonjol pada desain Huawei Mate 30 Pro, mulai dari layar yang melengkung, ukuran notch-nya, dan rakitan kamera belakangnya. Ya, layarnya tumpah ke samping 88 derajat sehingga saat smartphone diletakkan secara datar bezel samping tidak terlihat.
Layar dengan sisi lengkung ini membentang 6,53 inci, menggunakan panel OLED beresolusi 1176×2400 piksel (409 ppi) dalam rasio 18.5:9. Serta, mengemas DCI-P3 dan tampilan HDR10. Tak lupa, ada sensor NFC di body Mate 30 Pro.
Hanya menyisakan satu tombol power di sisi kanan dan Anda tidak akan menemukan tombol volume. Untuk menyesuaikan level suara, kita bisa mengetuk dua kali di atas tombol power dan mengusap ke atas ke bawah yang berlaku di sisi kiri juga. Selain untuk menyesuaikan volume, layar lengkung ini tidak aktif sehingga tak perlu takut kepencet saat memegang smartphone.
Menuju notch, area ini menampilkan kamera depan 32MP dengan aperture f/2.0, kamera TOF 3D yang digunakan untuk efek bokeh dan face recognitian, sensor proximity dan ambient light. Tak ada earpiece, suara dihantarkan lewat getaran di layar. Smartphone ini hanya punya satu speaker yang berada di sisi bawah bersama port USB Type-C, mikrofon, dan SIM Tray.
Unit yang saya review merupakan varian dual SIM dengan dua slot yang bersifat hybrid. Di mana slot kedua bisa dimanfaatkan untuk menyisipakan nano memori card. Lalu, di sisi atas terdapat mikrofon sekunder dan infra merah. Frame-nya sendiri terbuat dari alumunium, serta bagian depan belakang diproteksi oleh Gorilla Glass 6 dan body-nya tahan air dengan sertifikasi IP68.
Beralih ke belakang, rakitan triple-camera belakangnya (empat bila kamera ToF 3D dihitung) sangat mencolok dengan bingkai bulat yang menonjol. Tak jauh dari kamera, ada dual-LED flash, light temperature sensor, dan label Leica dengan keterangan lensa VARIO-SUMMILUX-H 1:1.6-2.4/18-80 ASPH. Unit yang saya review berwarna space silver, opsi lain tersedia dalam warna classic black, emerald green, dan cosmic purple.
Layar dan Antarmuka
Huawei Mate 30 Pro masih merupakan smartphone Android dan berjalan di atas Android 10 dengan antarmuka EMUI 10. Namun tanpa dukungan Google Mobile Services, jadi jangan kaget bila Anda tak menjumpai satu pun aplikasi atau layanan Google termasuk Play Store, serta tidak bisa menginstal aplikasi dan game populer.
Secara default, antarmuka EMUI 10 bergaya home screen satu lapis dengan Huawei Assistant di sisi paling kiri dan mengadopsi sistem navigasi berbasis gesture. Misalnya usap sisi kanan atau kiri bagian bawah ke tengah untuk fungsi back, usap dari bawah ke atas sisi bawah untuk ke home screen, serta usap setengah dan tahan dari bawah ke atas sisi bawah untuk menampilkan task switcher.
Layar dengan sisi melengkung Mate 30 Pro menggunakan panel OLED berukuran 6.53 inci dengan resolusi 1176×2400 piksel dalam aspek rasio 18.4:9 yang menyuguhkan tingkat kerapatan 409ppi. Di pengaturan layar, terdapat menu Color & Eye Comfort yang berisi opsi natural tone, color mode & temperature, dan eye comfort termasuk di dalamnya fitur flicker reduction.
Untuk sistem keamanan, smartphone ini dilengkapi optical under-display fingerprint scanner. Selain untuk unlock device, bisa juga dimenfaatkan untuk mengunci file manager dan aplikasi. Terdapat juga metode face unlock dengan kamera ToF yang menggunakan 3D scanner yang jauh lebih aman dibanding sekedar mengandalkan kamera depan.
Kamera dengan Label Leica
Membawa label Leica dan ranking tinggi di DXOMark, kemampuan foto dan video memang menjadi daya tarik utama Huawei Mate 30 Pro. Smartphone ini mengusung konfigurasi triple camera dan pada mode foto Pro, di mana hasil jepretannya bisa disimpan dalam format Raw.
Menurut saya, dukungan Raw ini sangat penting untuk memaksimalkan potensi setup kamera yang ditawarkan oleh Mate 30 Pro. Kamera utamanya 40MP Quad Bayer 27mm dengan filter RYYB dan dilengkapi OIS. Sensornya berukuran 1/1.7″ dengan aperture f/1.6.
Kamera kedua juga 40MP Quad Bayer dengan lensa ultra-wide 18mm dan yang menarik ialah ukuran sensor gambarnya terbilang terbesar di kelas smartphone yakni 1.54″ dengan aperture f/1.8. Secara default, hasil bidikannya berada di resolusi 10MP pada aspek rasio 4:3 dan tersedia juga opsi 40MP 4:3 di pengaturan kamera.
Kamera yang ketiga 8MP dengan lensa telephoto 80mm dengan OIS dan aperture f/2.4 yang menyuguhkan fasilitas 3x optical zoom dan hingga 30x digital zoom. Serta, kamera ekstra 3D ToF untuk efek bokeh dan meningkatkan autofocus-nya.
Untuk antarmuka aplikasi kameranya cukup fungsional dan saat memotret dalam posisi landscape, ada tombol rana ekstra di sisi atas sebelah kiri. Pada mode foto, sisi kiri terdapat akses ke pengaturan kamera, picture style, pengaturan flash, Master AI yang mampu mengenali dan mengatur ulang pengaturan kamera hingga 1.500 scene, serta scan shopping.
Picture style atau efek yang tersedia adalah Leica standard, Leica vivid, Leica smooth, sentimental, impact, ND, valencia, blue, halo, nostalgia, dan dawn. Slider untuk beralih focal length dari wide sampai 30x zoom digital ada di sisi bawah.
Selain mode photo, mode utama lainnya dari yang paling kiri ada mode aperture, night, portrait, video, Pro, dan sisinya ada di ‘more‘. Ada mode monochrome, HDR, stickers, panorama, light painting, moving picture, dual-view, slow-mo, AR lens, time-lapse, dan documents.
Pada mode foto Pro, pengguna Mate 30 Pro diberi sistem kontrol manual layaknya kamera digital. Kita bisa mengatur white balance (2.800-10.000K), mode AF (AF-C, AF-S, dan MF), exposure compensation, shutter speed (1/4000 – 30s), ISO dari 50-6.400, dan metering focus.
Masih di mode Pro, picture style yang bisa digunakan hanya ada tiga yaitu Leica standard, Leica vivid, dan Leica smooth. Lalu, di sini kita bisa menggunakan fungsi zoom secara leluasa – focal length yang tersedia hanya 1x, wide, dan 3x opctical zoom.
Tengok ke pengaturan resolusi kamera, ada opsi untuk menyimpan di format Raw. Kenapa ini penting? Karena foto dalam format ini mengandung semua informasi yang ditangkap oleh kamera, tidak ada yang dikurangi untuk fleksibilitas editing.
Lalu, yang menggembirakan lagi adalah mode Pro juga tersedia di opsi perekam video. Kurang lebih sama, bedanya tidak ada opsi shutter speed dan kemampuan zoom bisa sampai 5x. Sementara, di mode video standar bisa menggunakan zoom sebanyak 10x, semua efek picture style bisa digunakan, termasuk mode beauty.
Kamera belakangnya ini sanggup merekam video hingga resolusi 4K pada 60fps dengan kamera utama dan ultra wide. Fitur video stabilization tetap aktif, meskipun tak ada opsi khusus untuk menyalakan dan mematikannya. Sedangkan, kamera depannya sebatas 1080p 30fps. Bagi yang suka bereksplorasi dengan fitur slow-mo, ada opsi 1080p pada 120fps, 240fps, hingga 960fps. Serta, 720p pada 1920fps atau 7680fps.
Satu lagi, Leica sendiri memang punya kamera yang hanya menggunakan sensor monochrome atau black & white dan masih digandrungi untuk menciptakan foto dengan nilai seni tinggi. Pada Mate 30 Pro, Huawei juga turut melengkapi mode foto monochrome-nya dengan sejumlah opsi dari mode normal, aperture, portrait, hingga mode Pro.
Berikut hasil foto dari Huawei Mate 30 Pro:
Hardware & Performa
Bertenaga chipset HiSilicon Kirin 990 yang dibuat pada proses fabrikasi 7nm, Huawei Mate 30 Pro adalah smartphone dengan performa super powerful yang ada di pasaran saat ini. Di dalam SoC tersebut terdapat CPU octa-core dengan tiga cluster, terdiri dari 2×2.86 GHz Cortex-A76, 2×2.09 GHz Cortex-A76, dan 4×1.86 GHz Cortex-A55.
Pengolahan grafisnya mengandalkan GPU Mali-G76 MP16 (16 core) pada kecepatan 600MHz. Lengkap dengan sepasang dedicated neural processing unit (NPU) untuk menangani tugas-tugas yang berkaitan dengan kecerdasan buatan.
Lalu, didukung pula RAM 8GB dan penyimpanan UFS 3.0 dengan kapasitas 128GB atau 256GB. Bila kurang, ruang simpan masih bisa diperluas lewat penggunaan standar memori milik Huawei yang disebut nano memory. Tangki baterainya sebesar 4.500 mAh yang mendukung pengisian cepat Huawei SuperCharge dengan adapter bawaan 40W dan 27W wireless charging.
Verdict
Huawei Mate 30 Pro adalah smartphone Android flagship tanpa dukungan Google dan ekosistem Android. Jadi, terus terang smartphone ini kurang cocok dijadikan sebagai daily driver utama orang Indonesia. Kecuali kalau Anda suka tantangan atau dijadikan sebagai smartphone kedua.
Ya, sebetulnya ada cara untuk mengganti Huawei Mobile Services menjadi Google Mobile Services sehingga mendukung Play Store dan menginstal aplikasi atau game dengan mudah. Namun, sekali lagi prosesnya repot dan keamanannya pun dipertanyakan.
Lalu harus diakui, Huawei Mate 30 Pro adalah smartphone kamera sejati dan sudah dijelaskan di atas kebolehannya. Namun, kebanyakan smartphone flagship kompetitor juga mengedepankan kemampuan kamera juga. Sebagai penutup, balik lagi ke poin pertama – apa kalian siap tanpa Google?
Sparks
Layar OLED dual-curved yang cantik
Punya fingerprint reader under display optical dan 3D face recognition
Body tahan air dengan sertifikasi IP68
Smartphone kamera, bawa label Leica dan dukungan format Raw
Rekaman 4K 60fps dengan video stabilization aktif
Chipset Kirin 990 yang powerful
Slacks
Smartphone Android 10, tapi tanpa Google Mobile Services
Ketersediaan aplikasi dan game di AppGalerry sangat terbatas
Rentan terjangkit malware bila menginstal APK aplikasi
Masih ingat dengan Find X? Smartphone flagship OPPO yang dirilis pada tahun 2018 lalu tersebut punya desain cantik dengan keunikan mekanisme kamera depan ‘sliding structure‘ dan ditenagai chipset terkuat saat itu.
Ya, smartphone Find series berbeda dengan Reno series yang dalam satu tahun bisa dirilis bahkan dua generasi. Bila tidak ada teknologi yang benar-benar baru, Find series belum tentu hadir setiap tahun.
Tahun 2019 saja tidak ada dan Find series generasi teranyar baru saja tiba tahun 2020, di mana OPPO telah mengumumkan Find X2 dan X2 Pro. Lalu, teknologi baru apa saja yang diusungnya?
Mari mulai dari konektivitas termutakhir yakni 5G dan WiFi 6. Aryo Meidianto A, PR Manager OPPO Indonesia memastikan bahwa Find X2 dan Find X2 Pro telah mendukung konektivitas 5G. Tentu saja, keunggulan 5G ini bisa dinikmati oleh pengguna nanti bila jaringan 5G sudah hadir di Indonesia.
Kemudian, bagian depan didominasi oleh ultra vision screen 6,7 inci dengan panel AMOLED dan memiliki refresh rate 120Hz dengan resolusi lebih tinggi yakni QHD+. Refresh rate tinggi ini tentunya juga meningkatkan pengalaman bermain game dan mendukung touch-sensing 240Hz. Panel bisa diatur otomatis atau disesuaikan ke 60Hz, 90Hz, atau 120Hz.
Kamera utamanya mengandalkan sensor Sony IMX689 yang dirancang khusus dan sanggup merekam video 4K 30fps atau 60fps. Yang menggembirakan ialah OPPO memperkenankan hasil jeptretan dalam format Raw 12 bit. Jadi, pengguna mendapatkan kelelusaan lebih saat mengedit foto.
Berikutnya SuperVOOC 2.0 65W yang sanggup mengisi penuh dalam waktu 38 menit. Lalu, dapur pacunya adalah chipset tercanggih saat ini; Snapdragon 865 dengan penyimapanan internal 512GB tanpa slot microSD dan RAM sebesar 12GB.
Rencananya pre-order OPPO Find X2 dan Find X2 Pro bakal dibuka pada periode 7 hingga 12 Maret 2020 melalui Blibli.com. Find X2 tersedia dalam dua varian warna yakni dark sea dan blue wave dan dijual dengan harga Rp14.999.000. Sementara, Find X2 Pro dibanderol Rp17.999.000 dalam warna tea orange dan dark sea. OPPO juga memberikan penawaran menarik kepada konsumen yang melakukan pemesanan perangkat Find X2 dan Find X2 Pro.
Setelah X-T200 dan X100V, Fujifilm kini telah resmi menghadirkan X-T4 di Indonesia. Kamera mirrorless flagship penerus X-T3 ini dibanderol dengan harga Rp26.999.000 untuk body only dan Rp32.999.000 dengan lensa kit XF 18-55mm F2.8-4 LM OIS. Rencananya penjualan Fujifilm X-T4 akan dimulai pada bulan April 2020.
Dari pantauan saya, saat ini X-T3 bisa didapat seharga Rp19.499.000 untuk body only dan kamera ini diakui memiliki kemampuan foto dan juga video yang mumpuni. Lalu, peningkatan apa saja yang dibawa oleh Fujifilm X-T4 dibanding pendahulunya?
Salah satu fitur utamanya adalah in-body image stabilization atau IBIS yang mampu mengurangi guncangan hingga 6,5 stop ketika menggunakan 18 dari total 29 lensa XF/XC Fujifilm dan sisanya mendukung 5 stop. Singkatnya untuk foto, keberadaan IBIS ini memungkinkan kita menekan nilai ISO dengan menggunakan shutter speed lebih rendah. Sementara, untuk video membantu kita memperoleh footage dengan pergerakan lebih stabil saat handheld.
Lebih lanjut, 5-axis image stabilization pada Fujifilm X-T4 ini menggunakan gaya magnet daripada pegas. Di mana ukurannya 30 persen lebih kecil, 20 persen lebih ringan, dan akurasinya diklaim 8 kali lebih baik dari IBIS milik X-H1.
Fujifilm X-T4 menggunakan sensor dan prosesor yang sama seperti X-T3 yang juga terdapat pada X-T30, X-Pro3, dan X100V. Adalah sensor gambar generasi keempat, BSI X-Trans CMOS 4 APS-C dengan resolusi 26MP dan X-Processor 4. Namun, X-T4 dilengkapi dengan mekanisme rana baru.
Fujifilm menyebutnya ‘ultra-fast focal plane shutter’. Singkatnya memberi kemampuan burst shooting 15fps dengan full autofocus dan auto exposure. Bila menggunakan electronic shutter akan mendapatkan 20fps atau 30fps dengan crop 1.25x. Rana baru tersebut juga memiliki memiliki daya tahan dua kali lipat dengan 300.000 gerakan dan 30 persen lebih tenang dibanding X-T3.
Dari segi fisik, tampilan X-T4 tampak identik seperti X-T3. Bedanya kini X-T4 memiliki mekanisme layar yang fully articulated yang sangat berguna untuk memastikan framing dan autofocus-nya tepat saat syuting seorang diri. Yang menarik, X-T4 tuas khusus untuk beralih ke mode still dan video.
Lalu, grip-nya kini sedikit lebih dalam sehingga lebih nyaman bila menggunakan lensa yang ukurannya besar. Serta, ada beberapa lagi penyesuaian lainnya seperti hilangnya port headphone. Sebagai gantinya bisa menggunakan port USB Type-C dengan dongle yang terdapat dalam paket penjualan.
Kamera ini menggunakan jenis baterai baru NP-W235 yang memiliki kapasitas sekitar 1,5 kali lebih besar dibanding NP-W126S. Sehingga sanggup menjepret hingga 500 sekali charge, bahkan 600 jepretan bila menggunakan mode ‘economy‘.
Buat pecinta mode film simulation, ada yang baru di X-T4 yakni Eterna Bleach Bypass. Alternatif untuk F-Log untuk mendapatkan footage cinematic langsung dari kameranya dengan saturasi rendah kontras tinggi. Kemudian yang baru lagi adalah dukungan perekam video slow motion 1080p pada 240fps.
Masih banyak lagi peningkatan dan fitur menarik pada Fujifilm X-T4 dan semoga saya bisa mendapatkan unit review-nya segera untuk mengulas secara lebih detail. Dalam acara ini, Fujifilm juga turut menampilkan X100V – kamera compact premium ini dibanderol Rp21.999.000.
Realme sepertinya belum cukup memenuhi pasarnya dengan smartphone Android Realme 3 Pro yang telah saya review sebelumnya. Kali ini, Realme kembali meluncurkan smartphone Android yang memiliki desain kekinian, yaitu dengan menggunakan kamera selfie mekanik yang muncul pada saat dibutuhkan. Smartphone tersebut adalah Realme X.
Realme X mengusung slogan “Dare to Leap” yang mengadopsi feature yang ada pada perangkat flagship. Salah satunya adalah peningkatan dibidang kamera, seperti menggunakan sensor Sony IMX 586 dan kamera pop up. Audio dengan Dolby Atmos juga dihadirkan oleh perangkat yang satu ini. Realme pun juga menjual harga yang jauh lebih murah daripada perangkat-perangkat flagship yang ada saat ini.
Sama seperti Realme 3 Pro, Realme X juga menggunakan SoC yang sama. Berikut adalah perbandingan spesifikasi antar keduanya
Berikut adalah hasil dari pindaian CPU-z dan SensorBox
Sayangnya, perangkat Realme X datang ke meja pengujian DailySocial tanpa perlengkapan dan paket penjualan.
Desain
Jika Anda pernah melihat OPPO F11 Pro, mungkin desain smartphone Realme X akan mengingatkan perangkat yang satu itu. Realme X juga memiliki body yang terbuat dari plastik polikarbonat. Pada bagian belakangnya, Realme menggunakan finishing seperti kaca dan menggunakan warna gradasi. Unit yang kami dapatkan memiliki gradasi biru-hitam.
Resolusi yang dimiliki oleh Realme X sama dengan Realme 3 Pro, yaitu 2340×1080 yang memiliki rasio 19,5:9. Perbedaannya adalah dimensi layar dari Realme X sebesar 6,53 inci. Layarnya sendiri juga sudah terlindungi dengan Gorilla Glass 5 yang diklaim dapat bertahan saat jatuh dari ketinggian satu meter. Realme X juga telah memiliki anti gores, sama seperti Realme 3 Pro.
Berbicara mengenai layar, kali ini Realme tidak menggunakan notch pada smartphone X. Realme X merupakan perangkat pertama yang menggunakan layar penuh. Jenis layar yang digunakan adalah Super AMOLED dengan rasio layar berbanding badan 91.2%. Selain itu, Realme juga menghadirkan sensor sidik jari bawah layar berbasis optik dari Goodix. Hasilnya, sensor sidik jari ini memang responsif.
Pada bagian belakang Realme X dapat ditemukan dua buah kamera lengkap dengan LED Flash. Bagian ini cukup menonjol sehingga cukup merisaukan saat smartphone ditaruh di atas meja dan tergeser, membuat kaca lensa dapat baret, walau menggunakan kaca Sapphire. Oleh karenanya, gunakan saja back case transparan bawaannya sehingga dapat membuat bagian kameranya tidak menonjol.
Pada bagian kiri dari smartphone ini terdapat dua tombol volume. Pada bagian kanannya terdapat tombol daya dan slot SIM tanpa hadirnya tempat untuk microSD. Pada bagian atasnya terdapat modul kamera depan serta microphone kedua. Dan pada bagian bawahnya terdapat slot USB-C untuk mengisi daya, port Audio 3.5mm, serta speaker.
Sistem operasi yang digunakan pada Realme X sama dengan yang digunakan pada Realme 3 Pro. Dengan basis Android 9 Pie, Realme X menggunakan ColorOS versi 6. Dan berbeda dengan yang digunakan pada OPPO, ColorOS 6 yang digunakan pada Realme X menghadirkan app drawer.
Audio juga menjadi bagian yang cukup mengejutkan pada Realme X. Dengan menggunakan Dolby Atmos, membuat suara yang keluar dari lubang 3.5 mm tersebut terasa bagus untuk didengarkan. Hal ini tentu bisa menjadi bahan pertimbangan saat ingin membeli sebuah smartphone yang sekaligus menjadi perangkat untuk mendengarkan musik dan menonton video.
Jaringan LTE
Realme selalu mendukung kanal-kanal 4G LTE yang ada di Indonesia pada setiap smartphone mereka. Realme 3 Pro sendiri mendukung band 1(2100), 3(1800), 4(1700/2100), 5(850), 8(900), 34(2000), 38(2600), 39(1900), 40(2300), dan 41(2500) yang digunakan oleh semua operator seluler di Indonesia. Realme X menggunakan LTE Cat 6 yang mendukung 2 Carrier Aggregation dengan kecepatan download sampai dengan 300 Mbps.
Kamera
Kamera merupakan satu hal yang paling ditonjolkan pada Realme X. Tidak tanggung-tanggung, kamera utamanya menggunakan sensor Sony IMX 586 yang memiliki fasilitas pixel binning hingga 48 MP. Kamera depannya juga memiliki teknologi yang sama dengan menggunakan sensor Sony IMX 471.
Kamera utamanya juga dilengkapi dengan beberapa fasilitas seperti Nightscape dan Chroma Boost. Hasil dari kamera utama ini tentu menjadi lebih baik berkat kedua fasilitas tersebut. Noise yang dihasilkan cukup minim serta saturasi warnanya menjadi pas. Ketajamannya juga cukup baik sehingga dapat diandalkan saat mengambil momen di sekitarnya.
Kamera depannya akan muncul dalam waktu 0,74 detik saat dibutuhkan. Hasil tangkapannya pun juga cukup tajam untuk sebuah kamera depan. Mungkin perangkat ini merupakan smartphone Realme dengan hasil kamera depan terbaik di antara perangkat Realme lainnya.
Kamera pop up yang dimiliki oleh smartphone ini juga sudah dilengkapi dengan sensor jatuh. Saat smartphone terjatuh, kameranya akan langsung menutup sendiri. Pengguna juga akan menerima notifikasi apakah ingin keluar dari aplikasi atau melanjutkan penggunaan kamera tersebut.
Pengujian
Realme X menggunakan chipsethigh end yang saat ini sepertinya belum terlalu banyak digunakan oleh produsen smartphone, yaitu Snapdragon 710. Snapdragon 710 sendiri menggunakan dua inti Snapdragon Kryo 360 yang berbasis Cortex A75 yang kencang dalam menjalankan sistem operasi Android.
Dengan menggunakan SoC tersebut, kinerja bermain game sudah pasti tidak perlu diragukan lagi. Game yang kami coba pada perangkat ini adalah PUBG Mobile, LifeAfter, dan AoV. Akan tetapi, dengan layar yang lebar, pengguna harus melakukan setting ulang letak tombol virtual. Saya sering kali gagal menembak lawan pada game PUBG Mobile karena tombol tembak tidak tertekan karena letaknya berbeda dari biasanya.
Kami kembali menghadirkan SoC lain untuk pengujian kali ini. Oleh karena Realme X menggunakan SoC yang sama dengan Realme 3, kami pun kembali menghadirkan perangkat tersebut. SoC Snapdragon 845 pun dihadirkan kembali sebagai pembanding kecepatan.
Uji Baterai dengan MP4
Pengujian kami kali ini menggunakan video MP4 yang dimainkan secara berulang-ulang. Videonya sendiri menggunakan resolusi 1920×1080 dengan codec H.264 dan berdurasi 120 menit. Kami tidak menggunakan BatteryXPRT karena algoritma penghemat baterai yang sangat ketat pada ColorOS 6 versi RealMe X ini.
Pengujian berlangsung selama 13 jam 45 menit pada unit yang kami dapatkan. Setelah baterai habis dan perangkat mati, kami langsung menguji VOOC dengan charger bawaan Realme 3 Pro, karena tidak mendapatkan charger aslinya. Hasilnya, kami dapat mengisi sampai penuh dalam waktu 1 jam 34 menit dengan kondisi perangkat dinyalakan.
Verdict
Realme akhirnya menantang vendor-vendor smartphone lain dengan mengeluarkan perangkat yang memiliki feature yang cukup lengkap. Hal ini pun juga ditawarkan dengan harga sekitar 50% dari para pesaingnya. Selain itu, desainnya juga sangat menarik untuk dilihat.
Kinerja yang ditawarkan pada smartphone ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Dengan Snapdragon 710, perangkat ini sudah mampu menjalankan semua aplikasi yang ada dengan sangat baik. Apalagi, cip penyimpanan internalnya sudah memiliki kinerja yang lebih baik dari pendahulunya.
Kamera juga menjadi poin penjualan penting pada Realme X. Dengan menggunakan dua sensor Sony IMX menjamin hasil tangkapannya menjadi bagus dan sedikit noise. Dengan kamera yang ada dan harga yang lebih terjangkau dari smartphone flagship lainnya, membuat Realme X patut diperhitungkan jika Anda menginginkan sebuah perangkat yang bisa mengambil gambar dengan baik.
Sayangnya, saat artikel ini diterbitkan, Realme belum mengeluarkan harga resminya (akan kami update). Update: Smartphone ini dibanderol dengan harga Rp. 4.199.000. Walaupun begitu, rumornya perangkat ini akan memiliki harga empat jutaan rupiah. Dengan segala feature yang ada, membuat Realme X terlihat terjangkau dengan harga tersebut. Bagi yang merasa harga tersebut mahal, saya cukup menganjurkan untuk mengambil Realme 3 Pro.
Sparks
Kinerja sangat baik
Dolby Atmos
Hasil kamera bagus
ColorOS 6 yang responsif
Pop Up Camera
Daya tahan baterai cukup baik
VOOC yang mengisi baterai dengan cepat
Slacks
Tidak ada NFC
Bagian belakangnya mudah meninggalkan bekas sidik jari