Tag Archives: Flash Coffee

Flash Coffee memiliki misi untuk menyajikan kopi premium yang berbasis teknologi kepada kelas menengah di Asia

Flash Coffee Raih Pendanaan 737 Miliar Rupiah; Klaim Profitabilitas dari Bisnisnya di Indonesia

Startup coffee-chain asal Singapura Flash Coffee berhasil mengamankan pendanaan seri B senilai $50 juta atau lebih dari Rp737 miliar dipimpin oleh White Star Capital. Investor lain yang juga berpartisipasi dalam putaran ini termasuk Delivery Hero, Geschwister Oetker, dan Conny & Co. — ketiganya berasal dari benua biru.

Rencananya, dana segar akan digunakan untuk mempercepat misi perusahaan mencapai profitabilitas tingkat grup, termasuk mengembangkan jejaknya secara berkelanjutan di seluruh wilayah Asia Pasifik, menggandakan teknologi dan inovasi produk, serta mengembangkan lebih lanjut kinerja penjualan toko-toko yang ada.

Didirikan pada tahun 2020 lalu, Flash Coffee berhasil memasuki jajaran centaur dalam waktu 2 tahun dan saat ini memiliki lebih dari 200 gerai kopi yang tersebar di Singapura, Thailand, dan Indonesia.

Flash Coffee memosisikan diri sebagai jaringan gerai kopi berbasis teknologi yang menyajikan menu minuman berkualitas tinggi dengan harga terjangkau. Pelanggan dapat menggunakan aplikasi Flash Coffee untuk memesan dan membayar secara online, memilih untuk mengambil pesanan dari salah satu etalase atau memesan untuk pengiriman.

General Partner White Star Capital Joe Wei melihat bahwa Flash Coffee telah menunjukkan pertumbuhan luar biasa dalam waktu yang cukup singkat. “Flash Coffee berpotensi untuk menjadi pemain utama jaringan kopi di kawasan Asia dan kami berharap dapat terus bekerja sama untuk mendukung pertumbuhan dan kesuksesan yang berkelanjutan.”

Selama dua tahun terakhir, Flash Coffee telah mengalami pertumbuhan eksponensial, dengan peningkatan pendapatan year-on-year (YoY) sebesar 23 kali lipat pada 2021. Hal ini diikuti dengan peningkatan (YoY) sebesar empat kali lipat pada 2022, sekaligus mencapai lebih dari 100 poin persentase peningkatan EBITDA YoY pada tingkat grup di tahun yang sama.

Co-founder dan CEO Flash Coffee David Brunier juga mengungkapkan bahwa, “Dengan total gerai yang sudah menguntungkan di seluruh wilayah, Flash Coffee telah menemukan target market yang tepat dan siap meluaskan jaringan ke berbagai kota. perusahaan berada di jalur yang tepat untuk mencapai profitabilitas tingkat grup pada tahun 2024.”

Perusahaan juga mengklaim telah mencapai 100% profitabilitas dari 92 outlet di Indonesia. Di Indonesia sendiri, setelah melakukan ekspansi pertama ke Bandung, Flash Coffee disebut akan segera diluncurkan di Surabaya pada Juli 2023 mendatang.

Investasi pada startup coffee-chain 

Dilansir dari The Asian Post, kopi telah menjadi komoditas penting di Asia Tenggara. Produk ini memiliki pasar senilai $6,2 miliar atau 16 persen dari ekspor kopi global. Pada tahun 2017, Indonesia dan Vietnam termasuk di antara produsen kopi utama dunia, masing-masing menyumbang 18 persen dan enam persen terhadap produksi global.

Maraknya bisnis kopi di Indonesia juga terlihat dari kemunculan berbagai startup kopi lokal. Investor pun mulai melirik jaringan gerai kopi yang menawarkan solusi berbasis teknologi. Di akhir tahun 2022 lalu, sebuah startup coffee chain Jago mengumumkan pendanaan senilai Rp34, 2 miliar dipimpin Intudo Ventures dan BEENEXT.

Salah satu modal ventura paling aktif di Indonesia, East Ventures, juga memiliki 3 portofolio startup teknologi yang berfokus pada kopi, seperti Otten Coffee, Fore Coffee, dan Morning. Meskipun sama-sama mengedepankan kualitas kopi yang dijajakan, masing-masing startup juga menawarkan nilai tambah yang berbeda-beda.

Potensi yang besar pada startup coffee-chain ini juga dibuktikan oleh Kopi Kenangan yang telah mencapai tonggak unicorn setelah mengumumkan penutupan puutaran pertama untuk pendanaan seri C mereka. Selain itu, konsep “grab & go” yang juga diusung JIWA Group juga menghantarkan mereka meraih pendanaan dari Openspace dan Capsquare Asia Partners.

Application Information Will Show Up Here

Flash Coffee Is Listed as Centaur after Closing Series B1 Funding Round

Flash Coffee has recently closed another funding in the Series B1 round. The representative confirms this information as contacted by DailySocial, however, the company is reluctant to mention further details. It is said that the closing of the B2 round will soon follow and it potentially turns the coffee chain startup into a unicorn.

From the data that has been submitted to the regulator, a number of investors were involved in the B1 Flash Coffee round. The funds raised amounted to more than $30 million, catapulting the company’s valuation to $175 million and cementing them in the centaur ranks.

Previously, Flash Coffee has secured Series A funding worth $15 million in 2021. White Star Capital led this funding, followed by a number of other investors, including DX Venture, Global Founders Capital, and Conny & Co.

Flash Coffee’s Founder & CEO, David Brunier revealed at that time that the company would expand to 10 countries in the Asia Pacific by targeting 300 new outlets or three new outlets every week.

Brunier considers that the retail coffee outlet market in Indonesia is very attractive and has great room for growth. In addition to the high population, the upper-middle-class segment with a thirst to try new products, and coffee consumption per capita keep increasing.

Flash Coffee was founded in January 2020 and now has more outlets in Indonesia, Singapore, and Thailand. It is claimed that the majority of Flash Coffee outlets have made a profit while demonstrating the success of their business model

Based on its website, there are currently around 82 outlets spread across the Greater Jakarta area. Flash Coffee remains attractive to coffee lovers even during the pandemic.

The growth of coffee tech

In the last two years, technology-enabled coffee shop platforms have received substantial funding. Starting from Fore Coffee, Janji Jiwa, Jago Coffee, and Kopi Kenangan.

Even though the F&B business has been under a lot of pressure during the pandemic, a technology-based (O2O) approach allows these coffee chain startups to survive and accelerate their business. One of them is the grab & go concept — using the developed application, users can place orders and make payments to be picked up at the nearest outlet. On the other side is taking advantage of the food delivery service.

According to research (MIX, 2020), 40% of young coffee customers in Indonesia are starting to switch to grab & go outlets. This demand is encouraged by the shifting behavior from instant coffee, as consumers want a higher quality drink — as well as pairing it with complimentary snacks. The products sold on average are in the middle price range — below premium coffee, but above instant coffee.

The presence of the application is not solely for transactions but also as a medium to increase user retention through a series of loyalty-based promotional programs and activities. Moreover, app traffic becomes useful data for studying user habits and trends to be later translated into product and service innovations.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Founder & CEO Flash Coffee David Brunier

Flash Coffee Masuk ke Jajaran Centaur Setelah Tutup Pendanaan Seri B1

Flash Coffee baru-baru ini kembali membukukan pendanaan, kali ini untuk seri B1. Kendati enggan menyebutkan detailnya, ketika dihubungi DailySocial.id, perwakilan perusahaan membenarkan kabar tersebut. Bahkan dikatakan, penutupan putaran B2 juga tidak lama lagi akan menyusul dan berpotensi membawa startup coffee chain tersebut menjadi unicorn.

Dari data yang telah disetorkan ke regulator, sejumlah investor terlibat di putaran B1 Flash Coffee. Adapun dana yang dikumpulkan berkisar lebih dari $30 juta, melambungkan valuasi perusahaan di angka $175 juta dan mengokohkan mereka di jajaran cenatur.

Sebelumnya tahun 2021 lalu, Flash Coffee telah membukukan pendanaan seri A sebesar $15 juta. White Star Capital memimpin pendanaan ini, diikuti oleh sejumlah investor lain yaitu DX Venture, Global Founders Capital, dan Conny & Co.

Founder & CEO Flash Coffee David Brunier kala itu mengungkapkan, perusahaan akan melakukan ekspansi ke-10 negara di Asia Pasifik dengan menargetkan sebanyak 300 gerai baru atau tiga gerai baru setiap minggunya.

Brunier menilai bahwa pasar gerai kopi ritel di Indonesia sangat menarik dan punya ruang pertumbuhan besar. Selain tingginya jumlah populasi jiwa, segmen kelas menengah atas yang haus mencoba produk baru dan konsumsi kopi per kapita terus meningkat.

Flash Coffee berdiri sejak bulan Januari 2020, dan sekarang telah memiliki lebih gerai di Indonesia, Singapura, dan Thailand. Diklaim mayoritas gerai Flash Coffee telah meraih keuntungan, sekaligus memperlihatkan kesuksesan model bisnisnya

Menurut data di situsnya, saat ini ada sekitar 82 gerai yang tersebar di wilayah Jabodetabek. Flash Coffee tetap mampu menarik minat para pecinta kopi walaupun dalam masa pandemi. .

Pertumbuhan gerai kopi berbasis teknologi

Dalam dua tahun terakhir platform gerai kopi yang didukung oleh teknologi telah mendapatkan pendanaan yang cukup masif. Mulai dari Fore Coffee, Janji Jiwa, Jago Coffee, hingga Kopi Kenangan.

Kendati bisnis F&B banyak mengalami tekanan saat pandemi, pendekatan berbasis teknologi (O2O) memungkinkan para startup coffee chain ini untuk tetap bertahan dan mengakselerasi bisnis. Salah satunya dengan konsep grab & go  — menggunakan aplikasi yang dikembangkan, pengguna bisa melakukan pemesanan dan pembayaran untuk kemudian diambil di outlet terdekat. Atau memanfaatkan layanan food delivery.

Menurut riset (MIX, 2020), 40% pelanggan kopi kalangan muda di Indonesia juga mulai beralih ke gerai grab & go. Permintaan ini didukung oleh pergeseran dari kopi instan, karena konsumen menginginkan minuman yang lebih berkualitas — serta memadukan dengan makanan ringan pelengkap. Produk yang dijajakan rata-rata ada di rentang harga menengah — di bawah kopi premium, namun di atas kopi instan.

Hadirnya aplikasi juga tidak semata-mata hanya dimanfaatkan untuk transaksi. Namun juga sebagai media meningkatkan retensi pengguna melalui serangkaian program promosi dan aktivitas berbasis loyalty. Lebih dari itu, trafik di aplikasi juga menjadi data yang bermanfaat untuk mempelajari kebiasaan dan tren pengguna untuk kemudian diterjemahkan menjadi inovasi produk dan layanan.

Application Information Will Show Up Here
DailySocial mewawancarai David Brunier dari Flash Coffee / DailySocial

[Video] Strategi Flash Coffee Berkiprah di Pasar Indonesia

Startup coffee chain berbasis teknologi Flash Coffee turut meramaikan pasar Indonesia dengan menawarkan pilihan kopi harga terjangkau dan kualitas terbaik dengan konsep pembelian secara online.

Di video kali ini, DailySocial bersama David Brunier dari Flash Coffee  membahas mengenai strategi apa yang seharusnya diaplikasikan perusahaan untuk membedakan produk mereka dengan produk lainnya yang serupa yang ada di pasaran.

Untuk video menarik lainnya seputar startup dan teknologi, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV.

Founder dan CEO Flash Coffee David Brunier / Flash Coffee

Flash Coffee Membidik Pertumbuhan 18 Kali Lipat dengan Ekspansi 75 Gerai di Indonesia

Startup coffee chain berbasis teknologi Flash Coffee mengumumkan perolehan pendanaan seri A sebesar $15 juta atau Rp218 miliar. White Star Capital memimpin pendanaan ini, diikuti oleh sejumlah investor lain, yaitu DX Venture, Global Founders Capital, dan Conny & Co. Pendanaan baru ini menambah total modal yang diterima Flash Coffee menjadi $20 juta atau sebesar Rp290 miliar.

Perusahaan portofolio Rocket Internet ini akan melakukan ekspansi ke-10 negara di Asia Pasifik dengan menargetkan sebanyak 300 gerai baru atau tiga gerai baru setiap minggunya. Saat ini, Flash Coffee telah memiliki 50 gerai yang tersebar di Indonesia, Singapura, dan Thailand.

“Target kami menambah 300 outlet di Asia Pasifik, di mana menjadi 75 outlet diharapkan dari Indonesia pada akhir 2021. Kami juga membidik pertumbuhan 18 kali lipat di Indonesia tahun ini,” ungkap Founder & CEO Flash Coffee David Brunier dalam wawancaranya dengan DailySocial. 

Brunier mengungkap bahwa perusahaan telah mengantongi keuntungan dari 50 gerai yang dimiliki saat ini terlepas dari situasi pandemi. Pihaknya optimistis dapat kembali mempertahankan profitabilitas sejalan dengan ekspansi besar-besaran yang dilakukan untuk 2021 dan 2022.

Flash Coffee pertama kali hadir di Indonesia pada awal 2020 dengan 4 gerai saat itu. Per April 2021, pihaknya telah mengoperasikan 14 gerai yang tersebar di kawasan Jabodetabek. Tahun ini, jumlah gerai tersebut diharapkan bertambah menjadi 75 gerai dan pihaknya juga akan melihat peluang ekspansi di wilayah lainnya, seperti Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Medan.

Momentum untuk ekspansi

Brunier menilai bahwa pasar gerai kopi ritel di Indonesia sangat menarik dan punya ruang pertumbuhan besar. Selain tingginya jumlah populasi jiwa, segmen kelas menengah atas yang haus mencoba produk baru dan konsumsi kopi per kapita terus meningkat.

Namun, pangsa Flash Coffee di Indonesia disebut sedikit lebih rendah dibandingkan di Singapura dan Thailand. Hal ini karena konsumen Indonesia cenderung lebih suka menikmati kopi sambil nongkrong di gerai, terutama di mal.

Maka itu, menurutnya pandemi Covid-19 telah membuat penjualan kopi dengan model grab-and-go menjadi lebih relevan bagi pelanggan di seluruh kawasan ini. Situasi ini juga membuka kesempatan bagi Flash Coffee untuk meningkatkan pengalaman pelanggan secara signifikan dengan menyajikan kopi berkualitas tinggi dan terjangkau. Salah satunya telah dijawab lewat peluncuran aplikasi Flash Coffee tahun lalu yang dilengkapi fitur pengambilan pesanan.

Situasi saat ini juga memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dengan mengoptimalkan lahan properti sehingga dapat menurunkan biaya sewa secara signifikan. Selain itu, konsep grab-and-go juga dapat meningkatkan produksi makanan dan minuman tanpa membutuhkan banyak barista. Dengan penghematan ini, perusahaan dapat membayar gaji yang layak kepada barista dan harga terjangkau kepada pelanggan.

“Kami optimistis melanjutkan ekspansi gerai fisik di tengah kondisi ekonomi yang menantang. Di situasi ini kami justru dapat menyewa properti premium dengan harga yang lebih rendah. Saat ini, trafik pengunjung gerai meningkat dari tahun lalu. Kami harap trafiknya kembali ke semula di 2022. Kami juga akan melihat opsi lain untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan selain ekspansi gerai fisik,” papar Brunier.

Ekspansi teknologi dan tim

Flash Coffee menggunakan strategi 4E untuk pertumbuhan bisnisnya, antara lain Ekpand (gerai dan lokasi), Enlarge (tim), Enhance (teknologi), dan Engage (interaksi pelanggan). Dari sisi teknologi, ada beberapa hal yang akan diperkuat Flash Coffee. Pertama, (1) inovasi lewat aplikasi konsumen yang dapat diunduh di platform iOS dan Android serta aplikasi barista untuk meningkatkan efisiensi operasional dan pemberian insentif berbasis performa.

Selanjutnya, (2) pengambilan keputusan berbasis data untuk menyocokan produk dan pasar, (3) penerapan teknologi untuk untuk mengidentifikasi area dengan permintaan tinggi, alur konsumen, dan konversi trafik di gerai, serta (4) digitalisasi perlengkapan untuk membantu konfigurasi secara online dan terpusat dan memastikan konsistensi di seluruh gerai.

Lebih lanjut, Flash Coffee juga melakukan perekrutan besar-besaran dengan ekspansi masif ini. Secara total, perusahaan tengah melakukan perekrutan 2.000 orang di Asia Pasifik dalam satu tahun ke depan. Ini sudah termasuk penambahan orang untuk menempati posisi di tim teknologi untuk regional.

“Untuk menjadi gerai kopi berbasis teknologi terbaik di Asia, kami berinvestasi besar agar dapat menempatkan SDM terbaik di posisi yang tepat. Kami akan memperbesar tim kami menjadi 50 orang di hub teknologi regional Flash Coffee yang berbasis di Jakarta,” tambahnya.

Startup coffee chain di Indonesia

Salah satu kunci pertumbuhan coffee chain adalah ketersediaan gerai untuk menjangkau pasar. Ekspansi besar-besaran Flash Coffee ini akan menambah persaingan new retail di industri coffee chain berbasis teknologi di Indonesia.

Calon startup unicorn Kopi Kenangan kini telah memperkerjakan 3.000 karyawan yang tersebar di 324 gerai di Indonesia. Perusahaan membidik penambahan gerai menjadi 500 gerai pada tahun ini. Setelah menerima guyuran pendanaan seri B senilai lebih dari Rp1,6 triliun) di 2020, Kopi Kenangan juga akan memperkuat posisinya dengan menawarkan produk makanan dan minuman dari pedagang lokal serta mengembangkan cloud kitchen.

Kemudian, Fore Coffee yang juga mengantongi investasi Rp147 miliar di kuartal kedua 2020, juga masih menggenjot ekspansi gerai ke Bandung, Surabaya, dan Medan. Saat ini Fore Coffee telah memiliki sekitar 100 unit gerai per April tahun lalu. Sementara, Janji Jiwa menyebut telah memiliki 800 gerai kopi berkat program kemitraan di seluruh Indonesia.

Application Information Will Show Up Here