Tag Archives: foldable phone

Xiaomi Luncurkan Foldable Smartphone Pertamanya, Mi Mix Fold

Usai memperkenalkan smartphone paling flagship-nya untuk tahun 2021, Xiaomi lanjut menyingkap penawaran perdananya di segmen foldable smartphone, Mi Mix Fold. Ada banyak inovasi menarik yang dihadirkan, tapi sebelumnya mari kita bahas terlebih dulu bagian terpentingnya, yaitu layarnya.

Mi Mix Fold mengemas layar OLED fleksibel berukuran 8,01 inci dengan resolusi 2480 x 1860 pixel (aspect ratio 4:3) dan refresh rate 60 Hz. Xiaomi mengklaim layarnya ini adalah yang paling besar di segmen foldable sejauh ini. Secara teknis memang benar, meski mungkin klaim tersebut nyaris tidak ada artinya kalau melihat layar Huawei Mate X2 yang lebih kecil 0,01 inci.

Layar fleksibel ini mempunyai tingkat kecerahan maksimum 900 nit, dan sudah mendukung HDR10+ maupun Dolby Vision. Xiaomi juga tidak lupa menekankan kemampuannya menampilkan l miliar warna, lengkap dengan akurasi warna yang sangat tinggi berkat algoritma kalibrasi racikan Xiaomi sendiri.

Hal lain yang turut dibanggakan oleh Xiaomi adalah engsel berbentuk huruf U yang duduk di sepanjang bagian tengah layar fleksibel tersebut, yang diklaim 27% lebih ringan ketimbang engsel milik ponsel foldable lain. Meski demikian, kekokohannya dijamin oleh hasil pengujian hingga 1 juta kali tekuk.

Beralih ke layar di sisi luar, ada panel AMOLED 6,52 inci beresolusi 2520 x 840 pixel. Layar sebelah luarnya ini juga memiliki tingkat kecerahan 900 nit dan dukungan HDR10+ beserta Dolby Vision. Bedanya adalah refresh rate dan touch sampling rate-nya sudah lebih tinggi dari standar, masing-masing di angka 90 Hz dan 180 Hz. Pada ujung kanan atas layar eksternalnya ini, ada kamera selfie 20 megapixel.

Satu hal yang cukup unik terkait layarnya ini adalah algoritma berbasis AI yang Xiaomi terapkan, yang diklaim mampu meng-upscale resolusi foto dari 720p menjadi 1440p, atau resolusi video dari 480p menjadi 1440p. Seberapa efektif fitur ini dapat bekerja di smartphone tentu masih perlu pembuktian lebih lanjut.

Seperti halnya Mi 11 Ultra, Mi Mix Fold turut mengemas speaker hasil kolaborasi Xiaomi bersama Harman Kardon. Namun berhubung dimensi Mi Mix Fold lebih besar, jumlah speaker-nya pun juga telah digandakan menjadi 4 buah, dan Xiaomi juga telah menyertakan algoritma untuk menyajikan efek 3D spatial audio.

Kamera dan spesifikasi

Namun sebagai bagian dari keluarga Mi Mix, tentu saja ponsel ini masih membawa sejumlah kejutan lain yang belum pernah ada sebelumnya. Seperti yang kita tahu, seri Mi Mix selalu dijadikan sebagai ajang demonstrasi teknologi-teknologi terbaru yang Xiaomi kembangkan, dan Mi Mix Fold pun tak luput dari tren tersebut.

Teknologi-teknologi anyar itu bisa kita jumpai langsung pada kameranya. Mi Mix Fold adalah ponsel pertama yang mengemas chip ISP (image signal processor) bikinan Xiaomi sendiri yang dinamai Surge C1. Lewat komponen ini, Xiaomi pada dasarnya ingin meningkatkan kinerja autofocus, auto exposure dan auto white balance secara signifikan tanpa mengonsumsi terlalu banyak energi.

Bukan cuma itu, Mi Mix Fold juga jadi yang pertama menggunakan teknologi Liquid Lens, yang bisa kita temui pada kamera telephoto 8 megapixel-nya. Sesuai namanya, struktur lensa ini melibatkan sejenis cairan yang dibungkus oleh film transparan. Berhubung isinya cairan, kurvatur lensanya pun bisa berubah-ubah, sehingga ia dapat merangkap peran dua jenis lensa sekaligus, yakni lensa telephoto dengan 3x optical zoom, dan lensa macro dengan jarak fokus 3 cm.

Pengguna juga tidak perlu khawatir cairan di dalam lensanya itu beku saat digunakan di cuaca dingin, sebab Xiaomi memastikan cairannya bisa tahan sampai suhu sedingin -40° C, atau sebaliknya sampai suhu sepanas 60° C. Dua kamera lainnya adalah kamera utama 108 megapixel dengan sensor Samsung ISOCELL HM2 dan lensa f/1.8, serta kamera ultra-wide 13 megapixel dengan field of view seluas 123°.

Lanjut ke spesifikasinya, Mi Mix Fold hadir membawa chipset Snapdragon 888, RAM LPDDR5 berkapasitas 12 GB atau 16 GB, serta storage internal UFS 3.1 sebesar 256 GB atau 512 GB. Xiaomi tidak lupa menyertakan sistem pendingin spesial yang memiliki area disipasi panas yang luas, yang tak hanya mencakup bagian chipset saja, melainkan juga antena 5G dan sistem fast charging-nya.

Bicara soal fast charging, baterai berkapasitas 5.020 mAh di ponsel ini mendukung pengisian dengan output maksimum 67 W. Kecepatan pengisiannya ini sama persis seperti yang ditawarkan Mi 11 Ultra (0 – 100% dalam 37 menit), tapi bedanya Mi Mix Fold sama sekali tidak mendukung wireless charging.

Mi Mix Fold Ceramic Special Edition / Xiaomi
Mi Mix Fold Ceramic Special Edition / Xiaomi

Dalam posisi terlipat, Mi Mix Fold memiliki bodi dengan ketebalan 17,2 mm. Bobotnya berada di kisaran 317 gram, dan panel belakangnya sudah diproteksi oleh kaca Gorilla Glass 5, lengkap dengan tekstur yang menyerupai keramik. Alternatifnya, Xiaomi juga akan menawarkan Mi Mix Fold Ceramic Special Edition dengan material belakang yang berbeda, serta aksen warna emas di bagian engsel dan tombol volume.

Sejauh ini belum diketahui apakah Xiaomi Mi Mix Fold juga akan dipasarkan secara global. Untuk sekarang, Xiaomi baru menjualnya di Tiongkok dengan harga mulai 10.000 yuan (± Rp22,2 jutaan). Varian termahalnya yang mengemas RAM 16 GB dan penyimpanan 512 GB dihargai 13.000 yuan (± Rp28,9 jutaan).

Sumber: Xiaomi dan GSM Arena.

Perbandingan Spesifikasi Huawei Mate X2 dan Samsung Galaxy Z Fold2

Diumumkannya Huawei Mate X2 baru-baru ini membuat segmen foldable smartphone kembali bergairah. Tentunya ada beberapa alasan terkait hal ini. Yang pertama adalah fakta bahwa Huawei merupakan salah satu pelopor di segmen foldable, dan yang kedua adalah betapa drastisnya perubahan yang dibawa oleh Mate X2.

Dibandingkan generasi pertamanya, Mate X2 punya desain yang amat berbeda. Ia kini jauh lebih mirip seperti Samsung Galaxy Z Fold2 berkat layar yang ada di bagian dalam sekaligus luar. Sebelum ini, Huawei Mate X dan Xs hanya memiliki satu layar di sisi luar yang bisa dilipat.

Arahan desain baru yang diusung Mate X2 ini membuatnya semakin dibanding-bandingkan dengan Galaxy Z Fold2. Sejauh ini keduanya memang merupakan foldable smartphone paling flagship yang bisa dibeli oleh konsumen, jadi wajar apabila keduanya selalu dikomparasikan satu sama lain.

Tanpa harus berlama-lama lagi, berikut adalah perbandingan spesifikasi Huawei Mate X2 dan Samsung Galaxy Z Fold2.

Layar

Huawei Mate X2

Kita mulai dari bagian yang menjadi identitas utama foldable smartphone, yakni layar. Seperti yang saya bilang, kedua smartphone ini punya dua layar yang berbeda, satu di sisi luar dan satu lagi di sisi dalam. Yang bisa dilipat dan dibuka adalah layar di sisi dalam.

Pada Mate X2, layar lipatnya menggunakan panel OLED 8 inci beresolusi 2200 x 2480 pixel dengan refresh rate 90 Hz. Layar di sisi luarnya juga memakai panel OLED 90 Hz, tapi dengan ukuran 6,45 inci dan resolusi 2700 x 1160 pixel. Kedua layar milik Mate X2 ini rupanya lebih besar ketimbang yang ada di Z Fold2.

Di Z Fold2, layar lipatnya merupakan AMOLED 7,6 inci beresolusi 1768 x 2208 pixel dengan refresh rate 120 Hz. Juga berbeda adalah adanya lubang untuk kamera selfie di layar lipatnya ini — Mate X2 yang hanya punya lubang kamera di layar luarnya. Layar luarnya sendiri merupakan panel AMOLED 6,23 inci dengan resolusi 816 x 2260 pixel dan refresh rate standar 60 Hz.

Fisik

Samsung Galaxy Z Fold 2

Meski desainnya terbilang aneh, Mate X dan Xs sebelum ini bisa memukau berkat bodinya yang sangat tipis. Mate X2 tidak lagi demikian, sebab kehadiran dua layar sekaligus otomatis membuat tubuhnya jadi sedikit lebih tebal. Meski begitu, ia rupanya masih lebih ramping ketimbang Z Fold2 dengan tebal hanya 14,7 mm dalam posisi terlipat.

Z Fold2 di sisi lain tercatat memiliki ketebalan 16,8 mm saat layarnya terlipat. Untuk bobotnya, Z Fold2 ternyata sedikit lebih ringan di angka 282 gram, bandingkan dengan Mate X2 yang mempunyai bobot 295 gram.

Performa

Samsung Galaxy Z Fold 2

Terkait performa, Mate X2 semestinya lebih unggul karena memang lebih muda sekitar setengah tahun ketimbang Z Fold2. Ia mengemas chipset Kirin 9000 yang dibuat dengan proses pabrikasi 5 nm, membuatnya selevel dengan Snapdragon 888 maupun Exynos 2100 bikinan Samsung sendiri.

Z Fold2 di sisi lain ditenagai oleh Snapdragon 865+, yang tidak lain merupakan chipset flagship di tahun 2020. Samsung melengkapinya dengan RAM 12 GB, lebih besar ketimbang milik Mate X2 yang berkapasitas 8 GB. Untuk storage internalnya, kedua ponsel sama-sama ditawarkan dalam varian 256 atau 512 GB.

Perihal baterai, kedua perangkat sama-sama dibekali kapasitas sebesar 4.500 mAh. Yang membedakan adalah dukungan fast charging dari masing-masing perangkat: Mate X2 mendukung output maksimum 55 W, sedangkan Z Fold2 cuma mendukung 25 W. Menariknya, di saat Z Fold2 mendukung fitur wireless charging maupun reverse wireless charging, Mate X2 justru tidak punya sama sekali.

Kamera

Huawei Mate X2

Lanjut mengenai kamera, Mate X2 hadir membawa empat kamera belakang yang terdiri dari kamera utama 50 megapixel f/1.9 (ukuran sensor 1/1,28 inci), kamera ultra-wide 16 megapixel, kamera telephoto 12 megapixel (3x optical zoom), dan kamera periskop 8 megapixel (10x optical zoom).

Z Fold2 di sisi lain hanya mengemas tiga kamera belakang, yakni kamera utama 12 megapixel f/1.8 (ukuran sensor 1/1,76 inci), kamera ultra-wide 12 megapixel, dan kamera telephoto 2 megapixel (2x optical zoom), tanpa kamera periskop.

Meski demikian, pengguna Z Fold2 semestinya bakal lebih dimudahkan untuk mengambil selfie karena memiliki kamera depan di layar bagian luar sekaligus dalam, masing-masing dengan resolusi 10 megapixel dan kemampuan merekam video 4K. Di Mate X2, satu-satunya cara mengambil selfie adalah dengan mengandalkan kamera 16 megapixel di layar bagian luarnya, dan resolusi video selfie-nya cuma terbatas di 1080p.

Software

Berhubung ini Huawei yang kita bicarakan, sudah pasti ada perbedaan dari sisi software mengingat mereka tidak diperkenankan menggunakan Google Mobile Services (GMS). Bukan hanya itu, Mate X2 juga masih menjalankan EMUI 11 yang berbasis Android 10. Kendati demikian, Huawei sudah menjadwalkan update sistem operasi anyar HarmonyOS untuk Mate X2 pada bulan April mendatang.

Kenyataan pahitnya, sebagian besar dari kita memang masih belum bisa lepas dari ekosistem Google, dan dalam konteks ini Z Fold2 yang menjalankan One UI 3.0 berbasis Android 11 jelas lebih unggul ketimbang Mate X2.

Harga

Bicara soal harga, kita semestinya tidak perlu terkejut melihat banderol kedua perangkat ini yang ternyata sangat mahal. Di Indonesia, Z Fold2 saat ini sudah dijual dengan harga paling murah Rp33.888.000 untuk varian 256 GB.

Huawei Mate X2 di sisi lain baru tersedia di pasar Tiongkok saja, dan sejauh ini belum ada informasi terkait rencana mereka untuk menjualnya di pasar internasional. Harganya pun ternyata juga lebih mahal daripada Z Fold2: 17.999 yuan atau kurang lebih sekitar 39,6 jutaan rupiah untuk varian 256 GB.

Huawei Luncurkan Mate Xs, Ponsel Foldable Keduanya dengan Konstruksi yang Lebih Kokoh

Tepat setahun yang lalu, Huawei memperkenalkan ponsel foldable pertamanya, Mate X. Sayang perangkat itu hanya sempat dipasarkan di Tiongkok saja. Namun sekarang Huawei sudah punya Mate Xs, yang kabarnya bakal dipasarkan secara global.

Sepintas, Mate Xs tampak tidak berbeda, dan Huawei ternyata memang tidak mengubah gaya desainnya. Yang mereka benahi adalah konstruksi layar dan engselnya. Pada Mate Xs, layarnya kini terdiri dari empat lapisan yang berbeda: mulai dari yang paling atas adalah lapisan polyamide, panel OLED fleksibel, lapisan polimer sebagai bantalan, dan lapisan terakhir yang menghubungkan komponen elektroniknya.

Huawei Mate Xs

Hasilnya, kalau menurut Huawei, adalah struktur layar yang lebih kokoh. Untuk engselnya, Huawei bilang bahwa jumlah komponen di dalamnya bertambah dari sekitar 100 menjadi 150, dan lagi-lagi ini dimaksudkan supaya konstruksinya lebih kuat, tapi di saat yang sama juga untuk membuat mekanisme lipatnya jadi lebih mulus.

Selebihnya, perangkat ini cukup identik dengan pendahulunya. Ukuran layar dan resolusinya sama persis; 8 inci saat dibuka, 6,6 inci saat dilipat (plus 6,4 inci sebagai layar belakang). Di sebelah layar belakangnya, terdapat empat modul kamera: 40 megapixel f/1.8, 8 megapixel telephoto f/2.4, 16 megapixel ultra-wide f/2.2, dan modul 3D depth-sensing. Sensor sidik jarinya juga masih disatukan dengan tombol power.

Huawei Mate Xs

Prosesornya sudah di-upgrade menjadi Kirin 990, dan tentu saja 5G sudah didukung sepenuhnya. Melengkapi dapur pacunya adalah RAM 8 GB, storage internal 512 GB, dan baterai 4.500 mAh. Sama nasibnya seperti ponsel Huawei lain belakangan ini, Mate Xs tidak dilengkapi Google Play Services, yang berarti ia harus mengandalkan Huawei AppGallery.

Terlepas dari itu, Huawei masih berniat melepas Mate Xs ke pasar global mulai bulan depan. Di Eropa, mereka mematok harga 2.499 euro untuk Mate Xs, atau sekitar Rp 37,8 juta.

Sumber: 1, 2, 3.

Samsung Siap Pasok Kaca Foldable Milik Galaxy Z Flip ke Produsen Smartphone Lain

Salah satu inovasi terbesar yang disajikan Samsung Galaxy Z Flip adalah layar tekuk yang terbuat dari kaca, bukan dari bahan polimer fleksibel seperti pada Galaxy Fold. Sepintas memang sulit dipercaya, akan tetapi Samsung berhasil ‘mematahkan’ hukum fisika dengan menciptakan kaca yang amat tipis.

Begitu tipisnya kaca ini – cuma 30 μm – Samsung tidak segan menjulukinya Ultra-Thin Glass (UTG), dan mereka pun sekarang sudah siap memasok komponen ini ke pabrikan lain yang tertarik untuk memakainya di ponsel foldable bikinannya masing-masing. Samsung, seperti yang kita tahu, selama ini memang rutin menyuplai komponen display ke produsen smartphone lain, termasuk halnya Apple.

Tagline yang Samsung gunakan untuk mempromosikan UTG adalah “Tough, yet Tender”. Berhubung kaca, ia semestinya lebih tangguh ketimbang bahan polimer fleksibel. Tentu saja ketangguhannya kalah jika dibandingkan dengan kaca biasa atau malah Gorilla Glass, tapi kaca-kaca tersebut juga tidak bisa ditekuk atau bahkan dilipat seperti UTG.

Samsung Galaxy Z Flip

Tren foldable phone memang baru berjalan selama satu tahun, akan tetapi inovasi di segmen ini sudah berkembang begitu pesat. Saya tidak akan terkejut seandainya tahun depan kita bakal melihat Samsung UTG 2 yang lebih perkasa lagi ketimbang sebelumnya.

Ini penting mengingat belakangan ini jagat internet ramai membicarakan soal ketangguhan Samsung UTG. Pemicunya adalah video pengujian ekstrem dari channel YouTube JerryRigEverything, yang menunjukkan kalau kaca Samsung UTG di Galaxy Z Flip sebenarnya masih cukup mudah baret.

Lebih tepatnya, yang mudah tergores adalah lapisan protektif di atas kaca UTG, seperti yang dibuktikan pada video lanjutannya. Lapisan ini bukanlah screen protector biasa, melainkan yang berfungsi sama seperti di Galaxy Fold, alias haram untuk dicabut begitu saja.

Sumber: Samsung.

Bukan Foldable, Konsep Smartphone Buatan TCL Ini Punya Layar yang Bisa Digeser

Dari sejumlah ponsel foldable yang sudah dirilis, kita sudah bisa menyimpulkan dua manfaat yang ditawarkan kategori tersebut: 1) menyulap smartphone jadi sebesar tablet, atau 2) menciutkan ukuran smartphone saat sedang tidak digunakan, seperti yang ditunjukkan Samsung Galaxy Z Flip baru-baru ini.

Pertanyaannya, apakah semua itu hanya bisa dicapai dengan desain foldable? Apakah tidak ada alternatif lain? Well, bocoran gambar konsep smartphone bikinan TCL menunjukkan kalau foldable tidak selamanya harus menjadi pilihan. Sebagai gantinya, konsep ini mengandalkan layar yang bisa digeser ke samping menjadi lebih lebar layaknya sebuah meja extendable.

TCL slide-out phone

Persisnya bagaimana cara kerjanya masih belum diketahui. Menurut CNET selaku yang pertama menerima bocoran gambar, prototipe perangkat ini sebenarnya akan didemonstrasikan pada ajang Mobile World Congress. Namun seperti yang kita tahu, event tersebut terpaksa dibatalkan tahun ini di tengah maraknya kasus coronavirus.

Jujur agak sulit membayangkan mekanisme rancangan semacam ini. Kemungkinan besar display-nya masih melibatkan panel yang fleksibel, hanya saja bagian tengahnya tidak ditekuk seperti ponsel foldable yang sudah ada sekarang.

TCL slide-out phone

Sebelum ini, TCL sebenarnya sempat memamerkan prototipe ponsel foldable di event CES. Yang kita lihat di sini benar-benar berbeda dari perangkat tersebut. TCL, bagi yang tidak tahu, punya anak perusahaan bernama China Star Optoelectronics Technology (CSOT) yang berpengalaman memproduksi panel layar, dan ini pada dasarnya menjelaskan obsesi mereka bereksperimen di segmen foldable.

2020 juga bakal menjadi tahun yang besar bagi TCL mengingat mereka bakal memasarkan smartphone di bawah namanya sendiri setelah selama ini memakai branding Alcatel dan BlackBerry. Tidak tanggung-tanggung, tiga ponsel sekaligus sudah mereka siapkan, yaitu TCL 10 Pro, TCL 10L, dan TCL 10 5G.

Sumber: CNET.

Samsung Galaxy Z Flip Tunjukkan Berbagai Inovasi Signifikan di Segmen Foldable

Lupakan sejenak Samsung Galaxy Fold, Samsung punya smartphone foldable baru yang sangat berbeda. Dinamai Galaxy Z Flip, layarnya terlipat secara horizontal ketimbang vertikal, sama seperti konsep yang ditawarkan Motorola Razr.

Dalam posisi terlipat, ukuran Z Flip hanya sebesar dompet. Lalu saat ia terbuka lebar, pengguna akan disambut oleh layar AMOLED 6,7 inci beresolusi 2636 x 1080 pixel. Istimewanya, layar ini tidak mengandalkan bahan polimer fleksibel seperti sebelumnya, melainkan kaca amat tipis hasil rancangan Samsung sendiri.

Samsung Galaxy Z Flip

Juga spesial adalah engselnya, yang dirancang supaya layar Z Flip bisa ditekuk secara leluasa, tidak harus terkunci pada sudut-sudut tertentu. Anggap saja Z Flip sebagai sebuah laptop mini, sebab kita memang bisa menggunakannya dalam posisi perangkat membentuk huruf “L”.

Soal spesifikasi, Z Flip menang jauh jika dibandingkan dengan Razr yang hanya mengemas komponen-komponen kelas menengah. Z Flip di sisi lain ditenagai oleh prosesor Snapdragon 855 Plus, RAM 8 GB dan storage internal 256 GB. Kapasitas baterainya pun juga lebih besar di angka 3.300 mAh.

Samsung Galaxy Z Flip

Untuk kameranya, Z Flip mengusung sepasang kamera belakang – 12 megapixel f/1.8 dengan Dual Pixel AF dan OIS + 12 megapixel f/2.2 dengan lensa ultra-wide – dan kamera selfie 10 megapixel model hole-punch. Di sebelah kamera belakangnya, terdapat layar AMOLED kecil berukuran 1,1 inci yang berfungsi untuk menampilkan sejumlah indikator dan notifikasi.

Samsung Galaxy Z Flip akan segera dijual di Amerika Serikat dan Korea mulai tanggal 14 Februari seharga $1.380. Selain warna ungu dan hitam, Z Flip nantinya juga bakal tersedia dalam varian warna emas.

Sumber: Samsung.

Motorola Dikabarkan Sedang Menyiapkan Razr Versi 5G

Sulit menyangkal anggapan bahwa Motorola Razr merupakan ponsel foldable berpenampilan paling menarik sejauh ini. Reinkarnasi ponsel lipat legendaris ini juga menunjukkan manfaat lain dari tren foldable, yakni untuk mengecilkan ukuran ponsel secara drastis saat sedang tidak dipakai.

Ini justru berbanding terbalik dari premis yang diusung foldable lain, utamanya Samsung Galaxy Fold dan Huawei Mate X, yang keduanya justru diciptakan untuk dipakai layaknya sebuah tablet saat diperlukan. Juga berbeda cukup signifikan adalah spesifikasinya; baik Galaxy Fold maupun Mate X sama-sama mengusung komponen flagship, sedangkan Razr hanyalah perangkat kelas menengah.

Benar saja, Razr hanya dibekali oleh chipset Qualcomm Snapdragon 710 yang performanya jauh di bawah Snapdragon 855. Chipset ini juga tak lagi bisa dibilang baru saat Razr sudah mulai dipasarkan nanti, yang dijadwalkan baru akan dimulai di tahun 2020 ini.

Motorola Razr

Terlepas dari itu, Razr tetap saja menarik meski harganya mencapai $1.500. Akan lebih menarik lagi seandainya perangkat ini bisa lebih future-proof, terutama dari segi konektivitas. Ya, yang saya maksud adalah dukungan terhadap jaringan 5G, yang ternyata absen pada Razr.

Kabar baiknya, Motorola dilaporkan sedang menyiapkan Razr versi 5G. Versi ini tentu akan mengemas chipset yang berbeda, kemungkinan besar antara Snapdragon 765G atau MediaTek Dimensity 1000L, chipset yang sama yang menenagai OPPO Reno3 Pro dan Reno3 yang duduk di segmen menengah.

Tidak menutup kemungkinan juga adalah Exynos 980, chipset bikinan Samsung pertama yang mengemas modem 5G terintegrasi, sebab ini bukan pertama kalinya Motorola menggunakan chipset buatan Samsung.

Sumber: GSM Arena.

Ongkos Reparasi Layar Huawei Mate X Setara dengan Satu Unit Anyar Galaxy Note 10

Teknologi foldable phone masih sangat muda, dan seperti halnya teknologi lain yang masih seumur jagung, ongkos pembuatannya pun masih mahal. Jadi jangan kaget melihat Samsung Galaxy Fold dibanderol $1.980, atau Huawei Mate X yang seharga $2.400. Bukan cuma itu, ongkos reparasinya pun masih kelewat mahal untuk sekarang.

Berdasarkan informasi yang didapat GizmoChina melalui situs resmi Huawei Tiongkok, konsumen yang hendak memperbaiki layar Huawei Mate X harus merogoh kocek sebesar 7.080 yuan, atau kurang lebih sekitar Rp 14,2 juta. Ya, biaya yang dibutuhkan untuk mengganti layar Huawei Mate X dengan yang baru sebenarnya bisa dipakai untuk membeli satu unit anyar Galaxy Note 10.

Bagaimana dengan nasib konsumen Galaxy Fold? Mereka sedikit lebih beruntung, sebab Samsung punya program garansi khusus sehingga konsumen hanya perlu membayar $150 seandainya ada kerusakan pada layar perangkat. Namun perlu dicatat, harga khusus ini hanya berlaku selama satu tahun untuk unit Galaxy Fold yang dibeli sebelum 31 Desember 2019.

Samsung Galaxy Fold / Samsung
Samsung Galaxy Fold / Samsung

Ya, inilah risiko yang harus diterima para konsumen apabila melibatkan teknologi generasi pertama. Membeli smartphone lipat sekarang berarti Anda rela membayar lebih untuk teknologi yang belum benar-benar matang, sekaligus rela mengucurkan dana besar seandainya ada kerusakan.

Terlepas dari daya tariknya, ponsel seperti Huawei Mate X juga bisa dibilang cukup rentan terhadap kerusakan mengingat layar fleksibelnya berada di sisi luar, tidak seperti milik Galaxy Fold yang diposisikan di sisi dalam. Singkat cerita, konsumen Huawei Mate X harus ekstra hati-hati dalam memperlakukan perangkatnya demi mencegah pengeluaran besar yang tidak terduga.

Sumber: Android Authority.

Motorola Razr Adalah Reinkarnasi Ponsel Lipat Paling Legendaris untuk Era Foldable

Ponsel foldable masih seumur jagung. Teknologinya belum benar-benar matang, harganya masih mahal, dan bisa dibilang secara umum para pemain di industri smartphone masih belum bisa memastikan arah tren ini bakal ke mana.

Indikasinya bisa kita lihat dari cara mengeksekusi konsep foldable yang berbeda-beda di antara tiap pabrikan. Lihat saja Samsung dan Huawei. Terlepas dari itu, tren foldable sudah pasti akan melahirkan perangkat dengan beragam form factor, namun siapa yang menyangka kalau tren ini juga dapat menghidupkan kembali salah satu ponsel legendaris dari dekade sebelumnya?

Perkenalkan Motorola Razr, reinkarnasi modern dari salah satu ponsel terlaris Motorola yang dirilis di tahun 2004, RAZR V3. Selain meninggalkan kenangan manis di hati konsumen yang pernah memilikinya, RAZR V3 juga punya pengaruh besar terhadap sejarah Motorola; volume penjualannya yang begitu besar berhasil membangkitkan kembali divisi ponsel Motorola yang sempat stagnan dan merugi.

Motorola Razr

Versi baru Razr ini murni dibuat untuk menghidupkan kembali kenangan tersebut. Tidak ada yang istimewa dari spesifikasinya, tapi ia luar biasa dari segi estetika. Nyaris semua elemen yang membuat konsumen jatuh hati dengan RAZR V3 dipertahankan di sini; mulai dari bodi lipat yang begitu tipis, lengkap dengan ‘dagu’ di bagian bawahnya, sampai layar kecil di sisi luarnya.

Yang berubah drastis adalah layar di sisi dalamnya. Kalau dulu layar tersebut harus saling berbagi ruang dengan keyboard fisik, di sini layarnya memanjang sampai ke bagian dagu. Ya, yang dilipat sekarang bukan cuma bodinya, tapi sekaligus layarnya.

Di saat layar Samsung Galaxy Fold dan Huawei Mate X terlipat secara horizontal, Razr berbeda sendiri karena layarnya terlipat secara vertikal. Samsung dan Huawei pada dasarnya memanfaatkan tren foldable untuk menyulap ponsel menjadi tablet, sedangkan Motorola justru memanfaatkannya untuk menciutkan ukuran smartphone secara drastis saat sedang tidak dipakai.

Motorola Razr

Saat terbuka lebar, pengguna akan dihadapkan dengan layar pOLED 6,2 inci beresolusi 2142 x 876 pixel. Sebaliknya, saat ditutup, giliran layar sentuh kecil di sisi luar yang menyambut dengan berbekal panel OLED 2,7 inci beresolusi 600 x 800 pixel. Selain menampilkan jam, layar kecil ini juga berfungsi untuk menampilkan notifikasi dan menyajikan sejumlah fungsi basic.

Di bawah layar kecil itu, tampak sebuah kamera dengan sensor 16 megapixel dan lensa f/1.7. Jadi dalam posisi perangkat tertutup, pengguna dapat memanfaatkan kamera tersebut untuk mengambil selfie, sedangkan dalam posisi terbuka, kameranya pun otomatis beralih peran menjadi kamera belakang. Di sisi dalam, masih ada satu kamera lagi yang menghuni notch layarnya, tapi hanya 5 megapixel f/2.0.

Motorola Razr

Menggunakan Razr dalam posisi terbuka sejatinya tidak jauh berbeda dari ponsel non-foldable berkat bentuknya yang rata. Sebagai pengaman, Motorola turut menyematkan sensor sidik jari di atas dagu Razr. Saat tertutup, Razr juga tampak rapat dan rata. Motorola cukup beruntung memiliki akses ke tim desainer Lenovo yang sebelumnya ditugaskan merancang engsel seri laptop Yoga.

Namun seperti yang saya bilang, Razr terkesan biasa saja dari segi spesifikasi. Chipset yang digunakan bukanlah kelas flagship, melainkan Snapdragon 710, ditemani oleh RAM 6 GB dan storage 128 GB. Lebih mengejutkan lagi, kapasitas baterainya cuma 2.510 mAh, dengan dukungan fast charging hanya 15 W, dan tanpa wireless charging.

Motorola Razr

Kekurangan ini sejatinya bisa dimengerti jika melihat dimensi Razr yang begitu ringkas. Saat terbuka, tebalnya berkisar 6,9 mm kecuali di bagian dagu, dan saat tertutup tebalnya pun hanya 14 mm. Kompromi ini mau tidak mau harus diambil demi mempertahankan keunggulan RAZR V3 sebelumnya.

Jadi begitulah, kalau yang Anda cari adalah teknologi tercanggih di segmen foldable, mungkin Anda salah tempat. Motorola Razr disiapkan buat mereka yang ingin merasakan kembali masa kejayaan ponsel lipat (clamshell), dengan catatan mereka siap mengucurkan dana sebesar $1.500 saat perangkat ini dipasarkan mulai awal tahun depan.

Sumber: SlashGear dan Wired.

Huawei Mate X Segera Dipasarkan di Tiongkok Seharga Rp 33,7 Jutaan

Tren foldable phone sempat mencuri perhatian publik di tahun 2019 ini. Namun dikarenakan eksekusinya belum benar-benar terbukti, tidak sedikit yang menilai konsep perangkat semacam ini belum siap untuk dikonsumsi khalayak, ditambah lagi faktor harganya yang masih sangat mahal.

Setelah Samsung Galaxy Fold, kini giliran Huawei Mate X yang tengah bersiap untuk dipasarkan. Diperkenalkan pada bulan Februari lalu, Mate X dieksekusi secara berbeda dari Galaxy Fold meski sama-sama menganut prinsip foldable. Dari segi estetika dan fungsionalitas, Mate X terkesan lebih unggul karena seluruh layarnya berada di sisi luar, jauh lebih mudah diakses ketimbang layar lipat Galaxy Fold yang berada di sisi dalam.

Huawei Mate X

Kendati demikian, Mate X juga harus membuktikan bahwa dirinya benar-benar teruji soal durabilitas, sebab semua layarnya terekspos begitu saja secara konstan. Layarnya sendiri merupakan panel OLED 8 inci beresolusi 2480 x 2200 pixel saat terbuka lebar. Saat tertutup, pengguna dihadapkan dengan layar 6,6 inci 2480 x 1148 pixel di depan, dan 6,38 inci 2480 x 892 pixel di belakang.

Seperti yang sudah sempat saya jabarkan di artikel peluncurannya, spesifikasi Mate X sangatlah mumpuni, mencakup chipset Kirin 980, RAM 8 GB, dan storage internal 512 GB. Sepasang modul baterai berkapasitas total 4.500 mAh-nya mendukung fast charging 55 W, hanya memerlukan waktu 30 menit untuk terisi 85% dari total kapasitasnya.

Huawei Mate X

Yang belum sempat dibeberkan kala itu adalah rincian kameranya. Mate X mengemas total empat kamera: 40 megapixel f/1.8, ultra-wide 16 megapixel f/2.2, telephoto 8 megapixel f/2.4, dan terakhir sensor untuk depth mapping. Anda tidak akan menemukan kamera depan, sebab mengambil selfie menggunakan ponsel ini tinggal semudah membalik posisinya saja.

Lalu berapa harganya? Di Tiongkok, Huawei mematok harga 16.999 yuan (± Rp 33,7 juta) untuk Mate X saat dipasarkan mulai 15 November nanti. Berhubung Mate X mengemas konektivitas 5G sebagai standar, pemasaran internasionalnya juga bakal bergantung pada kesiapan jaringan 5G di masing-masing kawasan.

Sumber: The Verge.