Tag Archives: foldable smartphone

Samsung Jual Empat Kali Lebih Banyak Ponsel Foldable di Tahun 2021

Meski belum sepenuhnya bisa disebut mainstream, ponsel foldable sudah jauh lebih banyak diadopsi di tahun 2021 kemarin. Indikasinya, Samsung mengumumkan bahwa di tahun 2021, mereka berhasil mengirimkan empat kali lebih banyak ponsel foldable ke konsumen ketimbang di tahun 2020.

Samsung cukup berbangga karena ini melebihi ekspektasi analis, yang memprediksi bahwa pasar ponsel foldable bakal bertumbuh tiga kali lipat di tahun 2021, dan Samsung sendiri memang merupakan pemain terbesar di segmen ini. Sayang memang tidak ada angka penjualan pasti yang diungkap, namun setidaknya ini bisa memberikan gambaran mengenai progres segmen foldable.

Sebagai pengingat, Samsung meluncurkan dua ponsel foldable di tahun 2021 kemarin, yakni Z Fold3 dan Z Flip3. Keduanya membawa seabrek penyempurnaan dibanding generasi sebelumnya, tapi di saat yang sama harganya malah lebih terjangkau. Memang belum bisa dibilang murah, tapi setidaknya sudah sangat mendekati harga smartphone tradisional yang masuk kategori flagship — Rp25 juta untuk Z Fold3, dan Rp15 juta untuk Z Flip3.

Samsung Galaxy Z Fold3 dan Z Flip3 / Samsung

Tidak kalah penting adalah sejumlah pembaruan yang membuat kedua ponsel foldable ini terasa semakin ‘normal’, mulai dari layar 120 Hz sampai bodi tahan air dengan sertifikasi IPX8. Di Indonesia sendiri, Samsung sempat bilang bahwa jumlah pemesanan Z Fold3 dan Z Flip3 yang mereka terima selama sebulan periode pre-order naik hingga delapan kali lebih banyak daripada di generasi sebelumnya.

Tahun depan, pasar ponsel foldable malah diperkirakan bisa bertumbuh hingga sepuluh kali lipat seiring bertambah banyaknya produsen yang ikut bermain di segmen ini. Di bulan Desember 2021 saja, ada dua ponsel foldable baru yang bukan buatan Samsung, yaitu OPPO Find N dan Huawei P50 Pocket.

Kendati demikian, upaya Samsung untuk menjadi salah satu pionir di segmen foldable rupanya tidak sia-sia, sebab banyak konsumen yang rela berganti brand demi bisa menikmati keunggulan yang dibawa form factor baru ini. Berdasarkan data internal Samsung sendiri, tercatat ada 150% lebih banyak konsumen yang berganti brand karena Z Flip3 ketimbang Galaxy Note20, atau 140% lebih banyak jika dibandingkan dengan Galaxy S21.

Sumber: The Verge dan Samsung.

Huawei P50 Pocket Benahi Dua Kekurangan Utama Samsung Galaxy Z Flip 3

Di antara beberapa ponsel foldable yang tersedia di pasaran, Samsung Galaxy Z Flip 3 mungkin bisa dianggap sebagai yang paling normal. Dalam posisi terbuka, ia tidak berbeda jauh dibanding smartphone pada umumnya. Namun berhubung layarnya bisa dilipat, ia jauh lebih mudah disimpan di dalam saku, bahkan saku kemeja sekalipun.

Terlepas dari itu, Z Flip 3 masih punya sejumlah kekurangan. Dua yang paling utama adalah kapasitas baterainya yang kecil (3.300 mAh), dan desain yang tidak benar-benar tertutup rapat saat layarnya dilipat. Lain ceritanya dengan Huawei P50 Pocket. Ponsel foldable terbaru Huawei yang juga mengadopsi desain clamshell itu rupanya tidak terkendala dua isu tersebut.

Saat dilipat, layar P50 Pocket benar-benar tertutup dengan rapat, tidak seperti Z Flip 3 yang masih menyisakan sedikit celah. Ini menunjukkan adanya perbedaan rancangan engsel pada kedua smartphone. Dalam posisi terlipat, tebal P50 Pocket cuma 15,2 mm, lebih tipis daripada Z Flip 3. Namun saat dibuka, P50 Pocket sedikit lebih tebal di 7,2 mm.

Kabar baiknya, Huawei benar-benar memaksimalkan ruang ekstra tersebut. P50 Pocket dibekali baterai berkapasitas 4.000 mAh, cukup signifikan selisihnya dibanding milik Z Flip 3. Huawei pun tidak lupa menyematkan dukungan fast charging 40 W pada P50 Pocket.

Seperti Z Flip 3, ponsel ini turut mengemas dua layar; satu di luar, satu di dalam. Di bagian luar, ada layar membulat dengan diameter 1,04 inci dan resolusi 340 x 340 piksel. Layar ini bisa menampilkan sejumlah informasi, termasuk halnya menjadi viewfinder kamera sehingga pengguna bisa mengambil selfie menggunakan kamera utamanya. Meski sepintas kelihatan lebih estetis, layar membulat ini masih kalah fungsional dibanding layar luar Z Flip 3 yang berukuran lebih besar.

Untuk layar bagian dalamnya, P50 Pocket mengemas panel OLED 6,9 inci dengan resolusi 2790 x 1188 piksel dan refresh rate 120 Hz. Di sisi atasnya, ada lubang kecil yang dihuni oleh kamera 10,7 megapiksel. Kamera yang satu ini lebih ideal digunakan untuk video call, sebab kalau untuk mengambil selfie, hasil tangkapannya jelas kalah bagus dibanding kamera utamanya di sisi luar.

Kamera utamanya ini menggunakan sensor 40 megapiksel dan lensa f/1.8. Mendampingi kamera tersebut adalah kamera ultra-wide 13 megapiksel yang juga bisa dipakai untuk fotografi makro, serta kamera “super-spectrum” 32 megapiksel yang bertugas untuk membantu memperkaya warna pada hasil tangkapan P50 Pocket.

Urusan performa, ponsel ini mengandalkan chipset Snapdragon 888, tapi yang cuma kompatibel dengan jaringan 4G saja. Huawei menawarkan dua varian RAM dan storage: 8 GB/256 GB seharga 8.988 yuan (± 20 jutaan rupiah), dan 12 GB/512 GB seharga 10.988 yuan (± 24,5 jutaan rupiah).

Varian 12 GB/512 GB ini turut mengusung embel-embel “Premium Edition”, serta hadir dalam balutan warna silver atau emas yang memiliki motif unik karya desainer asal Belanda, Iris van Herpen. Sejauh ini belum ada informasi apakah Huawei P50 Pocket nantinya juga akan tersedia di luar Tiongkok.

Sumber: The Verge dan Huawei.

Samsung Galaxy Z Fold3 dan Z Flip3 Resmi Tersedia di Indonesia, Laris Manis Selama Masa Pre-Order

Per tanggal artikel ini dipublikasikan (10 September 2021), duo ponsel foldable terbaru Samsung, Galaxy Z Fold3 dan Z Flip3, akhirnya sudah tersedia secara resmi di pasar Indonesia. Keduanya tentu bukan barang murah; Z Fold3 ditawarkan dengan harga mulai Rp24.999.000, sementara Z Flip3 mulai Rp14.999.000. Namun ternyata, keduanya begitu laris dipesan oleh konsumen tanah air.

Dalam acara peluncuran resmi yang digelar secara online, Bernard Ang selaku Vice President Samsung Electronics Indonesia mengungkapkan bahwa jumlah pemesanan Z Fold3 dan Z Flip3 yang mereka terima selama masa pre-order mulai 11 Agustus lalu tercatat delapan kali lebih banyak daripada di generasi sebelumnya. Bayangkan saja, ponsel harganya 25 juta dan 15 juta, tapi laku keras bahkan sebelum stoknya tersedia.

Samsung memang tidak bilang, tapi saya cukup yakin salah satu alasan mengapa keduanya bisa laris adalah karena harganya memang lebih murah daripada generasi sebelumnya. Ini menarik karena dari sisi hardware, Z Fold3 dan Z Flip3 masih sepenuhnya merupakan barang impor. Keduanya memang tercatat memiliki TKDN sebesar 49%, tapi itu cuma dari sisi software.

Bernard Ang, Vice President Samsung Electronics Indonesia / Samsung

Masih opini saya pribadi, alasan lainnya mungkin juga karena pembaruan dari segi ketahanan fisik yang Samsung terapkan. Saya masih ingat ketika Z Fold generasi pertama dirilis, tidak sedikit pemberitaan mengenai bagaimana ponsel tersebut harus digunakan dengan ekstra hati-hati demi menghindari kerusakan.

Sekarang, Samsung justru tidak segan mempromosikan ketahanan fisik Z Fold3 dan Z Flip3. Di acara peluncurannya, Samsung bersama sejumlah aktor dan aktris yang diundang beberapa kali menyinggung soal rangka “Armor Aluminium” yang terdapat pada kedua ponsel. Keduanya pun sekarang tahan air dengan sertifikasi IPX8, dan Samsung tidak lupa menyelipkan sesi demonstrasi singkat yang mempertontonkan Z Fold3 dan Z Flip3 tengah ketumpahan air.

Sesi-sesi demonstrasi yang dilangsungkan Pevita Pearce, Reza Rahadian, Darius Sinathrya, dan Dian Sastrowardoyo ini menarik karena dikaitkan langsung dengan skenario penggunaan mereka sehari-harinya. Masing-masing kebagian jatah mencontohkan penggunaan fitur Flex Mode (layar perangkat hanya terbuka sebagian), baik untuk Z Fold3 ataupun Z Flip3.

Pevita mendemonstrasikan kegunaan fitur tersebut saat hendak membuat konten olahraga di rumah. Menggunakan Z Flip3, ia meletakkan ponselnya di lantai dalam posisi layarnya tertekuk separuh, lalu mulai merekam video selagi beraktivitas, tidak perlu bantuan tripod ataupun menyetel timer terlebih dulu.

Reza mendemonstrasikan kegunaan fitur ini untuk menelepon (video call) sembari membaca naskah. Jadi separuh layarnya menampilkan sesi video call, separuh sisanya (yang datar dengan meja) menampilkan naskah film yang hendak dijadikan proyek berikutnya.

Baik Pevita maupun Reza juga sempat memamerkan betapa ringkasnya Z Flip3. Pevita melipatnya lalu menyimpannya di dalam tas micro bag yang begitu mungil, sementara Reza dengan santai melipat dan menyelipkannya ke kantong kemeja.

Beralih ke Z Fold3, ada Darius yang mendemonstrasikan fitur Flex Mode untuk mendapatkan pengalaman ala laptop. Ponsel ia berdirikan di atas meja dengan layar tertekuk separuh (seperti sebuah buku), lalu ia mengetik menggunakan aksesori Multi Bluetooth Keyboard. “Lebih praktis daripada laptop,” katanya.

Selanjutnya, ada Dian yang mendemonstrasikan fitur ini di Z Fold3 untuk keperluan meeting. Jadi separuh layarnya menampilkan sesi video call, sedangkan separuh sisanya ia corat-coret menggunakan S Pen untuk bahan diskusi. Skenario-skenario penggunaan unik tapi relatable seperti inilah yang pada akhirnya memberi nilai jual tambah pada Z Fold3 dan Z Flip3.

Semua skenario di atas sebenarnya bisa saja kita jalani tanpa melibatkan perangkat foldable, tapi mungkin eksekusinya agak sedikit merepotkan. Z Fold3 dan Z Flip3 pada dasarnya ingin menyederhanakan prosesnya dengan memaksimalkan form factor unik masing-masing.

Berikutnya, saya akan membahas beberapa poin menarik yang saya tangkap dari acara peluncuran Z Fold3 dan Z Flip3. Yang pertama adalah penekanan terhadap kegunaan dari sisi multimedia untuk Z Fold3. Selama sesi demonstrasi dan sesi tanya-jawab, saya mencatat Dian Sastro menyinggung tentang speaker milik Z Fold3 sebanyak tiga kali. “Rasanya kayak benaran pakai sound system di TV,” tuturnya saat menjelaskan tentang fitur-fitur Z Fold3 yang paling difavoritkannya.

Kedua adalah mengenai App Continuity di Z Fold3, fitur yang memungkinkan supaya aplikasi yang dibuka di cover screen bisa otomatis berpindah ke layar utama (dengan tampilan yang dioptimalkan tentu saja) ketika perangkat dibuka. Fitur tersebut sekarang juga berlaku untuk beberapa aplikasi lokal. Sejauh ini memang baru ada empat, yakni Tokopedia, Blibli, Viu, dan Vidio, tapi ke depannya dipastikan bakal ada banyak yang menyusul.

Ketiga, Samsung seperti ingin mempromosikan asisten virtualnya, Bixby, lebih jauh lagi. Dalam sesi demonstrasinya, Pevita sempat menginstruksikan Bixby untuk mengambil foto. Reza di sisi lain meminta Bixby untuk mengirim pesan ke rekan kerjanya. Perlu dicatat, semuanya menggunakan bahasa Inggris ketimbang Indonesia.

Terakhir, di sepanjang acara yang berdurasi dua jam, saya tidak mendengar satu pun pembahasan mengenai baterai Z Fold3 dan Z Flip3. Bisa jadi karena memang tidak ada yang istimewa dari baterainya. Di atas kertas, Z Fold3 tercatat memiliki baterai 4.400 mAh, sementara Z Flip3 mengemas baterai 3.300 mAh.

Angka-angka tersebut tentu tergolong standar atau bahkan kecil di tahun 2021 ini, apalagi mengingat kedua ponsel sama-sama mengandalkan layar dengan refresh rate 120 Hz. Namun kembali lagi, saya rasa tidak ada satu pun konsumen yang membeli Z Fold3 dan Z Flip3 karena mendambakan baterai yang awet atau dukungan fast charging yang kencang. Setidaknya untuk sekarang, baterai masih belum jadi prioritas di kategori foldable, dan saya yakin hampir semua konsumennya dapat memakluminya.

Konsep Terbaru TCL Tunjukkan Bahwa Layar Foldable dan Rollable Bisa Disinergikan dalam Satu Perangkat

Ada smartphone dengan layar yang dapat dilipat (foldable), ada smartphone dengan layar yang dapat digulung (rollable). Keduanya tentu punya kelebihan dan kekurangan tersendiri. Namun kalau disuruh memilih, mana yang paling menarik buat Anda?

Memilih dan mengorbankan salah satu rupanya tidak ada dalam kamus TCL. Lewat sebuah konsep baru, mereka membuktikan bahwa teknologi foldable dan rollable bisa disinergikan ke dalam satu perangkat. Itulah premis yang ditawarkan konsep smartphone bernama TCL Fold ‘n Roll ini.

Dalam posisi terlipat dan tergulung, ponsel ini mengemas layar berukuran 6,87 inci. Lalu ketika layarnya dibuka, bentang diagonalnya pun bertambah menjadi 8,85 inci. Mekanisme lipatnya mirip seperti yang diterapkan oleh Huawei pada Mate X generasi pertama, di mana layar lipatnya berada di sisi luar, bukan di sisi dalam.

Rancangan seperti ini mungkin terkesan lebih sleek sekaligus lebih efisien (karena hanya perlu satu panel saja), tapi di saat yang sama juga lebih rentan terhadap goresan jika melihat posisinya yang berada di sisi luar. Mungkin atas alasan inilah Huawei sendiri pada akhirnya merancang Mate X2 dengan layar lipat di sisi dalam.

Namun seperti yang saya bilang, layar lipat bukan satu-satunya daya tarik ponsel ini. Dalam posisi layarnya terbuka itu, pengguna masih bisa menariknya ke samping sehingga layarnya semakin melar lagi menjadi 10 inci. Teknologi layar rollable semacam ini juga bukan hal yang asing lagi buat TCL.

Tentu saja yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana konsep ini bisa direalisasikan menjadi perangkat untuk konsumsi massal. TCL sejauh ini hanya berani bilang bahwa mereka masih dalam proses mengeksplorasi, sehingga tidak ada jaminan Fold ‘n Roll bakal lanjut disempurnakan sampai akhirnya siap dijual ke publik.

Sebelum ini, TCL sempat menyatakan niatnya untuk merilis smartphone dengan layar yang fleksibel sebelum akhir tahun 2021. Meski demikian, sejauh ini belum diketahui apakah TCL bakal menempuh jalur foldable atau rollable.

Sumber: Engadget dan The Verge.

Xiaomi Luncurkan Foldable Smartphone Pertamanya, Mi Mix Fold

Usai memperkenalkan smartphone paling flagship-nya untuk tahun 2021, Xiaomi lanjut menyingkap penawaran perdananya di segmen foldable smartphone, Mi Mix Fold. Ada banyak inovasi menarik yang dihadirkan, tapi sebelumnya mari kita bahas terlebih dulu bagian terpentingnya, yaitu layarnya.

Mi Mix Fold mengemas layar OLED fleksibel berukuran 8,01 inci dengan resolusi 2480 x 1860 pixel (aspect ratio 4:3) dan refresh rate 60 Hz. Xiaomi mengklaim layarnya ini adalah yang paling besar di segmen foldable sejauh ini. Secara teknis memang benar, meski mungkin klaim tersebut nyaris tidak ada artinya kalau melihat layar Huawei Mate X2 yang lebih kecil 0,01 inci.

Layar fleksibel ini mempunyai tingkat kecerahan maksimum 900 nit, dan sudah mendukung HDR10+ maupun Dolby Vision. Xiaomi juga tidak lupa menekankan kemampuannya menampilkan l miliar warna, lengkap dengan akurasi warna yang sangat tinggi berkat algoritma kalibrasi racikan Xiaomi sendiri.

Hal lain yang turut dibanggakan oleh Xiaomi adalah engsel berbentuk huruf U yang duduk di sepanjang bagian tengah layar fleksibel tersebut, yang diklaim 27% lebih ringan ketimbang engsel milik ponsel foldable lain. Meski demikian, kekokohannya dijamin oleh hasil pengujian hingga 1 juta kali tekuk.

Beralih ke layar di sisi luar, ada panel AMOLED 6,52 inci beresolusi 2520 x 840 pixel. Layar sebelah luarnya ini juga memiliki tingkat kecerahan 900 nit dan dukungan HDR10+ beserta Dolby Vision. Bedanya adalah refresh rate dan touch sampling rate-nya sudah lebih tinggi dari standar, masing-masing di angka 90 Hz dan 180 Hz. Pada ujung kanan atas layar eksternalnya ini, ada kamera selfie 20 megapixel.

Satu hal yang cukup unik terkait layarnya ini adalah algoritma berbasis AI yang Xiaomi terapkan, yang diklaim mampu meng-upscale resolusi foto dari 720p menjadi 1440p, atau resolusi video dari 480p menjadi 1440p. Seberapa efektif fitur ini dapat bekerja di smartphone tentu masih perlu pembuktian lebih lanjut.

Seperti halnya Mi 11 Ultra, Mi Mix Fold turut mengemas speaker hasil kolaborasi Xiaomi bersama Harman Kardon. Namun berhubung dimensi Mi Mix Fold lebih besar, jumlah speaker-nya pun juga telah digandakan menjadi 4 buah, dan Xiaomi juga telah menyertakan algoritma untuk menyajikan efek 3D spatial audio.

Kamera dan spesifikasi

Namun sebagai bagian dari keluarga Mi Mix, tentu saja ponsel ini masih membawa sejumlah kejutan lain yang belum pernah ada sebelumnya. Seperti yang kita tahu, seri Mi Mix selalu dijadikan sebagai ajang demonstrasi teknologi-teknologi terbaru yang Xiaomi kembangkan, dan Mi Mix Fold pun tak luput dari tren tersebut.

Teknologi-teknologi anyar itu bisa kita jumpai langsung pada kameranya. Mi Mix Fold adalah ponsel pertama yang mengemas chip ISP (image signal processor) bikinan Xiaomi sendiri yang dinamai Surge C1. Lewat komponen ini, Xiaomi pada dasarnya ingin meningkatkan kinerja autofocus, auto exposure dan auto white balance secara signifikan tanpa mengonsumsi terlalu banyak energi.

Bukan cuma itu, Mi Mix Fold juga jadi yang pertama menggunakan teknologi Liquid Lens, yang bisa kita temui pada kamera telephoto 8 megapixel-nya. Sesuai namanya, struktur lensa ini melibatkan sejenis cairan yang dibungkus oleh film transparan. Berhubung isinya cairan, kurvatur lensanya pun bisa berubah-ubah, sehingga ia dapat merangkap peran dua jenis lensa sekaligus, yakni lensa telephoto dengan 3x optical zoom, dan lensa macro dengan jarak fokus 3 cm.

Pengguna juga tidak perlu khawatir cairan di dalam lensanya itu beku saat digunakan di cuaca dingin, sebab Xiaomi memastikan cairannya bisa tahan sampai suhu sedingin -40° C, atau sebaliknya sampai suhu sepanas 60° C. Dua kamera lainnya adalah kamera utama 108 megapixel dengan sensor Samsung ISOCELL HM2 dan lensa f/1.8, serta kamera ultra-wide 13 megapixel dengan field of view seluas 123°.

Lanjut ke spesifikasinya, Mi Mix Fold hadir membawa chipset Snapdragon 888, RAM LPDDR5 berkapasitas 12 GB atau 16 GB, serta storage internal UFS 3.1 sebesar 256 GB atau 512 GB. Xiaomi tidak lupa menyertakan sistem pendingin spesial yang memiliki area disipasi panas yang luas, yang tak hanya mencakup bagian chipset saja, melainkan juga antena 5G dan sistem fast charging-nya.

Bicara soal fast charging, baterai berkapasitas 5.020 mAh di ponsel ini mendukung pengisian dengan output maksimum 67 W. Kecepatan pengisiannya ini sama persis seperti yang ditawarkan Mi 11 Ultra (0 – 100% dalam 37 menit), tapi bedanya Mi Mix Fold sama sekali tidak mendukung wireless charging.

Mi Mix Fold Ceramic Special Edition / Xiaomi
Mi Mix Fold Ceramic Special Edition / Xiaomi

Dalam posisi terlipat, Mi Mix Fold memiliki bodi dengan ketebalan 17,2 mm. Bobotnya berada di kisaran 317 gram, dan panel belakangnya sudah diproteksi oleh kaca Gorilla Glass 5, lengkap dengan tekstur yang menyerupai keramik. Alternatifnya, Xiaomi juga akan menawarkan Mi Mix Fold Ceramic Special Edition dengan material belakang yang berbeda, serta aksen warna emas di bagian engsel dan tombol volume.

Sejauh ini belum diketahui apakah Xiaomi Mi Mix Fold juga akan dipasarkan secara global. Untuk sekarang, Xiaomi baru menjualnya di Tiongkok dengan harga mulai 10.000 yuan (± Rp22,2 jutaan). Varian termahalnya yang mengemas RAM 16 GB dan penyimpanan 512 GB dihargai 13.000 yuan (± Rp28,9 jutaan).

Sumber: Xiaomi dan GSM Arena.

Perbandingan Spesifikasi Huawei Mate X2 dan Samsung Galaxy Z Fold2

Diumumkannya Huawei Mate X2 baru-baru ini membuat segmen foldable smartphone kembali bergairah. Tentunya ada beberapa alasan terkait hal ini. Yang pertama adalah fakta bahwa Huawei merupakan salah satu pelopor di segmen foldable, dan yang kedua adalah betapa drastisnya perubahan yang dibawa oleh Mate X2.

Dibandingkan generasi pertamanya, Mate X2 punya desain yang amat berbeda. Ia kini jauh lebih mirip seperti Samsung Galaxy Z Fold2 berkat layar yang ada di bagian dalam sekaligus luar. Sebelum ini, Huawei Mate X dan Xs hanya memiliki satu layar di sisi luar yang bisa dilipat.

Arahan desain baru yang diusung Mate X2 ini membuatnya semakin dibanding-bandingkan dengan Galaxy Z Fold2. Sejauh ini keduanya memang merupakan foldable smartphone paling flagship yang bisa dibeli oleh konsumen, jadi wajar apabila keduanya selalu dikomparasikan satu sama lain.

Tanpa harus berlama-lama lagi, berikut adalah perbandingan spesifikasi Huawei Mate X2 dan Samsung Galaxy Z Fold2.

Layar

Huawei Mate X2

Kita mulai dari bagian yang menjadi identitas utama foldable smartphone, yakni layar. Seperti yang saya bilang, kedua smartphone ini punya dua layar yang berbeda, satu di sisi luar dan satu lagi di sisi dalam. Yang bisa dilipat dan dibuka adalah layar di sisi dalam.

Pada Mate X2, layar lipatnya menggunakan panel OLED 8 inci beresolusi 2200 x 2480 pixel dengan refresh rate 90 Hz. Layar di sisi luarnya juga memakai panel OLED 90 Hz, tapi dengan ukuran 6,45 inci dan resolusi 2700 x 1160 pixel. Kedua layar milik Mate X2 ini rupanya lebih besar ketimbang yang ada di Z Fold2.

Di Z Fold2, layar lipatnya merupakan AMOLED 7,6 inci beresolusi 1768 x 2208 pixel dengan refresh rate 120 Hz. Juga berbeda adalah adanya lubang untuk kamera selfie di layar lipatnya ini — Mate X2 yang hanya punya lubang kamera di layar luarnya. Layar luarnya sendiri merupakan panel AMOLED 6,23 inci dengan resolusi 816 x 2260 pixel dan refresh rate standar 60 Hz.

Fisik

Samsung Galaxy Z Fold 2

Meski desainnya terbilang aneh, Mate X dan Xs sebelum ini bisa memukau berkat bodinya yang sangat tipis. Mate X2 tidak lagi demikian, sebab kehadiran dua layar sekaligus otomatis membuat tubuhnya jadi sedikit lebih tebal. Meski begitu, ia rupanya masih lebih ramping ketimbang Z Fold2 dengan tebal hanya 14,7 mm dalam posisi terlipat.

Z Fold2 di sisi lain tercatat memiliki ketebalan 16,8 mm saat layarnya terlipat. Untuk bobotnya, Z Fold2 ternyata sedikit lebih ringan di angka 282 gram, bandingkan dengan Mate X2 yang mempunyai bobot 295 gram.

Performa

Samsung Galaxy Z Fold 2

Terkait performa, Mate X2 semestinya lebih unggul karena memang lebih muda sekitar setengah tahun ketimbang Z Fold2. Ia mengemas chipset Kirin 9000 yang dibuat dengan proses pabrikasi 5 nm, membuatnya selevel dengan Snapdragon 888 maupun Exynos 2100 bikinan Samsung sendiri.

Z Fold2 di sisi lain ditenagai oleh Snapdragon 865+, yang tidak lain merupakan chipset flagship di tahun 2020. Samsung melengkapinya dengan RAM 12 GB, lebih besar ketimbang milik Mate X2 yang berkapasitas 8 GB. Untuk storage internalnya, kedua ponsel sama-sama ditawarkan dalam varian 256 atau 512 GB.

Perihal baterai, kedua perangkat sama-sama dibekali kapasitas sebesar 4.500 mAh. Yang membedakan adalah dukungan fast charging dari masing-masing perangkat: Mate X2 mendukung output maksimum 55 W, sedangkan Z Fold2 cuma mendukung 25 W. Menariknya, di saat Z Fold2 mendukung fitur wireless charging maupun reverse wireless charging, Mate X2 justru tidak punya sama sekali.

Kamera

Huawei Mate X2

Lanjut mengenai kamera, Mate X2 hadir membawa empat kamera belakang yang terdiri dari kamera utama 50 megapixel f/1.9 (ukuran sensor 1/1,28 inci), kamera ultra-wide 16 megapixel, kamera telephoto 12 megapixel (3x optical zoom), dan kamera periskop 8 megapixel (10x optical zoom).

Z Fold2 di sisi lain hanya mengemas tiga kamera belakang, yakni kamera utama 12 megapixel f/1.8 (ukuran sensor 1/1,76 inci), kamera ultra-wide 12 megapixel, dan kamera telephoto 2 megapixel (2x optical zoom), tanpa kamera periskop.

Meski demikian, pengguna Z Fold2 semestinya bakal lebih dimudahkan untuk mengambil selfie karena memiliki kamera depan di layar bagian luar sekaligus dalam, masing-masing dengan resolusi 10 megapixel dan kemampuan merekam video 4K. Di Mate X2, satu-satunya cara mengambil selfie adalah dengan mengandalkan kamera 16 megapixel di layar bagian luarnya, dan resolusi video selfie-nya cuma terbatas di 1080p.

Software

Berhubung ini Huawei yang kita bicarakan, sudah pasti ada perbedaan dari sisi software mengingat mereka tidak diperkenankan menggunakan Google Mobile Services (GMS). Bukan hanya itu, Mate X2 juga masih menjalankan EMUI 11 yang berbasis Android 10. Kendati demikian, Huawei sudah menjadwalkan update sistem operasi anyar HarmonyOS untuk Mate X2 pada bulan April mendatang.

Kenyataan pahitnya, sebagian besar dari kita memang masih belum bisa lepas dari ekosistem Google, dan dalam konteks ini Z Fold2 yang menjalankan One UI 3.0 berbasis Android 11 jelas lebih unggul ketimbang Mate X2.

Harga

Bicara soal harga, kita semestinya tidak perlu terkejut melihat banderol kedua perangkat ini yang ternyata sangat mahal. Di Indonesia, Z Fold2 saat ini sudah dijual dengan harga paling murah Rp33.888.000 untuk varian 256 GB.

Huawei Mate X2 di sisi lain baru tersedia di pasar Tiongkok saja, dan sejauh ini belum ada informasi terkait rencana mereka untuk menjualnya di pasar internasional. Harganya pun ternyata juga lebih mahal daripada Z Fold2: 17.999 yuan atau kurang lebih sekitar 39,6 jutaan rupiah untuk varian 256 GB.

OPPO Ungkap Konsep Foldable Smartphone yang Sangat Unik

OPPO X 2021 yang diperkenalkan pada ajang OPPO Inno Day bulan lalu bukan satu-satunya smartphone konsep berdesain unik yang sedang OPPO godok. Di event China International Industrial Design Expo (CIIDE) baru-baru ini, OPPO memamerkan konsep foldable smartphone yang benar-benar penuh intrik.

Sejauh ini cuma dijuluki “slide-phone“, mekanisme folding-nya sepintas mengingatkan saya pada Motorola Razr maupun Samsung Galaxy Z Flip, dengan dimensi yang tidak lebih besar dari kartu kredit dalam posisi terlipat. Namun yang membuatnya sangat unik adalah adanya lebih dari satu engsel pada layarnya, sehingga perangkat dapat digunakan dalam tiga mode yang berbeda, tidak melulu dengan layar yang terbuka lebar.

Pada mode yang pertama misalnya, pengguna dapat membuka hanya sepertiga dari total layarnya untuk melihat jam maupun notifikasi. Mode selanjutnya adalah mode selfie, dan terakhir ada mode full-screen dengan layar yang lebih lebar dari biasanya, yang bisa berguna untuk menampilkan kontrol virtual tambahan maupun multitasking.

Selama berpindah dari satu mode ke yang lain, fungsi tombol di bagian sampingnya juga berubah mengikuti kebutuhan. Sisi sampingnya juga menjadi rumah untuk sebuah stylus. Konsep unik ini merupakan hasil kolaborasi langsung antara OPPO dan studio desain asal Jepang, Nendo.

Selain slide-phone tadi, kolaborasi OPPO dan Nendo turut melahirkan konsep lain yang tak kalah unik, yang mereka juluki dengan istilah “music-link“. Konsep ini melibatkan banyak perangkat, mulai dari smartwatch, smart speaker sampai wireless charger, akan tetapi yang menjadi bintang utamanya adalah TWS unik berbentuk seperti gagang telepon.

Idenya adalah, cukup dengan menyimpan TWS dalam charging case lalu meletakkannya di atas smart speaker, maka musik secara otomatis akan bertransisi dari TWS ke speaker. Namun seandainya tidak ada fitur tersebut pun wujud TWS-nya sudah sangat mengundang perhatian, terutama berkat kemampuannya ditancapkan satu sama lain sehingga membentuk seperti sebuah donat.

Namanya konsep, kedua perangkat ini mungkin masih lama sebelum bisa direalisasikan, atau malah tidak sama sekali. Terlepas dari itu, yang perlu kita soroti adalah bagaimana produsen smartphone terus mengeksplorasi beragam desain demi mengatasi tren bertambah besarnya layar smartphone, yang tentunya dapat berpengaruh banyak terhadap aspek ergonomi.

Sumber: OPPO.

OPPO, Vivo, Xiaomi, dan Google Dirumorkan Bakal Merilis Foldable Smartphone Tahun Depan

Bagi sebagian konsumen, foldable smartphone sejauh ini mungkin masih terkesan terlalu gimmicky untuk dipakai sehari-hari. Tentunya ada beberapa faktor yang mendasari, seperti misalnya harga jual yang masih sangat mahal, maupun faktor teknologinya itu sendiri, yang bisa dibilang belum sepenuhnya matang.

Jumlah pabrikan besar yang memutuskan untuk terjun secara resmi ke ranah foldable juga masih minim – sejauh ini baru tiga, yakni Samsung, Huawei, dan Motorola. Kabar baiknya, tren ini sepertinya bisa berubah drastis memasuki pertengahan tahun 2021 nanti.

Andai rumor yang beredar akurat, pada pertengahan 2021 nanti kita bakal melihat foldable smartphone baru dari empat brand besar berikut: OPPO, Vivo, Xiaomi, dan Google. Dari kubu Samsung sendiri, mereka setidaknya bakal merilis tiga model foldable baru – semestinya suksesor Z Fold, suksesor Z Flip, dan Z Flip varian Lite.

Dari keempat nama besar itu, mungkin yang paling mengejutkan adalah Google, apalagi mengingat mereka tahun ini memutuskan untuk tidak bermain di segmen flagship sama sekali. Lalu kalau dari kubu OPPO, Vivo, dan Xiaomi, kabarnya kita bakal melihat total empat foldable smartphone.

Pertanyaannya, apakah empat smartphone itu sudah termasuk OPPO X 2021, ponsel konsep unik yang memanfaatkan mekanisme layar geser/gulung ketimbang lipat/tekuk? Mengacu pada sumber rumor yang sama, yakni Ross Young selaku pendiri DisplaySearch, dikatakan bahwa empat smartphone itu belum mencakup yang layarnya dapat digulung.

Rollable smartphone sepertinya bakal menjadi kategori tersendiri di luar foldable, dan Ross memprediksi bahwa LG bakal jadi yang pertama yang merilisnya ke publik. Asumsi yang cukup masuk akal mengingat LG memang punya divisi khusus yang memproduksi panel display. Selain LG, pabrikan lain yang juga punya divisi display dan sedang mengerjakan rollable smartphone adalah TCL, yang sempat memamerkan prototipenya Februari lalu.

Sumber: GSM Arena.

Huawei Luncurkan Mate Xs, Ponsel Foldable Keduanya dengan Konstruksi yang Lebih Kokoh

Tepat setahun yang lalu, Huawei memperkenalkan ponsel foldable pertamanya, Mate X. Sayang perangkat itu hanya sempat dipasarkan di Tiongkok saja. Namun sekarang Huawei sudah punya Mate Xs, yang kabarnya bakal dipasarkan secara global.

Sepintas, Mate Xs tampak tidak berbeda, dan Huawei ternyata memang tidak mengubah gaya desainnya. Yang mereka benahi adalah konstruksi layar dan engselnya. Pada Mate Xs, layarnya kini terdiri dari empat lapisan yang berbeda: mulai dari yang paling atas adalah lapisan polyamide, panel OLED fleksibel, lapisan polimer sebagai bantalan, dan lapisan terakhir yang menghubungkan komponen elektroniknya.

Huawei Mate Xs

Hasilnya, kalau menurut Huawei, adalah struktur layar yang lebih kokoh. Untuk engselnya, Huawei bilang bahwa jumlah komponen di dalamnya bertambah dari sekitar 100 menjadi 150, dan lagi-lagi ini dimaksudkan supaya konstruksinya lebih kuat, tapi di saat yang sama juga untuk membuat mekanisme lipatnya jadi lebih mulus.

Selebihnya, perangkat ini cukup identik dengan pendahulunya. Ukuran layar dan resolusinya sama persis; 8 inci saat dibuka, 6,6 inci saat dilipat (plus 6,4 inci sebagai layar belakang). Di sebelah layar belakangnya, terdapat empat modul kamera: 40 megapixel f/1.8, 8 megapixel telephoto f/2.4, 16 megapixel ultra-wide f/2.2, dan modul 3D depth-sensing. Sensor sidik jarinya juga masih disatukan dengan tombol power.

Huawei Mate Xs

Prosesornya sudah di-upgrade menjadi Kirin 990, dan tentu saja 5G sudah didukung sepenuhnya. Melengkapi dapur pacunya adalah RAM 8 GB, storage internal 512 GB, dan baterai 4.500 mAh. Sama nasibnya seperti ponsel Huawei lain belakangan ini, Mate Xs tidak dilengkapi Google Play Services, yang berarti ia harus mengandalkan Huawei AppGallery.

Terlepas dari itu, Huawei masih berniat melepas Mate Xs ke pasar global mulai bulan depan. Di Eropa, mereka mematok harga 2.499 euro untuk Mate Xs, atau sekitar Rp 37,8 juta.

Sumber: 1, 2, 3.

Samsung Galaxy Z Flip Tunjukkan Berbagai Inovasi Signifikan di Segmen Foldable

Lupakan sejenak Samsung Galaxy Fold, Samsung punya smartphone foldable baru yang sangat berbeda. Dinamai Galaxy Z Flip, layarnya terlipat secara horizontal ketimbang vertikal, sama seperti konsep yang ditawarkan Motorola Razr.

Dalam posisi terlipat, ukuran Z Flip hanya sebesar dompet. Lalu saat ia terbuka lebar, pengguna akan disambut oleh layar AMOLED 6,7 inci beresolusi 2636 x 1080 pixel. Istimewanya, layar ini tidak mengandalkan bahan polimer fleksibel seperti sebelumnya, melainkan kaca amat tipis hasil rancangan Samsung sendiri.

Samsung Galaxy Z Flip

Juga spesial adalah engselnya, yang dirancang supaya layar Z Flip bisa ditekuk secara leluasa, tidak harus terkunci pada sudut-sudut tertentu. Anggap saja Z Flip sebagai sebuah laptop mini, sebab kita memang bisa menggunakannya dalam posisi perangkat membentuk huruf “L”.

Soal spesifikasi, Z Flip menang jauh jika dibandingkan dengan Razr yang hanya mengemas komponen-komponen kelas menengah. Z Flip di sisi lain ditenagai oleh prosesor Snapdragon 855 Plus, RAM 8 GB dan storage internal 256 GB. Kapasitas baterainya pun juga lebih besar di angka 3.300 mAh.

Samsung Galaxy Z Flip

Untuk kameranya, Z Flip mengusung sepasang kamera belakang – 12 megapixel f/1.8 dengan Dual Pixel AF dan OIS + 12 megapixel f/2.2 dengan lensa ultra-wide – dan kamera selfie 10 megapixel model hole-punch. Di sebelah kamera belakangnya, terdapat layar AMOLED kecil berukuran 1,1 inci yang berfungsi untuk menampilkan sejumlah indikator dan notifikasi.

Samsung Galaxy Z Flip akan segera dijual di Amerika Serikat dan Korea mulai tanggal 14 Februari seharga $1.380. Selain warna ungu dan hitam, Z Flip nantinya juga bakal tersedia dalam varian warna emas.

Sumber: Samsung.