Tag Archives: foldable

Samsung Indonesia Buka Pre-order Smartphone Lipat Galaxy Z Fold2

Acara global Samsung Galaxy Unpacked Part 2 pada awal September lalu melahirkan Galaxy Z Fold2, smartphone lipat premium yang posisinya “lebih dari flagship“. Kalau kata Samsung, Galaxy Z Fold2 ditujukan bagi mereka yang menjadikan inovasi dan teknologi sebagai kemewahan yang membuat kehidupan mereka menjadi lebih bermakna.

Tak butuh waktu lama, Samsung Electronics Indonesia telah membuka sesi pre-order untuk Galaxy Z Fold2 dengan harga Rp33.888.000. Bagi yang melakukan pemesanan selama masa periode pre-order yang berlangsung dari tanggal 11-19 September 2020 di situs www.galaxylaunchpack.com, Samsung memberikan bonus Galaxy Buds Live seharga Rp2.599.000 dengan warna senada Galaxy Z Fold2 yang dipilih dan Premier Service powered by Samsung Care+ selama 1 tahun senilai Rp2.739.000.

Samsung_Z Fold2_KV-TOP_FA-unflatten_030920-alt3

Menjadi pemimpin di industri teknologi tanah air, jejak inovasi yang kami hadirkan bukan hanya mampu memberikan pengalaman berteknologi terbaik bagi para pengguna, tapi juga membentuk masa depan baru melalui pengalaman terdepan menggunakan perangkat mobile,” ujar Denny Galant, Head of Product Marketing, IT & Mobile, Samsung Electronics Indonesia.

Kehadiran Galaxy Z Fold2, bukan hanya menjadi wujud dari penyempurnaan inovasi yang terus kami lakukan yang berlandaskan pada kebutuhan pengguna, tapi lebih lanjut, mampu membentuk tren dan cara berteknologi yang baru di masa depan,” tambahnya.

Fitur dan Spesifikasi Samsung Galaxy Z Fold2

Samsung Galaxy Z Fold2 - Image 2

Dibanding pendahulunya, Galaxy Z Fold2 hadir dengan banyak sekali peningkatan, baik desain maupun teknologi. Pertama ukuran Cover Screen (layar penutup) lebih besar yaitu 6,23 inci Infinity-O dengan panel Super AMOLED beresolusi 816X2260 piksel dalam rasio 25:9. Jadi, buat tengok notifikasi masuk dan balas pesan tak perlu membuka layar utama.

Saat lipatannya dibuka, kita akan disambut layar Foldable Dynamic AMOLED 2X seluas 7,6 inci yang memberikan pengalaman tablet. Panelnya beresolusi 1768×2208 piksel dengan refresh rate tinggi 120Hz, mendukung HDR+, dan menggunakan Ultra Thin Glass.

Samsung Galaxy Z Fold2 - Image 3

Punch hole mungil yang menampung kamera depan 10MP f/2.2 menghiasi layar utama dan juga layar sekunder. Sementara, kamera belakangnya ada tiga unit masing-masing 12MP dengan lensa wide, ultra wide, dan telephoto.

Engsel tersembunyi Galaxy Z Fold2 juga lebih kokoh dan dua kali lebih besar. Engselnya bisa menahan posisi di berbagai sudut sehingga memberikan keleluasaan skenario penggunaan.

Selain itu, Samsung juga memberikan fleksibilitas dan produktivitas lebih bagi penggunanya. Dengan fitur Mode Flex dan Multi-Active Window yang mampu membuka beberapa aplikasi dalam waktu bersamaan dan ditampilkan secara berdampingan.

Galaxy Z Fold2 juga menawarkan pengalaman user experience yang tidak dapat ditemukan di smartphone lain, berkat kolaborasi jangka panjang yang dijalin Samsung bersama Google untuk mengembangkan ekosistem dan inovasi UX.

Secara keseluruhan, smartphone Android 10 dengan One UI 2.5 yang ditenagai chipset Snapdragon 865+ ini sudah lebih matang dan tidak lagi terkesan unit eksperimental seperti pendahulunya. Bagaimana tertarik dengan Galaxy Z Fold2 yang dipatok Rp33.888.000? Smartphone ini tersedia dalam dua warna yaitu Mystic Black dan Mystic Bronze

Foldable E-Ink Display Bakal Jadi Masa Depan E-Reader

Kita sudah melihat teknologi foldable display diadaptasikan ke perangkat-perangkat seperti smartphone sampai laptop sekalipun. Ke depannya, kategori perangkat apa lagi yang kira-kira dapat ditingkatkan daya tariknya oleh foldable display? Bagaimana kalau e-reader?

Seperti yang kita tahu, e-reader hadir dalam berbagai ukuran, dan masing-masing tentu punya kelebihannya serta kekurangannya tersendiri. Foldable display di sisi lain dapat menjadi semacam win-win solution buat kategori ini; dimensi perangkat tidak perlu terlalu besar, tapi ketika dibuka, ukuran layarnya benar-benar memuaskan untuk dipakai membaca.

Kabar baiknya, E Ink Corporation selaku perusahaan yang memegang paten teknologi display yang dipakai di mayoritas e-reader, rupanya sudah cukup sibuk mengembangkan teknologi foldable e-ink display. Prototipe pertamanya sempat didemonstrasikan di bulan Juni, dan sekarang prototipe keduanya sudah bertambah sempurna.

Seperti yang bisa kita lihat dari video di atas, prototipenya dilengkapi engsel khusus untuk membuka dan menutup seperti perangkat foldable lain. Layarnya yang fleksibel memiliki bentang diagonal 10,3 inci, namun berhubung ini masih iterasi awal, kita harus memaklumi sejumlah kekurangan seperti bezel yang cukup tebal di seluruh sisinya.

Pada sisi kanan layar, ada lima tombol fisik untuk menavigasikan perangkat, sedangkan di sisi atasnya, ada segaris lampu LED yang dapat diberdirikan seandainya pengguna memerlukan sumber cahaya tambahan.

Layar e-ink fleksibel ini turut dilengkapi panel kapasitif sehingga bisa membaca sentuhan. Tim R&D E Ink bahkan tak lupa menyematkan teknologi digitizer besutan Wacom sehingga perangkat juga dapat menerjemahkan coretan-coretan dari stylus. Perangkat dengan layar e-ink mungkin lebih cocok untuk membaca ketimbang menulis atau menggambar, tapi belakangan anggapan seperti itu mulai pudar dengan adanya perangkat seperti reMarkable.

Belum diketahui kapan teknologi foldable e-ink display ini bisa diimplementasikan ke perangkat yang tersedia secara komersial. Namun bisa kita pastikan E Ink akan terus menyempurnakan desainnya, membenahi sejumlah kekurangan yang masih terdapat pada prototipenya ini.

Sumber: GoodEReader via The Verge.

Huawei Luncurkan Mate Xs, Ponsel Foldable Keduanya dengan Konstruksi yang Lebih Kokoh

Tepat setahun yang lalu, Huawei memperkenalkan ponsel foldable pertamanya, Mate X. Sayang perangkat itu hanya sempat dipasarkan di Tiongkok saja. Namun sekarang Huawei sudah punya Mate Xs, yang kabarnya bakal dipasarkan secara global.

Sepintas, Mate Xs tampak tidak berbeda, dan Huawei ternyata memang tidak mengubah gaya desainnya. Yang mereka benahi adalah konstruksi layar dan engselnya. Pada Mate Xs, layarnya kini terdiri dari empat lapisan yang berbeda: mulai dari yang paling atas adalah lapisan polyamide, panel OLED fleksibel, lapisan polimer sebagai bantalan, dan lapisan terakhir yang menghubungkan komponen elektroniknya.

Huawei Mate Xs

Hasilnya, kalau menurut Huawei, adalah struktur layar yang lebih kokoh. Untuk engselnya, Huawei bilang bahwa jumlah komponen di dalamnya bertambah dari sekitar 100 menjadi 150, dan lagi-lagi ini dimaksudkan supaya konstruksinya lebih kuat, tapi di saat yang sama juga untuk membuat mekanisme lipatnya jadi lebih mulus.

Selebihnya, perangkat ini cukup identik dengan pendahulunya. Ukuran layar dan resolusinya sama persis; 8 inci saat dibuka, 6,6 inci saat dilipat (plus 6,4 inci sebagai layar belakang). Di sebelah layar belakangnya, terdapat empat modul kamera: 40 megapixel f/1.8, 8 megapixel telephoto f/2.4, 16 megapixel ultra-wide f/2.2, dan modul 3D depth-sensing. Sensor sidik jarinya juga masih disatukan dengan tombol power.

Huawei Mate Xs

Prosesornya sudah di-upgrade menjadi Kirin 990, dan tentu saja 5G sudah didukung sepenuhnya. Melengkapi dapur pacunya adalah RAM 8 GB, storage internal 512 GB, dan baterai 4.500 mAh. Sama nasibnya seperti ponsel Huawei lain belakangan ini, Mate Xs tidak dilengkapi Google Play Services, yang berarti ia harus mengandalkan Huawei AppGallery.

Terlepas dari itu, Huawei masih berniat melepas Mate Xs ke pasar global mulai bulan depan. Di Eropa, mereka mematok harga 2.499 euro untuk Mate Xs, atau sekitar Rp 37,8 juta.

Sumber: 1, 2, 3.

Samsung Umumkan Smartphone Foldable Galaxy Z Flip, Buat Bold Generation Indonesia

Dulu pernah nggak pakai ponsel lipat atau clamshell yang sempat populer di tahun 2000-an? Diprediksi smartphone foldable juga bakal jadi tren baru dalam beberapa tahun mendatang. Samsung sendiri sudah punya Galaxy Fold – tablet yang bertransformasi menjadi smartphone atau sebaliknya dan sekarang mereka baru saja mengumumkan Galaxy Z Flip di Indonesia.

Samsung Galaxy Z Flip adalah smartphone foldable yang layarnya terlipat secara horizontal. Pertama kali diperkenalkan di ajang Global Unpacked di San Fransisco bersama Galaxy S20 series.

Kata perwakilan Samsung Electronics Indonesia, Galaxy Z Flip diciptakan untuk mendukung gaya hidup dan kebutuhan para bold generation. Mereka yang menjadikan fashion dan kecanggihan teknologi sebagai bentuk ekspresi diri.

PSX_20200221_105433

Di Samsung, kami terus berupaya untuk menghadirkan inovasi yang bukan hanya mampu menjawab kebutuhan masyarakat hari ini, tapi juga menciptakan tren berteknologi untuk masa depan. Inilah mengapa, kami menghadirkan pengalaman ponsel layar lipat yang bukan hanya canggih, tapi juga stylish,” ungkap Denny Galant, Head of Product Marketing, IT & Mobile, Samsung Electronics Indonesia.

Hands-on Samsung Galaxy Z Flip

Samsung Galaxy Z Flip saat terlipat | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Samsung Galaxy Z Flip saat terlipat | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Satu hal yang terlintas dipikiran saya ketika melihat langsung Galaxy Z Flip ialah bisa disimpan di saku depan kemeja. Sebab, dalam posisi terlipat ukurannya sangat ringkas.

Saat dibuka, akan disuguhkan Infinity Flex Display berbekal panel Dynamic AMOLED 6,7 inci beresolusi 2636×1080 piksel dalam aspek rasio 21,9:9 yang asyik buat nonton film. Di pucuk layar ada punch hole, tempat kamera depan 10MP (f/2.4) bersemayam.

Samsung Galaxy Z Flip saat dibuka | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Samsung Galaxy Z Flip saat dibuka | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Layar ini tidak mengandalkan bahan polimer fleksibel seperti sebelumnya, melainkan Ultra Thin Glass (UTG) – kaca tipis hasil rancangan Samsung sendiri. Bezel sekeliling layarnya semacam ada kawat agak tebal dan terlihat agak kaku, karena kompleksitasnya Galaxy Z Flip sendiri masih diracik di Korea.

Yang unik lagi ialah engselnya, “Freestop Hinge” begitu Samsung mengucapnya, dirancang agar Galaxy Z Flip bisa ditekuk secara leluasa, tidak harus terkunci pada sudut-sudut tertentu. Engselnya diklaim mampu bertahan hingga 200.000 kali. Jadi, bila sehari buka tutup smartphone sebanyak 100 kali – artinya bisa bertahan sampai 5 tahun.

Engsel Samsung Galaxy Z Flip | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Engsel Samsung Galaxy Z Flip | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Sistem engsel tersembunyi tersebut didukung mekanisme dual CAM untuk memastikan setiap proses membuka dan menutup berlangsung lancar dan stabil. Juga dilengkapi teknologi pembersih terbaru dari Samsung, menggunakan serat nilon yang dibuat dengan teknologi pemotongan mikro untuk membersihkan berbagai kotoran dan debu.

Android 10; One UI 2

Antarmuka Samsung Galaxy Z Flip | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Antarmuka Samsung Galaxy Z Flip | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Samsung Galaxy Z Flip sudah menjalankan sistem operasi Android terbaru, Android 10 dengan One UI versi 2.1 dengan UX yang diciptakan secara khusus guna memberikan pengalaman baru. Dalam hal ini, Samsung bekerja sama dengan Google untuk merancang mode Flex – user experience yang dirancang khusus untuk smartphone foldable.

Ketika smartphone dibuka dengan posisi 90 derajat, mode Flex secara otomatis membagi layar Galaxy Z Flip menjadi dua layar 4 inci, sehingga pengguna dengan mudah dapat melihat konten pada layar bagian atas dan mengaturnya melalui layar bagian bawah.

Samsung Galaxy Z Flip | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Samsung Galaxy Z Flip | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Soal spesifikasi, Galaxy Z Flip ditenagai oleh SoC Snapdragon 855 Plus, RAM 8 GB dan penyimpanan 256 GB tanpa slot microSD. Kapasitas baterainya 3.300 mAh dan memiliki sistem baterai ganda. Pengisian baterai dapat dilakukan dengan kabel atau nirkabel dan terdapat fitur Wireless PowerShare yang memungkinkan pengguna untuk melakukan pengisian daya terhadap Galaxy Buds, Galaxy Watch atau perangkat kompatibel lainnya secara nirkabel.

Model sedang memegang Samsung Galaxy Z Flip | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Model sedang memegang Samsung Galaxy Z Flip | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Bila tertarik, Samsung Galaxy Z Flip tersedia dalam jumlah terbatas dengan pilihan warna Mirror Purple dan Mirror Black. Kalian dapat langsung pre-oder mulai tanggal 12 -23 Februari 2020 dengan harga Rp21.888.000.

Bukan Foldable, Konsep Smartphone Buatan TCL Ini Punya Layar yang Bisa Digeser

Dari sejumlah ponsel foldable yang sudah dirilis, kita sudah bisa menyimpulkan dua manfaat yang ditawarkan kategori tersebut: 1) menyulap smartphone jadi sebesar tablet, atau 2) menciutkan ukuran smartphone saat sedang tidak digunakan, seperti yang ditunjukkan Samsung Galaxy Z Flip baru-baru ini.

Pertanyaannya, apakah semua itu hanya bisa dicapai dengan desain foldable? Apakah tidak ada alternatif lain? Well, bocoran gambar konsep smartphone bikinan TCL menunjukkan kalau foldable tidak selamanya harus menjadi pilihan. Sebagai gantinya, konsep ini mengandalkan layar yang bisa digeser ke samping menjadi lebih lebar layaknya sebuah meja extendable.

TCL slide-out phone

Persisnya bagaimana cara kerjanya masih belum diketahui. Menurut CNET selaku yang pertama menerima bocoran gambar, prototipe perangkat ini sebenarnya akan didemonstrasikan pada ajang Mobile World Congress. Namun seperti yang kita tahu, event tersebut terpaksa dibatalkan tahun ini di tengah maraknya kasus coronavirus.

Jujur agak sulit membayangkan mekanisme rancangan semacam ini. Kemungkinan besar display-nya masih melibatkan panel yang fleksibel, hanya saja bagian tengahnya tidak ditekuk seperti ponsel foldable yang sudah ada sekarang.

TCL slide-out phone

Sebelum ini, TCL sebenarnya sempat memamerkan prototipe ponsel foldable di event CES. Yang kita lihat di sini benar-benar berbeda dari perangkat tersebut. TCL, bagi yang tidak tahu, punya anak perusahaan bernama China Star Optoelectronics Technology (CSOT) yang berpengalaman memproduksi panel layar, dan ini pada dasarnya menjelaskan obsesi mereka bereksperimen di segmen foldable.

2020 juga bakal menjadi tahun yang besar bagi TCL mengingat mereka bakal memasarkan smartphone di bawah namanya sendiri setelah selama ini memakai branding Alcatel dan BlackBerry. Tidak tanggung-tanggung, tiga ponsel sekaligus sudah mereka siapkan, yaitu TCL 10 Pro, TCL 10L, dan TCL 10 5G.

Sumber: CNET.

Samsung Galaxy Z Flip Tunjukkan Berbagai Inovasi Signifikan di Segmen Foldable

Lupakan sejenak Samsung Galaxy Fold, Samsung punya smartphone foldable baru yang sangat berbeda. Dinamai Galaxy Z Flip, layarnya terlipat secara horizontal ketimbang vertikal, sama seperti konsep yang ditawarkan Motorola Razr.

Dalam posisi terlipat, ukuran Z Flip hanya sebesar dompet. Lalu saat ia terbuka lebar, pengguna akan disambut oleh layar AMOLED 6,7 inci beresolusi 2636 x 1080 pixel. Istimewanya, layar ini tidak mengandalkan bahan polimer fleksibel seperti sebelumnya, melainkan kaca amat tipis hasil rancangan Samsung sendiri.

Samsung Galaxy Z Flip

Juga spesial adalah engselnya, yang dirancang supaya layar Z Flip bisa ditekuk secara leluasa, tidak harus terkunci pada sudut-sudut tertentu. Anggap saja Z Flip sebagai sebuah laptop mini, sebab kita memang bisa menggunakannya dalam posisi perangkat membentuk huruf “L”.

Soal spesifikasi, Z Flip menang jauh jika dibandingkan dengan Razr yang hanya mengemas komponen-komponen kelas menengah. Z Flip di sisi lain ditenagai oleh prosesor Snapdragon 855 Plus, RAM 8 GB dan storage internal 256 GB. Kapasitas baterainya pun juga lebih besar di angka 3.300 mAh.

Samsung Galaxy Z Flip

Untuk kameranya, Z Flip mengusung sepasang kamera belakang – 12 megapixel f/1.8 dengan Dual Pixel AF dan OIS + 12 megapixel f/2.2 dengan lensa ultra-wide – dan kamera selfie 10 megapixel model hole-punch. Di sebelah kamera belakangnya, terdapat layar AMOLED kecil berukuran 1,1 inci yang berfungsi untuk menampilkan sejumlah indikator dan notifikasi.

Samsung Galaxy Z Flip akan segera dijual di Amerika Serikat dan Korea mulai tanggal 14 Februari seharga $1.380. Selain warna ungu dan hitam, Z Flip nantinya juga bakal tersedia dalam varian warna emas.

Sumber: Samsung.

Motorola Dikabarkan Sedang Menyiapkan Razr Versi 5G

Sulit menyangkal anggapan bahwa Motorola Razr merupakan ponsel foldable berpenampilan paling menarik sejauh ini. Reinkarnasi ponsel lipat legendaris ini juga menunjukkan manfaat lain dari tren foldable, yakni untuk mengecilkan ukuran ponsel secara drastis saat sedang tidak dipakai.

Ini justru berbanding terbalik dari premis yang diusung foldable lain, utamanya Samsung Galaxy Fold dan Huawei Mate X, yang keduanya justru diciptakan untuk dipakai layaknya sebuah tablet saat diperlukan. Juga berbeda cukup signifikan adalah spesifikasinya; baik Galaxy Fold maupun Mate X sama-sama mengusung komponen flagship, sedangkan Razr hanyalah perangkat kelas menengah.

Benar saja, Razr hanya dibekali oleh chipset Qualcomm Snapdragon 710 yang performanya jauh di bawah Snapdragon 855. Chipset ini juga tak lagi bisa dibilang baru saat Razr sudah mulai dipasarkan nanti, yang dijadwalkan baru akan dimulai di tahun 2020 ini.

Motorola Razr

Terlepas dari itu, Razr tetap saja menarik meski harganya mencapai $1.500. Akan lebih menarik lagi seandainya perangkat ini bisa lebih future-proof, terutama dari segi konektivitas. Ya, yang saya maksud adalah dukungan terhadap jaringan 5G, yang ternyata absen pada Razr.

Kabar baiknya, Motorola dilaporkan sedang menyiapkan Razr versi 5G. Versi ini tentu akan mengemas chipset yang berbeda, kemungkinan besar antara Snapdragon 765G atau MediaTek Dimensity 1000L, chipset yang sama yang menenagai OPPO Reno3 Pro dan Reno3 yang duduk di segmen menengah.

Tidak menutup kemungkinan juga adalah Exynos 980, chipset bikinan Samsung pertama yang mengemas modem 5G terintegrasi, sebab ini bukan pertama kalinya Motorola menggunakan chipset buatan Samsung.

Sumber: GSM Arena.

Lenovo ThinkPad X1 Fold Siap Memulai Tren Baru Foldable Laptop

Mei tahun lalu, Lenovo memamerkan prototipe foldable laptop di tengah-tengah semaraknya tren foldable phone. Sekarang, di hadapan para pengunjung CES 2020, perangkat tersebut sudah diresmikan sebagai Lenovo ThinkPad X1 Fold.

Tidak seperti Microsoft Surface Neo yang mengemas sepasang layar, ThinkPad X1 Fold mengusung satu panel pOLED fleksibel hasil kolaborasi Lenovo bersama LG Display selama sekitar empat tahun. Di samping desain engsel yang unik, bagian belakang layarnya juga dilengkapi lapisan serat karbon guna semakin menjamin durabilitasnya.

Durabilitas merupakan faktor esensial jika membicarakan perangkat foldable. Berdasarkan estimasi Lenovo, mekanisme rancangannya diyakini bisa tahan sampai 30 ribu kali lipatan, setara dengan pemakaian normal selama sekitar tiga sampai empat tahun. Layarnya sendiri memiliki bentang diagonal 13,3 inci dengan resolusi 2048 x 1536 pixel (aspect ratio 4:3).

Lenovo ThinkPad X1 Fold

Masuk di kategori laptop bisnis, ThinkPad X1 Fold yang berbobot kurang dari 1 kg ini tentu dirancang untuk menunjang produktivitas dengan baik. Pertanyaannya, bagaimana ini bisa maksimal jika konsumen harus terus mengandalkan keyboard virtual? Itulah mengapa Lenovo turut membundel aksesori berupa keyboard dan trackpad Bluetooth.

Aksesori tersebut dapat ditempelkan ke separuh layar perangkat secara magnetis. Menyimpannya juga mudah; biarkan saja keyboard tersebut menempel pada layar, lalu saat perangkat dilipat atau ditutup, baterai keyboard-nya akan otomatis terisi secara wireless. Satu sentuhan desain yang cukup manis adalah, keyboard ini justru akan mengisi celah yang tampak saat perangkat dalam posisi terlipat.

Lenovo ThinkPad X1 Fold

Untuk spesifikasinya, ThinkPad X1 Fold dikabarkan mengusung prosesor terbaru Intel Lakefield yang mengadopsi arsitektur model hybrid. Sistem operasi yang dijalankan adalah Windows 10 Pro dengan sedikit modifikasi, namun ke depannya Lenovo juga akan merilis versi yang ditenagai Windows 10X, yang Microsoft siapkan khusus untuk perangkat berlayar ganda.

Rencananya, Lenovo bakal memasarkan ThinkPad X1 Fold mulai pertengahan tahun nanti dengan banderol mulai $2.499; terkesan mahal, tapi masih rasional untuk ukuran laptop bisnis.

Sumber: Wired dan Lenovo.

Ongkos Reparasi Layar Huawei Mate X Setara dengan Satu Unit Anyar Galaxy Note 10

Teknologi foldable phone masih sangat muda, dan seperti halnya teknologi lain yang masih seumur jagung, ongkos pembuatannya pun masih mahal. Jadi jangan kaget melihat Samsung Galaxy Fold dibanderol $1.980, atau Huawei Mate X yang seharga $2.400. Bukan cuma itu, ongkos reparasinya pun masih kelewat mahal untuk sekarang.

Berdasarkan informasi yang didapat GizmoChina melalui situs resmi Huawei Tiongkok, konsumen yang hendak memperbaiki layar Huawei Mate X harus merogoh kocek sebesar 7.080 yuan, atau kurang lebih sekitar Rp 14,2 juta. Ya, biaya yang dibutuhkan untuk mengganti layar Huawei Mate X dengan yang baru sebenarnya bisa dipakai untuk membeli satu unit anyar Galaxy Note 10.

Bagaimana dengan nasib konsumen Galaxy Fold? Mereka sedikit lebih beruntung, sebab Samsung punya program garansi khusus sehingga konsumen hanya perlu membayar $150 seandainya ada kerusakan pada layar perangkat. Namun perlu dicatat, harga khusus ini hanya berlaku selama satu tahun untuk unit Galaxy Fold yang dibeli sebelum 31 Desember 2019.

Samsung Galaxy Fold / Samsung
Samsung Galaxy Fold / Samsung

Ya, inilah risiko yang harus diterima para konsumen apabila melibatkan teknologi generasi pertama. Membeli smartphone lipat sekarang berarti Anda rela membayar lebih untuk teknologi yang belum benar-benar matang, sekaligus rela mengucurkan dana besar seandainya ada kerusakan.

Terlepas dari daya tariknya, ponsel seperti Huawei Mate X juga bisa dibilang cukup rentan terhadap kerusakan mengingat layar fleksibelnya berada di sisi luar, tidak seperti milik Galaxy Fold yang diposisikan di sisi dalam. Singkat cerita, konsumen Huawei Mate X harus ekstra hati-hati dalam memperlakukan perangkatnya demi mencegah pengeluaran besar yang tidak terduga.

Sumber: Android Authority.

Motorola Razr Adalah Reinkarnasi Ponsel Lipat Paling Legendaris untuk Era Foldable

Ponsel foldable masih seumur jagung. Teknologinya belum benar-benar matang, harganya masih mahal, dan bisa dibilang secara umum para pemain di industri smartphone masih belum bisa memastikan arah tren ini bakal ke mana.

Indikasinya bisa kita lihat dari cara mengeksekusi konsep foldable yang berbeda-beda di antara tiap pabrikan. Lihat saja Samsung dan Huawei. Terlepas dari itu, tren foldable sudah pasti akan melahirkan perangkat dengan beragam form factor, namun siapa yang menyangka kalau tren ini juga dapat menghidupkan kembali salah satu ponsel legendaris dari dekade sebelumnya?

Perkenalkan Motorola Razr, reinkarnasi modern dari salah satu ponsel terlaris Motorola yang dirilis di tahun 2004, RAZR V3. Selain meninggalkan kenangan manis di hati konsumen yang pernah memilikinya, RAZR V3 juga punya pengaruh besar terhadap sejarah Motorola; volume penjualannya yang begitu besar berhasil membangkitkan kembali divisi ponsel Motorola yang sempat stagnan dan merugi.

Motorola Razr

Versi baru Razr ini murni dibuat untuk menghidupkan kembali kenangan tersebut. Tidak ada yang istimewa dari spesifikasinya, tapi ia luar biasa dari segi estetika. Nyaris semua elemen yang membuat konsumen jatuh hati dengan RAZR V3 dipertahankan di sini; mulai dari bodi lipat yang begitu tipis, lengkap dengan ‘dagu’ di bagian bawahnya, sampai layar kecil di sisi luarnya.

Yang berubah drastis adalah layar di sisi dalamnya. Kalau dulu layar tersebut harus saling berbagi ruang dengan keyboard fisik, di sini layarnya memanjang sampai ke bagian dagu. Ya, yang dilipat sekarang bukan cuma bodinya, tapi sekaligus layarnya.

Di saat layar Samsung Galaxy Fold dan Huawei Mate X terlipat secara horizontal, Razr berbeda sendiri karena layarnya terlipat secara vertikal. Samsung dan Huawei pada dasarnya memanfaatkan tren foldable untuk menyulap ponsel menjadi tablet, sedangkan Motorola justru memanfaatkannya untuk menciutkan ukuran smartphone secara drastis saat sedang tidak dipakai.

Motorola Razr

Saat terbuka lebar, pengguna akan dihadapkan dengan layar pOLED 6,2 inci beresolusi 2142 x 876 pixel. Sebaliknya, saat ditutup, giliran layar sentuh kecil di sisi luar yang menyambut dengan berbekal panel OLED 2,7 inci beresolusi 600 x 800 pixel. Selain menampilkan jam, layar kecil ini juga berfungsi untuk menampilkan notifikasi dan menyajikan sejumlah fungsi basic.

Di bawah layar kecil itu, tampak sebuah kamera dengan sensor 16 megapixel dan lensa f/1.7. Jadi dalam posisi perangkat tertutup, pengguna dapat memanfaatkan kamera tersebut untuk mengambil selfie, sedangkan dalam posisi terbuka, kameranya pun otomatis beralih peran menjadi kamera belakang. Di sisi dalam, masih ada satu kamera lagi yang menghuni notch layarnya, tapi hanya 5 megapixel f/2.0.

Motorola Razr

Menggunakan Razr dalam posisi terbuka sejatinya tidak jauh berbeda dari ponsel non-foldable berkat bentuknya yang rata. Sebagai pengaman, Motorola turut menyematkan sensor sidik jari di atas dagu Razr. Saat tertutup, Razr juga tampak rapat dan rata. Motorola cukup beruntung memiliki akses ke tim desainer Lenovo yang sebelumnya ditugaskan merancang engsel seri laptop Yoga.

Namun seperti yang saya bilang, Razr terkesan biasa saja dari segi spesifikasi. Chipset yang digunakan bukanlah kelas flagship, melainkan Snapdragon 710, ditemani oleh RAM 6 GB dan storage 128 GB. Lebih mengejutkan lagi, kapasitas baterainya cuma 2.510 mAh, dengan dukungan fast charging hanya 15 W, dan tanpa wireless charging.

Motorola Razr

Kekurangan ini sejatinya bisa dimengerti jika melihat dimensi Razr yang begitu ringkas. Saat terbuka, tebalnya berkisar 6,9 mm kecuali di bagian dagu, dan saat tertutup tebalnya pun hanya 14 mm. Kompromi ini mau tidak mau harus diambil demi mempertahankan keunggulan RAZR V3 sebelumnya.

Jadi begitulah, kalau yang Anda cari adalah teknologi tercanggih di segmen foldable, mungkin Anda salah tempat. Motorola Razr disiapkan buat mereka yang ingin merasakan kembali masa kejayaan ponsel lipat (clamshell), dengan catatan mereka siap mengucurkan dana sebesar $1.500 saat perangkat ini dipasarkan mulai awal tahun depan.

Sumber: SlashGear dan Wired.