Situasi tech winter membuat para investor mengencangkan ikat pinggang dan sangat selektif dalam menyuntik pendanaan. Banyak startup, utamanya yang berstatus unicorn, didorong untuk segera menuai keuntungan. Hal ini membuat perusahaan berpikir keras dalam mencari strategi untuk bisa meyakinkan investor dan memperpanjang runway.
Strategi bakar uang untuk menggaet pengguna pun dirasa sudah cukup dan kini saatnya beralih ke era path to profitability. Hal ini mendorong banyak perusahaan mulai mengurangi promo dan semakin menaikkan biaya layanan. Salah satunya, layanan GrabFood yang mulai memperbanyak pilihan biaya langganan daripada promo potongan harga.
Perubahan strategi sempat mengakibatkan penurunan jumlah transaksi bruto alias gross merchandise volume (GMV) pada layanan pengiriman, termasuk GrabExpress dan GrabFood. Dikutip dari Katadata, Grab mencatatkan GMV layanan pengiriman termasuk GrabExpress dan GrabFood turun 9% yoy menjadi US$2,34 miliar.
Pada akhir 2022 lalu, Grab Indonesia juga telah menutup GrabKitchen, layanan pesan-antar makanan berbasis komputasi awan atau sering disebut cloud kitchen. Alasan utama perusahaan menutup layanan yang telah dirilis sejak 2018 ini adalah karena tidak sesuai dengan rencana kerja yang diharapkan.
GrabFood Dine-in
Menyusul penutupan GrabKitchen, perusahaan telah menyiapkan fitur baru yang diharapkan bisa lebih mendukung para merchant. Berbanding terbalik dengan GrabKitchen, fitur Dine-in memungkinkan pengguna menemukan restoran terbaik atau terdekat, serta memberikan voucher sehingga bisa makan di tempat dengan harga lebih murah.
Dalam keterangan resmi, pihaknya menyampaikan fakta bahwa semakin banyak orang yang kembali makan di luar menjadi alasan kuat untuk meluncurkan GrabFood Dine-in. “Ini tidak hanya membantu pengguna kami menemukan restoran untuk dikunjungi, tetapi juga membuat makan di luar lebih terjangkau karena beberapa mitra pedagang menawarkan voucher makan malam yang menarik yang dapat dibeli melalui aplikasi,” tulisnya.
GrabFood Dine-in merupakan wujud Grab dalam mempertajam komitmen untuk memberikan hal-hal yang lebih terjangkau kepada pengguna dengan promo menarik, yang merupakan salah satu faktor utama yang memengaruhi pemilihan restoran oleh konsumen. Sebagai permulaan, terdapat lebih dari 100 outlet yang berpartisipasi menawarkan voucher dengan diskon hingga 30% dari menu dine-in mereka.
Selain itu, layanan ini juga disebut berpotensi untuk meningkatkan pemasaran dengan memberikan informasi penting tentang sebuah restoran di halaman profil mereka. Pengguna juga dapat melihat menu restoran dan melihat rekomendasi hidangan yang dipersonalisasi berdasarkan pesanan pengiriman GrabFood sebelumnya.
Jam buka dan alamat restoran disediakan, dan pengguna dapat memesan perjalanan Grab ke restoran langsung dari halaman profil merchant. Ulasan konsumen saat ini tersedia untuk mitra terbatas, karena lebih dari 70% pengguna Grab mengatakan, mereka mengandalkan ulasan dari platform digital dan dari mulut ke mulut saat memutuskan tempat makan berikutnya.
Fitur ini juga menawarkan merchant cara lain untuk melayani basis pengguna Grab yang besar dan berpotensi mengembangkan bisnis dine-in mereka. Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan makan di tempat, pengiriman, dan self pick-up pada satu platform memudahkan merchant untuk menambah sumber pendapatan mereka.
Gojek mengungkap data teranyar mengenai kinerja layanan pesan-antar makanan GoFood, merespons laporan Momentum Works yang dipaparkan sebelumnya. Gojek menyebut nilai transaksi GoFood Indonesia dan Vietnam berhasil tumbuh lebih dari 2x lipat, lebih tinggi dari rata-rata industri pesan-antar makanan di Asia Tenggara sepanjang 2022.
Sebelumnya disampaikan dalam laporan Momentum Works, transaksi GrabFood di Asia Tenggara hampir empat kali lipat lebih tinggi dibandingkan GoFood selama 2022. Diterangkan lebih jauh, nilai GMV GrabFood mencapai $8,8 miliar, sementara Gojek menempati posisi ketiga dengan capaian GMV $2,4 miliar. Atas pencapaian tersebut, GrabFood dinobatkan sebagai pemimpin pasar pesan-antar makanan di Asia Tenggara selama tiga tahun berturut-turut.
Kendati Gojek tidak merinci lebih jauh dengan data spesifik, perseroan mengklaim kinerja positif GoFood ini karena pertumbuhan jumlah pelanggan setia (nilai pesanannya di atas nilai transaksi rata-rata pelanggan lainnya) dan meningkatnya rata-rata nilai transaksi per pelanggan di semester II 2022.
Disebutkan selama satu tahun kemarin disokong oleh peningkatan proporsi pelanggan setia di Indonesia dari 38% menjadi 52% dari total jumlah pelanggan GoFood. Tren positif ini juga diikuti oleh capaian bisnis di Vietnam, yang mana nilai transaksi meningkat lebih dari 2x lipat dibanding tahun 2021.
“Kesuksesan ini merupakan wujud keberhasilan strategi GoFood yang berfokus pada pertumbuhan basis pelanggan setia dan berkualitas melalui inovasi produk,” ucap Director/Head of Food and Indonesia Sales GOTO Catherine Hindra Sutjahyo dalam keterangan resmi, kemarin (19/1).
Catherine melanjutkan perusahaan setiap inovasi di GoFood itu selalu berfokus untuk mengembangkan solusi produk agar pelanggan semakin setia, sebab pada dasarnya, pelanggan memiliki keinginan dan perilaku konsumsi makanan yang berbeda-beda.
“Dengan berbekal pengalaman kami selama delapan tahun menjadi ahli di pasar OFD (online food delivery), kami menganalisis dan memanfaatkan data untuk memetakan kebutuhan setiap pelanggan (personalisasi) agar dapat menghadirkan pilihan yang tepat supaya konsumen semakin loyal terhadap layanan kami.”
Dia melanjutkan, “Tidak hanya di sisi pelanggan, kami pun mampu mengembangkan solusi bagi mitra usaha kuliner agar mereka dapat menargetkan segmen pelanggan dengan lebih efektif. Secara bersamaan, kami juga membantu mitra usaha kuliner GoFood meningkatkan keahlian mengelola bisnis secara berkelanjutan. Tujuannya agar basis pelanggan setia di GoFood dapat tumbuh dan mendukung bisnis yang sehat tanpa ketergantungan pada promosi”.
Catherine juga mengungkap strategi GoFood untuk mempercepat profitabilitas, yakni:
Memperkuat brand GoFood sebagai layanan OFD yang memberikan pengalaman kuliner paling menyenangkan dengan rekomendasi tepat berbasis teknologi pencarian. Teknologi ini mampu merekomendasikan menu makanan dan pilihan resto yang sesuai dengan selera, histori, dan budget masing-masing pelanggan.
Mengembangkan teknologi machine learning untuk alokasi promo yang lebih efektif ke calon pelanggan (potential user), pelanggan baru (new user) maupun yang telah menjadi pelanggan GoFood (existing user) yang dapat didorong menjadi pelanggan setia.
Meningkatkan efisiensi dari promo yang dilakukan secara mandiri oleh mitra usaha GoFood (merchant funded promo) untuk membantu meningkatkan pendapatan mitra usaha sekaligus menekan biaya pemasaran mereka.
Pencapaian GoFood
Berikutnya, sejumlah pencapaian dan inovasi GoFood sepanjang tahun lalu juga tak lupa dipaparkan, di antaranya:
Menghadirkan Mode Hemat untuk memberikan opsi biaya ongkir yang lebih terjangkau untuk menjaga daya beli pelanggan.
Meluncurkan menu dengan porsi lebih kecil dengan harga lebih terjangkau.
Paket berlangganan GoFood PLUS yang diklaim memperoleh animo positif dari masyarakat, jumlah paket langganan naik hampir 60% dibandingkan tahun sebelumnya.
Jaringan cloud kitchen “Dapur Bersama GoFood” meningkat 170% menjadi 73 lokasi yang tersebar di 12 kota besar, di tengah ramainya pemain sejenis yang gulung tikar sepanjang tahun lalu.
Jumlah mitra usaha kuliner GoFood Indonesia meningkat 45% sepanjang 2022.
Mengutip dari laporan kinerja GOTO, GTV (Gross Transaction Value) GoFood yang termasuk ke dalam lini bisnis on-demand meliputi mobilitas, pesan-antar makanan dan logistik, mencapai Rp15,7 triliun pada kuartal ketiga 2022, tumbuh 24% year-on-year.
Lini bisnis ini mencatatkan peningkatan signifikan pada margin kontribusi dan EBITDA Grup yang disesuaikan, lebih cepat dari perkiraan. Margin kontribusi mencapai 86% peningkatan quarter-on-quarter atau -0,5% sebagai persentase dari GTV. Dalam panduan resmi manajemen GOTO, pencapaian titik impas kontribusi segmen ini ditargetkan menjadi positif pada kuartal I 2023.
Semakin positif margin kontribusi menjadi salah satu indikator GOTO menuju titik impas kemudian dilanjutkan dengan profitabilitas. Titik impas berarti tidak merugi, tapi juga belum untung.
GrabFood, platform food delivery milik Grab, disebutkan memimpin pasar pesan-antar makanan di Asia Tenggara selama tiga tahun berturut-turut sejak 2020 hingga 2022, menurut laporan Momentum Works bertajuk “Food delivery platforms ind Southeast Asia (SEA) Jan 2023”.
“Dari pemain regional utama, Grab adalah satu-satunya yang mempertahankan pertumbuhan GMV berturut-turut untuk yang terakhir tiga tahun. Grab juga memiliki posisi kas bersih terbaik dibandingkan dengan rekan-rekannya untuk mempertahankan investasi,” tulis laporan tersebut.
“Pasca lonjakan investasi makanan pada 2021, Shopeetelah diskalakan kembali untuk fokus membuat bisnis intinyae-commerce menguntungkan.Sedangkan, Gojek sudahstagnan selama tiga tahun, cerminan dari dinamikadan persaingan di pasar Indonesia,” sambungnya.
Diestimasi GMV dari GrabFood sebesar $8.8 miliar dari total GMV se-Asia Tenggara sebesar $16,3 miliar. Kemudian, disusul DeliveryHero ($3,1 miliar), GoFood ($2 miliar), dan ShopeeFood ($0,9 miliar). Sedangkan, untuk pangsa pasar GrabFood di Indonesia saja sebesar 49%. Kemudian disusul GoFood (44%) dan ShopeeFood (7%).
Adapun GMV di Indonesia mencapai $4,5 miliar, masih menempati posisi tertinggi setelah Thailand ($3,6 miliar) dan Singapura ($2.5 miliar). “Grab telah mengambil kepemimpinan pangsa pasar di Malaysia dan Vietnam dari Foodpanda dan ShopeeFood, dan sekarang GMV-nya menyumbang 54% dari total di kawasan.”
Dalam laporan dipaparkan bahwa pada 2022, semua platform pesan-antar makanan mengalami hambatan yang kuat dalam menciptakan pertumbuhan. Ini ada kaitannya dengan permintaan pasar modal untuk profitabilitas, mengingat sebagian besar pemain telah menjadi perusahaan terbuka, dan kembalinya mobilitas masyarakat selepas pandemi.
Akibatnya, secara GMV untuk year-on-year tercatat hanya tumbuh 5% mencapai $16,3 miliar. Pertumbuhan didorong oleh pasar Filipina, Malaysia, dan Vietnam yang secara ukuran relatif lebih kecil, sedangkan pasar yang lebih besar – Indonesia, Thailand dan Singapura – mencatatkan penurunan karena berbagai faktor yang signifikan dan bervariasi.
Misalnya, pembukaan kembali di Singapura telah mengubah permintaan layanan makanan menjadi offline, sementara di Thailand penarikan subsidi pemerintah setelah Oktober serta banjir pada paruh kedua tahun tersebut memainkan peran yang signifikan.
“Pertumbuhan pengiriman makanan menjadi normal ke tingkat pra-pandemi setelah dua tahun mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pembukaan kembali pasca-covid (kembalinya makan di luar rumah, pengurangan subsidi untuk ongkos pengiriman), dan lanjutan dari rasionalisasi pasar, mengakibatkan pertumbuhan rendah.”
Tren makro pesan-antar makanan
Laporan ini juga menyoroti tantangan berikutnya di industri pesan-antar makanan berdasarkan tren makro, yakni fragmentasi digitalisasi F&B (serta upaya platform untuk mengontrol POS), dan perluasan platform ke pengiriman makanan secara keseluruhan. Upaya tersebut dimaksudkan karena platform ingin lebih memanfaatkan penawaran dan meningkatkan permintaan layanan makanan.
Bagi merchant kuliner, pandemi percepatan adopsi tidak hanya dalam hal pengiriman, tetapi juga solusi yang berfokus pada rantai ekosistemnya. Namun, terjadi digitalisasi yang terfragmentasi dan data, yang pada akhirnya membuat merchant frustrasi.
Oleh karenanya, sangat umum untuk melihat outlet F&B menggunakan terpisah sistem untuk Point-of-Sale (POS), menu pemesanan, pembayaran, shift/tenaga kerja manajemen, CRM / loyalitas, pemasaran, persediaan manajemen, dan interfacing platform pengiriman.
“Pertanyaannya adalah – apakah kita akan melihat konsolidasi lanskap POS di Asia Tenggara, seperti apa Meituan lakukan di Cina? Platform pengiriman makanan terkemuka Grab, Foodpanda, dan LINEMAN Wongnai adalah sudah bergerak ke arah ini, oleh mengakuisisi/bermitra dengan restoran perusahaan teknologi.”
Selanjutnya, Momentum Works juga melihat penajaman strategi platform yang lebih strategis untuk mencapai profitabilitas lebih cepat, termasuk penskalaan kembali, penutupan cloud kitchen, perluasan pendapatan (solusi iklan, berlangganan), serta optimalisasi biaya berkelanjutan (pengurangan insentif, peningkatan efisiensi operasional dan fokus pembayaran).
“Kami mengulangi argumen dalam laporan Food Delivery Platforms in Southeast Asia sebelumnya di Asia Tenggara: bahwa profitabilitas dapat dicapai dengan volume, kepadatan dan efisiensi operasional. Sebagian besar platform utama terdaftar secara publik sekarang, selain dari metrik operasi saat ini yang diperhatikan investor dengan cermat, Kepemimpinan, Orang, Organisasi, dan Produk merupakan faktor penting untuk kesuksesan (atau kegagalan),” tutup laporan.
Tahun lalu DailySocial.id mengulas bisnis cloud kitchen yang makin digandrungi semenjak pandemi. Ekspansi lokasi jor-joran dilakukan supaya lebih dekat dengan konsumen yang menggantungkan urusan perutnya pada aplikasi pesan-antar. Dalam pantauan saat itu, setidaknya ada 15 operator yang beroperasi di Indonesia.
Potensi bisnis ini jumbo. Mengutip dari laporan e-Conomy 2022, layanan transportasi dan pengantaran makanan online diprediksi tumbuh dengan CAGR 22% dan nilai GMV $15 miliar pada 2025 mendatang. Adapun pada tahun ini, CAGR diprediksi tumbuh 19% dengan GMV $8 miliar year-on-year. Meski tidak dirinci seperti seberapa besar kontribusi dari pengantaran makan, setidaknya angka di atas menggambarkan betapa sedapnya bisnis ini, juga keduanya punya ketergantungan yang tinggi satu sama lain.
Dalam laporan yang baru-baru ini dirilis Grab menyatakan bahwa secara regional pengeluaran bulanan untuk layanan pesan-antar makanan dan belanja harian meningkat sebesar 30% lebih tinggi pada Mei 2022 dibandingkan dengan November 2021. Di Indonesia, rata-rata jumlah uang yang dibelanjakan per pesanan di layanan GrabFood meningkat sebesar 54% dari 2019-2022. Adapun untuk jumlah pembelanjaan terbesar tahun ini mencapai Rp9 juta.
Di industri cloud kitchen, Grab juga yang menjadi pionir di Indonesia dengan GrabKitchen-nya sejak September 2018. Sayangnya, selang empat tahun kemudian pada 24 Oktober 2022 mengumumkan akan tutup pada 19 Desember 2022. Perusahaan berdalih, pertumbuhan bisnisnya tidak konsisten, serta adanya peralihan menjadi model bisnis aset-ringan. Akibat dari keputusan tersebut, perusahaan harus merumahkan belasan karyawannya.
“Situasi ini memaksa kami untuk mengambil keputusan sulit, untuk tidak melanjutkan operasi GrabKitchen di Indonesia, efektif mulai 19 Desember 2022,” ucap Chief Communications Officer Grab Indonesia Mayang Schreiber dalam keterangan tertulis.
Perusahaan sempat bekerja sama dengan Yummykitchen untuk perluas kehadiran dari sekitar 40 lokasi menjadi 80 lokasi, menurut data yang dipublikasi Grab Indonesia per Februari 2021.
Keputusan Grab menimbulkan pertanyaan, apakah bisnis ini pada hakikatnya sulit untuk mencapai titik profitabilitas?
Pada awalnya bisnis cloud kitchen ini seperti pengelolaan aset properti. Pemilik properti yang punya aset membagi-bagi lahannya jadi petak-petak seluas dapur untuk disewakan ke tenant yang tak lain para pengusaha kuliner. Di sini ada pemain yang mengambil posisi demikian, ada yang menambah unsur teknologi dengan integrasi otomatis ke aplikasi pesan-antar dan pemasaran satu pintu. Grab dan Gojek masuk ke segmentasi ini.
Hanya saja, konsep yang diambil GrabKitchen terlalu eksklusif. Dalam artian merchant hanya bisa berjualan di GrabFood saja, tidak bisa ke aplikasi lain. Padahal bisnis pesan-antar ini masih mengandalkan strategi bakar duit sehingga tidak ada jaminan bahwa permintaan bisa stabil atau lebih tinggi. Belum lagi untuk ekspansi lokasi baru, Grab harus investasi di awal dengan sewa properti. Dari sisi merchant juga timbul biaya sewa yang senantiasa dikeluarkan.
“Mereka tutup karena terlalu banyak capital expenses di depan, sedangkan demand-nya hanya bergantung di online. Ketika online turun, pengeluarannya tetap sama dari bulan ke bulan, seperti sewa gedung, bayar karyawan,” jelas Co-founder dan CEO Wahyoo Peter Shearer kepada DailySocial.id.
Rebel Foods, operator cloud kitchen yang sudah mencapai status unicorn di India, bisa dikatakan sebagai salah satu pionir yang beralih dari jaringan restoran cepat saji menjadi model cloud kitchen multi-merek yang didukung oleh sistem operasi yang efisien.
Di Indonesia dengan badan hukum PT Rebel GoFood Indonesia, mereka ikut memboyong merek privat dari negara asalnya, seperti Faasos dan Oven Story. Juga meluncurkan merek khusus untuk pasar Indonesia, yakni Box & Co., Ban Zai, Feeling Brew, Bros Fried Chicken, dan Ayam Ambyar. Setiap merek ini diposisikan sedemikian rupa sehingga memenuhi kebutuhan pelanggan yang berbeda.
Salah satu keuntungan paling signifikan dari cloud kitchen multi-merek adalah memungkinkan perusahaan menawarkan beberapa masakan berbeda dari tempat yang sama. Karena tidak ada front-of-house sama sekali, cloud kitchen multi-merek telah berevolusi untuk memenuhi selera pelanggan yang berbeda, masing-masing berfungsi di bawah merek terpisah.
Misalnya, satu perusahaan cloud kitchen dapat mengoperasikan tiga merek, masing-masing berspesialisasi dalam masakan India, Italia, dan Cina, dari satu unit. Namun bagi pelanggan, tampaknya ini adalah merek independen dengan operasi independen yang menyajikan masakan berbeda. Karena ini adalah format pengiriman saja, biaya awal dan pemasaran yang rendah sering disebut sebagai pengubah permainan terbesar.
Dengan hambatan masuk minimum dan biaya modal rendah, cloud kitchen multi-merek lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan restoran tradisional atau bahkan cloud kitchen mandiri. Cloud kitchen multi-merek melayani basis pelanggan yang lebih luas dan memiliki kapasitas untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan dari satu unit dapur. Pemanfaatan sumber daya yang efisien, tingkat persediaan yang memadai, dan biaya makanan yang terkendali memberikan prediktabilitas yang lebih baik dalam bisnis.
Dalam pantauan DailySocial.id, strategi multi-merek ini sudah banyak diterapkan oleh pemain cloud kitchen, juga pemain kuliner itu sendiri. Berikut daftarnya:
Model bisnis
Multi-merek
Keterangan
Kenangan Brands
F&B
Kopi Kenangan, Chigo, Flip
Milik sendiri dan akuisisi
Jiwa Group
F&B
Janji Jiwa, Jiwa Toast, Jiwa Tea
Milik sendiri
Haus!
F&B
Haus, Ganjel Roti, Pedes Cyiin
Milik sendiri
Dailybox
F&B
Shirato, Breadlife, Dailybox, Lumiere
Milik sendiri dan akuisisi
Kulo Group
F&B
Kedai Kopi Kulo, Pochajjang, Kitamura, Mazeru, Oseng Mie Jontor, Xiboba, Xiji, Bu Eva Spesial Sambal, Mo Tahu Aja
KitFit, Uncle Tam, Baba Burger, Chickass, Love in Tokyo
–
Lakuliner
Cloud kitchen
Let’s Toast, Se’I Sapi Lamalera, Yukirisu Bento, Don To Go, Nalor, Yellow Chicken, Geprek Gian, Ayam Bebek Tiarap, Woo Ai Mie, Se’I Indonesia, Bakso Benhil, Lahab Chicken, Aigemi
Mitra kuliner
Legit Group
Cloud kitchen
Sek Fan, Pastaria, Sei’tan, Ryujin, Juju Chikin
Milik sendiri
Wahyoo
Seperti diketahui, Wahyoo turut meramaikan pasar cloud kitchen di Indonesia dengan meresmikan Wahyoo Kitchen Partner yang sudah diinisiasi sejak setahun belakangan. Dengan melihat dinamika di pasar, Wahyoo Kitchen Partner mengambil proposisi yang sedikit berbeda.
Perusahaan memanfaatkan kemitraan dengan UKM kuliner yang selama ini telah menjadi bagian dari perusahaan, dan menggaet mereka yang ingin mengutilisasi dapurnya yang “senggang”. Dalam arti mereka tidak sibuk dan masih bisa melayani konsumer melewati platform lain. Wahyoo jadi tidak perlu berinvestasi di sisi properti karena sudah punya jaringan UKM.
Mitra Wahyoo pun bisa memaksimalkan potensi dari dapurnya dan karyawan yang sudah ada, selama tetap memenuhi standar dalam hal kebersihan dan kualitas memasak yang diharuskan oleh Wahyoo. Tercatat ada 250 restoran kecil dari 27 ribu mitra Wahyoo yang telah bergabung dengan Wahyoo Kitchen Partners ini.
“Khusus kami, ingin bantu UKM kuliner yang sudah ada di jaringan kami sehingga enggak ada lagi modal tambahan yang harus mereka keluarkan karena dapur dan karyawan sudah ada. Sebab kami ini sharing economy, jadi prinsipnya kami sangat ingin memajukan UKM,” kata Peter secara terpisah saat media gathering beberapa waktu lalu.
Sejauh ini, Wahyoo telah mengoperasikan tiga merek makanan label privat, yakni Bebek Goreng Bikin Tajir, Ayam Paduka, dan Bakso Bikin Tajir. Adapun Bebek Goreng Bikin Tajir kini sudah hadir di 134 outlet yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, Solo, Semarang, dan Bali. Selanjutnya, Ayam Paduka sudah ada di 42 outlet yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, dan Solo, dan Bakso Bikin Tajir sudah hadir di 18 outlet di Jabodetabek untuk sementara ini.
Wahyoo memasarkan produk-produknya melalui GrabFood, GoFood, dan ShopeeFood. Tak hanya itu, perusahaan juga mempersilakan mitranya untuk menjual secara offline untuk dine-in dan take away. Dengan demikian, mereka tidak perlu mengandalkan sepenuhnya platform online untuk penjualannya.
“Buat kita yang penting mereka bisa berjualan, dan beli stok di kita lagi. Lagipula dari segi offline itu ada sisi awareness yang bisa kita dapatkan untuk memasarkan brand kita.”
Bagi Peter, perusahaan akan terus perbanyak merek makanan yang dapat dijual oleh para mitra UKM, setidaknya bakal ada tambahan delapan sampai 10 merek baru. Variasi kulinernya berkisar dari martabak, nasi briyani, teh susu, soto, mie ayam, dan nasi goreng.
Seluruh suplai produk tersebut nantinya sudah berbentuk pre-cook agar tidak lama diolah oleh mitra. Alhasil proses masak jadi lebih ringkas, maksimal lima menit sampai di rumah konsumen. Seluruh suplai disiapkan di pusat gudang Wahyoo yang berlokasi di Daan Mogot, Jakarta Barat berdekatan dengan kantor Wahyoo. Dari situ, proses pengiriman makanan akan dimulai sampai ke outlet.
“Karena kita juga memanfaatkan online [food delivery] kita juga perlu memastikan algoritma dari mitra dapur jangan sampai outlet-nya dapat rating jelek karena proses masaknya kelamaan. Jadi memang standardisasi itu penting, makanya juga ada kunjungan rutin oleh tim lapangan.”
Menurutnya, strategi multi-merek ini dipakai agar setiap outlet dapat mencapai potensi maksimum dari utilisasi kapasitas dapur yang kosong. Hasilnya, rata-rata revenue per outlet dapat meningkat dan pada akhirnya mendukung kesejahteraan dari setiap dapur karena satu dapur bisa menawarkan berbagai macam makanan.
“Namun kami juga memastikan bahwa dapur-dapur ini memang mempunyai kemampuan/kapasitas yang cukup untuk menjual banyak brand (supaya standardisasi dan kualitas tetap terjaga.”
Adapun monetisasi dari bisnis cloud kitchen di Wahyoo berbeda-beda bagi tiap merek. Namun Peter memastikan bahwa pada intinya dari setiap penjualan makanan akan ada bagi hasil penjualan kepada mitra-mitra dapur. Konsep ini dianggap menarik karena tidak perlu tambahan modal dan hanya menmanfaatkan sumber yang ada untuk berjualan merek lain yang sudah disediakan oleh Wahyoo Kitchen Partners.
Unit economics yang dilihat oleh Wahyoo terdiri atas berbagai metriks, mulai dari revenue, outlet aktif per bulan, rata-rata revenue per outlet (penjualan di platform online), dan basket size (pembelian bahan baku/suplai di platform Wahyoo). “Tentunya kami juga melihat margin dari pernjualan setiap brand dan juga pendapatan (revenue sharing) kepada Wahyoo Kitchen Partners.”
Dalam menghadapi perekonomian ke depannya yang menantang, Peter menyadari bahwa kondisi tersebut bakal berdampak secara langsung pada industri kuliner dan pangan. Untuk itu, pihaknya berupaya untuk selalu menyediakan bahan-bahan baku dengan harga yang kompetitif dan mengikuti harga pasar.
“Kami berupaya untuk tetap mendapatkan harga terbaik dari partner-partner dan supplier kami, sehingga walau di masa-masa kurang stabil ini kami tetap dapat menawarkan barang-barang yang dibutuhkan konsumer secara affordable dan bersaing.”
Dailybox
Co-founder dan CEO DailyBox Kelvin Subowo menjelaskan pihaknya lebih pas ditempatkan sebagai startup F&B multi-platform, bukan cloud kitchen dengan multi-merek. Dalam operasionalnya, perusahaan mengandalkan kehadiran para pemain cloud kitchen dan menghadirkan merek privatnya ke dalam tiap dapur.
“Dailybox Group mungkin salah satu F&B startup yang konvensional, sehingga konsep multi-brand yang dimaksud bukan lagi banyak brand dalam satu kitchen, melainkan berbagai brand yang mampu menaungi appetite pelanggan kami.”
Terhitung saat ini, Dailybox mengoperasikan empat merek, Shirato, Breadlife, Dailybox, dan Lumiere. Lumiere adalah merek keik yang baru diakusisi perusahaan. Sebagai multi-platform, perusahaan akan menyeimbangkan jumlah persebaran cloud kitchen dan toko offline. Saat ini ada 20 titik toko Breadlife, yang ikut diisi oleh Dailybox dan Shirato di atas toko Breadlife tersebut. Bahkan, perusahaan telah melebarkan sayap bisnisnya ke Singapura pada Oktober 2022.
Dalam mengukur unit economics di Dailybox, ia menggunakan COGS (cost of good sold) atau harga barang yang dijual. Perusahaan tidak melakukan cost down, melainkan menjaga harga agar tetap stabil melalui efisiensi produksi. Efisiensi tersebut dilaksanakan dengan cara memproduksi makanan sendiri melalui dapur pusat Dailybox Group.
Metriks berikutnya adalah EBITDA outlet (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization). “Seperti yang kita ketahui bahwa industri cloud kitchen memiliki beban yang besar pada food delivery. Maka, beban operation kami sehari-hari tidak terlalu besar dan kami berhasil mempertahankan positive EBITDA dari sejak kami berdiri hingga hari ini. Kedua metriks tersebut sangat memengaruhi kualitas makanan.”
Menurut data perusahaan, kontribusi dari bisnis pesan-antar online masih mendominasi daripada makan di toko. Di tahun lalu kontribusinya mencapai 90%, akan tetapi pada tahun ini turun menjadi 60%. Perusahaan sendiri kini tidak mengandalkan platform online saja.
Dia beralasan, jika ingin berekspansi lebih masif, kehadiran di platform layanan online harus dikolaborasikan dengan presence di pasar offline. Sebab, walaupun penetrasi layanan online sudah meningkat, layanan ini masih belum menjangkau seluruh kota lapis dua dan tiga. Masyarakat di area tersebut masih menggandrungi budaya nongkrong sembari kulineran.
“Survei menyatakan sekitar 79% masyarakat Indonesia sudah tak ragu untuk dine-in di restoran. Karenanya kembali membuka layanan dine-in adalah strategi perusahaan untuk hadir lebih dekat dan relevan dengan pelanggan kami.”
Sementara itu, dari sisi Dailybox dalam menghadapi tantangan ke depannya bakal melakukan penyesuaian harga dengan batas yang wajar. Dengan volume yang cukup besar, sehingga perusahaan dapat mengunci harga dari banyak bahan untuk beberapa waktu.
“Dengan in-house central kitchen dan teknologi ERP & SOP digital memungkinkan kami untuk bekerja dengan lebih efisien sehingga bisa mengkompensasikan fluktuasi harga di pasar,” tutupnya.
Startup kuliner multi-brand Hangry mengungkapkan akan melanjutkan ekspansi merek makanan label privat dan jaringan dapur virtual ke lebih banyak kota di seluruh Indonesia. Perusahaan berambisi ingin menjadi penyedia kuliner berkualitas terbaik dengan harga terjangkau untuk masyarakat melalui berbagai saluran.
Ambisi tersebut sejalan dengan keyakinan perusahaan dan tren yang ditawarkan oleh platform pesan-antar makanan ke depannya bakal terus menjadi penyokong utama bisnis. Terlihat dari jumlah dapur virtual Hangry lebih mendominasi daripada gerai restoran yang menerima dine-in.
“Perkembangan food delivery market sangat pesat dari 2019-2020 sebelum pandemi. Yang terjadi saat pandemi, tren itu dipercepat sehingga potensi market-nya sangat besar dan kita expect hal tersebut akan terus berlanjut. Makanya bisnis utama kami adalah [online] delivery,” kata Co-founder dan President Hangry Andreas Resha saat konferensi pers yang digelar kemarin (17/11).
Memasuki hari jadinya yang ke-3, kini Hangry telah memperluas daerah cakupan dapur virtualnya ke lebih dari 70 titik. Lokasinya tersebar di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Semarang, Medan, dan Makassar. Adapun untuk gerai restorannya ada di tiga lokasi di sekitar Jakarta, yakni Senopati, Kemang, dan Pondok Indah. Ketiganya merupakan restoran khusus merek makanan di bawah Hangry, yakni Moon Chicken.
Mengutip dari laporan Grab di 2022, secara regional, pengeluaran bulanan untuk layanan pesan-antar makanan dan belanja harian meningkat sebesar 30% lebih tinggi pada Mei 2022 dibandingkan dengan November 2021. Kemudian, pengeluaran untuk pengiriman makanan dan bahan makanan meningkat 1,3 kali lipat antara 2021-2022.
Di Indonesia saja, rata-rata jumlah uang yang dibelanjakan per pesanan di layanan GrabFood meningkat sebesar 54% dari 2019-2022. Adapun untuk jumlah pembelanjaan terbesar tahun ini mencapai Rp9 juta. Sedangkan untuk GrabMart, rata-rata jumlah pembelanjaan per pesanan tumbuh 90% lebih tinggi dari 2020.
Secara terpisah, mengutip dari laporan Momentum Works, di Asia Tenggara total GMV mencapai $15,5 miliar pada 2021, naik 30% dari tahun sebelumnya. Adapun Indonesia saja kontribusinya sebesar $4,6 miliar. Dari segi penggunaan aplikasi, pangsa pasar GrabFood adalah yang terbesar dengan GMV sebesar $7,6 miliar. Angka tersebut melampaui FoodPanda sebesar $3,4 miliar dan Gojek $2 miliar.
Resha pun menyadari posisi perusahaan yang lahir tak lama sebelum pandemi merebak, juga tak terlepas dari dampak ekonomi yang timbulkan, seperti gejolak global di perusahaan teknologi, kenaikan harga bahan bakar, dan kenaikan suku bunga acuan. Perusahaan pun mencoba lebih sensitif dengan kondisi-kondisi di atas.
Namun ia merasa bersyukur dengan posisi Hangry yang berada di dunia kuliner sebagai penyuplai, yang selalu memiliki permintaan karena berkaitan dengan kebutuhan primer seluruh manusia.
“Sebagai perusahaan yang sediakan suplai untuk mengisi demand, artinya kami selalu dicari masyarakat. Untuk itu kami berusaha berikan yang terbaik, dari sisi produk apa yang bisa ditingkatkan atau dikompromikan, dan selalu dengarkan feedback dari konsumen.”
Perkembangan Hangry
Hangry sendiri saat ini memiliki tujuh merek label privat. Mereka adalah Moon Chicken, San Gyu, Ayam Koplo, Dari Pada, Pizza Gang, Wai Thai Food, dan Accha – Indian Soul Food. Khusus merek terakhir adalah hasil terakhir yang dilakukan perusahaan setelah melebarkan sayap menjadi brand aggregator pada awal Maret 2022.
Merek terbaru yang baru dirilis adalah Wai Thai Food. Berdasarkan riset internal, sebanyak 68% orang Indonesia sangat menyukai makanan Thailand dan 41% dari mereka mengonsumsinya setidaknya dua-tiga kali dalam beberapa bulan.
Disebutkan sejak pertama kali dirilis di Agustus 2022, Wai Thai telah mencetak penjualan lebih dari Rp1 miliar pada bulan pertama dengan menjual 20 ribu porsi. “Kami ingin membawa makanan Thailand yang autentik dengan porsi yang pas,” kata Brand Manager Marketing Hangry Yohan Ariowibowo.
Menurutnya, Hangry mengembangkan banyak merek privat karena pihaknya ingin selalu menghadirkan yang baru agar konsumen tidak merasa bosan. Ke depannya, bakal ada merek baru dengan menu-menu dan harga yang lebih terjangkau bagi konsumen.
Diklaim, perusahaan saat ini memiliki 1,6 juta pelanggan unik dengan rating rata-rata 4,7/5,0 untuk setiap outlet di aplikasi jasa layanan pesan-antar. Tiap bulannya, Hangry menjual 1,8 juta porsi makanan dan minuman. “Revenue kami berkembang hingga 2,5 kali lipat dari akhir 2021 sampai sekarang,” tambah Resha.
Tren layanan pesan-antar makanan diprediksi akan terus diminati masyarakat Indonesia. Menurut laporan Grab, platform ini memberikan dampak pada cara konsumen Indonesia memesan makanan, berbelanja kebutuhan harian, dan mencari hal baru.
Lebih lanjut dalam hasil riset bertajuk “Tren Layanan Pesan-Antar Online di Indonesia 2022”, disampaikan 7 dari 10 responden mengatakan bahwa layanan tersebut merupakan aktivitas harian wajib pasca-pandemi. Kemudian, 9 dari 10 merchant mengungkapkan bahwa layanan tersebut merupakan hal wajib bagi bisnis mereka.
“Orang Indonesia juga tercatat mengeluarkan uang lebih banyak untuk pesan-antar makan dan kebutuhan harian online, berdasarkan data kenaikan jumlah nilai belanja di GrabFood dan GrabMart,” tulis laporan tersebut.
Survei online ini dilakukan di enam negara tempat Grab beroperasi, dengan melibatkan 20 ribu responden. Pengumpulan data dimulai dari Januari hingga September 2022, termasuk menarik data analisis platform GrabFood dan GrabMart antara Januari 2019-Juni 2022.
Dari data internal, setelah pandemi kebiasaan pengiriman tetap ada sehingga bukan menjadi tren musiman. Tercatat pemesanan melalui GrabFood naik hingga 1,5 kali lipat di tahun ini daripada di 2019. Kenaikan yang sama untuk GrabMart dibandingkan dengan 2020.
Hasil survei juga mengungkapkan adanya peningkatan ketergantungan konsumen pada aplikasi layanan pesan-antar dengan kecenderungan untuk mengandalkan platform tersebut sebagai alat pencari dalam menemukan dan mencoba merchant yang belum pernah mereka kunjungi sebelumnya secara langsung.
Head of Marketing GrabFood & GrabMart Hadi Surya Koe menyampaikan, optimisme konsumen Indonesia dalam menggunakan layanan pesan-antar online sebagai aktivitas keseharian mereka akan terus meningkat, seperti yang terjadi pada negara-negara lain di Asia Tenggara. Kebiasaan baru bagi banyak anggota masyarakat tersebut menjadi kesempatan tambahan bagi merek dan pelaku bisnis lainnya untuk menjangkau lebih banyak konsumen mereka di ranah online.
“Hal ini tentunya kembali menginspirasi kami untuk terus berinovasi dalam menghadirkan pengalaman yang lebih baik di aplikasi Grab, guna menghadirkan fitur pencarian makanan yang lebih intuitif bagi pengguna serta mendukung pertumbuhan mitra merchant kami,” kata Hadi.
Temuan lain
Ada beberapa poin menarik dalam laporan tersebut. Pertama, dari data internal Grab, secara regional, pengeluaran bulanan untuk layanan pesan-antar makanan dan belanja harian meningkat sebesar 30% lebih tinggi pada Mei 2022 dibandingkan dengan November 2021.
Di Indonesia saja, rata-rata jumlah uang yang dibelanjakan per pesanan di layanan GrabFood meningkat sebesar 54% dari 2019-2022. Adapun untuk jumlah pembelanjaan terbesar tahun ini mencapai Rp9 juta. Sedangkan untuk GrabMart, rata-rata jumlah pembelanjaan per pesanan tumbuh 90% lebih tinggi dari 2020.
Lebih lanjut, konsumen regional terus belanja lebih banyak hingga tahun ini. Pengeluaran untuk pengiriman makanan dan bahan makanan meningkat 1,3 kali lipat antara 2021-2022. Alasan orang Indonesia menggunakan layanan pengiriman karena kenyamanan, sesuai kebutuhan, dan menyenangkan keluarga.
Kedua, dari sisi demografi sebanyak 82% keluarga muda dengan anak di Indonesia menggunakan layanan pesan-antar makanan lebih dari 8 kali dalam sebulan karena tidak ada waktu untuk memasak, tidak ingin mengantre, dan memiliki keinginan untuk menyenangkan keluarganya.
Selain itu, 80% pasangan yang sama juga melakukan belanja harian online lebih dari 10 kali dalam sebulan karena kenyamanan dalam menelusuri produk secara online, mencari promosi khusus, dan menemukan berbagai produk baru.
Secara keseluruhan, 25% pengguna yang belanjanya terbanyak berkontribusi terhadap tiga perempat (71%) jumlah yang dibelanjakan untuk layanan pesan-antar dalam skala regional. Untuk layanan pesan-antar makanan, GrabFood menjadi brand yang paling sering digunakan konsumen di Asia Tenggara.
Ketiga, jenis makanan yang paling banyak dipesan responden Indonesia di GrabMart dan GrabFood adalah mie instan dan nasi goreng. Dengan 10 bungkus terjual setiap menit di 2022, mie instan menduduki posisi teratas dalam daftar barang yang sering dipesan di GrabMart, diikuti dengan bahan belanja harian lainnya, seperti sayur-sayuran, kopi, nasi, dan minyak goreng.
Keempat, platform digital telah menjadi bagian integral dalam perjalanan konsumen sebab mereka sekarang berharap bisa menemukan, ikut serta, dan memesan dari merek favorit melalui beberapa bentuk sarana digital. Menurut laporan, konsumen menemukan berbagai merchant baru melalui aplikasi layanan pesan-antar.
Sebanyak 88% konsumen mengetahui toko baru karena aplikasi pengiriman, 74% di antaranya mengakses layanan pesan-antar makanan online tanpa memikirkan restoran yang spesifik. Lebih lanjut, waktu rata-rata yang dihabiskan konsumen untuk menjelajah katalog restoran di GrabFood sebelum memesan mencapai 17 menit.
Kelima, perubahan kebiasaan konsumen di atas menyebabkan penyesuaian dari strategi bisnis merchant. Mereka perlu terus melakukan digitalisasi melalui bisnis layanan pesan-antar. Rata-rata total penjualan merchant mengalami peningkatan 15% dibandingkan para merchant yang belum bergabung pada layanan aplikasi pesan-antar.
McDonald’s misalnya, sebanyak 30% dari hasil penjualannya di Asia berasal dari layanan pesan-antar online, meningkat dari 10% sebelum periode COVID-19.
Sebagai penutup, Hadi menyampaikan, pihaknya berharap laporan seperti ini dapat mendorong para pelaku bisnis kuliner dan bisnis kebutuhan harian untuk dapat mengembangkan serta menerapkan berbagai ide strategis guna memperluas jangkauan bisnis serta hasil penjualan mereka melalui kanal digital.
“Dengan semakin banyaknya masyarakat Indonesia yang sudah melek digital, kami melihat adanya tren perilaku yang berkelanjutan pada superapp GrabFood dan GrabMerchant untuk beberapa bulan mendatang. Ke depannya, Grab akan terus berkomitmen untuk membantu konsumen dan brand terus tumbuh, mengoptimalkan sistem operasional, dan menghadirkan layanan terbaik yang terintegrasi pada satu aplikasi,” tutup Hadi.
AirAsia bermula dari sebuah ide untuk menghadirkan moda perjalanan udara yang terjangkau untuk semua kalangan; dan menggerakkan industri perjalanan di Asia. Bisnis dimulai dengan 2 pesawat udara, melayani 6 rute di Malaysia pada Januari 2022.
20 tahun berselang, mimpi itu telah membuahkan jutaan ide baru yang berhasil menopang pertumbuhan bisnis perusahaan. AirAsia kini berkembang menjadi sebuah maskapai yang melayani lebih dari 128 destinasi di 21 negara. Tidak hanya itu, bisnisnya kini telah merambah dunia digital, menyediakan semua kebutuhan perjalanan dan pariwisata dalam satu aplikasi yang dinamakan “airasia SuperApp”.
Transformasi digital airasia sudah dimulai sejak awal beroperasi di tahun 2002 dengan memperkenalkan layanan online booking melalui situs resminya. Kemudian, melakukan ekspansi regional ke beberapa negara tetangga, termasuk Indonesia. AirAsia Indonesia diluncurkan pada tahun 2005, ketika itu pengguna internet di tanah air ada di angka 16 juta orang.
Satu dekade berlalu, perkembangan teknologi internet turut mengakselerasi demokratisasi di berbagai industri, termasuk perjalanan. Jika sebelumnya masyarakat masih bergantung pada travel agent untuk mengatur jadwal mereka, hadirnya OTA (Online Travel Agent) memungkinkan individu untuk bisa mengatur rencana perjalanan mereka sendiri. Beberapa pemain yang sudah dikenal termasuk Traveloka, Tiket.com, Pegipegi, dan sejumlah lainnya.
Pandemi Covid-19 berdampak terhadap semua industri di dunia, perjalanan dan pariwisata termasuk yang paling parah. Pembatasan interaksi mengharuskan masyarakat untuk tidak melakukan perjalanan. Akibatnya, sejumlah penerbangan sempat ditiadakan, para penyedia akomodasi merasa kesulitan karena kamar tidak terisi, begitu pula fasilitas ride-hailing yang sepi penumpang.
Alih-alih duduk diam meratapi kerugian dan menyerah dengan situasi, maskapai ini mencoba bangkit dengan memaksimalkan potensi digitalnya. Tidak dapat dimungkiri bahwa pandemi menjadi katalis bagi konsumen untuk bermigrasi ke platform digital. Perusahaan melihat hal ini sebagai kesempatan besar untuk melanjutkan transformasi digital hingga akhir, dimulai dengan SuperApp.
airasia SuperApp Indonesia
Inisiatif aplikasi super ini dimulai di Malaysia, menawarkan lebih dari 15 jenis produk dan layanan di bawah tiga pilar utama, yaitu travel, e-commerce, dan fintech dengan airasia rewards, Unlimited, dan airasia pocket sebagai benang merah yang mengikat seluruh ekosistem menjadi satu kesatuan.
Dalam waktu satu tahun, aplikasi super ini telah berkembang secara fenomenal, tidak hanya meningkatkan produknya dan penawaran layanan untuk menjadi aplikasi perjalanan dan gaya hidup, tetapi juga basis pengguna dan daya tariknya dalam hal volume dan nilai transaksi. Satu per satu layanan ini mulai menggencarkan ekspansi.
Pada April 2022, perusahaan menunjuk Delly Nugraha, yang sebelumnya menjabat CEO Carsome Indonesia, untuk memimpin strategi eksekusi airasia SuperApp Indonesia. Belum lama ini, DailySocial.id diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan Delly terkait pengembangan aplikasi super ini di Indonesia.
Delly mengakui, pada dasarnya pengembangan aplikasi super ini dimungkinkan oleh teknologi yang dimiliki perusahaan. “Dulu karena belum banyak yang berani mencoba, selalu ada resistance. Kalau sekarang, penggeraknya juga sudah banyak. Perkembangan internet semakin canggih, jangkauan semakin luas. Kita juga punya sejarah sebagai perusahaan airlines yang sukses. It is only make sense to develop this superapp, and we are optimistic to grow bigger.”
Meskipun belum resmi meluncur, masyarakat Indonesia sudah bisa menggunakan layanan airasia SuperApp secara terbatas. Dalam aplikasinya, terdapat 4 kategori yang ditawarkan yaitu Travel, Delivery, Money, dan Play. Layaknya OTA pada umumnya, layanan ini menawarkan pengalaman berwisata yang terjangkau dan terencana. Mulai dari pemesanan tiket pesawat, hotel, hingga paket liburan yang ekonomis.
Di luar perjalanan, airasia SuperApp juga dilengkapi dengan layanan digital lainnya, termasuk fintech. Pada bulan Maret 2022, layanan marketplace produk finansial airasia Money meresmikan operasional mereka di tanah air, menawarkan solusi keuangan yang terjangkau, dari asuransi, investasi, pengiriman uang, dan penggalangan dana sosial, bersama para mitra.
Selanjutnya, di kategori delivery, layanan pesan-antar makanan airasia Food yang diluncurkan pada bulan yang sama semakin memperluas jangkauannya di beberapa area seperti, Tangerang, Jawa Barat, diikuti oleh Jakarta pada bulan Juni. Saat ini, untuk armada pengantaran makanan, perusahaan bermitra dengan lini bisnis pengantaran Gojek (sekarang GoTo), GoSend.
Keterlibatan airasia dengan Gojek tidak hanya sebatas itu. Sebelumnya, airasia telah mengakuisisi 100% operasional bisnis ride-hailing dan fintech Gojek di Thailand dengan nilai $50 juta atau sekitar 700 miliar Rupiah. Pada kesempatan itu, Tony dan Kevin menyinggung potensi kemitraan bersama selanjutnya tanpa merincikan detailnya.
Dalam menyediakan solusi tersebut, perusahaan bekerja sama dengan mitra. Misalnya, PasarPolis (insurtech), Bareksa (e-investing), Rumah Zakat (lembaga sosial), dan Wise (remitansi) untuk airasia Money. Kemudian, di kategori Play bersama TrueID untuk menyediakan konten streaming audio, video, dan artikel dengan tema travel, food, dan lifestyle yang dapat diakses secara gratis.
Terkait pengembangan superapp ini, Delly juga menegaskan bahwa DNA perusahaan ada pada bisnis perjalanan. Melalui transformasi digital, airasia mencoba menjangkau semua lini bisnis terkait, dan pada akhirnya akan melengkapi bisnis inti. Superapp hadir sebagai value added business untuk bisnis penerbangan airasia.
“Di samping itu, kita melihat ada potensi cross-selling yang sangat besar dalam industri ini. Satu rencana perjalanan bisa melibatkan berbagai aktivitas, mulai dari pemesanan tiket, akomodasi, rekreasi dan lainnya. Dengan menyediakan opsi-opsi tersebut dalam satu platform, kami yakin bisa menopang kinerja SuperApp seterusnya,” ungkapnya.
Tantangan dan peluang
Setidaknya empat layanan yang ditawarkan melalui airasia SuperApp sudah memiliki kompetitornya masing-masing di pasar Indonesia. Dari sisi pengantaran makanan, duopoli GoFood dan GrabFood akan menjadi tantangan tersendiri bagi pemain baru di industri ini.
Salah satu OTA unicorn, Traveloka, mencoba peruntungan dengan layanan TravelokaEats. Menjelang dua tahun eksistensinya, perusahaan harus rela menutup lini bisnis ini dengan alasan efisiensi per 31 Oktober 2022. Salah satu yang masih bertahan adalah ShopeeFood, juga beberapa layanan pesan-antar makanan restoran tertentu.
Delly tidak melihat keberadaan layanan-layanan tersebut sebagai kompetisi. SuperApp memosisikan diri sebagai pelengkap ekosistem yang sudah ada. “Dari sisi ride hailing, kita tidak bermimpi mengalahkan Gojek atau Grab. Namun, bagaimana caranya market yang belum teredukasi, belum jadi market aktif bisa kita jangkau. Kita mengutamakan kolaborasi.
Kolaborasi dalam hal ini tidak diartikan sebagai kompetisi di dalam. “Kita dukung pihak GoSend untuk mengembangkan bisnis lebih masif, otomatis jangkauan ekspansi juga bertambah. Objektif kita untuk mengantarkan makanan ke konsumen kita juga tercapai. Prinsip kolaborasi lebih dikedepankan daripada kompetisi,” tegas Delly.
Sebagai sebuah entitas yang berbasis di Malaysia, Delly juga mengakui adanya perbedaan kondisi pasar di pusat dan wilayah ekspansi. Di Malaysia sendiri tidak ada ride hailing sepeda motor seperti di tanah air. Menurutnya, selain karena alasan regulasi, karakteristik negara dan populasi juga tidak mendukung adanya layanan ojek online.
Di Indonesia, layanan ride hailing airasia dikabarkan segera mengaspal di pusat pariwisata tanah air, Bali. Terkait armada, Delly mengungkapkan bahwa perusahaan akan bekerja sama dengan rekanan yang sudah memiliki izin. Hal ini merujuk pada regulasi dari pemerintah yang mengharuskan perusahaan memiliki lisensi untuk bisa mengoperasikan bisnis ini.
Dengan lini bisnis yang cukup beragam, perusahaan mengaku bahwa strategi ekspansi juga akan berbeda-beda. “Ride-hailing datang setelah food delivery, karena strategi kita sangat berpatokan dengan kondisi market sekarang dan juga perilaku konsumen yang kita targetkan. Ekspansinya bergantung apa yang ingin kita capai,” pungkas Delly.
Delly juga mengungkapkan bahwa kompleksitas bisnis ini dipengaruhi oleh bermacam-macam aspek, seperti kecukupan sumber daya dan finansial. Airasia melihat hal ini dengan sangat baik dan mempersiapkan semua yang diperlukan agar bisa menggerakkan bisnis.
“Kita punya sumber dayanya, kita punya teknologinya, kita punya supply dan modal. Saya melihat bahwa faktor-faktor dasar untuk sebuah korporasi melakukan aksi membangun sebuah startup dan membuat ekosistem itu sudah diperhitungkan,” ujar Delly.
Dari sisi modal, airasia SuperApp Indonesia masih menerima induksi internal dari induk perusahaan yang di awal tahun ini mengumumkan rebranding menjadi Capital A. Selain itu, perusahaan juga dikabarkan tengah dalam proses penggalangan dana dan berencana untuk segera melantai di bursa New York tahun depan.
Pada tahun 2021, airasia SuperApp diakui oleh Credit Suisse sebagai salah satu dari tiga unicorn di Malaysia, dengan perkiraan nilai lebih dari $1 miliar. Hal ini berhasil dicapai melalui inovasi produk/layanan on-demand yang ditawarkan, termasuk empat produk baru yang telah ditambahkan ke dalam platform untuk memperluas lini bisnisnya.
Disinggung mengenai target, pihaknya masih belum mau membeberkan angka yang spesifik. Saat ini perusahaan masih fokus mengembangkan SuperApp dengan tujuan untuk memberi nilai tambah tidak hanya bagi pelaku industri tetapi juga konsumen di setiap lini bisnis yang ditawarkan.
“Nilai tambah ini kita berikan untuk melengkapi ekosistem perjalanan. Itu yang ingin kita capai. Kemudian, market Indonesia secara umum masih besar sekali dan belum sepenuhnya digarap dengan optimal. Masih ada peluang secara geografis, layanan, juga dari sisi perilaku konsumen,” tutupnya.
Traveloka segera menutup layanan pesan-antar makanan dan logistik, Eats dan Send. Keputusan tersebut diambil karena mulai bangkitnya industri pariwisata yang menjadi bisnis utama perusahaan sejak awal berdiri. Penutupan ini menyusul layanan online grocery“Traveloka Mart” yang sudah tutup akhir Agustus 2022.
Melansir dari informasi yang disampaikan Traveloka kepada merchant, Eats akan efektif berhenti beroperasi pada 31 Oktober 2022. Disampaikan pada tanggal tersebut, Traveloka Eats tidak lagi menerima transaksi baru; akan melakukan rekapitulasi data transaksi dan melaksanakan kewajiban pembayaran; dan, pengembalian dana oleh para pihak, jika ada.
Saat dihubungi oleh DailySocial.id, narasumber Traveloka menyatakan bahwa pemberhentian kedua layanan ini adalah bagian dari strategi bisnis dan prioritas perusahaan. “Seiring dengan bangkitnya sektor perjalanan, kami sangat antusias menyambut hal ini ke depannya,” ucapnya, Jumat (30/9).
Lebih lanjut, sebelum tenggat waktu berakhir, pihaknya memastikan selama proses berlangsung, karyawan, mitra dan konsumen tetap menjadi fokus utama perusahaan, demi memastikan transisi yang baik sesuai aturan yang berlaku. Tak hanya itu, terus berkoordinasi dengan para mitra, serta menyediakan dukungan dalam proses pemberhentian layanan Eats dan Send ini berlangsung.
Sebagai catatan, langkah eksploratif Traveloka masuk ke lifestyle superapp makin gencar sejak awal pandemi. Saat itu semangatnya adalah agar perusahaan tetap relevan dengan kebutuhan gaya hidup masyarakat. Mart, Eats, dan Send adalah tiga layanan yang baru dirilis dalam kurun waktu tersebut. Bukan kabar burung, tapi kebetulan ketiganya merupakan vertikal bisnis yang tak terlepas dari subsidi yang besar demi akuisisi pengguna.
Traveloka Eats sudah hadir sejak 2021, telah menjangkau kota Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Bali, dan Medan. Perusahaan merekrut armada pengantaran sendiri, selain didukung oleh armada dari Lalamove. Armada inilah yang juga diutilisasi untuk solusi Send yang baru dirilis pada awal bulan ini. Baru seumur jagung, solusi ini baru tersedia di Jabodetabek untuk pengantaran maksimal 12 km.
Namun demikian, sebenarnya ada layanan lain yang tidak memiliki keterkaitan langsung dengan bisnis akomodasi dan perjalanan di superapp Traveloka, misalnya layanan investasi emas bekerja sama dengan Pegadaian. Menurut informasi di aplikasi, mereka akan segera melengkapi opsi produk investasi dengan instrumen lainnya.
Selain produk investasi, menurut catatan DailySocial.id, selama pandemi Traveloka juga merilis solusi lainnya, yakni QuickRide yang memanfaatkan API dari Blue Bird untuk pemesanan taksi, Health untuk layanan telekonsultasi dengan dokter, dan Online Xperience Tur Visual yang dikemas dengan metode siaran langsung. Seluruh layanan di atas bisa dipastikan tidak berat dari segi investasi yang harus dikeluarkan perusahaan karena memanfaatkan API dari pihak ketiga.
Dibandingkan dengan kompetitor terdekatnya, misalnya Tiket.com dan Pegipegi, cara Traveloka membangun ekosistem layanan memang berbeda. Mereka tidak membatasi hanya pada layanan yang bersinggungan langsung dengan perjalanan dan penginapan. Lebih dari itu Traveloka mencoba menawarkan pengalaman gaya hidup yang lengkap dalam satu aplikasi. Para rivalnya masih tetap fokus untuk memperdalam layanan perjalanan dan akomodasi dengan berbagai fitur pendukungnya.
Industri pariwisata mulai rebound
Kemarin (29/9) saat pengumuman fasilitas pinjaman dari investor ternama, Co-founder & CEO Traveloka Ferry Unardi menyampaikan, bisnisnya terus mengalami peningkatan dan industri pariwisata kembali bangkit dari pandemi. Dana segar yang diterima ini nantinya akan dimanfaatkan untuk memperkuat neraca kami dan memungkinkan kami untuk terus fokus pada bisnis utama, sekaligus membangun bisnis masa depan.
Seiring dengan gencarnya vaksinasi global dan faktor lainnya, per kuartal II 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan signifikan kunjungan turis ke Indonesia mencapai 172% dibandingkan kuartal yang sama di tahun sebelumnya. Dibandingkan sebelumnya, turun 75% menjadi 4,02 juta pada 2020 dari 16,11 juta pada 2019.
Angka tersebut turun lebih jauh lagi menjadi 1,56 juta pada akhir 2021 karena pembatasan perjalanan yang lebih ketat oleh pemerintah. Menyusul pula merebaknya virus corona varian Delta pada Juli 2021.
Pandemi tersebut menjadi pukulan telak bagi industri pariwisata Indonesia. Laporan Industri Perjalanan & Pariwisata Dunia menyoroti bahwa, sebelum pandemi, industri pariwisata Indonesia menyumbang 5,9% dari total PDB negara dan mempekerjakan sekitar 13,1 juta orang pada 2019. Kontribusi itu terhenti selama pandemi. Namun, dengan pandemi COVID-19 yang menunjukkan tanda-tanda melambat, pemerintah Indonesia akhirnya mendorong untuk menghidupkan kembali sektor tersebut.
Mengutip dari Organisasi Buruh Internasional (ILO/International Labour Organisation), sektor pariwisata industri ini merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi, pengembangan usaha dan penciptaan lapangan kerja, terutama bagi perempuan, pemuda, pekerja migran dan masyarakat lokal.
Sebelum krisis COVID-19, sektor pariwisata menyumbang satu dari 10 pekerjaan di seluruh dunia dan sekitar 10 persen dari PDB global. Sektor ini mempekerjakan sebagian besar perempuan dan pemuda. Pada 2019, perempuan menyumbang lebih dari 50% pekerja di sektor ini, dan mayoritas dari semua pekerja di bidang pariwisata berusia di bawah 35 tahun.
Pariwisata adalah salah satu industri yang paling terpukul oleh pandemi COVID-19 dan konsekuensinya sangat terasa di sektor informal, defisit pekerjaan yang layak juga paling menonjol. Pekerjaan informal atau kasual sering kali melibatkan perempuan, kaum muda, masyarakat adat dan suku, pekerja migran dan komunitas lokal, yang akibatnya terkena dampak secara tidak proporsional.
GOTO mengumumkan tersedianya layanan GoFood di dalam aplikasi Tokopedia. Pada tahap awal peluncuran, GoFood baru dapat dinikmati oleh pelanggan Tokopedia di wilayah Jabodetabek, kemudian digulir ke kota-kota lainnya secara bertahap.
Strategi cross-selling ini merupakan langkah lanjutan yang dilakukan antara Gojek dan Tokopedia, sebelumnya kedua perusahaan mengintegrasikan layanan loyalitas Gopay Coins, setelah sukses menghadirkan ekosistem finansial dan logistik ke dalam aplikasi Tokopedia.
Dalam keterangan resmi yang disampaikan GOTO hari ini (11/8), pelanggan Tokopedia dapat menikmati beragam menu kuliner favorit dari merchant GoFood pilihan dengan mudah. Pun bagi merchant GoFood, mereka dapat meningkatkan jumlah transaksinya sejalan dengan semakin luasnya akses kepada konsumen melalui Tokopedia.
Mengutip dari riset Tenggara Strategics yang diterbitkan Juni 2022 menyebutkan, GoFood adalah penyedia layanan pesan antar makanan online yang paling diingat (top of mind) konsumen. Di sisi lain, berdasarkan hasil riset LD FEB UI, yang diumumkan pada akhir tahun lalu menyatakan bahwa pendapatan mitra UMKM GoFood pada 2021 rata-rata meningkat sebesar 66% dibandingkan tahun sebelumnya.
Direktur sekaligus Head of Food and Indonesia Sales & Ops GoTo Cathrine Hindra Sutjahyo mengatakan, inovasi ini adalah langkah awal dari salah satu strategi sinergi di ekosistem GoTo, dengan memperluas akses pelanggan, mitra, dan merchant di platform-platform yang tergabung ke dalam ekosistem.
“Pengembangan layanan GoFood di Tokopedia ini menjadi tahap pertama dalam menghadirkan pengalaman lebih menyenangkan bagi konsumen dalam menjelajah ragam kuliner GoFood melalui Tokopedia. Harapan kami, kehadiran GoFood di Tokopedia dapat meningkatkan kenyamanan pelanggan dalam mengakses berbagai layanan terbaik dari Grup GoTo [..],” kata Cathrine.
Direktur sekaligus Head of Marketplace GoTo dan CEO of Marketplace Tokopedia Anthony Wijaya turut memberikan pernyataannya. Dia bilang, kategori Makanan dan Minuman terus menjadi salah satu kategori yang paling laris di Tokopedia selama pandemi. Kehadiran layanan GoFood di Tokopedia dapat memperkaya pilihan pengguna dalam memenuhi kebutuhan kuliner, tanpa perlu berpindah aplikasi.
“Dengan layanan ini, Tokopedia berharap sinergi dalam ekosistem Grup GoTo bisa semakin memberdayakan UMKM lokal di tengah upaya pemulihan ekonomi nasional,” kata dia.
Pada tahap peluncuran ini, layanan GoFood di Tokopedia dapat dinikmati oleh pelanggan Tokopedia di wilayah Jabodetabek. Selanjutnya, layanan ini akan dikembangkan lebih lanjut dan diperluas untuk menjangkau pelanggan di berbagai wilayah.
Layanan GoFood di Tokopedia dapat diakses melalui widget yang ditampilkan di laman utama aplikasi Tokopedia (versi 2.188 dan selanjutnya untuk iOS, versi 3.182 dan selanjutnya untuk Android) yang dapat diperbarui atau diunduh.
Pengalaman yang ditawarkan tak jauh berbeda, seperti kalanya konsumen memesan makanan melalui aplikasi Gojek. Konsumen cukup mengunjungi halaman restoran melalui halaman utama layanan GoFood di Tokopedia dan mencari makanan yang diinginkan.
Lalu, konsumen klik “Pesan” pada makanan yang diinginkan dan atur pelengkap pada makanan yang diinginkan. Selanjutnya masuk ke halaman checkout dan memilih metode pembayaran sesuai keinginan, selayaknya belanja di marketplace Tokopedia. Pesanan akan diproses ketika pembayaran diterima.
Investasi GoTo di cross-selling platform
Sebelumnya, Direktur Utama GoTo Andre Soelistyo menyampaikan ada tiga prioritas yang menjadi fokus utama perusahaan ke depan, yakni pertumbuhan bisnis yang berkualitas dan berkelanjutan, fokus pada percepatan, dan profitabilitas perusahaan, serta meningkatkan sinergi platform dalam ekosistem.
Untuk mencapai profitabilitas, Andre menyebutkan perusahaan akan terus melakukan efisiensi operasional dan meningkatkan monetisasi sebagai sumber pendapatan. Sinergi ekosistem yang ia maksud, menggabungkan ketiga platform (on-demand, e-commerce, dan fintech) untuk memberikan nilai tambah bagi mitra dan konsumen.
Lebih lanjut, strategi cross-selling antar platform ini merupakan bentuk sinergi ekosistem, mencakup GoPay dan produk pembiayaan konsumen ke platform Tokopedia, peluncuran sistem poin penghargaan tunggal GoPay Coins, dan peningkatan pengalaman hyperlocal dengan mengintegrasikan Tokopedia dengan armada logistik on-demand Gojek.
Dengan strategi ini, menurut Andre, GoTo mampu membukukan kinerja yang cemerlang pada kuartal I 2022. Pertumbuhan pendapatan bruto kuartal I 2022 mencapai 53% secara yoy, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nilai transaksi bruto (gross transaction value atau GTV) sebesar 46%.
Rugi EBITDA yang disesuaikan turun 14 basis poin menjadi Rp5,4 triliun dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (Q4 2021) sebesar Rp 6,2 triliun. Angka tersebut mencerminkan adanya tren penurunan kerugian berkat upaya monetisasi perusahaan yang lebih baik serta optimalisasi biaya pengeluaran.
“Di Gopay Coins kami akan banyak berinvestasi agar nantinya menjadi one unified loyality karena sekarang pengguna Gojek dan Tokopedia itu adalah pengguna dari GOTO. Langkah ini akan jadi bentuk investasi kami terhadap produk-produk yang bisa bantu kami percepat misi jadi multi platform users. Jadi dampaknya, semakin banyak pengguna Gopay, maka berdampak percepatan cross-selling platform. Kami akan terus tambah tools-tools pendukungnya,” tutup Andre.
Layanan pesan-antar makanan milik besutan Capital A (sebelumnya bernama AirAsia Group), airasia food, kini melebarkan sayap ke area Jakarta, setelah mengawali perjalanannya di Tangerang pada Maret kemarin. Perluasan ini disebutkan dalam rangka perwujudan komitmen perusahaan untuk menjembatani kebutuhan masyarakat dengan kuliner lintas cita rasa secara praktis.
Country Head airasia Super App Indonesia Delly Nugraha menyampaikan, sebagai bagian dari keluarga Airasia, airasia food menghidupi komitmen untuk menghubungkan setiap orang melalui cara yang berbeda, yaitu dengan lezatnya kuliner lintas cita rasa.
“Lebih dari itu, kami juga ingin memberikan pengalaman eksplorasi kuliner yang super memuaskan dengan mempersembahkan sejumlah promo menarik kepada seluruh masyarakat kota Jakarta. Ke depannya, airasia food akan terus mengupayakan layanan yang terbaik bagi seluruh pengguna dan secara bertahap memperluas jangkauan kami di lebih banyak kota di Indonesia,” ucapnya dalam keterangan resmi, Rabu (20/7).
Delly sendiri didapuk di airasia untuk menangani superapp khusus Indonesia. Kiprahnya di industri digital terbukti mampu mengantarkannya ke posisi terkini yang sudah dijabat sejak Maret 2022. Sebelum di airasia, ia pernah menjadi Country Head Carsome Indonesia, Gojek dengan posisi VP National SMB Key Account, Hutchison 3 Indonesia, dan Indosat Ooredoo.
Sejumlah merchant F&B telah bergabung di airasia food, beberapa namanya adalah Burger Bangor, DCrepes, IKI Bento, Chib-Chib Taiwan Snacks, MangGang, dan lainnya. Pendaftaran merchant sebetulnya telah dibuka sejak Desember 2021 saat pertama kali mengumumkan inisiatif airasia food. Diklaim sejak saat itu, ada ribuan merchant telah mendaftarkan diri.
Untuk mengakses layanan ini, pengguna cukup melalui aplikasi super airasia, aplikasi yang sama dengan untuk membeli tiket pesawat. Sejauh ini, opsi pembayaran yang tersedia adalah kartu debit/kredit, OVO, dan DOKU. Sementara untuk pengantarannya, tersedia pilihan ambil sendiri (self-pick up) atau diantar (delivery now).
Konsumen airasia juga dapat mengonversi airasia points-nya untuk membayar transaksi di layanan pesan-antar ini. Saat ditelusuri lebih lanjut oleh DailySocial.id, perusahaan memanfaatkan kemitraan dengan Go-Send untuk pengantarannya. Selain dibebankan ongkos kirim, juga terdapat platform fee yang harus dibayarkan konsumen.
Selayak perusahaan lainnya yang meluncurkan layanan baru, airasia juga menyodorkan gimmick marketing dengan potongan diskon untuk dalam rangka akuisisi pengguna.
Sebagai catatan, airasia food merupakan inisiatif digital dari Capital A yang membawahi 16 produk dan layanan di aplikasi super airasia. Di dalamnya, tidak hanya menyediakan penerbangan dan perjalanan, tetapi juga kebutuhan gaya hidup sehari-hari, mulai dari makanan, ritel dan e-commerce, layanan pengiriman same-day, ride hailing, dan banyak lagi.
Sejauh ini solusi yang sudah hadir di Indonesia, baru airasia money, food, e-commerce, dan explore. Dalam menyediakan solusi tersebut, perusahaan bekerja sama dengan mitra. Misalnya, PasarPolis (insurtech), Bareksa (e-investing), Rumah Zakat (lembaga sosial), dan Wise (remitansi) untuk airasia money. Kemudian, bersama TrueID untuk menyediakan konten streaming audio, video, dan artikel dengan tema travel, food, dan lifestyle yang dapat diakses secara gratis.
Potensi layanan pesan-antar
Indonesia merupakan pasar terbesar bisnis pesan-antar makanan di Asia Tenggara. Data yang dirilis Momentum Works menyebutkan, total gross merchandise value (GMV) layanan ini mencapai $4,6 miliar atau sekitar Rp65,3 triliun. Di bawah Indonesia, pasar terbesar selanjutnya adalah Thailand dan Singapura yang mencapai $4 miliar dan $2,9 miliar. Dari segi penggunaan aplikasi, pangsa pasar GrabFood adalah yang terbesar dengan GMV mencapai US$7,6 miliar. Angka ini melampaui FoodPanda $3,4 miliar dan Gojek $2 miliar.
Secara umum, Momentum Works menjelaskan terdapat lonjakan signifikan pada layanan pesan-antar makanan terlihat dari total GMV di Asia Tenggara sebesar $15,5 miliar pada 2021. Angka itu naik 30% dari tahun sebelumnya. Sementara, pada 2020 terjadi kenaikan yang lebih rendah, yakni sebesar 18,3%.
“2020 melihat pertumbuhan yang signifikan dalam permintaan layanan pengiriman makanan. Lonjakan volume berlanjut hingga tahun 2021,” jelas Momentum Works dalam laporan yang berjudul Food Delivery Platforms in Southeast Asia (SEA) Januari 2022.