Tag Archives: foodstory

Startup digitalisasi UMKM kuliner Wahyoo mengonfirmasi telah mengakuisisi startup cloud kitchen Foodstory seluruh tim sudah bergabung ke Wahyoo

Wahyoo Dikabarkan Akuisisi Startup Cloud Kitchen Foodstory

Startup digitalisasi UMKM kuliner Wahyoo dikabarkan telah mengakuisisi startup cloud kitchen Foodstory. Tidak disebutkan nominal transaksi dalam kesepakatan tersebut. Langkah strategis ini dipilih dalam rangka mendukung ambisi Wahyoo yang ingin menyeriusi jaringan cloud kitchen “Wahyoo Kitchen Partner”.

“Semua tim Foodstory sekarang sudah bantu Wahyoo dan brand Foodstory sudah jadi brand-nya Wahyoo,” jelas sumber terpercaya DailySocial.id saat dimintai konfirmasi lebih lanjut, Selasa (28/2).

Konsep Foodstory beririsan dengan Wahyoo. Startup yang didirikan oleh Dennish Tjandra dan Charles Kwok ini mengusung konsep multi-brand F&B group yang membuat, membangun, dan mengoperasikan beberapa brand in-house dalam satu dapur. Mirip dengan yang dilakukan oleh Hangry.

Sejak beroperasi di 2021, terhitung ada tujuh brand di bawah Foodstory, yakni Gaaram, Lahab Chicken, Chicken Pao, Bowlgogi, Aidon, Soto Legenda, dan Gaembull. Lokasinya diklaim tersebar di lebih dari 50 titik di sekitar Jakarta, Tangerang, Bogor, dan lainnya.

Dalam mengembangkan brand baru dan mendukung industri kuliner yang potensial, pada tahun lalu perusahaan mengumumkan pemberian dana investasi, dukungan ekosistem dan tim berpengalaman untuk membantu mereka tetap bertumbuh. Brand Gaaram adalah salah satu realisasinya.

Wahyoo Kitchen Partner

Adapun Wahyoo sendiri sejak November 2022 sudah menyampaikan ambisinya dalam membangun jaringan cloud kitchen sebagai mesin pertumbuhan baru bagi perusahaan. Perusahaan memanfaatkan jaringan kuliner (mitra UMKM kuliner) yang sudah ada ditambah dengan infrastruktur teknologi perusahaan yang sudah mumpuni.

Konsep cloud kitchen yang diadopsi Wahyoo sedikit berbeda dengan kebanyakan dan menjadi nilai lebih. Perusahaan sudah membangun kemitraan dengan UMKM kuliner yang selama ini telah menjadi bagian dari perusahaan. Mitra UMKM kuliner di Wahyoo bisa memaksimalkan potensi dari dapurnya dan karyawan yang sudah ada, selama tetap memenuhi standar dalam hal kebersihan dan kualitas memasak. Tercatat ada 250 restoran kecil dari 27 ribu mitra Wahyoo yang telah bergabung dengan Wahyoo Kitchen Partners ini.

“Khusus kami, ingin bantu UMKM kuliner yang sudah ada di jaringan kami sehingga enggak ada lagi modal tambahan yang harus mereka keluarkan karena dapur dan karyawan sudah ada. Sebab kami ini sharing economy, jadi prinsipnya kami sangat ingin memajukan UMKM,” terang Co-founder dan CEO Wahyoo Peter Shearer.

Sejauh ini Wahyoo, lewat unit Tajir Group, telah mengoperasikan empat merek makanan label privat, yakni Bebek Goreng Bikin Tajir, Ayam Paduka, Bakso Bikin Tajir, dan Senang Hatea. Seluruh suplai produk ini sudah berupa pre-cook agar tidak lama diolah oleh mitra. Alhasil, proses masak jadi lebih ringkas, maksimal lima menit agar lebih cepat sampai ke rumah konsumen.

Dalam ekspansinya ke bisnis baru ini, Wahyoo telah mendapat tambahan dana segar dalam putaran Seri B sebesar $6,5 juta yang dipimpin oleh Eugene Asia Food Tech Fund-1, kendaraan investasi milik Eugene Investement & Securities dan NH Absolute Return Partners dari Korea Selatan. Investor lainnya yang berpartisipasi, di antaranya Global Brains dan Trinity Optima Plus (TOP+).

Application Information Will Show Up Here
Foodstory

Ramaikan Industri Cloud Kitchen, Foodstory Usung Konsep “Multi-Brand F&B”

Foodstory meramaikan industri cloud kitchen di Indonesia yang masih memiliki ruang tumbuh besar. Startup ini mulai beroperasi pada Januari 2021, didirikan oleh Dennish Tjandra, eks pendiri startup kecantikan HelloBeauty dan memiliki pengalaman di Rocket Internet; bersama Charles Kwok, seorang serial entrepreneur.

Foodstory mengusung konsep multi-brand F&B group yang membuat, membangun, dan mengoperasikan beberapa brand in-house dalam satu dapur. Ada tiga brand pada saat ini, yakni Chicken Pao, Bowlgogi, dan Lahab Kitchen. Outlet Foodstory melayani take-away, delivery, serta beberapa lokasi dine-in untuk meningkatkan engagement ke konsumen. Hangry menjadi startup terdekat yang memiliki konsep serupa dengan Foodstory.

Kepada DailySocial, Co-Founder Foodstory Dennish Tjandra menceritakan bahwa startup barunya didirikan karena dirinya dan Charles memiliki kesamaan hobi, yakni menyukai makanan. Mereka berdua sama-sama pernah menekuni usaha F&B sebelum akhirnya bertemu pada akhir kuartal tiga tahun lalu, untuk membicarakan kondisi masing-masing yang terdampak dari pandemi.

“Lalu kami sama-sama melihat adanya peluang di industri makanan mengingat perubahan perilaku konsumen terhadap pemesanan makanan online setelah adanya pandemi. Lalu tercetuslah ide mengenai Foodstory ini,” terangnya, Selasa (7/7).

Meski konsepnya bukan barang baru, sambungnya, namun Foodstory tidak memiliki food production house sendiri. Perusahaan bekerja sama dengan mitra yang bertugas untuk mengirimkan pre-cooked meals ke outlet Foodstory. Dengan cara ini, setiap outlet tidak perlu memiliki chef karena hanya perlu memasak untuk assembly dan finishing saja sesuai pesanan.

“Jadi seperti ‘doorship’ makanan, sehingga secara operasional dan biaya kami bisa lebih efektif dan efisien, serta yang paling penting, lebih konsisten.”

Sumber: Foodstory

Untuk pengembangan menu dan brand F&B lainnya, Foodstory bekerja sama dengan mitra food production house tersebut. Pemilik dari food production house ini termasuk salah satu pemegang saham di Foodstory. “Untuk brand dan menu-menunya kita combine antara makanan-makanan yang long last dengan tren. Contoh, fried chicken atau crispy chicken ‘kan dari zaman dulu sudah ada, cuma kita padukan dengan tren sekarang.”

Saat ini Foodstory sedang menuju delapan outlet yang tersebar di sekitar Jakarta dan Tangerang, di antaranya Sawah Besar, Pluit, Puri, Kramat Pulo, Cengkareng, Cipete, Gading Seerpong, dan Alam Sutera. Perusahaan menargetkan pada tahun ini dapat menambah kehadiran di 50 lokasi baru, mulai masuk ke Jabodetabek, Surabaya, Bandung, dan kota-kota potensial lainnya.

Perusahaan memanfaatkan kehadiran pemain online food delivery, seperti GoFood, GrabFood, Traveloka Eats, dan ShopeeFood untuk memasarkan produknya.

Sumber: Foodstory

Persiapan penggalangan dana tahap awal

Dennish menyebut pada Mei kemarin, perusahaan telah mengantongi pendanaan pre-Seed senilai $200 ribu (sekitar 2,8 miliar Rupiah) dari PT Gamma Persada Solusindo, perusahaan distribusi produk IT. Dana tersebut digunakan untuk membenahi fundamental operasional dan sistem, merekrut tim, membangun tiga brand, dan membuka cabang awal untuk menguji kesiapan sistem untuk scaling ke depannya.

Penggalangan ini membuka kesempatan perusahaan untuk masuk ke tahap lanjutan agar dapat tumbuh lebih ekspansif. Ia mengatakan saat ini Foodstory sedang proses penggalangan tahap awal, yang mana 90% dana tersebut akan digunakan untuk kegiatan marketing, branding, dan ekspansi ke 50 lokasi baru.

“Target jangka panjang kami tidak hanya ingin menjadi bagian dari cerita makanan Indonesia, namun kami juga punya target untuk bisa jadi bagian dari cerita makanan masyarakat global. Layaknya brand-brand F&B global yang kita kenal selama ini. Seperti nama grup kami, Foodstory ingin jadi bagian dari cerita makanan semua orang, dimulai dari perjalanan kecil saat ini,” tutupnya.