Epic Games mengumumkan bahwa mereka telah mengakuisisi Harmonix. Buat yang tidak tahu, Harmonix merupakan developer di balik seri rhythm game populer Rock Band dan Dance Central. Mereka juga bertanggung jawab atas pengembangan Guitar Hero orisinal yang dirilis di tahun 2005 untuk PlayStation 2.
Nilai akuisisinya tidak disebutkan, dan baik Harmonix maupun Epic juga belum mau menyingkap rencana ke depan mereka secara spesifik. Satu hal yang pasti, Harmonix akan berkolaborasi dengan Epic untuk mengembangkan “musical journeys and gameplay” buat Fortnite. Menurut Epic sendiri, ini merupakan bagian dari langkah awal mereka dalam membangun metaverse.
Co-Founder and Chairman Harmonix, Alex Rigopulos, mengatakan: “Bersama-sama kami akan mendorong batasan kreatif dari apa yang mungkin dan menemukan cara baru bagi pemain kami untuk membuat, membawakan, dan membagikan musik.”
Musik di Fortnite bukanlah suatu hal baru. Sejak tahun lalu, Fortnite sudah beberapa kali dijadikan venue untuk konser virtual dari musisi-musisi ternama macam Marshmello, Travis Scott, dan Ariana Grande. Oktober kemarin, Fortnite juga menggelar festival musik bertajuk Soundwave Series yang melibatkan musisi-musisi dari berbagai belahan negara.
“Musik telah menyatukan jutaan orang di Fortnite, dari emote sampai konser dan event global kami,” ucap Alain Tascan, Vice President of Game Development at Epic Games, dalam sebuah siaran pers. “Bersama dengan tim Harmonix kami akan mengubah cara pemain menikmati musik, dari yang tadinya pendengar pasif menjadi partisipan aktif,” imbuhnya.
Buat Harmonix sendiri, mereka memastikan bahwa akuisisi ini tidak akan mempengaruhi komitmen mereka terhadap game-game bikinan mereka sendiri. Konten DLC untuk Rock Band 4 masih akan tetap digarap, dan event di Fuser pun masih akan terus berlanjut. Semua game besutan Harmonix juga masih akan tetap tersedia di Steam maupun console.
Definisi metaverse sejauh ini bisa dibilang masih agak abu-abu, akan tetapi itu tidak mencegah banyak perusahaan besar mengejar tren tersebut. Mulai dari Facebook Meta, Microsoft, sampai Niantic, semua punya visinya sendiri-sendiri akan konsep metaverse yang ideal.
Satu hal yang pasti, metaverse bakal banyak dilibatkan di dunia gaming. Seperti yang kita tahu, gaming memang kerap menjadi lahan percobaan untuk banyak teknologi baru, dan pola tersebut pun juga bakal berlaku untuk metaverse.
Beberapa game yang ada saat ini, seperti misalnya Fortnite, Minecraft, Roblox, atau Second Life bahkan juga sudah bisa kita anggap sebagai iterasi awal metaverse, dan masing-masing bakal terus berevolusi ke depannya. Ini bukan pendapat saya pribadi, melainkan pemikiran dari Jesse Powell, co-founder sekaligus CEO dari Kraken, salah satu marketplace crypto tertua yang sudah eksis sejak tahun 2011.
Dalam wawancaranya bersama Yahoo Finance, Jesse menyamakan metaverse dengan dunia virtual yang sudah bisa kita temukan di berbagai game online populer, mulai dari Second Life, World of Warcraft, sampai Runescape.
Menurutnya, orang-orang yang sempat memainkan deretan game tersebut kini tertarik dengan tren metaverse salah satunya karena ide akan kemudahan memindah-mindah barang virtual, token virtual, pakaian virtual, atau apapun itu, di antara platform yang berbeda-beda. Di situlah NFT dan cryptocurrency jadi bakal banyak berperan.
Ditanya mengenai faktor yang mendorong peningkatan popularitas NFT belakangan ini, Jesse bilang salah satu alasannya adalah keakraban generasi muda dengan tren membeli barang-barang virtual, seperti membeli skin di game online misalnya. Lagi-lagi game yang jadi pemicunya.
Poin terakhir yang tak kalah menarik adalah, Jesse percaya ke depannya tidak akan ada satu metaverse saja. Atau dengan kata lain, tidak akan ada satu perusahaan saja yang memonopoli bidang ini. Sekali lagi, platform-nya boleh berbeda-beda, akan tetapi ada blockchain yang bakal menjembatani satu sama lain.
Perseteruan antara Epic melawan Apple menjadi salah satu perseteruan terbesar di dalam industri game. Berawal dari Epic yang tidak terima atas aturan Apple yang melarang para pemain Fortnite melakukan transaksi di luar App Store, berujung dengan tuntutan terhadap Apple karena ditariknya game Fortnite dari Apple App Store.
Setelah kurang lebih satu tahun bergulat di meja hijau, dengan munculnya berbagai informasi yang terkuak dari industri game dan terseretnya berbagai pihak ke dalam persidangan Epic melawan Apple ini, akhirnya hakim mengeluarkan hasil persidangan.
Hakim Yvonne Gonzales Rogres akhirnya mengeluarkan putusan akhir yang menyatakan bahwa Apple tidak bisa lagi melarang para pengembang mengarahkan penggunanya untuk menggunakan pembayaran pihak ketiga. Putusan tersebut merupakan pukulan besar bagi kebijakan pembayaran eksklusif oleh App Store yang berusaha dibela selama setahun ini.
Hal tersebut berarti, dalam kurun waktu paling lambat 90 hari ke depan, Apple harus membebaskan aplikasi-aplikasi yang ada di dalam App Store untuk menggunakan metode pembayarannya masing-masing yang mungkin tidak akan terkena potongan dari Apple. Hasil ini dianggap menjadi kemenangan terhadap industri game khususnya kepada para developer dan publisher game yang mengedarkan aplikasinya lewat App Store.
Namun di sisi lain, Apple juga memenangkan perkara tentang tuduhan Apple sebagai perusahaan yang memonopoli pasar. Hakim menganggap bahwa capaian Apple merupakan sebuah kesuksesan dan hal tersebut tidak ilegal.
Pada akhirnya Epic diwajibkan harus membayar kerugian kepada Apple sebesar $12 juta atau sekitar Rp168 miliar karena Epic Games dianggap telah melanggar kontrak kerja sama dengan App Store dengan memberikan metode pembayaran piihak ketiga.
Today’s ruling isn’t a win for developers or for consumers. Epic is fighting for fair competition among in-app payment methods and app stores for a billion consumers. https://t.co/cGTBxThnsP
Usai persidangan panjang tersebut bos dari Epic Games, Tim Sweeney juga mengeluarkan pendapatnya tentang hasil persidangan dengan menyebut bahwa putusan tersebut bukan menjadi kemenangan bagi para developer dan konsumen. Dirinya menyebut bahwa Epic Games memperjuangkan hak miliaran konsumen untuk mendapatkan keadilan untuk urusan metode pembayaran di dalam aplikasi.
Tim juga mengatakan bahwa Fortnite akan kembali ke App Store ketika Epic diperbolehkan memberikan pilihan metode pembayaran milik mereka demi kompetisi yang adil terhadap metode pembayaran yang dibuat oleh Apple. Namun pengadilan memberikan kuasa penuh untuk masalah pengembalian Fortnite ke dalam App Store kepada Apple.
Game battle royale milik Epic Games, Fortnite memang cukup gila-gilaan saat mereka memasuki musim ketujuhnya bulan Juni lalu. Dengan tema serangan alien ke dalam dunia Fortnite, Epic juga menyertakan berbagai macam hal mulai dari mode game baru, kosmetik baru, skin baru, dan berbagai karakter baru yang menarik.
Dari semua hal yang masuk ke dalam update besar tersebut, yang paling mencuri perhatian yaitu kehadiran skin karakter Superman dan juga Rick Sanchez dari serial kartun Rick and Morty. Apalagi Rick memang menjadi karakter yang memang telah lama diinginkan kehadirannya oleh fans.
Meskipun begitu, para fans ternyata masih belum puas karena sang ponakan yang selalu menemani Rick berpetualang, Morty tidak ikut masuk ke dalam battle passyang diumumkan. Namun kekhawatiran para fans kelihatannya akan segera berakhir, berkat data miner HYPEX yang menemukan skin Morty di dalam file game-nya.
Skin untuk Morty ini bisa dibilang cukup unik karena ia tampil dengan menggunakan sebuah exosuit. Ya, dalam Fortnite, hal tersebut harus dilakukan untuk menyesuaikan hitbox yang dibutuhkan karena karakter Morty yang asli akan terlalu kecil dan akan membuat karakter tersebut lebih sulit ditembak.
Bila skin Morty ini masih kurang menarik, maka para pemain mungkin akan tertarik dengan skin berikutnya yang didapatkan oleh HYPEX dan NotOfficer yaitu skin dari aktor terkenal Will Smith. Khususnya Will Smith yang tampil sebagai karakter di Bad Boys yaitu Mike Lowrey.
HYPEX bahkan mengatakan bahwa ada kemungkinan skin Bad Boys ini bukanlah satu-satunya skin yang akan didapatkan oleh Will Smith. Dikatakan juga akan ada skin karakter Agent J dari film Men in Black yang tidak ikut ditampilkan dalam bocorannya.
Sayangnya, meskipun skin-skin di atas terlihat sangat menarik. Terutama bagi mereka yang menyukai Rick and Morty maupun Will Smith, belum ada kepastian kapan Epic akan merilis skin-skin di atas. Apalagi bila melihat ke belakang, Epic dapat sewaktu-waktu berubah pikiran untuk merilis skin-skin yang telah mereka buat meskipun sudah bocor sekalipun.
Yang bisa Anda lakukan sekarang hanyalah berharap agar Epic segera memberikan pengumuman resmi terhadap skin-skin di atas.
Perseturuan antara Epic Games melawan Apple dan Google tentunya menjadi salah satu kasus paling gempar di industri video game. Karena memang keduanya mempertaruhkan jumlah uang yang sangat besar bila menang nantinya.
Bila Epic menang, Apple dan juga Google tentu harus mematuhi tuntutan untuk menurunkan persentase potongan toko online mereka yang akan mempengaruhi perputaran uang dalam skala masif. Begitu juga sebaliknya karena Epic Games telah mengeluarkan dana yang tidak sedikit ke dalam gugatan ini.
Namun dari dokumen terbaru yang diungkap dalam kasus ini menunjukkan bahwa sebelumnya Google sempat berkeinginan untuk membeli sebagian atau bahkan seluruh perusahaan Epic Games. Keinginan tersebut tentu untuk mengeliminasi Epic Games yang memang berpotensi menjadi ancaman bagi Google.
This was unbeknownst to us at the time, and because of the court’s protective order we’re just finding out now about Google’s consideration of buying Epic to shut down our efforts to compete with Google Play.https://t.co/HSS1edUrQm
CEO Epic, Tim Sweeney bahkan mengekspresikan rasa terkejutnya terhadap dokumen yang baru dibuka tersebut. Dirinya bahkan membuat cuitan di akun Twitter-nya yang menunjukkan bahwa mereka tidak mengetahui rencana tersebut sebelum pihak pengadilan membeberkannya.
Dikutip dari dokumen tersebut, dituliskan bahwa Google telah melangkah jauh bahkan hingga mau membagi keuntungan monopolinya degan mitra bisnisnya untuk mengamankan kesepakatan menghindari hukuman dari undang-undang persaingan usaha.
Google juga disebut telah memiliki beberapa projek internal untuk mengatasi upaya Epic dan pihak lainnya yang berusaha untuk memberikan konsumen dan para pengembang tempat alternatif yang kompetitif — yang berbuntut pada pertimbangan untuk membeli Epic Games.
Dokumen tersebut juga mengklaim bahwa seorang Manajer Senior Google Play telah membuat beberapa tawaran kepada Epic dengan membuat “kesepakatan khusus” untuk Fortnite. Namun pihak Epic menolah tawaran Google tersebut yang kemudian membuat Epic mengarahkan para pemain Fortnite mengunduh lewat website mereka dan persetujuan distribusi eksklusif dengan Samsung.
Keputusan berani Epic tersebut membuat Google cukup panas karena Google kemudian mengeluarkan pernyataan bahwa praktek ‘direct download‘ yang dilakukan oleh Epic sebenarnya buruk dan merupakan pengalaman yang mengerikan. Google juga mulai membagikan berbagai statistik mengenai aplikasi-aplikasi palsu yang tertangkap oleh Google karena diunduh di luar Google Play Store.
Kasus antara Epic Games melawan Apple dan Google ini memang sudah berlangsung hampir satu tahun dan telah membeberkan banyak rahasia yang ada di dalam industri video games. Status kasusnya sendiri kini tengah menunggu hasil dari pengadilan.
Game battle-royale milik Epic Games, Fornite memang telah membuktikan bahwa mereka bukan hanya sekadar game namun juga sebuah layanan hiburan. Bagaimana tidak, selain sebagai wadah untuk bermain game, Fortnite kini sudah dianggap sebagai tempat untuk bersosialisasi dan bahkan menikmati hiburan lain seperti konser musik.
Sebelumnya Fortnite telah berhasil menggelar beberapa konser seperti Marshmallow dan juga rapper Travis Scott yang ternyata disukai oleh para pemain karena memberikan sebuah pengalaman yang berbeda saat menonton konser virtual. Sisi interaktif dari sebuah video game yang ditawarkan Fortnite memang menjadi pengalaman baru.
Konser yang disebut Rift Tour ini akan berlangsung pada 6 Agustus 2021 mendatang pada pukul 6 sore waktu Amerika (Tanggal 7 Agustus pukul 5 pagi WIB). Akan ada 5 kali konser yang akan dipertunjukkan pada event yang akan berlangsung hingga 8 Agustus tersebut.
Untuk konsernya, para pemain bisa berkaca pada konser virtual Travis Scott di Fortnite tahun lalu. Para pemain akan masuk ke dalam arena bersama teman-temannya dan menikmati berbagai lagu dari Ariana Grande yang akan mempengaruhi elemen-elemen di dalam game-nya.
Ketika waktu konser utamanya tiba, para pemain akan melakukan perjalanan bersama-sama pemain lainnya menuju dunia yang akan menggabungkan dunia Fortnite dan Ariana.
Seperti biasa selain konser virtual tersebut, Epic juga akan menjual skin berbasis Ariana Grande yang akan masuk dalam koleksi “Icon Series”. Selain skin, akan ada juga aksesoris seperti Piggy Smallz Back Bling. Berita baiknya para pemain yang menonton langsung Rift Tour tersebut akan dihadiahi item payung cantik Cuddly Cloudcruiser.
Konser Rift Tour yang diadakan oleh Fortnite memang terus mendulang sukses besar. Seperti konser sebelumnya yang mendatangkan Marshmello pada Februari 2019 berhasil mengumpulkan hingga 10 juta pemain. Dan konser Travis Scott pada April 2020 mampu menghadirkan hingga 12 juta pemain.
Dengan posisinya sekarang, Epic Games tentu cukup percaya diri untuk mendatangkan mega bintang seperti Ariana Grande ke dalam Fortnite. Dengan popularitasnya sebagai diva, Ariana tentu diharapkan akan mendatangkan lebih banyak pemain.
Fortnite merupakan game Battle Royale ternama besutan Epic Games. Game ini dikenal dengan gameplay building-nya yang unik serta kolaborasinya dengan beberapa film, komik, kartun, maupun artis. Beberapa artis ternama yang sudah pernah menjelajahi dunia Fornite meliputi Marshmellow, Neymar, LeBron James, dan banyak lagi. Menariknya, saat ini Epic Games mengumumkan sebuah kolaborasi yang terbilang tidak biasa untuk Fortnite.
Get ready to feel the thrill of the ride 🏎️
Buckle up and get ready to experience @Ferrari‘s new 296 GTB on the Island.
Learn all about this new vehicle and new Ferrari-inspired cosmetics coming to the Shop in our latest blog!
Pada 21 Juli, Epic Games secara resmi mengumumkan menggandeng pabrikan mobil super asal Italia, Ferrari, untuk dimasukkan ke dunia Fortnite. Pabrikan supercar yang sudah berumur sekitar 80 tahun ini mendatangkan salah satu mobil terbarunya, Ferrari 296 GTB. Kolaborasi ini telah hadir di game pada tanggal 22 Juli kemarin.
Di dunia nyata, Ferrari 296 GTB dibanderol dengan harga US$330 ribu atau sekitar Rp4,7 milliar. Namun, di Fortnite, Anda bisa mengendarainya secara gratis. Mobil Ferrari ini bisa ditemukan diparkir di kota Believer Beach dan Lazy Lakes. Fortnite juga membuat beberapa event mingguan yang melibatkan Ferrari 296 GTB ini seperti time trial, uji kecepatan tertinggi, dan mengemudi melalui badai di game.
Selain mobil Ferrari 296 GTB, Fortnite juga hadirkan beberapa aksesoris in-game yang bisa dibeli berupa pakaian dan tas ransel. Aksesoris yang dinamakan Road Ready Ferrari Bundle ini berisikan ikon Modena dan kostum balap Maranello, serta tas ransel bernama Ferrari Turbo Back Bling.
Fortnite merilis mobil-mobil yang dapat dikendarai ke dalam mode Battle Royale sekitar 1 tahun lalu pada Chapter 2 Season 3. Namun, semua kendaraan yang ada di Fortnite saat itu, seperti mobil sport, truk, sedan, sampai truk pikap, tidak ada yang didasarkan pada model mobil di dunia nyata. Ini artinya, Ferrari 296 GTB ini merupakan mobil dari dunia nyata pertama di Fortnite.
Beberapa waktu lalu, Fortnite juga mendatangkan beberapa karakter baru dari animasi Rick And Morty. Hal ini diumumkan langsung di akun Twitter resmi Fortnite yang memberikan bocoran konten season 7 melalui teaser singkat yang memperlihatkan sebuah robot yang memegang mentega. Anda dapat membaca lebih lengkap tentang ini, di sini.
Minggu lalu, bertambah lagi jumlah perusahaan non-endemik yang masuk ke dunia esports. Ralph Lauren, merek fashion mewah, baru saja menandatangani kontrak sponsorship dengan G2 Esports. Selain itu, Kaspersky juga memutuskan untuk menjalin kerja sama dengan Fnatic. Pada minggu lalu, ONE Esports juga resmi menjadi rekan media dari liga League of Legends Tiongkok (LPL).
Jajaki Esports, Ralph Lauren Sponsori G2 Esports
Organisasi esports asal Eropa, G2 Esports, baru saja mengumumkan kerja sama mereka dengan merek fashion mewah, Ralph Lauren. Sebagai bagian dari kerja sama tersebut, Ralph Lauren dan G2 akan melakukan sejumlah kegiatan brand activations di Twitch dan TikTok. Selain itu, keduanya juga akan saling berkolaborasi dalam mengadakan event dan kampanye global. Ralph Lauren juga akan menyediakan pakaian untuk G2 Esports. Menurut laporan Esports Insider, Martin “Rekkles” Larsson, pemain League of Legends dari G2, juga akan disertakan dalam Wimbledom Campaign dari Ralph Lauren.
Manchester City Esports Cari Pemain Fortnite
Manchester City Esports sedang mencari pemain Fortnite profesional. Salah satu syarat untuk mendaftarkan diri adalah berumur setidaknya 16 tahun. Pemain yang tertarik bisa mendaftarkan diri di sini dengan menyertakan video kompilasi permainan Fortnite selama maksimal dua menit. Keputusan Manchester City untuk mencari pemain Fortnite menunjukkan ketertarikan mereka dalam menjajaki skena esports dari game selain game olahraga.
Selama ini, Manchester City selalu fokus pada kegiatan esports dari FIFA. Shaun “Shellzz” Springette, pemain FIFA yang menjadi perwakilan dari Manchester City, berhasil memenangkan ePremier League 2020/21 setelah mengalahkan perwakilan Leeds United, Olle “Ollelito” Arbin, seperti yang disebutkan oleh NME.
ONE Esports Jadi Rekan Media dari LPL
ONE Esports kini menjadi rekan media resmi dari League of Legends Pro League (LPL). Di LinkedIn, ONE Esports menyebutkan, sebagai rekan media resmi, mereka akan membuat berita terkait LPL 2021 Summer Split untuk pembaca di luar Tiongkok. ONE Esports merupakan anak perusahaan dari ONE Championship asal Singapura. Belum lama ini, mereka dikenal karena menjadi penyelenggara dari turnamen Dota 2 Singapore Major yang diadakan pada Maret 2021. Turnamen tersebut merupakan turnamen Dota 2 offline pertama di luar Tiongkok setelah pandemi, lapor The Esports Observer.
Fnatic Jalin Kerja Sama dengan Kaspersky
Fnatic baru saja menandatangani kontrak kerja sama dengan perusahaan cyber security asal Rusia, Kaspersky. Sebagai bagian dari kerja sama tersebut, Fnatic dan Kaspersky akan membuat beberapa kegiatan digital. Selain itu, logo Kaspersky juga akan disematkan di jersey dari Fnatic Rising, tim League of Legends akademi dari Fnatic. Kali ini bukan pertama kalinya Kaspersky bekerja sama dengan organisasi esports. Pada 2018, mereka telah menjalin kerja sama dengan Vodafone Giants.
“Kami senang karena kami dapat bekerja sama dan mendukung salah satu tim esports terbaik di dunia,” kata Andrew Winton, Vice President of Global Marketing, Kaspersky, seperti dikutip dari Esports Insider. “Pada saat yang sama, dari komunitas pemain esports profesional, kami bisa mempelajari cara untuk membuat produk kami semakin menarik di mata gamers.”
GamerzClass Dapat Investasi Sebesar US$2.5 Juta
GamerzClass, platform edukasi esports asal Denmark, baru saja mendapatkan kucuran dana sebesar US$2,5 juta. Ronde pendanaan tahap awal ini dipimpim oleh sekelompok angel investor, termasuk ByFounders, mantan General Partner dari Index Ventures Ben Holmes, dan pendiri GameAnalytics, Morten Wulf. Dua investor lain yang ikut serta dalam ronde pendanaan tersebut adalah Bumble Ventures dan TrueSight Ventures. Dengan pendanaan kali ini, total investasi yang didapatkan oleh GamerzClass mencapai US$4,2 juta.
Sebagai platform edukasi esports, GamerzClass membuat konten tentang sejumlah game esports, termasuk League of Legends, Counter-Strike: Global Offensive, Dota 2, dan FIFA. Untuk itu, mereka bekerja sama dengan beberapa organisasi esports ternama, seperti Fnatic, Team Liquid, Schalke 04, dan Alliance. GamerzClass menggunakan sistem monetisasi berlangganan. Dengan kucuran dana ini, mereka akan menambah jumlah tim produksi konten mereka, menurut laporan The Esports Observer.
Kesuksesan Unreal Engine dan juga popularitas Fortnite memang membawa Epic Games menjadi salah satu raksasa baru dalam industri video game. Hal ini tentu dirasakan juga oleh sang CEO Tim Sweeney yang kini menjadi semakin berani untuk memperjuangkan produk-produknya.
Sebelumnya, industri video game dikejutkan dengan perseteruan antara Epic Games melawan Apple yang berlanjut ke meja hijau. Ketika perkara dengan Apple masih menunggu keputusan pengadilan, Tim kelihatannya mengalihkan perhatiannya kepada Google.
Hal ini dilakukan oleh Tim lewat cuitannya di Twitter yang mengutip berita tentang Google melakukan instalasi otomatis aplikasi pelacakan kontak (untuk COVID-19) pada smartphone tanpa seizin penggunanya yang berada di Amerika Serikat.
Google Play desperately needs competition. Blocking popular apps like Fortnite against users’ wishes, while force-installing government apps without users’ consent. It’s a business with a rotten soul. https://t.co/KGXqOSywWP
Seperti yang terjadi sebelumnya dengan Apple, Tim langsung menyerang Google dengan menyebut bahwa para pengguna yang malang diblokir untuk memasang Fortnite lewat Google Play Store. Namun Google malah memasang aplikasi tanpa persetujuan penggunanya.
Tim bahkan menyebut apa yang dilakukan Google tersebut sebagai ‘bisnis tanpa etika’. Cuitan ini pun mendapat dukungan dari para pengikut Tim yang bahkan mendorong sang CEO untuk membuat mobile store mereka sendiri.
Dalam cuitan-cuitan setelahnya, Tim Sweeney juga masih menyerang baik Apple maupun Google. Namun uniknya, ia memberikan apresiasi terhadap Microsoft terutama pada kehadiran Windows 11 dengan mengatakan bahwa “versi 2021 dari Microsoft adalah versi terbaik dari Microsoft yang pernah ada.”
The 2021 version of Microsoft is the best version of Microsoft ever! https://t.co/RTpFHpWazG
Meskipun tidak menyinggungnya secara langsung, kelihatannya Sweeney memuji Microsoft atas keputusan untuk memperbolehkan para pengembang di store-nya dapat menggunakan sistem pembayaran sendiri dan menyimpan 100% pendapatannya.
Apakah selain untuk menyerang raksasa Google, cuitan-cuitan dari Tim Sweeney ini juga mengindikasikan bahwa mereka tidak akan bekerja sama untuk pasar mobile? Apalagi di cuitannya yang lain, ia me-retweet informasi bahwa Windows 11 akan mendukung aplikasi Android.
Ataukah cuitan ini akan berakhir juga sebagai tuntutan kepada Google ke jalur hukum oleh Epic Games? Apalagi dengan posisinya sekarang, Tim dengan Epic Games memang telah mampu melawan raksasa teknologi yang dianggap merugikan mereka.
Minggu lalu, MSI mengumumkan bahwa mereka akan mengadakan turnamen VALORANT di tingkat universitas untuk kawasan Asia Tenggara. Sementara Razer mensponsori turnamen Wild Rift di kawasan Brasil. Epic Games juga telah memberikan informasi tentang turnamen Fortnite Champion Series, yang akan mencakup tujuh region.
MSI Gelar Turnamen VALORANT di Asia Tenggara
MSI mengumumkan keberadaan program MGA Collegiate, turnamen VALORANT di tingkat universitas, untuk kawasan Asia Tenggara. Program tersebut mencakup Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Dengan program ini, MSI berharap, pemain VALORANT di tingkat universitas akan bisa ikut aktif berpartisipasi dalam turnamen esports dari game FPS buatan Riot Games tersebut.
Untuk mengadakan program MGA Collegiate, MSI bekerja sama dengan ESL Gaming, TheGaming Company, One Up Esports, Riot Games, dan VNG. Turnamen VALORANT ini akan diselenggarakan mulai dari Juli sampai November 2021. MSI menyebutkan, program MGA Collegiate akan berlangsung selama dua season dan mereka akan berusaha untuk menyesuaikan jadwal tanding dengan jadwal kuliah di masing-masing negara, lapor The Esports Observer.
Power League Gaming Pamerkan Studio Seluas 10 Ribu Kaki
Power League Gaming, perusahaan game dan esports asal Dubai, baru saja menunjukkan studio baru mereka. Studio seluas 10 ribu kaki itu akan digunakan untuk menyelenggarakan siaran langsung dari turnamen esports serta memproduksi konten game dan esports di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Studio itu dilengkapi dengan peralatan untuk memproduksi konten 360 derajat serta infrastruktur IT dan hardware berkualitas tinggi.
Tak hanya itu, studio tersebut juga dilengkapi dengan kafe. Jadi, penonton bisa menonton events esports secara langsung. Matthew Pickering, CEO Power League mengatakan, studio PLG telah digunakan untuk menyiarkan turnamen PUBG Mobile KFC MENA Cup dan kompetisi FIFA, Adidas Elite 32. Selain itu, studio tersebut juga telah dimanfaatkan untuk membuat konten bagi merek-merek besar seperti Lenovo dan NAMSHI, lapor Esports Insider.
Didukung oleh Razer, Turnamen Wild Rift di Brasil Digelar
Immortals Gaming Club (IGC) mengumumkan bahwa mereka akan menyelenggarakan turnamen League of Legends: Wild Rift melalui platform gaming mereka, Gamers Club. Mereka juga mengungkap, turnamen yang dinamai Conquest ini disponsori oleh perusahaan pembuat aksesori gaming, Razer. Menawarkan total hadiah sebesar 15 ribu Real Brasil atau sekitar Rp42 juta, turnamen Wild Rift ini akan terdiri dari 3 stage dan 2 babak kualifikasi. Menggunakan open format, babak kualifikasi akan mengadu 128 tim.
Selain turnamen Wild Rift, IGC juga mengadakan turnamen League of Legends dan VALORANT. Kedua turnamen ini juga didukung oleh Razer. IGC menyebutkan, alasan mereka mengadakan tiga turnamen tersebut adalah untuk mendekatkan diri dengan komunitas gamers dari game-game buatan Riot, menurut laporan Esports Insider.
Berhadiah US$3 Juta, Fortnite Champion Series Siap Digelar
Epic Games menawarkan total hadiah sebesar US$3 juta untuk Fortnite Champion Series (FNCS). Kompetisi FNCS akan digelar di tujuh kawasan, yaitu Asia, Brasil, Eropa, Oceania, Timur Tengah, dan Amerika Utara yang terbagi menjadi dua bagian: Barat dan Timur. Babak kualifikasi untuk kawasan Timur Tengah akan dimulai pada 29 Juni 2021. Sementara babak kualifikasi untuk enam region lainnya akan dimulai pada 30 Juni 2021. Sebelum FNCS, Fortnite Champions Series All-Star Showdown akan diselenggarakan pada 23-26 Juni 2021. Menurut laporan Reuters, kompetisi mingguan di Fortnite juga masih akan tetap digelar, termasuk Trips Cash Cups, Hype Cups, Solo Cash Cups, dan turnamen LTM.
Jerman Mudahkan Proses Visa untuk Peserta dari Enam Kompetisi Esports
Kementerian Tenaga Kerja dan Sosial Jerman baru saja mengumumkan enam liga dan turnamen esports yang pesertanya akan mendapatkan kemudahan dalam mengurus visa.
Berikut enam liga dan turnamen tersebut:
– 99Damage Liga, Freaks 4U Gaming
– ESL One Germany, ESL Gaming
– ESL Meisterschaft, ESL Gaming
– Intel Extreme Masters Cologne, ESL Gaming
– League of Legends European Championship (LEC), Riot Games
– League of Legends Prime League Pro Division, Riot Games
Untuk mendapatkan kemudahan dalam mengurus visa Jerman, peserta dari enam kompetisi di atas harus memenuhi tiga persyaratan. Pertama, mereka telah berumur setidaknya 16 tahun. Kedua, gaji mereka setidaknya mencapai 50% dari batas atas biaya pensiun Jerman, atau sekitar EUR3.550 per bulan untuk Jerman Barat dan EUR3.350 per bulan untuk Jerman Timur. Persyaratan terakhir adalah peserta harus mengonfirmasi bahwa kapasitas mereka sebagai pemain profesional dan pernyataan bahwa partisipasi mereka dalam turnamen memang punya peran penting di level nasional atau internasional, menurut laporan The Esports Observer.