Tag Archives: fortnite world cup

10 Tim Esports dengan Hadiah Kemenangan Terbesar Pada 2019

Sepanjang 2019, ada setidaknya 4.490 turnamen esports yang menawarkan total hadiah sebesar US$211 juta (Rp2,9 triliun). Fortnite menjadi salah satu game yang mendorong pertumbuhan ekosistem esports. Epic Games mengeluarkan US$79 juta (Rp1,1 triliun) untuk mengembangkan ekosistem esports game buatannya. Selain itu, total hadiah The International 2019, turnamen Dota 2 paling bergengsi, juga kembali naik dari tahun lalu. Dengan total hadiah US$34 juta (Rp472,6 miliar), The International 2019 menjadi turnamen esports dengan hadiah terbesar, setidaknya saat ini. Inilah 10 tim esports dengan hadiah kemenangan terbesar sepanjang 2019, menurut The Esports Observer.

1. OG, total hadiah US$15,84 juta (Rp220 miliar)
OG menjadi tim dengan hadiah kemenangan terbesar berkat memenangkan The International 2019. Dari turnamen itu saja, mereka membawa pulang US$15,8 juta (Rp219,6 miliar) dan anggota OG menjadi pemain esports dengan pendapatan terbesar. Pada tahun lalu, mereka juga menjadi tim dengan hadiah kemenangan terbesar. Sepanjang 2018, total hadiah yang mereka menangkan mencapai US$11,46 juta (Rp159,3 miliar). Tahun lalu, mereka juga memenangkan The International.

2. Team Liquid, total hadiah US$9,4 juta (Rp130,7 miliar)
Berbeda dengan OG, yang sebagian besar hadiah kemenangannya berasal dari satu turnamen, Team Liquid berhasil menang di berbagai turnamen game, seperti Dota 2, Counter-Strike: Global Offensive, League of Legends, dan Fortnite. Secara total, tim Dota 2 Liquid berkontribusi US$5,08 juta (Rp70,6 miliar). Mereka membawa pulang US$4,46 juta (Rp62 miliar) setelah menjadi runner up dari TI9.

Sumber: Dot Esports
Sumber: Dot Esports

Sementara tim CS:GO mereka memberikan kontribusi sebesar US$2,31 juta (Rp32,1 miliar). Walau kontribusi tim CS:GO lebih kecil, roster ini pernah menjadi tim nomor satu dunia, menurut HLTV.org. Tim League of Legends Liquid memberikan kontribusi US$455 ribu (Rp6,3 miliar). Secara keseluruhan, semua roster Team Liquid memberikan performa yang baik pada tahun ini.

3. NRG Esports, total kemenangan US$5,28 juta (Rp73,4 triliun)
Tahun lalu, NRG Esports hanya membawa pulang hadiah kemengan sebesar US$945 ribu (Rp13 miliar). Sama seperti Team Liquid, NRG duduk di peringkat ketiga berkat kemenangan mereka di sejumlah turnamen dari berbagai game. Tim San Francisco Shock membawa pulang US$1,5 juta (Rp20,8 miliar) setelah memenangkan Overwatch League. Sementara tim Fortnite NRG membawa pulang US$2,85 juta (Rp39,6 miliar).

Menariknya, NRG memutuskan untuk menjual roster CS:GO mereka ke Evil Geniuses atas dasar alasan finansial. Sepanjang 2019, tim tersebut berkontribusi US$368 ribu (Rp5 miliar) pada total hadiah kemenangan NRG. Tim Rocket League NRG menyumbangkan US$378 ribu (Rp5,25 miliar) sementara tim Apex Legends US$124 ribu (Rp1,7 miliar). Dengan diumumkannya Apex Legends Global Series pada tahun depan, NRG memiliki kesempatan untuk mendapatkan hadiah kemengan lebih besar lagi pada 2020. Selain itu, NRG juga memiliki tim yang akan bertanding di Call of Duty League.

Sumber: Facebook
Sumber: Facebook

“2019 adalah tahun yang baik untuk NRG. Empat tim kami, semuanya memberikan performa terbaik dan memenangkan banyak turnamen, dua diantaranya adalah turnamen kelas dunia,” kata CEO NRG Any Miller pada The Esports Observer. “Gaming GM kami, Jaime Cohenca dan Chris Chung juga membuat roster yang hebat, yang lalu diasah oleh pelatih kami, yang merupakan senjata rahasia kami.”

4. Lazarus, total kemenangan US$4,22 juta (Rp58,7 miliar)
Organisasi yang dulunya bernama SetToDestroyX ini kini memiliki strategi baru dalam manajemen. Daripada fokus pada game esports yang sudah populer, mereka fokus pada game esports yang lebih kecil. Tujuan mereka adalah untuk membuat sumber penghasilan yang beragam. Strategi mereka sukses.

Dalam Fortnite World Cup, ada enam anggota Lazarus yang lolos babak kualifikasi. Lazarus duduk di peringkat 2 dan 17 dalam kategori Duos di Fortnite World Cup dan memenangkan US$2,35 juta (Rp32,7 miliar). Dari turnamen Fortnite lain, organisasi asal Kanada ini memenangkan US$1,3 juta (Rp18 miliar). Lazarus juga memiliki tim CS:GO, Hearthstone, PUBG, dan game lain.

Sumber: The Esports Observer
Sumber: The Esports Observer

5. PSG.LGD Esports, total kemenangan US$3,54 juta (Rp49,2 miliar)
Tim Dota 2 PSG.LGD memberikan kontribusi US$3,4 juta (Rp47,3 miliar). Kolaborasi antara Paris Saint-Germain dan LGD ini juga mencakup tim FIFA yang membawa pulang US$37 ribu (Rp514 juta). PSG.LGD merupakan bukti bahwa game seperti Dota 2 — yang turnamen terbesarnya diadakan pada akhir tahun — bisa memiliki dampak besar pada ekosistem esports secara keseluruhan.

6. Cooler Esports, total kemenangan US$3,51 juta (Rp48,8 miliar)
Nama Cooler Esports tak banyak dikenal. Namun, mereka berhasil duduk di peringkat 6 karena mereka berhasil memenangkan kategori Duos dalam Fortnite World Cup. Emil “nyhrox” Bergquist Pedersen dan David “aqua” Wang membawa pulang US$3 juta (Rp41,7 miliar) setelah menang di kategori Duos dalam Fortnite World Cup.

Ini menunjukkan, untuk bisa bertahan di dunia esports, sebuah organisasi tak harus menjadi organisasi besar. Sebuah organisasi esports yang tak populer sekalipun bisa mendapatkan hadiah besar jika mereka bisa memenangkan turnamen esports bergengsi dengan hadiah besar. Mengingat perusahaan seperti Epic Games dan PUBG Corp. siap untuk mengeluarkan modal besar untuk mengembangkan ekosistem esports, ini akan menguntungkan organisasi esports yang tak terlalu besar.

Sumber: The Esports Observer
Sumber: The Esports Observer

7. Gen.G Esports, total kemenangan US$3,45 juta (Rp48 miliar)
Saat ini, Gen.G Esports mendominasi scene PlayerUnknown’s Battleground (PUBG). Mereka memenangkan tiga turnamen besar, termasuk PUBG World Global Championship 2019. Secara total, 94 pesen hadiah kemenangan mereka berasal dari hadiah turnamen PUBG.

Setelah mengakuisisi tim CS:GO, tahun depan, Gen.G mungkin tak hanya memenangkan turnamen PUBG. Selain itu, organisasi ini juga memiliki dua tim yang memberikan pemasukan tetap, yaitu Seoul Dynasty yang bertanding di Overwatch League dan Gen.G yang berlaga di League of Champions Korea.

8. Team Secret, total kemenangan US$3,31 juta (Rp46 miliar)
Team Secret duduk di peringkat 8, naik dari peringkat 11 pada tahun lalu, dengan total hadiah kemenangan sebesar US$3,1 juta (Rp43,1 miliar) yang mereka dapatkan dari berbagai turnamen Dota 2. Tim Dota 2 mereka membawa pulang US$2 juta (Rp27,8 miliar) setelah keluar sebagai juara empat dalam The International 2019.

Ke depan, Team Secret berencana untuk membuat tim yang biaya operasionalnya tidak terlalu besar. Namun, mereka tampaknya masih harus menggantungkan diri pada tim Dota 2 mereka untuk mendapatkan hadiah kemenangan besar. Sepanjang 2019, tim Rainbow 6, Apex Legends, Age of Empires, PUBG Mobile, dan Age of Empires II mereka berhasil membawa pulang US$213 ribu (Rp2,96 miliar).

9. Sentinels, total kemenangan US$3,26 juta (Rp45,3 miliar)
Tahun lalu, total hadiah kemenangan Sentinels hanyalah US$30,4 ribu (Rp423 juta). Sentinels bisa duduk di peringkat 9 berkat kemenangan Kyle “Bugha” Giersdorf dalam kategori Solo di Fortnite World Cup dengan hadiah US$3 juta (Rp41,7 miliar). Ini menunjukkan bahwa jika sebuah organisasi esports bisa menemukan talenta esports yang hebat dan membuatnya memenangkan turnamen esports dengan hadiah besar, maka mereka juga akan mendapatkan untung.

Sumber: The Esports Observer
Sumber: The Esports Observer

10. FaZe Clan, total kemenangan US$3,166 juta (Rp44 miliar)
FaZe Clan dikenal berkat tim Call of Duty dan CS:GO mereka. Namun, mereka bisa masuk dalam daftar 10 organisasi esports dengan total kemenangan terbesar berkat tim battle royale mereka. Tim PUBG mereka memberikan kontribusi US$1,1 juta (Rp15,3 miliar) sepanjang tahun. Sementara tim Fortnite dari FaZe memberikan kontribusi sebesar US$964 ribu (Rp13,4 miliar) dan secara total, tim CS:GO serta Call of Duty membawa pulang US$894 ribu (Rp12,4 miliar).

Sebelum ini, kami juga pernah menghitung total hadiah kemenangan yang pernah didapatkan oleh EVOS Esports dan RRQ. Tentu saja, total hadiah yang dibawa pulang oleh keduanya tidak setara dengan tim-tim esports yang berlaga di tingkat dunia karena total hadiah yang ditawarkan oleh turnamen esports kelas dunia memang jauh lebih besar dari turnamen esports yang diadakan di Indonesia.

Fortnite World Cup - Bugha

Pemuda 16 Tahun Ini Borong Rp42 Miliar Setelah Jadi Juara Fortnite World Cup

Fortnite World Cup baru saja selesai digelar, menyisakan sejumlah aksi berkesan dari para pemain yang tak terduga. Game battle royale yang sangat populer itu menjadi ajang peraihan prestasi bagi banyak anak muda dari berbagai belahan dunia, bahkan mereka yang masih belia. Dalam kejuaraan dunia pertamanya, Fortnite World Cup dimenangkan oleh remaja berusia 16 tahun!

Menawarkan hadiah total US$30.000.000 (sekitar Rp420 miliar), Fortnite World Cup kini memegang rekor sebagai kompetisi esports dengan hadiah terbesar di dunia. Rekor tersebut memang akan segera terpecahkan karena turnamen Dota 2 The International 2019 sudah mencapai prize pool US$31.000.000 lebih, tapi untuk kejuaraan dunia pertama pencapaian Fortnite ini tetaplah signifikan.

Epic Games selaku penerbit Fortnite menyelenggarakan kompetisi di empat kategori. Dua kategori utama yaitu Solo dan Duos, ditambah dua kategori sampingan yaitu Pro-Am dan Creative. Juara di kategori Solo adalah Kyle “Bugha” Giersdorf, remaja 16 tahun asal Amerika Serikat. Dengan performanya itu, Bugha berhak membawa pulang hadiah senilai US$3.000.000 sendiri, atau setara dengan kurang lebih Rp42 miliar.

Bugha bukan satu-satunya remaja yang meraih prestasi di ajang Fortnite World Cup. Remaja lain, Jaden “Wolfiez” Ashman yang berusia 15 tahun, berhasil menjadi juara 2 di kategori Duos. Ia berhak atas hadiah US$2.250.000 (sekitar Rp31,5 miliar), namun dibagi dua dengan kawan setimnya Dave “Rojo” John. Ada juga remaja 14 tahun Kyle “Mongraal” Jackson, peraih peringkat Top 6 Duos yang meraih hadiah US$375.000. Bahkan yang lebih muda, Thiago “k1nGOD” Lapp dengan usia 13 tahun, membawa pulang hadiah US$900.000 setelah finis di peringkat 5 kategori Solo.

Lucunya, ketika ditanya oleh BBC akan digunakan untuk apa hadiah tersebut, Bugha berkata, “Saya hanya ingin beli meja baru, dan mungkin satu meja lagi untuk menaruh piala.” Sementara sisa hadiahnya akan ditabung. Cukup menarik melihat bahwa ketika memperoleh rejeki nomplok demikian ternyata Bugha tetap tidak terlena atau ingin berfoya-foya.

Prestasi para remaja di ajang Fortnite World Cup ini menunjukkan bahwa dunia esports adalah dunia di mana setiap orang berpeluang menjadi juara, tanpa terikat keterbatasan usia. Mereka yang masih 13 tahun bisa saja bertanding melawan pemain usia 20 atau 30 tahun, asal punya keahlian yang mumpuni.

Dukungan dari orang tua juga jadi faktor pendorong yang penting, sebagaimana ditunjukkan oleh pemain seperti Wolfiez dan k1nGOD. Dulu ibu Wolfiez sempat menentang kegiatan gaming anaknya karena ia mengira itu hanya membuang-buang waktu. Namun lambat laun ia dapat menerima keinginan Wolfiez untuk menjadi pemain esports profesional dan kini memberinya dukungan penuh. Sementara k1nGOD, Anda bisa lihat sendiri ekspresi ayahnya dalam klip Twitter di bawah.

Bentuk dukungan dari orang tua tentu tidak sebatas “membiarkan anaknya bermain”. Sama seperti berbagai jenjang karier lainnya, menjadi atlet esports pun butuh kerja keras, latihan, serta bimbingan. Memfasilitasi semua itu serta mengarahkan anak ke jalur yang tepat adalah bentuk dukungan yang lebih nyata untuk membantu mereka meraih mimpi. Semoga saja di masa depan lebih banyak orang tua yang dapat mengerti itu, sehingga stigma negatif esports bisa hilang dari masyarakat dan anak-anak muda semakin bersemangat meraih prestasi.

Sumber: BBC, The GuardianFortnite Competitive

Fortnite World Cup Warmup

Sambut Fortnite World Cup, Epic Games Gelar Turnamen Pemanasan Berhadiah $500.000

Fortnite World Cup akan segera digelar mulai tanggal 13 April besok, dan akan menjadi kompetisi esports dengan hadiah terbesar di dunia yang dananya murni datang dari developer game. Namun sebelum kita tiba di tanggal yang ditentukan masih ada satu akhir pekan lagi. Epic Games ingin memanfaatkan masa ini dengan optimal, karena itulah mereka meluncurkan turnamen kecil-kecilan untuk pemanasan, dengan nama Fortnite World Cup Warmup.

Meski dibilang “kecil-kecilan”, sebetulnya hadiah yang ditawarkan tergolong besar, yaitu US$500.000 (sekitar Rp7,1 miliar). Tapi bila dibandingkan dengan hadiah utama Fortnite World Cup yang mencapai US$30.000.000 memang itu belum ada apa-apanya. Turnamen ini akan diadakan pada haru Sabtu, tanggal 6 April 2019, dan berakhir pada babak Final di hari Minggu keesokan harinya.

Fortnite - Lava Legends Bundle
Sumber: Epic Games

Fortnite World Cup Warmup menggunakan mode yang baru saja dirilis yaitu Arena Mode, dan menggunakan format permainan Duo (tim berisi dua orang). Untuk mengikuti kompetisi ini, kedua pemain dalam tim harus sudah mencapai Divisi 6 di Contender’s League dalam Arena Mode. Epic mengalokasikan waktu khusus selama tiga jam untuk mereka bertanding di hari-H, kemudian mengambil 1.500 Duo terbaik dari tiap wilayah kompetisi untuk maju ke babak Final.

Format kompetisi yang digunakan mirip sekali dengan kualifikasi mingguan Fortnite World Cup yang disebut Online Open. Mungkin Epic Games memang ini turnamen pemanasan ini jadi tempat para pemain untuk mencicipi format turnamen dunia tersebut, sekaligus menjaga interaksi dengan pemain agar tetap hype hingga Fortnite World Cup dimulai.

Fortnite - The Floor is Lava
Sumber: Epic Games

Menariknya, Epic Games berjanji bahwa distribusi uang hadiah sebesar US$500.000 itu akan dilakukan lebih merata daripada turnamen-turnamen sebelumnya. Belum ada detail seperti apa pembagiannya, tapi ini berarti tiap pemain punya kesempatan lebih besar untuk membawa pulang hadiah dengan jumlah yang signifikan. Epic Games berkata akan merilis aturan lengkap tentang Fortnite World Cup Warmup dalam waktu dekat.

Selain mengadakan turnamen, Epic Games juga tengah mengusahakan agar Fortnite memiliki dukungan yang lebih baik untuk ekosistem kompetitif. Salah satu fitur yang sudah bisa dipakai adalah fitur replay. Fitur ini pertama kali diuji coba dalam ajang Luxe Cup di akhir Maret lalu. Saat ini sistem pengunduhan replay masih harus dilakukan manual lewat PC dengan mengunjungi tautan yang disediakan oleh Epic Games. Tapi di masa depan mereka ingin replay bisa ditonton langsung dari client Fortnite, juga ingin menerapkan fitur baru untuk broadcasting.

Sumber: Epic Games, The Esports Observer

Fortnite World Cup Akan Digelar Bulan April, Begini Sistem Kompetisinya

Apa cabang esports yang memiliki hadiah terbesar di dunia? Beberapa tahun lalu, jawabannya mungkin Dota 2 dengan turnamen The International mereka. Tapi rekor tersebut telah patah ketika pertengahan tahun 2018 lalu, Epic Games mengumumkan musim kompetisi Fortnite yang akan berjalan selama satu tahun dari pertengah 2018 hingga pertengahan 2019. Berapa jumlah hadiah total yang Epic janjikan? Seratus juta dolar, alias Rp1,42 triliun! Sungguh fantastis!

Angka US$100.000.000 itu tidak ditumpuk ke dalam satu turnamen saja, namun dibagi-bagi ke dalam beberapa event. Dan beberapa minggu lagi kita akan memasuki turnamen puncak dari musim kompetisi tersebut, yaitu turnamen tingkat dunia, Fortnite World Cup. Untuk satu event ini saja, jumlah hadiah yang ditawarkan adalah sebesar US$30.000.000 (sekitar Rp427,9 miliar).

Sesuai yang diumumkan tahun lalu, Fornite World Cup terbagi ke dalam dua mode yaitu Solos dan Duos. Kualifikasi kompetisi ini dilakukan secara online mulai tanggal 13 April mendatang, dengan jadwal berganti-ganti setiap minggunya antara Solos dan Duos.

Fortnite - Omega Skin
Fortnite punya skin mirip karakter Overwatch, tapi bisnis esports mereka jauh berbeda | Sumber: Epic Games

Cara untuk mengikuti kualifikasi ini cukup menarik. Epic Games telah merilis mode baru bernama Arena Mode dalam patch versi 8.20. Semua pemain dapat mengakses mode ini, namun pemain-pemain yang berhasil meraih peringkat teratas akan bisa membuka akses ke mode khusus yaitu Fortnite Cup Online Open.

Setiap hari Sabtu, para pemain diberi kesempatan selama tiga jam untuk bermain di Online Open dan mengumpulkan poin. Dari sini Epic akan mengambil 3.000 pemain dengan skor tertinggi di tiap region server untuk maju ke babak khusus bernama Open Online Finals esok Minggunya. Babak final ini punya sistem yang sama dengan Online Open biasa. Bedanya, para juara akan langsung memperoleh hadiah senilai US$1.000.000.

Pemain-pemain terbaik di setiap minggunya kemudian akan diundang untuk bertanding dalam babak offline Fortnite World Cup Finals di kota New York, tanggal 26 – 28 Juli 2019. Epic Games membagi para pemainnya ke dalam enam wilayah kompetisi, yaitu Europa, Amerika Utara Timur, Amerika Utara Barat, Asia, Brasil, serta Oseania. Jatah slot pemain di tiap wilayah ini berbeda-beda, dapat Anda lihat dalam tabel di bawah.

Fortnite World Cup - Qualifications Slot
Sumber: Epic Games

Satu hal yang menarik, Epic Games dengan jelas menyatakan bahwa kualifikasi Fortnite World Cup akan murni berdasarkan keahlian pemain. Epic tidak akan menjual slot tim ataupun franchise, juga tidak akan mengizinkan penyelenggara kompetisi third-party untuk melakukan hal tersebut. Ini jelas berlawanan dengan pendekatan yang dilakukan oleh beberapa game lain, seperti League of Legends, Overwatch, serta kemungkinan Rainbow Six: Siege.

Epic berkata bahwa mereka melakukan hal ini demi para pemain, tapi di sisi lain program franchise juga memiliki tujuan yang sama. Memang pemilik properti intelektual akan memperoleh uang dari hasil pembelian franchise, namun berkat adanya franchise itu, masa depan para atlet bisa lebih terjamin karena ada wadah serta sponsor pasti dalam karier kompetitif mereka. Sulit menentukan mana pendekatan yang lebih baik, tapi yang jelas, selama dilakukan dengan mengedepankan kesejahteraan para atlet, tampaknya kita tidak perlu mempermasalahkannya.

Sumber: Epic Games

Epic Umumkan Rincian Fortnite World Cup dengan Total Hadiah US$100 juta

Sampai saat ini genre battle royale sudah berhasil buktikan diri menjadi genre game yang bisa diterima oleh kebanyakan gamers. Contoh nyata pernyataan di atas adalah Apex Legends, yang bisa tembus 10 juta player cuma dalam kurun waktu 3 hari saja. Walau demikian, satu hal yang masih belum bisa dibuktikan oleh genre Battle Royale, adalah nilai layak jual genre ini untuk esports.

Terlepas dari hal tersebut, Epic Games melakukan langkah berani dan tetap selenggarakan Fortnite World Cup sesuai rencana awal. Epic Games sudah mempersiapkan total hadiah sebesar US$100 juta (sekitar Rp1,4 triliun) yang nantinya akan dibagi ke dalam beberapa bagian kompetisi pada tahun 2019 ini. Lewat laman resmi Epic Games, mereka mengatakan perjalanan menuju Fortnite World Cup akan dimulai dengan sepuluh kompetisi mingguan yang digelar secara online.

Sumber:
Sumber: Laman Resmi Epic Games

Kualifikasi online terbuka akan diadakan mulai dari 13 April sampai 16 Juni 2019, dengan hadiah sebesar US$1 juta (Sekitar Rp14 milyar) setiap pekan. Nantinya 100 pemain solo dan 50 pasukan duo terbaik dari seluruh dunia yang terpilih akan dikumpulkan dalam gelaran Fortnite World Cup Finals, yang digelar di kota New York, memperebutkan total hadiah US$30 juta (sekitar Rp420 milyar), pada 26-28 Juli 2019 mendatang, .

Format permainan Battle Royale yang berbeda dari kebanyakan game kompetitif tradisional, membuat eksekusi esports Fortnite jadi lebih menantang untuk dilakukan. Eksperimen pertama Epic Games dalam melakukan hal ini adalah lewat gelaran kompetisi Fortnite Celebrity Pro-AM, yang diikuti oleh DJ ternama Marshmello.

Fortnite Pro-AM sukses besar secara angka. Mengutip Esports Charts kompetisi ini sudah ditonton oleh sebanyak 5.301.306 kali di Twitch, dengan jumlah penonton terbanyak pada saat bersamaan adalah 2.174.818 penonton. Sayangnya kesuksesan angka tersebut tidak diiringi dengan kesuksesan eksekusi program esports Fortnite.

Sumber:
Duet Ninja dan Marshmello, juara kompetisi Fortnite Pro-AM yang berhasil menarik perhatian para gamers dari seluruh dunia. Sumber: The Verge – Nick Statt

Setelah Fortnite Pro-AM, rangkaian kompetisi Fortnite dilanjutkan dengan turnamen online bernama skirmish. Mengutip artikel The Verge, eksekusi Skirmish sebagai salah satu bagian dari rencana besar esports Fortnite ini ternyata mengalami banyak masalah.

Beberapa di antaranya seperti jadwal kompetisi yang bertabrakan dengan kompetisi yang sudah ada, kualitas tayangan Epic Games yang terkesan amatir, kamera spectator in-game yang buruk, sampai kontroversi juara Skrimish yang dituduh sebagai cheater.

Dengan Fortnite World Cup di depan mata, serta liga esports PUBG Amerika Serikat yang sedang berjalan, sejujurnya saya sedikit pesimis dengan esports Battle Royale. Alasannya adalah soal format kompetisi Battle Royale dirasa kurang baik dalam membangun hype dari sebuah rangkaian acara esports.

Selama ini kita sudah terbiasa melihat ada dua entitas tim berhadapan dalam satu pertandingan, baik itu dalam kompetisi esports atau olahraga tradisional. Keseruan pertandingan dua tim tersebut terus meningkat seiring fase kompetisi berlanjut, dengan kedua tim mempertaruhkan hal yang besar dalam pertarungan mereka; entah itu kebanggaan jadi juara dunia atau kesuksesan mendapat hadiah uang yang besar.

Sumber:
Kemenangan OMG di PUBG Global Invitational 2018 kemarin salah satu contoh ketika esports Battle Royale jadi tidak menghibur ketika sudah ada satu tim yang cukup mendominasi dan konsisten. Sumber: Twitter @PUBG

Sementara format kompetisi Battle Royale, berbeda dari MOBA ataupun FPS. Bukan dua tim berhadapan dalam satu pertandingan, melainkan 80 sampai 100 orang yang dibagi menjadi 16 sampai 20 tim, bertanding ronde demi ronde, mengumpulkan poin untuk mencapai peringkat pertama.

Format tersebut tidak menciptakan konsep pertarungan dengan pertaruhan yang tinggi. Satu tim bisa saja kumpulkan banyak poin di awal sampai tengah fase kompetisi. Dengan banyaknya poin yang dikumpulkan, harapannya adalah tim tersebut bisa main santai di fase terakhir tanpa perlu khawatir poinnya dikejar tim lain.

Pada akhirnya, penonton bisa saja menyimpulkan siapa pemenang kompetisi esports Battle Royale tanpa harus menunggu rangkaian acara mencapai hari terakhir. Tetapi itu hanya sedikit opini dari saya saja. Siapa yang tahu kalau ternyata Fortnite World Cup berhasil menyajikan format hiburan yang lebih menarik dan berhasil membuktikan nilai jual game Battle Royale sebagai industri esports.