Tag Archives: fraud

fraud adalah

Fraud: Pengertian, Contoh Kasus dan Cara Mencegahnya

Kamu tentu pernah mendengar istilah penipuan. Penipuan dapat terjadi dimana saja, tidak terkecuali perusahaan dan organisasi. Konsekuensi dari penipuan bisa sangat parah, termasuk kerugian finansial, kerusakan reputasi, tanggung jawab hukum, dan bahkan hukuman penjara bagi mereka yang terbukti melakukan tindakan penipuan.

Nah, bagaimana mencegah penipuan? Artikel ini akan membahas fraud atau penipuan secara menyeluruh. Simak artikel ini hingga akhir ya!

Definisi Penipuan

Fraud atau penipuan dalam bisnis mengacu pada penipuan, atau pernyataan yang salah yang seseorang atau kelompok lakukan untuk mendapatkan keuntungan yang curang dalam transaksi bisnis. Penipuan melibatkan penipuan yang disengaja, informasi yang keliru, atau manipulasi informasi, fakta, atau keadaan untuk menipu seseorang agar mempercayai sesuatu yang tidak benar, atau untuk merampas hak, properti, atau uang mereka.

Kegiatan penipuan dalam bisnis dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk penggelapan, penyuapan, perdagangan orang dalam, pemalsuan, dan praktik ilegal atau tidak etis lainnya. Kecurangan dapat dilakukan oleh karyawan, manajer, atau eksekutif di dalam perusahaan, atau oleh pihak eksternal seperti pemasok, pelanggan, atau investor.’

Penipuan dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan terjadi dalam konteks yang berbeda, seperti transaksi keuangan, klaim asuransi, aktivitas online, pencurian identitas, pemalsuan, dan banyak lagi. Penipuan sering kali melibatkan pelaku yang dengan sengaja menyesatkan atau menipu korban melalui pernyataan palsu, pemutarbalikan fakta, penyembunyian informasi, atau penyalahgunaan kepercayaan dan wewenang.

Cara Mencegah Fraud Atau Penipuan

Penipuan dapat menjadi masalah serius bagi bisnis, yang menyebabkan kerugian finansial, kerusakan reputasi, dan dampak hukum. Sebuah perusahaan dapat mengambil langkah-langkah untuk mencegah penipuan.

Yaitu dengan menerapkan kontrol internal yang kuat, memantau transaksi keuangan secara teratur, melakukan pemeriksaan latar belakang karyawan dan mitra, dan mempromosikan budaya perilaku etis dan transparansi.

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat kamu lakukan untuk mencegah penipuan dalam bisnis.

Ciptakan Budaya Integritas

Mulailah dengan menetapkan pentingnya perilaku etis dan integritas. Hal ini termasuk membuat kode etik dan memberikan pelatihan kepada semua karyawan tentang pentingnya etika dan konsekuensi dari perilaku curang.

Menerapkan Pengendalian internal

Mengembangkan dan menerapkan kebijakan dan prosedur yang akan mengurangi risiko penipuan. Hal ini termasuk pemisahan tugas sehingga tidak ada satu orang pun yang memiliki kendali penuh atas transaksi keuangan, melakukan audit secara berkala, dan memastikan bahwa semua catatan keuangan akurat dan terkini.

Melakukan Pengecekan Background

Sebelum merekrut karyawan atau terlibat dengan mitra bisnis, lakukan pemeriksaan latar belakang secara menyeluruh untuk memverifikasi kredensial, pekerjaan sebelumnya. Hal ini dapat membantumu mengidentifikasi seseorang yang mungkin terlibat dalam aktivitas penipuan.

Memantau Keuangan

Tinjau laporan keuangan dan transaksi secara teratur untuk mendeteksi penyimpangan atau aktivitas yang mencurigakan. Hal ini dapat mencakup pemantauan terhadap transaksi yang tidak biasa atau perubahan dalam pembayaran vendor, serta meninjau laporan pengeluaran dan faktur untuk keakuratannya.

Mendorong Pelaporan Kecurangan

Ciptakan mekanisme bagi karyawan dan pemangku kepentingan untuk melaporkan aktivitas yang mencurigakan atau potensi penipuan. Hal ini dapat mencakup cara pelaporan anonim agar seseorang tidak merasa tidak aman jika melaporkan seseorang yang melakukan kecurangan.

Contoh Kasus Penipuan Besar di Indonesia

Ada banyak sekali kasus penipuan di Indonesia, baik dalam skala besar maupun kecil. Berikut ini adalah rangkuman dari kasus penipuan besar dan paling tersohor di Indonesia.

Skandal Bank Century

Pada tahun 2008, Bank Century, terlibat dalam skandal korupsi dan penggelapan besar-besaran. Ditemukan bahwa miliaran dolar disalahgunakan melalui pinjaman ilegal, yang mengakibatkan krisis keuangan yang parah. Kasus ini menimbulkan dampak ekonomi dan politik yang signifikan di negara ini.

Skandal Bank Bali

Pada tahun 1998, selama krisis keuangan terjadi di Asia, sebuah skandal korupsi terkenal yang melibatkan penyalahgunaan dana dari Bank Bali muncul. Diduga para politisi dan pengusaha menyedot jutaan dolar dari fasilitas bantuan likuiditas bank. Kasus ini mengungkap korupsi yang mengakar di sistem perbankan dan politik Indonesia.

Penipuan Semburan Lumpur Sidoarjo

Pada tahun 2006, bencana semburan lumpur besar-besaran terjadi di Sidoarjo, Jawa Timur, ketika sebuah proyek pengeboran gas oleh PT Lapindo Brantas menyebabkan pecahnya gunung lumpur bawah tanah. Insiden ini mengakibatkan perpindahan ribuan orang dan kerusakan lingkungan yang signifikan. Belakangan diketahui bahwa terdapat praktik-praktik kecurangan, termasuk tindakan-tindakan keselamatan yang tidak memadai dan analisis mengenai dampak lingkungan, yang terkait dengan proyek tersebut.

Penipuan BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia)

Pada akhir tahun 1990-an, selama krisis keuangan di Asia, pemerintah Indonesia memberikan bantuan keuangan kepada bank-bank bermasalah melalui program BLBI. Namun, terungkap bahwa sejumlah besar dana yang diberikan disalahgunakan atau digelapkan oleh para pemilik dan pemegang saham bank. Skandal ini mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi pemerintah dan pembayar pajak.

Kasus Korupsi e-KTP (Kartu Tanda Penduduk Elektronik)

Kasus korupsi e-KTP, yang muncul pada tahun 2013, melibatkan penggelapan dana yang ditujukan untuk implementasi sistem KTP elektronik nasional. Diduga para pejabat pemerintah dan pengusaha bekerjasama untuk menggelembungkan biaya proyek dan menggelapkan sejumlah besar uang. Kasus ini menarik perhatian publik yang signifikan dan berujung pada penuntutan dan penghukuman terhadap beberapa pejabat tinggi.

Nah, itu tadi pembahasan mengenai penipuan. Jika kamu ingin meminimalisir penipuan, terapkanlah langkah-langkah di atas.

Belajar dari kasus startup teknologi kesehatan Theranos, berikut ini sejumlah poin yang perlu ditelaah untuk mengurangi potensi startup terkena fraud

Berikut Enam Poin Agar Startup Terhindar dari Potensi “Fraud”

Di tahun 2015 lalu, Silicon Valley dihebohkan dengan pemberitaan The Wall Street Journal yang menyebutkan startup teknologi kesehatan Theranos, yang didirikan oleh rising star Elizabeth Holmes, melakukan penipuan (fraud).

Theranos mencoba men-disrupt laboratorium pengecekan darah konvensional melalui mesin pengambilan dan pengecekan darah berbasis teknologi dengan harga terjangkau.

Holmes, yang drop out dari Universitas Stanford ini, pernah membawa perusahaan bervaluasi hingga $9 miliar atau senilai Gojek saat ini. Di tahun 2018, setelah mengakui “kecurangannya”, Theranos, yang berasal dari kata therapy dan diagnosis, akhirnya menutup layanan.

Dari kasus Theranos bisa disimpulkan enam poin kunci yang bisa dipelajari startup untuk terhindar dari kasus penipuan.

Pastikan teknologi berfungsi

Menjadi rahasia umum di dunia startup, ketika membicarakan teknologi, banyak pendiri dan tim engineer yang merahasiakan cara kerja teknologi yang diciptakan. Keputusan tersebut sah-sah saja, asal Anda sebagai pendiri startup mengetahui dengan benar cara kerja dan fungsinya.

Ciptakan teknologi yang masuk akal, mengacu kepada riset, konsultasi, dan melakukan pembicaraan dengan pakar terkait.

Lakukan validasi

Kesalahan lain yang terjadi adalah proses validasi produk yang gagal dilakukan. Mesin “Edison”, yang seharusnya bertugas mengecek darah pasien dalam waktu yang singkat dan harga terjangkau, faktanya tidak bisa diaplikasikan secara sempurna.

Jika hal ini terjadi kepada startup Anda, coba ciptakan cara yang berbeda untuk mencapai tujuan. Pastikan validasi dilakukan, sebelum produk diluncurkan.

Orang hebat bukan jaminan sukses

Langka yang dilakukan Theranos untuk membuktikan ke regulator, stakeholder, pengguna, dan media adalah menempatkan tokoh high profile dari kalangan pemerintahan, teknologi, dan politik.

Dari permukaan, startup tersebut terkesan memiliki integritas tinggi dan bisa dipercaya, namun produk yang gagal divalidasi membuat semuanya percuma.

Transparansi

Transparansi juga menjadi kunci sukses sebuah startup. Tidak hanya di hadapan investor, namun juga pegawai, investor, regulator, dan media.

Banyak pegawai yang tidak mengetahui dengan jelas fungsi mesin yang dimiliki perusahaan yang ternyata gagal beroperasi. Theranos juga gagal menyampaikan informasi yang akurat ke regulator terkait — di industri kesehatan yang ketat, kegagalan seperti ini bersifat fatal.

Akui kegagalan dan pivot

Jika pada akhirnya startup Anda stuck dan tidak bisa mengandalkan teknologi sebelumnya, cobalah untuk mengakui kegagalan tersebut dan jangan menjanjikan harapan palsu. Jika dimungkinkan, cobalah pivot. Lepaskan mimpi lama teknologi sebelumnya dan ciptakan teknologi baru yang bisa berfungsi dengan baik.

Ciptakan value

Banyak startup yang menyebutkan tujuan mereka mendirikan startup adalah memberikan value untuk orang banyak. Pertahankan visi dan misi tersebut untuk kesuksesan dalam jangka panjang. Hindari hanya memikirkan peluang, kesempatan, dan potensi mendapatkan uang dalam jumlah yang besar, namun gagal menciptakan value yang bermanfaat.

Hal tersebut terjadi pada Theranos. Mereka berhasil mengantongi pendanaan dalam jumlah yang sangat masif, namun gagal memenuhi target pasar dan misi perusahaan untuk mengubah dunia kesehatan menjadi lebih baik.

Angon.id ultivation investment startup has fraud issue, all investors demand simultanous refund

Angon.id Cultivation Investment Startup Issue

Within the past few months, some DailySocial readers might find out Angon.id cultivation investment startup issue on social media accounts related to the refund of all investors. Through its main Instagram channel for sharing information, Angon.id has the latest status updates in October 2018.

As the media that has covered their launch and development, we feel required to seek the truth. We tried to contact boards of founders by phone or social media, but there’s no feedback.

Some staff who had been connected with DailySocial said they started to left the company since mid-2018.

Moreover, we’ve got some news from trusted source of what happened.

“Fraud”

According to our source, a person having close connection to Angon.id management, said this issue risen due to an error of business calculation. The money collected from investors was used mostly for operational expenditure and founder’s demand which wasn’t urgent.

One case is when it was used to buy office property in “fancy enough” area in Semarang. Regardless, they have deadline to return the investor’s fund for livestock cultivation and its outcome.

The total loss is claimed to reach four billion Rupiah

Angon.id is a Telkom-based Indigo Creative Nation program incubation, under Jogja Digital Valley.

Debuted on October 2016, this startup combined investment startup (fintech) with agriculture (agtech) concept. Investor is to invest through Angon.id to raise fund for farmers, before they get profit sharing from the product sales.

“[Simple] Angon.id management committed fraud to the investor’s money. I would say this case is like First Travel [with a different scale]. Management has been “broken” since the late 2018.”

They’re facing a condition which solution is on its own management, while Telkom claims its position as business coach in early stage and not related to the operational.

“The last time we communicate with Agif [Angon.id’s CEO, Agif Arianto], they guarantee to return the money, gradually. Currently, it’s very difficult to connect.”

Update: Angon.id’s CEO gives clarification to the public funding issue on its platform
Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Co-Founder dan CEO Angon.id Agif Arianto menjelaskan adanya oknum peternak wanprestasi dan status gagal panen. Menyiapkan "customer handling" untuk mediasi

Klarifikasi CEO Angon.id terhadap Isu Kisruh Dana Publik

Sebagai tanggapan terhadap pemberitaan DailySocial yang berjudul “Kisruh Startup Investasi Budidaya Angon.id“, Co-Founder & CEO Agif Arianto menghubungi DailySocial untuk memberikan klarifikasi. Sebagai bagian dari hak jawab, berikut ini adalah penjelasan menurut sisi Angon.id.

Kondisi yang terjadi

Agif menceritakan adanya gagal panen yang dialami pemilik ternak online (disebut member Angon) dan direalisasikan menjadi kerugian. Ia mengklaim hal ini bukan karena Angon melakukan penipuan ataupun salah melakukan pengelolaan uang member.

Diklaim ada oknum peternak wanprestasi (belantik yang mengaku jadi peternak) yang mengakibatkan ternak mengalami masalah dalam pertumbuhan bobot. Kondisi tersebut diperparah adanya penurunan harga jual ternak di pasar.

Agif mengatakan, “Ternak yang telah dibeli oleh member dan rugi sudah menjadi risiko member. Namun karena tipe member Angon berbeda-beda, beragam pula kondisi member Angon dalam menyikapi kejadian ini.”

“Yang paling ekstrem adalah CS Angon sempat ada yang mau bunuh diri akibat tekanan dari beberapa member yang mengalami gagal panen, bahkan rumah mertua saya pun diancam mau dibakar, menelpon dengan kata makian yang sama sekali tidak mau tahu tentang risiko kerugian yang sedang dialaminya dan sama sekali tidak mau memahami penjelasan kami tentang bahwa Angon itu bukan lembaga keuangan atau manajer investasi atau crowdfunding yang mengumpulkan dana masyarakat kemudian menyalurkan pembiayaan kepada peternak,” ujarnya.

Agif melanjutkan, “Platform Angon merupakan marketplace yang coba mendigitalkan proses bisnis beternak. Mitra peternak rakyat itu layaknya pet shop, tempat penitipan hewan ternak saja tanpa bagi hasil. Jika untung 100% hasil diambil oleh member, begitu juga saat rugi 100% ditanggung member, karena member memilih sendiri ternaknya dan lokasi ternaknya. Setelah member membeli ternak di aplikasi Angon, member bisa langsung mengambil ternaknya. Intinya risiko dalam beternak online sama seperti beternak offline. Member perlu bijak dalam menyikapinya.”

Terkait isu Angon membeli kantor di kawasan mewah Semarang juga diklarifikasi tidak benar oleh Agif. Status kantor Angon di Semarang itu sewa bulanan, layaknya sebuah coworking space.

Pengembalian dana

Untuk menyelesaikan masalah gagal panen member, tim Angon mengklaim telah berkomunikasi langsung kepada member secara satu per satu untuk menghindari adanya pihak yang mengaku-ngaku memiliki ternak.

Customer handling Angon saat ini dilakukan melalui sambungan telepon dan WhatsApp pada jam 09.00-17.00 WIB di nomor 081220337376.

Alternatif jalan keluar yang coba ditawarkan tim Angon adalah sebagai berikut:

  • Member dapat melakukan perpanjangan masa perawatan ternak hingga harga membaik (diperkirakan di bulan April-Mei 2019).
  • Bagi pemilik ternak yang ingin menjual ternaknya dengan harga saat ini (dalam kondisi rugi) akan diproses dalam 4-14 hari kerja.
  • Jika member menginginkan refund, Angon mencoba membantu memfasilitasinya dengan mencicil sebanyak 8 kali.

“Dari pengalaman ini kami menyadari tidak semua peternak rakyat amanah dan tidak semua orang juga memahami masalah dari berbagai sisi,” tutup Agif.

Isu fraud startup investasi budidaya Angon.id mengakibatkan seluruh investor meminta pengembalian dana secara serentak.

Kisruh Startup Investasi Budidaya Angon.id (UPDATED)

Pembaca DailySocial mungkin telah melihat “keributan” di akun media sosial startup investasi budidaya Angon.id mengenai isu tuntutan pengembalian dana yang diminta hampir seluruh investor.

Di kanal Instagram, yang selama ini menjadi kanal utamanya untuk berbagi informasi, pihak Angon.id terakhir kali melakukan pembaruan status pada Oktober 2018.

Sebagai media yang pernah meliput peluncuran dan perkembangan Angon.id, kami merasa perlu mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kami mencoba menghubungi jajaran founder Angon.id, baik melalui ponsel maupun media sosial, namun sama sekali tidak terhubung.

Beberapa staf yang pernah berkomunikasi dengan DailySocial mengatakan mereka mulai meninggalkan posisinya di perusahaan pembiayaan tersebut sejak pertengahan 2018.

Kami kemudian mendapat informasi dari setidaknya dua sumber terpercaya, yang tidak mau disebutkan namanya, tentang apa yang sebenarnya terjadi.

“Fraud”

Menurut sumber kami, isu ini terjadi lantaran ada kesalahan kalkulasi bisnis. Uang yang dihimpun dari investor banyak digunakan untuk belanja operasional dan kebutuhan founder yang sifatnya tidak terlalu mendesak.

Salah satunya digunakan membeli properti yang dijadikan kantor di kawasan yang “cukup mewah” di daerah Semarang. Padahal ada tenggat waktu pengembalian dana investor untuk budidaya ternak dan hasilnya.

Diklaim total kerugian yang dihasilkan mencapai empat miliar Rupiah.

Angon.id merupakan startup hasil inkubasi program Indigo Creative Nation milik Telkom, tepatnya di bawah naungan Jogja Digital Valley.

Memulai debutnya sejak Oktober 2016, startup ini menggabungkan konsep startup investasi (fintech) sekaligus pertanian (agtech). Investor bisa menanamkan duitnya melalui Angon.id untuk membantu memodali peternak, sebelum kemudian mendapatkan bagi hasil jika ternaknya dijual.

“[Sederhananya] manajemen Angon.id melakukan fraud kepada uang investor. Kalau saya bilang kasusnya jadi mirip First Travel [dengan skala yang berbeda]. Manajemen juga sudah ‘bubar’ sejak akhir 2018 lalu,” ujar sumber kami.

Kondisi yang dihadapi tim Angon.id disebut harus diselesaikan manajemennya sendiri, sementara sumber kami mengklaim posisi Telkom hanya sebagai pembina bisnis di tahap awal dan tidak terkait dengan bagaimana startup tersebut dijalankan.

“Komunikasi terakhir dengan Agif [CEO Angon.id Agif Arianto], pihaknya berkomitmen untuk mengembalikan, secara bertahap. Kalau sekarang memang sulit sekali dihubungi.”


Update: CEO Angon.id telah memberikan tanggapannya terhadap isu kisruh dana publik di platform-nya.

Tiket Jalin Kemitraan dengan Anak Usaha Visa CyberSource

CyberSource, perusahaan manajemen pembayaran anak usaha dari Visa Inc., menjalin kerja sama dengan salah satu agen perjalanan online Indonesia (OTA) Tiket. Langkah strategis ini sebelumnya telah dilakukan oleh OTA lainnya yakni Traveloka pada akhir tahun lalu.

Perlu diketahui, CyberSource adalah perusahaan manajemen pembayaran yang menyediakan jasa lengkap untuk menyederhanakan dan mengotomatisasi operasi sistem pembayaran. Di sisi lain, Tiket termasuk salah satu OTA terbesar di Indonesia. Perusahaan ini menyediakan dan memfasilitasi pemesanan tiket online dengan berbagai sistem pembayaran.

Dengan adanya kemitraan ini, seluruh transaksi online yang dilakukan dalam situs maupun aplikasi Tiket diharapkan lebih terjamin keamanannya dari serangan dunia maya. Industri perjalanan online menjadi salah satu industri yang cukup rentan terkena serangan tersebut.

Sejauh ini, dengan berbagai jenis pembayaran yang disediakan, Tiket mengklaim angka penjualan yang bisa diperoleh perusahan meningkat dua kali lipat dibanding tahun lalu.

Chew Ann Wee, Senior Regional Manager CyberSource, mengatakan pada 2019 diperkirakan pasar e-commerce di Indonesia mencapai $16,4 miliar yang dipicu oleh kehadiran OTA. Selain itu, pemesanan kamar hotel lewat jalur OTA diperkirakan meningkat antara 200%-300% menjadi $149 juta di tahun yang sama.

Kemitraan ini diharapkan bisa membantu Tiket untuk memanfaatkan semua peluang yang muncul sekaligus memperluas cakupan wilayah operasionalnya. “Perusahaan juga harus mendapatkan benefit dari kepuasan pelanggan dengan membuktikan proses transaksi yang lancar,” ujar Wee, Selasa (23/8).

Application Information Will Show Up Here

2Checkout Fraud Index: Indonesia Masih Tertinggi Untuk Urusan Kejahatan Pembayaran Online di Kuartal Pertama 2014

Tahun ini sudah tahun 2014 dan seharusnya Indonesia sudah tidak lagi termasuk negara yang bermasalah soal pembayaran online. Ternyata pendapat tersebut salah. Menurut riset layanan pembayaran online 2Checkout (dituangkan dalam laporan 2Checkout Fraud Index) yang melakukan pengawasan terhadap satu juta transaksi setiap kuartalnya, kejahatan pembayaran yang berasal dari Indonesia masih yang tertinggi di dunia di kuartal pertama 2014, baik berdasarkan alamat penagihan maupun alamat IP.

Continue reading 2Checkout Fraud Index: Indonesia Masih Tertinggi Untuk Urusan Kejahatan Pembayaran Online di Kuartal Pertama 2014

PayPal Berikan Perlindungan untuk Penjual di Kawasan Asia Pasifik Mulai Oktober 2013, Termasuk di Indonesia

Layanan pembayaran online PayPal melalui rilis persnya mengumumkan kebijakan perlindungan untuk penjual (Seller Protection) untuk melindungi penjual dari kemungkinan penipuan di kawasan Asia Pasifik mulai 11 Oktober 2013. Selain Indonesia, kebijakan ini juga berlaku untuk penjual di negara Australia, Selandia Baru, Cina, Hong Kong, India, Japan, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand dan Vietnam. Dengan adanya perlindungan ini, penjual akan berkurang risikonya terhadap kewajiban-kewajiban yang mengarah ke kejahatan, misalnya laporan barang yang tidak sampai (dan meminta uang kembali, padahal tidak benar).

Continue reading PayPal Berikan Perlindungan untuk Penjual di Kawasan Asia Pasifik Mulai Oktober 2013, Termasuk di Indonesia

DOKU Gandeng Neural Technologies untuk Mitigasi Masalah Fraud

Penyedia solusi payment gateway DOKU mengumumkan kerjasama strategisnya dengan Neural Technologies untuk membantu solusi payment gateway-nya memitigasi masalah fraud — yang berkaitan dengan deteksi dan pencegahan. Neural Technologies, dengan produknya Minotaur, merupakan salah satu vendor terkemuka untuk mengatasi permasalahan ini dan telah memiliki pengalaman selama 20 tahun. Jumlah investasi yang dilakukan oleh DOKU tidak diinformasikan ke publik. Diharapkan dengan solusi pencegahan fraud ini, DOKU bisa mantap melaju di tahun 2013 dan mengekspansikan bisnisnya.

Continue reading DOKU Gandeng Neural Technologies untuk Mitigasi Masalah Fraud

Infografis: Mobile Banking dan Keamanannya

Pernah menggunakan mobile banking untuk mengecek saldo atau melakukan transaksi? Apakah Anda percaya dengan tingkat keamanannya? Berdasarkan survei yang dilakukan oleh di Amerika Serikat, 1 dari 2 orang yang disurvei merasa mobile banking memiliki masalah dengan tingkat keamanannya, sehingga 60% memilih untuk tidak menggunakan mobile banking karena ketidakpercayaannya. Apa benar kondisinya memang seperti itu?

Continue reading Infografis: Mobile Banking dan Keamanannya