Tag Archives: free fire master league season 1

Tren Penonton MPL, PMPL, dan FFML Sepanjang 2020

Banyak kompetisi olahraga tradisional yang terganggu oleh pandemi virus corona. Namun, tidak begitu dengan esports. Memang, turnamen esports sempat terhenti. Meskipun begitu, kompetisi esports kini sudah dapat diselenggarakan kembali, walau biasanya diadakan secara online. Faktanya, jumlah penonton esports justru bertambah akibat larangan keluar rumah di banyak negara.

Karena itu, saya akan membahas tentang tren penonton untuk tiga liga esports yang diadakan sepanjang 2020. Ketiga liga tersebut adalah Mobile Legends Professional League, PUBG Mobile Professional League, dan Free Fire Master League. Kenapa liga esports? Karena liga esports berlangsung selama beberapa minggu, berbeda dengan turnamen yang biasanya hanya diadakan pada akhir pekan. Ketiga turnamen ini juga dipilih karena sama-sama resmi dari masing-masing publisher-nya. Selain itu, data yang kami ambil di sini adalah yang hanya dari YouTube dan Facebook saja yang datanya terbuka.

Untuk melihat tren penonton dari ketiga liga tersebut, saya lalu memantau jumlah view dari MPL Season 5 dan Season 6, PMPL Season 1 dan 2, serta FFML Season 1 dan 2. Data yang disajikan dalam artikel ini berdasarkan data yang dikumpulkan per 24 Agustus 2020.

Mobile Legends Professional League

Pada awal tahun 2020, MPL memasuki musim ke-5. Ketika itu, MPL disiarkan melalui dua channel resmi, yaitu channel YouTube Mobile Legends: Bang Bang dan juga akun Facebook MPL Indonesia. Sepanjang musim tersebut, jumlah total view yang didapatkan oleh MPL mencapai 73,6 juta. Video dengan jumlah view paling banyak adalah video dari hari terakhir playoff, yang menampilkan babak final, dengan 5,4 juta view. Mengingat babak final MPL Season 5 mempertemukan RRQ dengan EVOS, tidak heran jika jumlah penontonnya membludak.

Sepanjang musim, jumlah view untuk MPL dari minggu ke minggu cenderung stabil. Selama delapan minggu saat musim reguler MPL berlangsung (tanpa menghitung babak playoff), total view mencapai 59,6 juta. Sementara jumlah view rata-rata per minggu mencapai 7,4 juta view.

Dengan pengecualian pada Minggu ke-7, Hari ke-3, jumlah view MPL Season 5 di YouTube tak pernah kurang dari 1 juta. Sementara pada hari pertama dan kedua dari babak playoff, jumlah view mencapai 2,4 juta dan 2,8 juta. Angka itu hanya mencakup jumlah view di channel YouTube saja. Jika ditambah dengan jumlah view dari akun resmi Facebook, jumlah view pada babak playoff MPL Season 5 di hari pertama dan kedua mencapai 3,9 juta view dan 4,5 juta view.

Jumlah total view MPL Season 5. | Sumber: Hybrid/Ellavie
Tren jumlah total view MPL Season 5. | Sumber: Hybrid/Ellavie

Saat ini, MPL Season 6 baru saja melalui minggu ke-2. Dari segi distribusi konten, satu hal yang membedakan MPL Season 6 dan musim sebelumnya adalah Season 6 disiarkan di dua channel YouTube resmi, yaitu channel Mobile Legends; Bang Bang dan MLBB Esports. Tentunya, Season 6 juga disiarkan di Facebook. Jumlah penonton MPL Season 6 di channel YouTube Mobile Legends: Bang Bang memang masih lebih banyak dari channel MLBB Esports. Meskipun begitu, jumlah view di channel MLBB Esports masih mengalahkan jumlah view di Facebook.

Selama dua minggu sejak MPL Season 6 dimulai, jumlah view MPL Season 6 di channel MLBB telah mencapai 9,4 juta view, di channel MLBB Esports mencapai 4,1 juta view, sementara di akun Facebook MPL Indonesia, jumlah view hanya mencapai 2,9 juta view.

Jumlah view MPL Season 6 di tiga kanal distribusi yang berbeda. | Sumber: Hybrid/Ellavie i.A.
Jumlah view MPL Season 6 di tiga kanal distribusi yang berbeda. | Sumber: Hybrid/Ellavie

Menariknya, meskipun disiarkan di lebih banyak channel, hal ini tidak menjamin bahwa jumlah view dari MPL Season 6 akan lebih banyak dari musim sebelumnya. Faktanya, jika jumlah view MPL Season 6 dibandingkan dengan musim sebelumnya, terlihat bahwa jumlah view Season 6 lebih sedikit. Selama dua minggu pertama, jumlah view MPL Season 5 mencapai 17,4 juta view, sementara MPL Season 6 hanya mencapai 16,5 juta view.

Jumlah view MPL Season 5 vs MPL Season 6 pada dua minggu pertama. | Sumber: Hybrid/Ellavie
Jumlah view MPL Season 5 vs MPL Season 6 pada dua minggu pertama. | Sumber: Hybrid/Ellavie

Seperti yang bisa Anda lihat pada grafik di atas, kecuali pada Minggu ke-2, Hari ke-3, jumlah view setiap minggu dari MPL Season 5 selalu lebih banyak dari Season 6.

 

PUBG Mobile Professional League

Oke, mari beralih ke PMPL. Sama seperti MPL, pertandingan PMPL juga disiarkan di channel resmi PUBG Mobile Indonesia, yaitu YouTube dan Facebook. Satu hal yang menarik, para fans PUBG Mobile lebih suka menonton pertandingan PMPL di Facebook daripada di YouTube. Buktinya, jumlah view dari pertandingan PMPL jauh lebih tinggi di Facebook daripada di YouTube. Di YouTube, jumlah view PMPL Season 1 dalam satu hari hanya mencapai sekitar 9 ribu sampai 300 ribu view. Sementara di Facebook, jumlah view liga esports tersebut bisa mencapai ratusan ribu atau bahkan jutaan view.

Sepanjang musim pertama, PMPL berhasil mendapatkan 32,5 juta view. Satu hal yang harus diingat, saat mengumpulkan data viewership untuk PMPL Season 1, saya tidak dapat menemukan video untuk Minggu ke-3, Hari ke-5 di Facebook, walau pertandingan dari hari tersebut tersedia di YouTube.

Seperti yang sudah bisa ditebak, hari terakhir liga menarik view paling banyak. Video dari pertandingan di hari tersebut berhasil mendapatkan view sebanyak 12 juta view. Mengingat PMPL berlangsung selama 5 minggu, maka jumlah view rata-rata per minggu adalah 6,5 juta view.

Jumlah view PMPL Season 1. | Sumber: Hybrid/Ellavie
Jumlah view PMPL Season 1. | Sumber: Hybrid/Ellavie

PMPL Season 2 kini tengah berlangsung. Pada akhir pekan lalu, liga tersebut telah melewati minggu ke-2. Sejauh ini, liga tersebut telah mendapatkan total view sebanyak 9,2 juta. Sama seperti Season 1, sebagian besar view tersebut — sekitar 8,3 juta view — berasal dari Facebook. Namun, jumlah view di channel YouTube PUBG Mobile juga menunjukkan kenaikan.

Sayangnya, jika dibandingkan dengan dua minggu pertama dari PMPL Season 1, jumlah view dari PMPL Season 2 sejauh ini masih lebih sedikit. Dalam dua minggu, PMPL Season 1 berhasil mendapatkan 10 juta view. Sementara PMPL Season 2 hanya mendapatkan 9,2 juta view. Kemungkinan, salah satu alasan mengapa jumlah view dari pertandingan Season 2 lebih sedikit adalah karena di PMPL Season 1, Minggu ke-2 memiliki 5 hari, sementara dalam Season 2, hanya ada 3 hari dalam setiap pekan pertandingan.

Jumlah view PMPL Season 1 dan Season 2 pada dua minggu pertama. | Sumber: Hybrid/Ellavie
Jumlah view PMPL Season 1 dan Season 2 pada dua minggu pertama. | Sumber: Hybrid/Ellavie

Free Fire Masters League

Liga terakhir yang akan saya bahas di sini adalah Free Fire Master League. FFML Season 1 diadakan pada awal tahun, untuk lebih tepatnya, pada akhir Januari hingga Februari 2020. Sementara Season ke-2 tengah berlangung sekarang, Agustus 2020. Untuk data viewership dari FFML Season 1, saya hanya dapat mengumpulkan data di channel YouTube FF Esports ID karena konten tersebut tidak ditemukan di akun Facebook resmi Free Fire Esports ID.

Jika dibandingkan dengan liga Mobile Legends atau PUBG Mobile, FFML Season 1 memiliki jumlah view paling sedikit. Total view sepanjang FFML musim pertama hanya mencapai 792 ribu view, jauh tertinggal dari jumlah view MPL dan PMPL yang mencapai puluhan juta. Meskipun begitu, FFML justru merupakan liga esports dengan pertumbuhan viewership terbesar.

Untuk mendistribusikan siaran pertandingan FFML Season 2, Garena tidak hanya menggunakan YouTube, tapi juga Facebook. Meskipun begitu, YouTube tetap memberikan kontribusi jumlah view terbesar. Sebagai perbandingan, jumlah view dari video FFML Season 2 di Facebook hanya mencapai ratusan ribu view. Sementara jumlah view di YouTube selalu mencapai lebih dari satu juta.

Saat ini, FFML Season 2 baru saja melewati pekan ke-3. Namun, hingga sekarang, jumlah total view dari liga tersebut telah mencapai 9 juta, jauh lebih banyak dari toatl view FFML Season 1 sepanjang musim. Hanya saja, sejauh ini, tren viewership untuk FFML Season 2 menunjukkan penurunan. Satu hal yang harus diingat, baik MPL dan PMPL juga menunjukkan tren yang sama. Belajar dari MPL Season 5 dan PMPL Season 1, jumlah penonton akan kembali naik saat pertandingan terakhir dilangsungkan. Pola ini juga bisa Anda temukan pada jumlah orang yang mengikuti shalat Tarawih berjamaah saat bulan Ramadan: ramai di awal dan di akhir.

Jumlah view FFML Season 2 pada minggu ke-3. | Sumber: Hybrid: Hybrid/Ellavie
Jumlah view FFML Season 2 pada minggu ke-3. | Sumber: Hybrid: Hybrid/Ellavie

Akhir Kata

Jika dibandingkan dengan musim sebelumnya, musim MPL dan PMPL yang tengah berlangsung menunjukkan penurunan dari segi jumlah view. Ada beberapa kemungkinan mengapa hal ini terjadi.

Pertama, karena ada tiga liga esports yang diadakan secara bersamaan. Jadi, mau tidak mau, fans harus memilih salah satu liga yang mau mereka tonton. Namun, berbeda dengan tayangan di televisi, konten yang sudah diunggah ke internet bisa ditonton kapan saja. Bahkan, tak jarang, ada orang yang bahkan mengunggah ulang video pertandingan dari liga esports. Selain itu, jika mau, Anda juga bisa membuka beberapa tab secara bersamaan.

Kemungkinan kedua adalah saat ini, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tak lagi berlaku. Jadi, orang-orang yang tadinya harus berdiam di rumah punya banyak opsi kegiatan lain. Misalnya, hangout bersama teman atau kegiatan lain yang melibatkan kerumunan dan meningkatkan kemungkinan seseorang terpapar COVID-19.

Christian Wihananto Bicara Soal Free Fire Master League, Franchise Model, dan Inklusifitas dalam Esports

Dengan ekosistem esports yang semakin berkembang, dan semakin banyaknya pesaing, tentu akan membuat persaingan jadi semakin ketat. Karena ini, para pelakunya mau tidak mau perlu terus melakukan inovasi agar tetap bertahan di tengah arus perubahan yang jadi semakin cepat. Dalam hal esports, adaptasi model dan struktur kompetisi jadi salah satu hal yang perlu dipikirkan, agar tetap relevan bagi penonton dan mengundang minat para tim untuk mengikutinya.

Free Fire Master League Season adalah satu produk kompetisi baru yang dihadirkan Garena Indonesia dalam skena Free Fire. Kemarin, Hybrid sudah mewartakan perihal liga tersebut. Namun satu yang belum terjawab adalah asal muasal tim peserta liga. Dalam sesi doorstop, Christian Wihananto Produser Free Fire dari Garena Indonesia menjabarkan proses serta pandangannya soal Free Fire Master League Season 1.

Sumber: Dokumentasi Garena
Sumber: Dokumentasi Garena

Pada saat sesi tanya jawab terbuka, Chris (sapaan akrab Christian) menyatakan bahwa liga ini merupakan sarana bagi Garena Indonesia untuk mengasah mentalitas pemain-pemain Free Fire, demi mengulang kesuksesan tim Indonesia di kancah internasional seperti saat EVOS memenangkan World Championship. Tapi bagaimana mencapai hal ini?

Ia mengatakan bahwa satu hal yang mereka coba terapkan adalah dengan menciptakan struktur serta regulasi yang jelas. Chris menyatakan, bahwa ia ingin agar liga ini bisa menciptakan sikap disiplin dan konsistensi kepada para pemain. Ini adalah langkah yang baik, apalagi konsistensi prestasi adalah satu masalah yang cukup kentara di skena kompetisi Free Fire. Salah satu contoh aksi nyatanya, adalah dengan melakukan pertandingan Free Fire Master League secara offline di kantor Garena. Lewat cara ini, pemain diharapkan bisa bertanding secara lebih disiplin dan mengikuti peraturan yang ada.

Sebagai cara mengikat tim dan pemain agar tidak melanggar peraturan, Garena Indonesia menerapkan sistem liga yang bentuknya hampir mirip Franchise League System. Ya, benar, layaknya liga kasta utama Mobile Legends, Free Fire Master League menerapkan sistem biaya investasi jika ingin mengikuti liga.

“Bisa dibilang campuran antara invitational dengan kualifikasi tertutup. Untuk Free Fire Master League, kami (Garena Indonesia) melakukan pendekatan kepada organisasi esports besar di Indonesia, lalu memberi kesempatan mereka untuk menyodorkan proposal aplikasi tim untuk masuk ke liga. Proposal-proposal tersebut lalu akan diseleksi lewat proses tertutup yang dilakukan oleh Garena Indonesia. Setelahnya tim yang lolos seleksi diperkenankan untuk masuk dengan proses Buy-In ke dalam liga.” Chris menjelaskan.

“Benar, kita ada sistem buy-in, dengan biaya investasi sebesar Rp50 juta untuk satu tim. Satu organisasi diperkenankan mengirimkan dua tim ke dalam Free Fire Master League, namun mereka harus menambah Rp150 juta untuk tim kedua. Jadi jika mendaftar untuk dua tim, maka organisasi harus membayar total sebesar Rp200 juta. Biaya investasi ini juga hanya terbatas untuk satu season saja.” Tutur Chris.

Biaya investasi ini terbilang jauh lebih murah jika dibanding dengan investasi Franchise Model Mobile Legends, yang harganya mencapai Rp15 miliar. Bagi organisasi, ini tentu jadi lebih menguntungkan, mengingat popularitas Free Fire yang sedang meledak belakangan. Lebih lanjut, Chris lalu menyatakan pandangannya yang menjadi landasan pemilihan sistem seperti ini untuk Free Fire.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
24 Tim yang menjadi peserta Free Fire Master League Season 1. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

“Sebetulnya saya tidak bisa mengatakan ini (FFML S1) adalah Franchise Model. Sejauh yang saya tahu, pada sistem tersebut tim dan organisasi memiliki share ownership terhadap liga, namun FFML tidak demikian. Dalam liga ini, bisa dibilang sistemnya seperti turnamen arisan yang dulu biasa terjadi di kalangan grassroot. Jadi, tim peserta membayar biaya registrasi, setelahnya biaya tersebut akan digunakan untuk hadiah.”  Tukas Chris.

“Sistem ini jadi diterapkan karena concern saya terhadap profesionalitas tim. Sejauh ini saya meilihat fenomena, banyak orang mengaku sebagai tim esports, tetapi profesionalitasnya dipertanyakan, cuma modal nyali saja. Saya tidak bilang modal nyali itu buruk, namun dalam FFML, kami ingin membangun fondasi dan ekosistem yang bertahan lama. Maka dari itu kami ingin tim yang menjadi bagian dari FFML untuk berinvestasi, agar mereka semua lebih terikat. Jadi baik Garena ataupun tim peserta punya satu komitmen yang sama untuk mengembangkan ekosistem dan komunitas Free Fire secara bersama-sama.” Chris memberikan pandangannya terhadap model yang digunakan FFML.

Secara umum, menurut saya, sistem ini adalah Franchise Model namun dengan sedikit modifikasi dan penyesuaian. Kontrak jangka pendek yang hanya satu musim saja, mungkin adalah salah satunya – karena biasanya Franchise Model punya kontrak jangka panjang yang menjamin tim untuk tetap bertahan di liga dalam durasi yang panjang.

“Kami tidak bisa mengatakan bahwa ini adalah Franchise Model. Kami sendiri sebenarnya ingin bisa inventing new model, karena selama ini, kami merasa model yang ada bleum cocok untuk ekosistem Free Fire. Terlebih, visi Garena Indonesia adalah menciptakan ekosistem esports yang inklusif, sehingga semua orang bisa punya kesempatan yang sama untuk mencapai kejayaan. Jadi kalau ditanya ini Franchise Model atau bukan, saya mungkin akan bilang kalau ini adalah Buy-In Model.”

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Beberapa rencana kompetisi Free Fire di Indonesia. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Inklusifitas dalam esports, memang bisa dibilang selalu menjadi satu visi Garena Indonesia yang kerap mereka gaungkan. Saat mengumumkan COD Mobile: Major Series, Edmundo Swidoyono, produser COD Mobile dari Garena Indonesia juga menggaungkan pesan yang sama, inklusifitas. Mengingat Free Fire Master League dibuat dengan model tertutup, maka dari itu Garena mempersiapkan struktur keseluruhan, yang lebih terbuka.

Selain liga utama, mereka juga sudah punya rencana liga kasta kedua yang akan diumumkan pada kesempatan berikutnya. Selain itu, menurut saya satu hal yang membuat ucapan Chris soal inklusivitas jadi lebih masuk akal, adalah kesempatan untuk mencapai panggung dunia di skena Free Fire.

Walaupun FFML S1 menggunakan model tertutup, namun puncak kompetisi di skena Free Fire di tahun 2020 ini tetaplah Free Fire Indonesia Masters. Jika peserta FFML S1 berhasil finish pada peringkat 6 besar di akhir musim, mereka tidak serta-merta berangkat ke pertandingan internasional, melainkan hanya mendapat hak mengikuti FFIM saja. Sementara itu, kesempatan mengikuti FFIM tetap terbuka lebar. Semua orang dari berbagai belahan nusantara tetap berhak mengikuti kompetisi tersebut, asal mereka bisa membuktikan bahwa tim mereka adalah yang terbaik setelah mengikuti proses kompetisi yang diikuti.

Saya bisa bilang sistem ini adalah kompensasi yang baik dari Garena. Karena di satu sisi Free Fire Master League akan menguntungkan secara bisnis bagi kedua pihak. Sementara di sisi lain, visi esports yang inklusif tetap dijaga lewat Free Fire Indonesia Master. Saya juga merasa ini jadi adil secara bisnis, karena organisasi esports yang lebih mapan secara finansial diberikan kewajiban yang lebih besar dengan hak-hak yang lebih sepadan lewat FFML. Setelah kita panjang lebar bicara soal konsep, semoga saja Free Fire Master League bisa dieksekusi dengan baik, agar ekosistem Free Fire tetap langgeng.

Sumber Header: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Garena Umumkan Free Fire Master League Season 1

Kisah kesuksesan game Free Fire diterima oleh masyarakat Indonesia mungkin sudah jadi kisah yang banyak diketahui oleh banyak orang. Tak heran, game ini memang bisa dibilang salah satu game mobile dengan kemudahan akses yang paling tinggi bagi masyarakat Indonesia. Ini juga menjadi opini salah satu pengamat yang diungkap lewat situs Gamasutra. Ia mengatakan bahwa 2 dari 4 faktor kesuksesan Free Fire di Asia Tenggara adalah soal akses, yaitu karena bisa dimainkan pada smartphone kelas low-end dan gameplay Free Fire yang sifatnya super kasual.

Menanggapi hal tersebut, penerbit Free Fire di Indonesia, Garena, mengumumkan rencana mereka untuk semakin mengembangkan lagi Free Fire di Indonesia. Dalam sebuah acara konfrensi pers yang diadakan di CGV Pacific Place, Jakarta, Garena menyebut bahwa salah satu strategi mereka adalah gelaran Free Fire Master League Season 1 (FFML S1).

Bukan hanya itu saja, Garena juga mengumumkan beberapa struktur kompetisi esports yang tertata lebih rapih. Selain dari FFML, nantinya esports Free Fire di Indonesia akan hadir dengan beberapa kelas, mulai dari kelas komunitas, amatir, dan profesional.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Christian Wihananto Produser Garena Free Fire mengatakan. “Kita sangat sadar bahwa jumlah pemuda Indonesia yang berminat dan berbakat di dunia game semakin meningkat. Melalui agenda turnamen esports 2020, kita harapkan dapat menjadi wadah bagi para pemuda ini agar dapat menjadi atlet esports yang melahirkan lebih banyak prestasi untuk bangsa. Selain mendukung turnamen berjenjang dari tingkat komunitas hingga profesional, di awal tahun ini kita juga mewadahi para tim profesional untuk meningkatkan strategi serta konsistensi permainan melalui Free Fire Master League Season I.”

Esports juga merupakan salah satu strategi kami untuk memberi kembali kepada komunitas. Selama ini, kami sudah sangat dicintai oleh gamers Indonesia, dengan besarnya penerimaan mereka terhadap Free Fire. Lewat esports, kami ingin membuat Free Fire jadi punya nilai lebih bagi para pemainnya. Maka dari itu yang kami lakukan adalah dengan membuat ekosistem. Harapannya supaya main Free Fire bisa jadi karir, jadi game ini bisa memberi kontribusi positif kepada masyarakat, dan juga agar kami bisa memberikan kebanggaan untuk Indonesia lewat Free Fire.” Lanjutnya dalam sebuah sesi tanya jawab bersama awak media.

Free Fire Master League Season 1 diikuti oleh 24 tim profesional dengan memperebutkan total hadiah sebesar Rp1,2 miliar. Berikut daftar tim yang mengikuti Free Fire Master League:

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
22 Organisasi esports dan 24 tim peserta Free Fire Master League Season 1. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono
  1. Aerowolf
  2. Alter Ego ZET
  3. Aura Esports
  4. Bigetron Magix
  5. BOOM Cerberus
  6. Boss Esports
  7. Dranix Dauntless
  8. Dranix Vendetta
  9. DG Esports
  10. EVOS Esports
  11. First Raiders
  12. GGWP.ID Soekarno
  13. Island of Gods
  14. Louvre Esports
  15. ONIC Elysium
  16. ONiC Olympus
  17. Recca Esports
  18. Rosugo Esports
  19. RRQ HADES
  20. Star8 Esports
  21. Team Elvo
  22. The Pillars Claymore
  23. Siren Esports
  24. XCN Esports

Nantinya 6 tim teratas akan menerima tiket untuk langsung melaju ke babak Grand Final Free Fire Indonesia Master 2020 Spring, pertandingan kasta tertinggi di skena kompetisi Free Fire.

Pertandingan Free Fire Master League akan dilaksanakan setiap hari Senin sampai Jumat mulai pukul 19:00 – 22:00 WIB. Pertandingan akan diselenggarakan mulai dari tanggal 14 Januari sampai 14 Februari 2020 secara offline, yang ditayangkan lewat secara livestream di akun Youtube Garena Free Fire Indonesia.

Kehadiran liga terstuktur tetap menjadi sesuatu kebutuhan terpenting di dalam ekosistem esports. Apa yang dilakukan Garena lewat Free Fire Master League adalah sesuatu yang diharapkan bisa memberikan dampak positif kepada ekosistem esports Free Fire. Namun bagaimana struktur atau sistem liga yang digunakan Garena pada FFML? Hasil wawancara Hybrid dengan Christian Wihananto membahas sistem liga FFML S1 akan kami jabarkan pada artikel berikutnya.